Anda di halaman 1dari 13

Trauma Thoraks ( DADA )

Trauma Thoraks ( DADA )


Nama Kelompok :
Nama Kelompok :
• Khodadat Azizi ( )
• Rizki Anita •P.A.U
Khodadat Azizi
( 010318513 ) ()
• • Rizki
Santih Susantih Anita P.A.U
( 010318516 ) ( 010318513 )
• • Santih
Tika Mardianti ( 010318526 )
Susantih ( 010318516 )
• Tika
Dosen Pengampu : Mardianti ( 010318526 )
Ns. Mila Sartika S. Kep., M. Kep.
Dosen Pengampu :
Ns. Mila Sartika S. Kep., M. Kep.
Definisi Trauma Thoraks

Trauma Thoraks adalah trauma tumpul atau tajam yang


mengenai dinding thoraks baik secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi organ didalammya.
Terbanyak mengenai rongga pleura dan parenkim paru.
Pada rongga pleura tersering adalah pneumothoraks dan
hematothoraks, sedangkan pada parenkim paaru
meliputi kontusio, laserasi dan hematoma parenkim paru
( Mattox et al, 2013; Eckstein and Handerson, 2014; Lugo
et al, 2015 )
Etiologi trauma thoraks
Trauma thoraks terdiri dari trauma tumpul dan tajam dimana angka kejadian
trauma tumpul terbanyak sekitar 75 hingga 80 % dan sebagian besar dari
pasien ini juga mengalami cedera ekstra – thoraks. Penyebab tersering karena
kecelakaan kendaraan bermotor sebesar 63 hingga 78 %. Terdapat tiga
mekanisme trauma yang menyebabkan trauma tumpul thoraks,yaitu trauma
langsung pada thoraks, cedera akibat penekanan ataupun deselarasi.
Sedangkan pada trauma tajam dibedakan menjadi tiga berdasarkan tingkat
energinya, yaitu berenergi rendah seperti trauma tusuk, berenergi sedang
seperti tembakan pistol, dan berenergi tinggi seperti tembakan senjata militer.
Penyebab trauma lainnya adalah adaya tekanan yang berlebihan pada paru
yang bisa menyebabkan pneumothoraks seperti pada aktivitas menyelam. Oleh
karenaitu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat yang lengkap
karena ssetiap orang memiliki pola trauma berbeda ( Saaiq et al, 2010; Expe
and Eyo, 2014 ).
Anatomi dan Fisiologi Thoraks
Thoraks berbentuk kerucut dimana pada bagian bawah berukuran lebih besar dibandingkan atas dan
bagian belakang lebih panjang dibandingkan depa. Dibagi dama 4 komaaponen, yaitu dinding thoraks,
rongga pleura, parenkim paru dan mediastinum. Dalam dinding thoraks termasuk tulang da otot yang
terkait, kerangka terdiri dari sternum, dua belas pasang kosta, sepuluh pasang kosta yang berakhir di
anterir dalam segmen tulang rawan dan dua pasang kosta yang melayang. Tulang dan otot pernafasan
menyokong dan membentuk dinding thoraks sserta berfungsi melindungi organ vital seperti jantung, par,
hati dan lien. Rongga pleura berada di antara pleura viselaris dan parietalis. Parenkim paru termasuk paru
–paru da jalan nafas yang berhubungan.

Mediastinum termasuk jantung, aorta atau pembuluh arahbesar dari thoraks, cabang trakeobronkial dan
esofagus ( Eckstein and Handerson, 2014; Lugo et al , 2015 ).
Dinding thoraks diperlukan untuk ventilasi pernafasan normal. Pengembangan kearah luar dari dinding
thoraks oleh otot pernafasan diikuti dengan turunnya diafragma yang menghasilkan tekanan negatif dari
intra – thoraks. Proses ini menyebabkan masuknya udara pasif keparu selama inspirasi sehingga terjadi
pertukaran oksigenasi darah untuk metabolisme jaringan pada tubuh ( Drakeet al, 2010; Ombregt, 2013 ;
Netter, 2014 ).
Patofisiologi Trauma Thoraks

Secara klinis trauma thoraks dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain mekanisme dari trauma,
luas, lokasi, trauma lain yang menyertai dan penyakit komorbid yang dimiliki. Akan terjadi gangguann
fungsi respirasi dan secara sekunder berhibungan dengan disfungsi jantung, sehingga tatalaksana pada
trauma thoraks akan mengembalikan fungsi kardiorespirasi menjadi normal, menghentikan
pendarahan dan mencegah sepsis ( Saaiq et al, 2010 ; Eckstein and Handerson, 2014; Lugo et al, 2015 ).

Kerusakan anatomi yang terjadi akibat trauma thoraks mulai dari ringan hingga berat tergantung pada
besar kecilnya gaya dari trauma. Kerusakan yang ringan pada dinding thoraks berupa fraktur kosta
simpel, sedangkan lebih berat berupa fraktur kosta multipel dengan komplikasi pneumothoraks,
hematothoraks atau kontusio pulmonum. Lebih dalam lagi dapat menyebabkan robekan pada
pembuluh darah besar atau trauma langsung pada jantung. Selain kerusakan anatomi didapatkan juga
gangguan pada fungsi fisiologi dari sistem repirasi dan kardiovaskular. Gangguan sistem respirasi
berupa gangguan fungsi ventilasi, difusi gas, perfusi atau gangguan mekanik alat pernafasan, sedangkan
gangguan sistem kardiovaskular merupakan penyebab terbanyak kematian pada trauma thoraks (Saaiq
et al, 2010; Mattox et al, 2013; Lugo et al, 2015).
Prognosis Penyakit
1. Open pneumothorak
Timbul karena trauma tajam, ada hubungan dengan rongga pleura sehingga paru menjadi kuncup. Seringkali
terlihat sebagai luka pada dinding dada yang menghisap pada setiap inspirasi

2. Hematothoraks
Pada keadaan ini terjadi perdarahan hebat dalam rongga dada. Ada perkusi terdengar redup, sedangkan vesikuler
menurun pada auskultasi.

3. Fraktur iga
Fruktu iga adalah tipe trauma dada yang paling umum terjadi pada lebih dari 60 % pasien yang masuk rumah sakit
dengan cedera dada tertutup. Jika sadar, pasien akan merasakan nyeri yang sangat hebat, nyeri tekan, dan spasme
otot di atas area fraktur, yang akan di perburuk dengan batuk,napas dalam, dan gerakan. Area sekitar fruktur
mungkin tampak memar.
4. Flail chest
Flail chest terjadi ketika dua atau lebih iga berdekatan fraktur pada satu tempat atau lebih, mengakibatkan segmen
iga mengembang bebas. Sebagai akibatnya dinding dada kehilangan kestabilan dengan akibat lanjut kerusakan
pernapasan dan biasanya gawat napas yang berat. Selama inspirasi , ketika dada mengembang bagian iga yang
terlepas akan bergerak dengan cara paradoksikal yaitu tertarik ke dalam ketika inspirasi dan ketika ekspirasi karena
tekanan intrathorax akan melebihi tekanan atmosfir segmen flail akan terdorong keluar, merusak kemampuan
pasien untuk menghembus napas.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Identitas klien

            Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai identitaas klien tersebut
untuk menentukan tindakan selanjutnya.

Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu di kaji apakah klien pernah mengalami trauma dada sebelumnya.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya terdapat jejas pada thorak dan klien biasanya tampak merasa nyeri pada tempat trauma dan
terjadi pembengkakan lokal disertai sesak napas, insomnia, pasien nampak pucat, dan terlihat cemas,
gelisah, Pasien biasanya mengalami kelemahan aktivitas dalam bergerak.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga mengalami penyakit seperti yang dialami klien
Pemeriksaan Fisik
Rambut : biasanya rambut hitam, dan tumbuh subur
Mata : biasanya simetris kiri dan kanan, konjungtiva pucat, respon pupil baik
Hidung : biasanya simetris kiri dan kanan, dan tidak terdapat polip
Mulut : biasanya tidak ada perdarahan
Telinga : biasanya simetris kiri dan kanan, tidak menggunakan alat bantu pendengaran

Dada
Inspeksi : biasanya frekuensi napas tidak normal, dada terdapat jejas
Palpasi : biasanya premitus tidak sama kiri dan kanan
Perkusi : biasanya redup
Auskultasi : biasanya peningkatan jalan napas

Jantung
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan
Palpasi : biasanya ictus tidak teraba
Perkusi : biasanya pekak
Auskultasi : biasanya irama jantung melemah apabila trauma menembus jantung
Abdomen
Inspeksi : biasanya bentuk perut tidak membuncit
Aukultasi : biasanya bising usus ada
Palpasi : biasanya hepar tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : biasanya tympani

Ekstremitas
Ekstremitas atas : biasanya tangan simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, terpasang infus, rentang gerak
terbatas, turgor kulit menurun
Ekstremitas bawah : biasanya gerakan terbatas, simetris kiri dan kanan
Kesadaran : biasanyan dari kompos metis kooperatif sampai koma
Pola Kebiasaan Sehari – hari
Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahah dan gelisah Sirkulasi

Tanda : takikardi,
TD : Hipotensi / Hipertensi

Makanan/cairan
Gejala : hilangnya nafsu makan

Nyeri / Ketidaknyamanan
Gejala : muncul tiba –tiba selama batuk atau regangan, menusuk – nusuk diperberat dengan nafas dalam,
kemungkinan menyebar ke area leher, bahu dan abdomen.

Diagnosa Keperawatan
• Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru yang tidak maksimal karena trauma
• Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder
• Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tempat masuknya organisme sekunder terhadap trauma
No Diagnosa Tujuandan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Pola napas Tujuan:Pola pernapasan 1. Berikan posisi 1. Meningkat inspirasi maksimal,
tidak efektif efektif yang nyaman, meningkatkan ekspansi paru dan
berhubungand Kriteria hasil biasanya dengan ventilasi pada sisi yang tidak sakit
engan ekspansi 1. Memperlihatkan peninggian kepala  
paru yang tidak frekuensi pernafasan tempat tidur balik  
maksimal yang ke posisi yang sakit  
karena trauma 2. efektifMengalami dorong klien untuk 2. Distress pernapasan dan
perbaikan duduk sebanyak perubahan tanda – tanda vital
pertukaran gas pada mungkin dapat terjadi sebagai akibat stres
paru fisiolofi dan nyeri atau dapat
3. Adaptive mengatsi 2. Observasi fungsi menunjukkan terjadinya syok
faktor – faktor pernapasan, catat sehubungan dengan hipoksia
penyebab frekuensi
pernapasan, dan
perubahan tanda –
tanda vital
No Diagnosa Tujuandan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Pola napas Tujuan:Pola pernapasan 3. Jelaskan pada 3. Pengetahuam yamg diharapkan
tidak efektif efektif klien tentang mengembangkan pengetahuan
berhubungand Kriteria hasil etiologi/faktor klien terhadap rencana terapeutik
engan ekspansi 1. Memperlihatkan pencetus adanya
paru yang tidak frekuensi pernafasan sesak atau kolaps 4. Membantu klien mengalami efek
maksimal yang paru – paru fisiologi hipoksia yangd dapat
karena trauma 2. efektifMengalami   dimanifestasikan sebagai ketakutan
perbaikan 4. Pertahankan  
pertukaran gas pada perilaku tenang,  
paru bantu pasien untuk Mengevaluasi perbaikan kondisi
3. Adaptive mengatsi kontro diri dengan klien atas pengembangan parunya
faktor – faktor menggunakan
penyebab pernapasan lebih
lambat dan dalam
 
5. Kolaborasi
dengan tim
kesehatan lain
No Diagnosa Tujuandan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
2. Nyeri akut Tujuan : nyeri akut 1. Jelaskan dan bantu 1. Pendekatan dengan
berhubungan berkurang/ hilang klien dengan tindakan menggunakan relaksasi dan
dengan trauma Kriteria hasil : peredah neyri nonfarmokologi lainnay dalam
jaringan dan 1. Nyeri berkurang atau nonfarmakologi dan menunjukkan keefektifan dalam
refleks spasme dapat di noninfasif mengurangi nyeri
otot sekunder

Anda mungkin juga menyukai