Anda di halaman 1dari 26

TRAUMA THORAX

Nama Anggota:

1. Stevana Gladis Rosaline (D3A2021.056)


2. Annisa Ayu Trisnasari (D3A2021.067)
3. Andi Cahyono (D3A2021.083)
4. Nisita Rahman (D3A2021.086)
5. Savira Febriani (D3A2021.088)
Pembahasan

01 Etiologi 02 Patofisiologi 03 Manifestasi Klinik

04 Komplikasi 05 Px Penunjang 06 Px Fisik

Penatalaksanaan Penatalaksanaan
07 Medis 08 Keperawatan 09 Asuhan Keperawatan
Definisi Trauma Thorax/Dada
Menurut Nugroho (2016 : 123) trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang
dapat menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks, hematothoraks,
hematoma pneumothoraks. Trauma thoraks adalah semua ruda paksa tajam atau tumpul.

Di dalam thoraks terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia yaitu paru –
paru dan jantung. Paru – paru sebagai alat pernapasan dan jantung sebagai alat pemompa
darah. Jika terjadi benturan atau trauma pada dada, organ tersebut bisa mengalami gangguan
bahkan kerusakan.
01
Etiologi
Menurut Mulu (2022) secara umum, trauma
dada dikelompokan berdasarkan mekanisme
trauma yakni trauma tumpul dan trauma
tembus. Penyebab paling umum dan
menyumbang sekitar 80% dari kejadian
trauma tumpul pada dada adalah kecelakaan
kendaraan bermotor. Penyebab lainnya
termasuk jatuh, tindakan kekerasan,
kendaraan menabrak pejalan kaki dan
ledakan. Untuk kasus trauma tembus,
disebabkan oleh tusukan langsung yang
menembus dinding dada baik energi rendah
(anak panah, pisau) maupun energi tinggi
(senapan api).
02
Patofisiologi
Menurut Puruhito (2013) Patofisiologi trauma thoraks meliputi:

Luka ”menghisap” pada


dinding dada yang
menyebabkan paru
Perdarahan Patah tulang iga mengempis/kolaps.

1 2 3 4 5

Kerusakan
Kompresi pada toraks
alveoli/jalan napas/
dapat mengakibatkan
pleura sehingga udara
terjadinya asfiksia
keluar dari jalan
traumatika.
napas.
03
Manifestasi Klinik
Menurut Malik (2020), manifestasi klinik trauma thorax yaitu :

 Nyeri dada
 Takipnea
 Distres respirasi
 Takikardi hipotensi
 Deviasi trachea menjauhi sisi
 Distensi vena leher
 Perkusi didapatkan hiperresonan / hipersonor
 Sianosis
 Serta saturasi arteri dengan pulse oximeter hasilnya menurun
 Hipoksemia dan hiperkapnia (terjadi pada kasus berat)
04
Mekanisme Patologi
Menurut Nugroho (2022), trauma thorax dapat mengakibatkan mekanisme
patologi sebagai berikut :

Hipoksemia Hipovolemia Gagal jantung


05
Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi: foto thorax (AP).
2. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
3. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
4. Hemoglobin : mungkin menurun.
5. Pa CO2 kadang-kadang menurun.
6. Pa 02 normal/menurun.
7. Saturasi O2 menurun (biasanya).
8. Toraksentesis : menyatakan darah/cairan
06
Pemeriksaan Fisik
● Kalau mungkin penderita duduk, kalau tidak
mungkin tidur.
● Tentukan luka masuk dan keluar.
Inspeksi ● Gerakkan dan posisi pada akhir inspirasi.
● Akhir dari ekspirasi.

● Diraba ada/tidak krepitasi.


Palpasi ● Nyeri tekan anteroposterior dan laterolateral.
● Fremitus kanan dan kiri dan dibandingkan

● Adanya sonor, timpanis, atau hipersonor.


Perkusi ● Adanya pekak dan batas antara yang pekak dan
sonor seperti garis lurus atau garis miring

● Bising napas kanan dan kiri dan dibandingkan.


● Bising napas melemah atau tidak.
● Bising napas yang hilang atau tidak.
Auskultasi ● Batas antara bising napas melemah atau menghilang dengan yang
normal.
● Bising napas abnormal dan sebutkan bila ada.
● Pemeriksaan tekanan darah.
07
Penatalaksanaan Medis
a. Konservatif
1) Pemberian analgetik
2) Pemasangan plak plester
3) Jika perlu antibiotika
4) Fisioterapi
b. Operatif / Invatif
1) Pemasangan water seal drainage
2) Pemasangan alat bantu nafas
3) Pemasangan drain
4) Aspirasi (thoracosintesis)
5) Operasi (bedah thoraxis)
6) Tindakan untuk menstabilkan dada
c. Miring pasien pada daerah yang terkena
d. Gunakan bantal pasien pada dada yang terkena
e. Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirasi pada akhir positif, didasarkan pada kriteria :
1) Gejala contusio paru
2) Syok atau cidera kepala berat
3) Fraktur delapan atau lebih tulang iga
4) Umur diatas 65 tahun
5) Riwayat penyakit paru-paru kronis
6) Pasang selang dada dihubungkan dengan WSD, bila tension pneumothorak mengancam
7) Oksigen tambahan
08
Penatalaksanaan Keperawatan
Bullow Drainage / WSD
WSD merupakan tindakan invasive yang
dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
dari rongga pleura, rongga thorax, dan
mediastimun dengan menggunakan pipa
penghubung.

Indikasi :
- Pneumothorak
- Hemothorax
- Thoracotomy
- Efusi pleura
- Emfiema
Pada trauma thorax, WSD dapat berarti :

Diagnostik Terapi Preventive

● Menentukan perdarahan ● Mengeluarkan darah ● Mengeluarkan udara


dari pembuluh darah atau udara yang atau darah yang masuk
besar atau kecil, terkumpul di rongga ke rongga pleura
sehingga dapat pleura. Mengembalikan sehingga “mechanise of
ditentukan perlu operasi tekanan rongga pleura breathing” tetap baik
torakotomi atau tidak, sehingga "mechanis of
sebelum penderita jatuh breathing" dapat
dalam shock kembali seperti yang
seharusnya
09
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Menurut Priscilla (2016 : 1504), pengkajian keperawatan pasien yang mengalami cidera thoraks
dapat perlu cepat dan fokus.

Nyeri, sulit bernafas, kondisi cidera,


Riwayat Kesehatan termasuk pada kendaraan bermotor,
penggunaan restrain, kecepatan dan
jenis tabrakan, riwayat paru kronik
atau penyakit jantung, riwayat merokok
Pengkajian
Jalan nafas, pernafasan, sirkulasi,
Pemeriksaan Fisik tingkat kesadaran, warna, tanda –
tanda vital, kecepatan pearnafasan,
kedalaman pernafasan, kemudahan
pernafasan, suara paru dan nada
perkusi
Diagnosa Keperawatan
Menurut Priscilla (2016 : 1504), trauma dinding dada dapat menganggu ekspansi dada
dan ventilasi alveolar yang adekuat. Ketika kontusi paru- paru juga ada, pertukaran gas
juga terkena. Prioritas manajemen keperawatan, antara lain mengendalikan nyeri,
memastikan ventilasi adekuat, dan meningkatkan pertukaran gas dengan dignosa yang
dapat ditegakkan :

1 Nyeri Akut

2 Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

3 Gangguan pertukaran gas


Intervensi
1. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan Depresi Pusat Pernapasan

Tujuan: Dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan pasien dapat mencapai pola
napas yang membaik.

Rencana Keperawatan: Manajemen Jalan Napas

a) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman dan usaha napas)


b) Monitor bunyi napas (mengi, gurgling, wheezing, ronkhi)
c) Monitor sputum
d) Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head tilt dan chin lift
e) Berikan oksigen bila perlu
f) Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
g) Anjurkan asupan cairam 2000ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi
h) Ajarkan teknik batuk efektif
i) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
2. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan Ketidakseimbangan Ventilasi dan Perfusi

Tujuan: Dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan pasien dapat pertukaran gas
yang meningkat

Rencana Keperawatan: Pemantauan Respirasi

a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas


b) Monitor pola napas (bradipnea, takipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne stokes)
c) Monitor kemampuan batuk efektif
d) Monitor adanya sputum
e) Monitor adanya sumbatan jalan napas
f) Auskultasi bunyi napas
g) Monitor hasil x-ray toraks
h) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
i) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
j) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai