DADA SPINAL
Disusun Oleh :
2011102411126
2023/2024
I. Konsep Penyakit Trauma Thorak
1.1 Definsi
Trauma adalah cedera/ruda paksa atau kerugian psikologis atau emosional.
Trauma dada adalah trauma tajam atau tembus thoraks yang dapat
menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothoraks,
hematothoraks. Pneumothorak adalah keadaan dimana terdapat udara
ekstrapulmoner dalam rongga pleura. Keadaan normal tidak ada udara
dalam rongga dada (Nurarif, 2015). Hematotorax adalah tedapatnya darah
dalam rongga pleura, sehingga paru terdesak dan terjadinya perdarahan.
1.2 Etiologi
1.2.1 Infeksi saluran napas
1.2.2 Tension pneumothorak-trauma dada pada selang dada, penggunaan
therapy ventilasi mekanik yang berlebihan, penggunaan balutan tekan
pada luka dada tanpa pelonggaran balutan.
1.2.3 Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang iga,
ruptur oleh vesikel flaksid yang seterjadi sebagai sequele dari ppom.
1.2.4 Tusukan paru dengan prosedur invasif.
1.2.5 Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau
tertimpa benda berat
1.2.6 Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak)
1.2.7 Fraktu tulang iga
1.2.8 Traumatik misalnya luka tusuk
1.2.9 Pukulan daerah torak.
1.4 Patofisiologi
Luka pada rongga thorak dan isinya dapat membatasi kemampuan jantung
untuk memompa darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan
oksigen darah. Bahaya utama berhubungan dengan luka dada biasanya
berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ. Hipoksia,
hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh trauma thorax. Hipoksia
jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen
kejaringan oleh karena hipivolemia ( kehilangan darah ), pulmonary
ventilation( contoh kontusio, hematoma, kolaps alveolus ) dan perubahan
dalam tekanan intra tthorax.
Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh tidak adekuatnya ventilasi akibat
perubahan tekanan intra thorax atau penurunan tingkat kesadaran. Asidosis
metabolik disebabkan oleh hipoperfusi dari jaringan ( syok ). Batuk yang
tidak efektif intuk mengeluarkan sekret dapat mengakibatkan insiden
atelaktasis dan pneumonia meningkat secara bermakna dan disertai
timbulnya penyakit paru – paru.
Pneumotoraks diakibatkan masuknya udara pada ruang potensial antara
pleura viseral dan parietal. Dislokasi fraktur vertebra torakal juga dapat
ditemukan bersama dengan pneumotoraks. Laserasi paru merupakan
penyebab tersering dari pneumotoraks akibat trauma tumpul. Dalam
keadaan normal rongga toraks dipenuhi oleh paru-paru yang
pengembangannya sampai dinding dada oleh karena adanya tegangan
permukaan antara kedua permukaan pleura. Adanya udara di dalam rongga
pleura akan menyebabkan kolapsnya jaringan paru.
Ketika pneumotoraks terjadi, suara nafas menurun pada sisi yang terkena
dan pada perkusi hipesonor. Bila pneumotoraks hanya dilakukan observasi
atau aspirasi saja, maka akan mengandung resiko. Sebuah selang dada
dipasang dan dihubungkan dengan WSD dengan atau tanpa penghisap, dan
foto toraks dilakukan untuk mengkonfirmasi pengembangan kembali paru-
paru.
Penyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari
pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang disebabkan
oleh trauma tajam atau trauma tumpul. Dislokasi fraktur dari vertebra
torakal juga dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks.
1.6 Komplikasi
1.6.1 Tension pneumothorak
1.6.2 Pneumothorak bilateral
1.6.3 Emfiema
1.7 Pathway
II. Rencana Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Trauma Thorak
2.1 Pengkajian
2.1.1 Riwayat Keperawatan
2.1.1.1 Umur : Sering terjadi usia 18 - 30 tahun.
2.1.1.2 Alergi terhadap obat, makanan tertentu.
2.1.1.3 Pengobatan terakhir.
2.1.1.4 Pengalaman pembedahan.
2.1.1.5 Riwayat penyakit dahulu.
2.1.1.6 Riwayat penyakit sekarang.
2.1.1.7 Keluhan.
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan deformitas
dinding dada
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x30 menit diharapkan
pola pernapasan efektif yang dibuktikan oleh status pernapasan, status
ventilasi dan pernapasan yang tidak terganggu, kepatenan jalan napas
dan tidak ada penyimpangan tanda vital
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional
pantau adanya pucat dan sianosis
Menandakan kurangnya O2 dalam jaringan
pemantauan pernapasan:
- pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan
- perhatikan pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan
otot-otot bantu, serta retraksi otot supraklavikuler dan
interkosta
- pentau pernapasan yang berbunyi, seperti mendengkur
- pantau pola pernapasan
- perhatikan lokasi trakea
- auskultasi suara napas
- pantau peningkatan kegelisahan
- catat perubahan pada SaO2, SvO2, CO2, akhir tidal dan nila
GDA jika perlu
Perubahan karakteristik pernapasan menandakan trauma dada
sehingga O2 maupun ventilasi di paru bisa kurang sehingga
diperlukan pemantauan pernapassan.
aktivitas kolaboratif
berikan obat nyeri untuk mengoptimalkan pola napas
Nyeri dapat memperbera kecepatan napas
aktivitas lain
tenangkan pasien selama periode gawat napas
Pasien yang tenang dapat mengurangi gejala ansietas yang dapat
membuat sesak
anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode gawat
napas
Pemasukan O2 adekuat
Pertahankan oksigen aliran rendah dengan kanul nasal, masker atau
sungkup
Alat bantu pernapasan untuk mempertahankan kepatenan jalan
napas
Atur posisi pasien untuk mengoptimalkan pernapasan
Posisi semifowler membantu optimalisasi pola napas
Muttaqin, Ariff. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan Edisi 2 . Jakarta: Salemba Medika