LETHAL ARITMIA
Disusun Oleh :
2011102411126
2023/2024
1. KONSEP TEORI
A. Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi
pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi
dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau
otomatis (Doenges, 1999). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada
iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan
konduksi. Aritmia jantung (heart arrhythmia) menyebabkan detak jantung
menjadi terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung
umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan orang sesekali mengalami detak jantung
yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang melambat. Namun beberapa
jenis aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau bahkan
sampai mengancam nyawa. Aritmia dan HR abnormal tidak harus terjadi
bersamaan. Aritmia dapat terjadi dengan HR yang normal, atau dengan HR yang
lambat (disebut bradiaritmia - kurang dari 60 per menit). Aritmia bisa juga
terjadi dengan HR yang cepat (disebut tachiaritmia - lebih dari 100 per menit)
(Hanafi, 2001).
Pada jantung orang normal, setiap denyut berasal dari nodus SA (irama sinus
normal). Jantung berdenyut sekitar 70 kali dalam satu menit pada keadaan istirahat.
Frekuensi melambat (bradikardia) selama tidur dan dipercepat (takikardia) oleh emosi,
olahraga, demam, dan rangsangan lain. Pada orang muda sehat yang bernapas dengan
frekuensi normal, frekuensi jantung bervariasi sesuai fase pernapasan meningkat selama
inspirasi dan menurun selama ekspirasi, terutama bila kedalaman napas meningkat.
Aritmia sinus ini adalah fenomena normal dan terutama disebabkan oleh fluktuasi
persarafan simpatis di jantung (Ganong, 2008).
b. Sinus bradikardi
Penurunan laju depolarisasi atrium. Gambaran yang terpenting pada ECG adalah
laju kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p tegak disandapan I,II
dan aVF.
d. Takikardi Atrium
Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu kompleks atrium
prematur sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus AV.
e. Fluter atrium.
Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium cepat dan
teratur, dan gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III dan atau aVF seperti
gambaran gigi gergaji.
f. Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah reentri
multipel. Aktifitas atrium sangat cepat sindrom sinus sakit.
B. Etiologi
a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi)
b. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
c. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-
obat anti aritmia lainnya
d. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
e. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi
kerja dan irama jantung
f. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
g. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
D. Patofisiologi
E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber aritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit
dan obat jantung.
b. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan
untuk menentukan dimana aritmia disebabkan oleh gejala khusus bila
pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
c. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup.
d. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan area
iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal
atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
e. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan
latihan yang menyebabkan aritmia.
f. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan
magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
g. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung,
adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
h. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum
dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
i. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi
akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus aritmia.
j. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat
menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
G. Penatalaksaan Medis
2) Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang
menyertai anestesi.
2. Kelas 1 B
Lignocainuntukaritmiaventrikelakibatiskemiamiokard, ventrikeltakikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
3. Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
H. Penatalaksanaan non-medis
i. Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk
menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya
merupakan prosedur elektif.
ii. Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada
keadaan gawat darurat.
iii. Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk
mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang
mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami
fibrilasi ventrikel.
iv. Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan
stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol
frekuensi jantung.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. SURVEY PRIMER
a. Pengkajian jalan nafas (airways)
Sumbatan: Tidak ada sumbatan pada
jalan nafas (-) benda asing (-)
bronscospasme
b. Pengkajian Penafasan
Sesak dengan: Pasien tidak mengeluh sesak nafas, terpasang O2 nasal kanul
2 lpm (-) aktifitas (-) tanpa aktifitas
Konsistensi:-
c. Pengkajian Sirkulasi
Sirkulasi perifer
Nadi : 150x/menit
Irama: (-) teratur (√) tidak
Ekstremitas :
( -) Menetap ( -) Menyebar
ke leher (- ) Seperti ditusuk-tusuk
( -) Ya (√
) Tidak Lokasi edema :
Tidak ada edema
Tingkat kesadaran :
Jumlah : 15
e. Pengkajian Exposure
i. cairan
iv. Eliminasi :
BAK : 5-7 x/ hari
Jumlah : 700 cc
(-) Ya (√ )
Tidak Keluhan
sakit pinggang :
(-) Ya (√ )
Tidak BAB :
1 – 2 x/hari
Diare : (-) Ya (√) Tidak (-) Berdarah (-) Berlendir (-) Cair
Bising Usus : 26 x/menit
2. SURVEY SEKUNDER
a. Pengkajian Full Vital Sign
(-) Vulnus
(-) Krepitasi
5 5
5 5
(-) Fraktur
(-) Dislokasi
b. Integumen
c. Psikologis
Ketegangan meningkat
b. Head to Toe
a.Kepala dan wajah : Tidak ada kelainan, wajah tampak gelisah, pupil
isokor, tidak tampak anemia, ukuran pupil 2 mm, tidak nampak pernafasan
cuping hidung, telinga bersih, pendengaran normal.
b. Leher : Tidak tampak pembengkakkan di kelenjar tiroid, tampak distensi
vena jugularis.
c. Dada : Simetris, pergerakan dada simetris, tampak retraksi otot – otot
pernafasan , suara nafas vesikuler, terdengar ronchi dan wheezing di lapang
paru, murmur tidak ada.
d. Abdomen dan Pinggang : distensi abdomen (+), bising usus (+), nyeri
tekan tidak ada, hepatomegaly tidak ada.
e. Pelvis dan Perineum : Pasien terpasang dower catheter, perineum bersih.
f. Ekstremitas : Tampak odema pada kedua tungkai, akral hangat, ROM
normal, tampak pucat pada kedua telapak tangan, jari tabuh tidak ada.
g. Pemeriksaan khusus jantung : tidak tampak adanya bekas luka operasi,
tampak pembesaran vena jugularis, ictus cordis di ICS V, terdengar BJ 1
normal, BJ 2 normal, regular, murmur tidak ada, ekstra systole tidak ada.
c. Tindakan Kolaboratif
3. Analisa Data
4. Intervensi
5. Evaluasi
A:
Masalah belum
teratasi
P:
- Lanjutkan
intervensi
Intoleransi 09:00 1) Melakukan Jam : 13.00
aktivitas pengkajian
S : Pasien
berhubungan 09:30 pada pasien
dengan mengatakan
penyebab
ketidakseimbangan kelelahan masih merasa
antara suplai 2) Mengkaji perasaan
lemas dan
oksigen dan pasien mengenai
kebutuhan oksigen keterbatasan yang pusing
di alami O:
3) Mengajurkan
Pasien tampak
pasien tirah baring
Melakukan perekaman beristirahat
EKG 12 lead dengan posisi
tidur terlentang
A:
Masalah belum
teratasi
P:
- Lanjutkan
intervensi
Daftar Pustaka