Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

TRAUMA THORAX (PENUMOTHORAX/HEMATOTORAX)


DENGAN PEMASANGAN BULLOW DRAINAGE

I. KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Trauma Thorax merupakan trauma yang mengenai dinding thorax dan atau organ intra
thorax, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena trauma tajam (Kukuh , 2005;
David, 2005).

B. ETIOLOGI/PREDISPOSISI
Trauma pada thorax dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul dan trauma tajam.
Penyebab trauma thorax tersering adalah oleh karena kecelakaan kendaraan bermotor
(63-78%). Dalam trauma akibat kecelakaan ,ada lima jenis tabrakan (impact) yang
berbeda , yaitu depan , samping , belakang , berputar dan terguling. Oleh karena itu
harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat yang lengkap karena setiap orang
memiliki pola trauma yang berbeda . Penyebab trauma thorax oleh karena trauma tajam
dibedakan menjadi 3 , berdasarkan tingkat energinya yaitu : trauma tusuk atau tembak
dengan energy rendah, berenergi sedang dengan kecepatan kurang dari 1500 kaki per
detik (seperti pistol) dan trauma thorax oleh karena proyektil berenergi tinggi (senjata
militer) dengan kecepatan melebihi 3000 kaki per detik . Penyebab trauma thorax yang
lain oleh karena adanya tekanan yang berlebihan pada paru – paru bias menimbulkan
pecah atau pneumothorax (seperti pada scuba) (David.A,2005;Sjamsoehidajad,2003).

C. KLASIFIKASI (BILA ADA)


1. Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum/daerah jantung.
2. Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik
atau spontan.
3. Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka rongga
dada) ; iatrogenik (“pleural tap”, biopsi paru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan
tekanan positif) (FKUI, 1995).
D. PATOFISIOLOGI
Tusukan / tembakan ; pukulan, benturan, ledakan, deselerasi, ,spontan -> trauma dada
->
1. Tamponade jantung -> Perdarahan dalam perikardium -> Nyeri akut -> Pengaliran
darah kembali ke atrium -> Lambat tertolong dapat menyebabkan kematian.
2. Hematotoraks -> Perdarahan/syok -> Ketidakefektifan pola napas.
3. Pneumothoraks ->Udara masuk kedalam rongga pleural ->Udara tidak dapat keluar-
>Tekanan pleura meningkat.
1,2, & 3 dapat menyebabkan Ketidakefektifan pola napas.
Patofisiologi

Trauma Thorax

Mengenai rongga toraks sampai Terjadi robekan Pemb. Darah intercostal,


rongga pleura, udara bisa pemb.darah jaringan paru-paru
masuk (pneumothorax)

Terjadi perdarahan :

Karena tekanan negative intrapleura (perdarahan jaringan intersititium, perarahan


intraalveolar
Maka udara luar akan terhisap masuk diikuti kolaps kapiler kecil-kecil dan atelektasi)
ke rongga pleura (sucking wound)
tahanan perifer pembuluh paru naik (aliran darah turun)

- Open penumothorax

- Close pneumotoraks = ringan kurang 300 cc  di punksi

- Tension pneumotoraks = sedang 300 - 800 cc  di pasang drain

= berat lebih 800 cc  torakotomi

Tek. Pleura meningkat terus

Tek. Pleura meningkat terus

mendesak paru-paru

(kompresi dan dekompresi)

pertukaran gas berkurang

- sesak napas yang progresif = sesak napas yang progresif

(sukar bernapas/bernapas berat) = nyeri bernapas / pernafsan asimetris/adanya jejas atau


trauma

- nyeri bernapas = pekak dengan batas jelas/tak jelas.

- bising napas berkurang/hilang = bising napas tak terdengar

- bunyi napas sonor/hipersonor = nadi cepat/lemah

- poto toraks gambaran udara lebih ¼ anemis / pucat

dari rongga torak = poto toraks 15 - 35 % tertutup bayangan


WSD/Bullow Drainage

- terdapat luka pada WSD - Kerusakan integritas kulit


- nyeri pada luka bila untuk - Resiko terhadap infeksi
bergerak. - Perubahan kenyamanan : Nyeri

perawatan WSD harus di - Ketidak efektifan pola pernapasan

perhatikan. - Gangguan mobilitas fisik

- Inefektif bersihan jalan napas - Potensial Kolaboratif : Atelektasis dan


Pergeseran mediatinum

A.
E. MANIFESTASI KLINIS / TANDA DAN GEJALA
1. Tamponade jantung :
a. Trauma tajam di daerah perikardium atau yang diperkirakan menembus
jantung.
b. Gelisah.
c. Pucat, keringat dingin.
d. Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).
e. Pekak jantung melebar.
f. Bunyi jantung melemah.
g. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.
h. ECG terdapat low voltage seluruh lead.
i. Perikardiosentesis keluar darah
2. Hematotoraks :
a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD.
b. Gangguan pernapasan
3. Pneumothoraks :
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas.
b. Gagal pernapasan dengan sianosis.
c. Kolaps sirkulasi.
d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang
terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali.
e. pada auskultasi terdengar bunyi klik .
Jarang terdapat luka rongga dada, walaupun terdapat luka internal hebat seperti
aorta yang ruptur. Luka tikaman dapat penetrasi melewati diafragma dan
menimbulkan luka intra-abdominal.

F. KOMPLIKASI
1. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.
2. Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema pembedahan.
3. Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep
jantung.
4. Pembuluh darah besar : hematothoraks.
5. Esofagus : mediastinitis.
6. Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi : foto thorax (AP).
2. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
3. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
4. Hemoglobin : mungkin menurun.
5. Pa Co2 kadang-kadang menurun.
6. Pa O2 normal / menurun.
7. Saturasi O2 menurun (biasanya).

H. PENATALAKSANAAN
1. Bullow Drainage / WSD
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
a. Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat
ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam
shock.
b. Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura.
Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of breathing" dapat
kembali seperti yang seharusnya.
c. Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga
" mechanis of breathing" tetap baik.
2. Perawatan WSD dan pedoman latihanya :
a. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari
sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya
slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.
b. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat
akan diberi analgetik oleh dokter.
c. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :
1) Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak
terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian
masuknya slang dapat dikurangi.
2) Pergantian posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil
dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan
perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh
bantal di bawah lengan atas yang cedera.
d. Mendorong berkembangnya paru-paru.
1) Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
2) Latihan napas dalam.
3) Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk
waktu slang diklem.
4) Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
e. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika
perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika
banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan
keadaan pernapasan.
f. Suction harus berjalan efektif :
Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2
jam selama 24 jam setelah operasi.
1) Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka,
keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
2) Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika
suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2
terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di
cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang
bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena
perlekatanan di dinding paru-paru.
g. Perawatan "slang" dan botol WSD/ Bullow drainage.
1) Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang
keluar kalau ada dicatat.
2) Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya
gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.
3) Penggantian botol harus "tertutup" untuk mencegah udara masuk yaitu
meng"klem" slang pada dua tempat dengan kocher.
4) Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan
slang harus tetap steril.
5) Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri,
dengan memakai sarung tangan.
6) Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal :
slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll.
h. Dinyatakan berhasil, bila :
1) Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan radiologi.
2) Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow drainage.
3) Tidak ada pus dari selang WSD.
i. Diagnosis fisik :
1) Bila pneumotoraks < 30% atau hematothorax ringan (300cc) terap
simtomatik, observasi.
2) Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax sedang (300cc) drainase
cavum pleura dengan WSD, dainjurkan untuk melakukan drainase dengan
continues suction.
3) Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih dari dua kali harus
dipertimbangkan thorakotomi
4) Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain lebih
dari 800 cc segera thorakotomi.
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. PENGUMPULAN DATA
a. Demografi (Biodata)
( Nama, Umur: sering terjadi pada usia 18-30 tahun ,Agama, Pendidikan,
Pekerjaan, Suku/Bangsa, Alamat, Jenis Kelamin, & Status Perkawinan )
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama ( Alasan Masuk RS )
Sesak napas
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Terdapat retraksi klavikula /dada ,nyeri dada ,batuk
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pernah dirawat di rumah sakit, Ada Alergi terhadap obat, makanan
tertentu.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada penyakit keturunan ,DM ,HTN.
5) Riwayat Psikologis & Sosialisasi
c. Data Fokus
1) Tanda-Tanda Vital
Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical berpindah, tanda
Homman , TD , hipotensi/hipertensi , DVJ.
2) Pemeriksaaan Fisik
a) B1 (Breathing/Sistem Pernapasan)
(1) Sesak napas
(2) Nyeri,batuk-batuk
(3) Terdapat retraksi klavikula /dada
(4) Pengambangan paru tidak simetris
(5) Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain
(6) Adanya suara sonor/hipersonor/timpani
(7) Bising napas yang berkurang/menghilang
(8) Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas
(9) Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
(10) Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
b) B2 (Blood/Sistem Kardiovasculer)
(1) Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.
(2) Takhikardia, lemah
(3) Pucat, Hb turun /normal.
(4) Hipotensi.
c) B3 (Brain/Sistem Persyarafan)
(1) Tidak ada kelainan.
d) B4 (Bladder/sistem Perkemihan)
(1) Tidak ada kelainan.
e) B5 (Bowel/Sistem Pencernaan)
(1) Tidak ada kelainan.
f) B6 (Bone/Sistem Integumen & Muskuloskeletal)
(1) Kemampuan sendi terbatas.
(2) Ada luka bekas tusukan benda tajam.
(3) Terdapat kelemahan.
(4) Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan
g) Endokrin
(1) Terjadi peningkatan metabolisme.
(2) Kelemahan.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Sinar X dada : menyatakan akumulasi udara/cairan pada area pleural.
2) Pa Co2 kadang-kadang menurun.
3) Pa O2 normal / menurun.
4) Saturasi O2 menurun (biasanya).
5) Hb mungkin menurun (kehilangan darah).
6) Toraksentesis : menyatakan darah/cairan
B. PENGELOMPOKKAN DATA
1. Data Subyektif
- Pasien mengeluh nyeri pada dada (biasanya pada pasien fraktur rusuk dan
sternum)
- Pasien mengeluh batuk berdarah, berdahak
- Pasien mengeluh lemas, lemah
- Pasien mengatakan mengalami kecelakaan dan terbentur dan tertusuk di
Bagian dada
2. Data Obyektif

C. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Intervensi Keperawatan


Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
1 Ketidakefektifan Setelah a.Memperlihatk a. Berikan posisi yang nyaman,
pola pernapasan dilakukan an frekuensi biasanya dnegan peninggian kepala
b/d ekspansi paru tindakan pernapasan tempat tidur. Balik ke sisi yang
yang tidak keperawatan yang efektive. sakit. Dorong klien untuk duduk
maksimal karena selama 3 x 24 b.Mengalami sebanyak mungkin.
trauma jam Pola perbaikan R/ Meningkatkan inspirasi
DS: Pasien pernapasan pertukaran maksimal, meningkatkan ekpsnsi
mengeluh sesak efektif gas-gas pada paru dan ventilasi pada sisi yang
napas paru. tidak sakit.
DO: b. Obsservasi fungsi pernapasan, catat
a. Terdapat retraksi frekuensi pernapasan, dispnea atau
klavikula /dada perubahan tanda-tanda vital.
b.Pengambangan R/ Distress pernapasan dan
paru tidak simetris perubahan pada tanda vital dapat
c.Fremitus menurun terjadi sebgai akibat stress fisiologi
dibandingkan dan nyeri atau dapat menunjukkan
dengan sisi yang terjadinya syock sehubungan
lain dengan hipoksia.
d.RR meningkat c. Jelaskan pada klien bahwa tindakan
tersebut dilakukan untuk menjamin
keamanan.
R/ Pengetahuan apa yang
diharapkan dapat mengurangi
ansietas dan mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik.
d. Jelaskan pada klien tentang
etiologi/faktor pencetus adanya
sesak atau kolaps paru-paru.
R/ Pengetahuan apa yang
diharapkan dapat mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik.
e. Pertahankan perilaku tenang, bantu
pasien untuk kontrol diri dnegan
menggunakan pernapasan lebih
lambat dan dalam.
R/ Membantu klien mengalami efek
fisiologi hipoksia, yang dapat
dimanifestasikan sebagai
ketakutan/ansietas.

2 Inefektif bersihan setelah a.Menunjukkan a.Jelaskan klien tentang kegunaan


jalan napas b/d dilakukan batuk yang batuk yang efektif dan mengapa
peningkatan sekresi tindakan efektif. terdapat penumpukan sekret di sal.
sekret dan keperawatan b.Tidak ada pernapasan.
penurunan batuk selama 3 x 24 lagi R/ Pengetahuan yang diharapkan
sekunder akibat jam Jalan penumpukan akan membantu mengembangkan
nyeri dan keletihan napas sekret di sal. kepatuhan klien terhadap rencana
DS: Pasien lancar/normal pernapasan. teraupetik.
mengeluh sesak c.Klien b.Ajarkan klien tentang metode yang
DO: nyaman. tepat pengontrolan batuk.
a. adanya secret R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah
b.ada suara ronchi melelahkan dan tidak efektif,
c.ada takikardi menyebabkan frustasi.
a. 1)Napas dalam dan perlahan saat
Aa duduk setegak mungkin.
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih
luas.
2)Lakukan pernapasan diafragma.
R/ Pernapasan diafragma
menurunkan frek. napas dan
meningkatkan ventilasi alveolar.
3)Tahan napas selama 3 - 5 detik
kemudian secara perlahan-lahan,
keluarkan sebanyak mungkin melalui
mulut.
4)Lakukan napas ke dua , tahan dan
batukkan dari dada dengan
melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
R/ Meningkatkan volume udara dalam
paru mempermudah pengeluaran
sekresi sekret.
c.Auskultasi paru sebelum dan
sesudah klien batuk.
R/ Pengkajian ini membantu
mengevaluasi keefektifan upaya batuk
klien.
d.Ajarkan klien tindakan untuk
menurunkan viskositas sekresi :
mempertahankan hidrasi yang
adekuat; meningkatkan masukan
cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila
tidak kontraindikasi.
R/ Sekresi kental sulit untuk
diencerkan dan dapat menyebabkan
sumbatan mukus, yang mengarah
pada atelektasis.
e.Dorong atau berikan perawatan
mulut yang baik setelah batuk.
R/ Hiegene mulut yang baik
meningkatkan rasa kesejahteraan dan
mencegah bau mulut.
f.Kolaborasi dengan tim kesehatan
lain :
Dengan dokter, radiologi dan
fisioterapi.
1) Pemberian expectoran dan
Pemberian antibiotika.
4) Fisioterapi dada.
5) Konsul photo toraks.
R/ Expextorant untuk memudahkan
mengeluarkan lendir dan menevaluasi
perbaikan kondisi klien atas
pengembangan parunya.

3 Perubahan Setelah a.Nyeri a.Jelaskan dan bantu klien dnegan


kenyamanan : Nyeri dilakukan berkurang/ tindakan pereda nyeri nonfarmakologi
akut b/d trauma tindakan dapat dan non invasif.
jaringan dan reflek keperawatan diadaptasi. R/ Pendekatan dengan menggunakan
spasme otot selama 3 x 24 b.Dapat relaksasi dan nonfarmakologi lainnya
sekunder jam Nyeri mengindentifik telah menunjukkan keefektifan dalam
berkurang/hila asi aktivitas mengurangi nyeri.
ng yang 1) Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik
meningkatkan/ untuk menurunkan ketegangan otot
menurunkan rangka, yang dapat menurunkan
nyeri. intensitas nyeri dan juga tingkatkan
c.Pasien tidak relaksasi masase.
gelisah. R/ Akan melancarkan peredaran
darah, sehingga kebutuhan O2 oleh
jaringan akan terpenuhi, sehingga
akan mengurangi nyerinya.
2) Ajarkan metode distraksi selama
nyeri akut.
R/ Mengalihkan perhatian nyerinya ke
hal-hal yang menyenangkan.
b.Berikan kesempatan waktu istirahat
bila terasa nyeri dan berikan posisi
yang nyaman ; misal waktu tidur,
belakangnya dipasang bantal kecil.
R/ Istirahat akan merelaksasi semua
jaringan sehingga akan meningkatkan
kenyamanan.
c.Tingkatkan pengetahuan tentang :
sebab-sebab nyeri, dan
menghubungkan berapa lama nyeri
akan berlangsung.
R/ Pengetahuan yang akan dirasakan
membantu mengurangi nyerinya. Dan
dapat membantu mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik.
d.Kolaborasi denmgan dokter,
pemberian analgetik.
R/ Analgetik memblok lintasan nyeri,
sehingga nyeri akan berkurang.
e.Observasi tingkat nyeri, dan respon
motorik klien, 30 menit setelah
pemberian obat analgetik untuk
mengkaji efektivitasnya. Serta setiap
1 - 2 jam setelah tindakan perawatan
selama 1 - 2 hari.
R/ Pengkajian yang optimal akan
memberikan perawat data yang
obyektif untuk mencegah
kemungkinan komplikasi dan
melakukan intervensi yang tepat.
III. REFERENSI
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai