TRAUMA THORAX
A. PENGERTIAN
Trauma thorax adalah luka atau cedera mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan
kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda
tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat darurat thorax akut. Trauma
thorax dapat meliputi kerusakan pada dinding dada, vertebra thoracalis, jantung, paru-paru,
aorta thoracalis dan pembuluh darah besar. Trauma dada kebanyakan disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas yang umumnya berupa trauma tumpul. Trauma tajam terutama
disebabkan oleh tikaman dan tembakan ( R. Sjamsuhidajat 2005 )
Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat menyebabkan
tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks,hematopneumothoraks.Trauma
thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa
tajam atau tumpul. Di dalam toraks terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan
manusia, yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan dan jantung sebagai
alat pemompa darah. Jika terjadi benturan atau trauma pada dada, kedua organ tersebut bisa
mengalami gangguan atau bahkan kerusakan.
KLASIFIKASI
Trauma toraks dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu trauma tembus dan tumpul
1. Trauma tembus (tajam).
a. Terjadi diskontinuitas dinding toraks (laserasi) langsung akibat penyebab trauma
b. Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau peluru
c. Sekitar 10-30% memerlukan operasi torakotomi
2. Trauma tumpul
a. Tidak terjadi diskontinuitas dinding toraks.
b. Terutama akibat kecelakaan lalu-lintas, terjatuh, olahraga, crush atau blast injuries.
c. Kelainan tersering akibat trauma tumpul toraks adalah kontusio paru.
d. Sekitar <10% yang memerlukan operasi torakotomi
B. ETIOLOGI
1. Tamponade jantung
Disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke mediastinum/daerah jantung.
2. Hematotoraks
Disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau spontan
3. Pneumothoraks
Spontan (bula yang pecah) , trauma (penyedotan luka rongga dada), iatrogenik (“pleural
tap”, biopsi paaru-paru, insersi CVP, ventilasi dengan tekanan positif).
4. MANIFESTASI KLINIS
1. Tamponade jantung :
a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung.
b. Pucat, keringat dingin.
c. Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).
d. Pekak jantung melebar.
e. Jantung melemah.
f. Bunyi
g. Pulse pressure.
h. Terdapat tanda-tanda paradoxical
i. ECG terdapat low voltage seluruh lead.
j. Perikardiosentesis keluar darah
2. Hematotoraks :
a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD.
b. Gangguan pernapasan.
3. Pneumothoraks
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas.
b. Gagal pernapasan dengan sianosis.
c. Kolaps sirkulasi.
d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang terdengar
jauh atau tidak terdengar sama sekali.
e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik.
f. Jarang terdapat luka rongga dada, walaupun terdapat luka internal hebat seperti aorta yang
ruptur.
g. Luka tikaman dapat penetrasi melewati diafragma dan menimbulkan luka intra-abdominal.
3. WOC
Terlampir
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi : foto thorax (AP).
2. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
3. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
4. Hemoglobin : mungkin menurun.
5. Pa Co2 kadang-kadang menurun.
6. Pa O2 normal / menurun.
7. Saturasi O2 menurun (biasanya).
8. Toraksentesis : menyatakan darah
9. Diagnosis fisik :
a. Bila pneumotoraks < 30% atau hematothorax ringan (300cc) terap simtomatik, observasi.
b. Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax sedang (300cc) drainase cavum pleura
dengan WSD, dainjurkan untuk melakukan drainase dengan continues suction unit.
c. Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih dari dua kali harus dipertimbangkan
thorakotomi.
d. Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain lebih dari 800 cc
segera thorakotomi.
5. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk menangani pasien trauma thorax, yaitu :
1. Bullow Drainage / WSD
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
(darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung.
Indikasi :
a. Pneumothoraks
b. Hemothoraks
c. Thorakotomy
d. Efusi pleura
e. Emfiema
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
a. Diagnostik
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan
perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shock.
b. Terapi
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan
tekanan rongga pleura sehingga “mechanis of breathing” dapat kembali seperti yang
seharusnya.
c. Preventive
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga “mechanis of
breathing” tetap baik.
6. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994 : 10). Pengkajian pasien dengan trauma thoraks (. Doenges, 1999)
meliputi :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
b. Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops
c. Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.
d. Makanan dan cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
e. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dan nyeri,
menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke
leher,bahudanabdomen. Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,
mengkerutkan wajah.
f. Pernapasan : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit paru kronis,
inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ; pneumothoraks
spontan sebelumnya, PPOM. Tanda : Takipnea ; peningkatan kerja napas ; bunyi napas
turun atau tak ada ; fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada tidak
sama ; kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan ; mental ansietas, bingung,
gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif.
g. Keamanan
Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat faktor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah
intratorakal/biopsyparu.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernapasan :
1. Sesak napas
2. Nyeri, batuk-batuk
3. Terdapat retraksi klavikula/dada
4. Pengambangan paru tidak simetris
5. Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain
6. Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani, hematotraks (redup)
7. Pada asukultasi suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang
8. Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas
9. Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat
10.Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
b. Sistem Kardiovaskuler :
1. Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk
2. Takhikardia, lemah
3. Pucat, Hb turun /normal
4. Hipotensi
c. Sistem Persyarafan :
Tidak ada kelainan
d. Sistem Perkemihan :
Tidak ada kelainan
e. Sistem Pencernaan :
Tidak ada kelainan
f. Sistem Muskuloskeletal – Integumen
1. Kemampuan sendi terbatas
2. Ada luka bekas tusukan benda tajam
3. Terdapat kelemahan
4. Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi sub kutan.
g. Sistem Endokrine :
1. Terjadi peningkatan metabolisme
2. Kelemahan.
3. Sistem Sosial / Interaksi
4. Tidak ada hambatan.
h. Spiritual :
Ansietas, gelisah, bingung, pingsan
7. DIAGNOSA KEPERAWATAN
BATASAN KARAKTERISTIK
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan asuhan keperawatan selama …x 24 jam, nyeri
yang dirasakan klien berkurang
KriteriaHasil :
1. Klien melaporkan nyeri berkurang (5)
2. Klien dapat mengenal lamanya (onset) nyeri (5)
3. Klien dapat menggambarkan faktor penyebab (5)
4. Klien dapat menggunakan teknik non farmakologis (5)
Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
A. Manajemen nyeri A. Manajemen nyeri
1. Kaji secara komprehensip 1. Untuk mengetahui tingkat nyeri
terhadap nyeri termasuk lokasi, pasien
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri dan
faktor presipitasi
2. Observasi reaksi ketidaknyaman 2. Untuk mengetahui tingkat
secara nonverbal ketidaknyamanan dirasakan oleh
pasien
3. Gunakan strategi komunikasi 3. Untuk mengalihkan perhatian pasien
terapeutik untuk mengungkapkan dari rasa nyeri
pengalaman nyeri dan
penerimaan klien terhadap respon
nyeri
4. Berikan informasi tentang nyeri 4. Pemberian “health education” dapat
termasuk penyebab nyeri, berapa mengurangi tingkat kecemasan dan
lama nyeri akan hilang, antisipasi membantu klien dalam membentuk
terhadap ketidaknyamanan dari mekanisme koping terhadap rasa nyeri
prosedur
5. Control lingkungan yang dapat 5. Untuk mengurangi tingkat
mempengaruhi respon ketidaknyamanan yang dirasakan
ketidaknyamanan klien (suhu klien.
ruangan, cahaya dan suara)
6. Hilangkan faktor presipitasi yang 6. Agar nyeri yang dirasakan klien tidak
dapat meningkatkan pengalaman bertambah.
nyeri klien (ketakutan, kurang
pengetahuan)
7. Ajarkan cara penggunaan terapi
non farmakologi (distraksi, guide 7. Agar klien mampu menggunakan
imagery,relaksasi) teknik nonfarmakologi dalam
8. Kolaborasi pemberian analgesik memanagement nyeri yang dirasakan.
8. Pemberian analgesik dapat menrangi
rasa nyeri pasien
BATASAN KARAKTERISTIK
KriteriaHasil :
1. Frekuensi, irama, kedalaman pernapasan dalam batas normal 16-14 (5)
2. Tidak menggunakan otot-otot bantu pernapasan (5)
3. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan) (TD 120-90/90-
60 mmHg, nadi 80-100 x/menit, RR : 18-24 x/menit, suhu 36,5 – 37,5 C)
Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
NIC Label : Airway Management NIC Label : Airway Management
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan klien tidak
mengalami kecemasan,
KriteriaHasil :
1) Tidak dapat beristirahat (5)
2) Perasaan gelisah (5)
3) Otot tegang (5)
4) Wajah tegang (5)
5) Kesulitan berkonsentrasi (5)
6) Kesulitan dalam penyelesaian masalah (5)
7) Rasa takut (5)
8) Peningkatan tekanan darah (5)
9) Peningkatan nadi (5)
10) Peningkatan frekuensi pernafasan (5)
11) Berkeringat dingin (5)
12) Gangguan tidur (5)
13) Menarik diri (5)
Rencana Intervensi:
RENCANA INTERVENSI RASIONAL
R. Sjamsuhidajat Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta; EGC