Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

REVIEW ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN GANGGUAN IRAMA JANTUNG

DISUSUN OLEH :

NAMA : LIYA TRIHARTINI


NIM : 1910035030
TINGKAT : 3A

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
MULAWARAN
2022/2023
A. Gangguan Irama Jantung

1. Pengertian

Gangguan irama jantung atau aritmia yang merujuk kepada setiap


gangguan frekuensi, regularitas, lokasi asal atau konduksi impuls listrik jantung.
Iskemik miokardium ditandai dengan perubahan ion dan biokimiawi,
mengakibatkan aktivitas listrik yang tidak stabil yang memicu dan
mempertahankan aritmia, dan infark menciptakan daerah aktif dan blok
konduksi listrik, yang juga memromosikan aritmogenesis(Kalangi et al., 2016).
Aritmia jantung seringkali juga diremehkan karena dianggap tidak berbahaya,
namun penyakit aritmia dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani dengan
tepat. Banyak orang terkena penyakit aritmia dan tidak menyadarinya. Berbagai
faktor baik internal maupun eksternal dapat menjadi pemicu utama
aritmia(Anastastya & Hagijanto, 2016). Gangguan irama jantung (aritmia)
adalah pola perubahan yang cepat dari denyut jantung normal. Hal ini menjadi
permasalahan ketika tidak di atasi dengan baik dan benar karena dapat
menyebabkan terganggunya fungsi jantung tersebut, bahkan dalam kasus yang
lebih parah dapat menyebabkan kematian secara mendadak(Hutasuhut et al.,
2021).

2. Jenis-jenis Gangguan Irama Jantung

a Takikardia adalah suatu keadaan detak jantung terlalu cepat . Aritmia


jantung saat denyut jantung di atas 100 denyut per menit. Terdapat tiga
macam aritmia jantung jenis takikardia yaitu:
1) Sinus takikardia merupakan irama jantung teratur namun
berdebardebar ( laju gelombang 100 X per menit).
2) Takikardia atrial atau supraventrikular (SVT) SVT terjadi ketika
jantung berdenyut cepat yang dimulai dari ruangan jantung
sebelah atas.
3) Takikardia ventrikel. Takikardia ventrikel terjadi ketika jantung
berdenyut cepat yang dimulai dari ruangan jantung sebelah
bawah, yaitu di ventrikel (bilik jantung).
b Bradikardia terjadi ketika detak jantung terlalu lambat. Aritmia
bradikardia terdiri dari: Sinus bradikardi adalah detak jantung kurang
dari 60 per menit,irama teratur.

3. Etiologi

Penyebab gangguan irama jantung (aritmia) pada umumnya disebabkan oleh :

a Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard


(miokarditis karena infeksi).
b Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
c Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obatobat
anti aritmia lainnya.
d Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).

e Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi


kerja dan irama jantung.

f Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.


g Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis).
h Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).

i Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung.

j Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem


konduksi jantung)

4. Gambaran Klinis

a Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur;


defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin
menurun bila curah jantung menurun berat.
b Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil
c Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
5. Patofisiologi

Gangguan Irama Jantung (aritmia) ventrikel umumnya disebabkan oleh


iskemia atau infark myokard. Lokasi terjadinya infark turut mempengaruhi
proses terjadinya aritmia. Sebagai contoh, jika terjadi infark di anterior, maka
stenosis biasanya barada di right coronary artery yang juga berperan dalam
memperdarahi SA node sehingga impuls alami jantung mengalami gangguan.
Akibat dari kematian sel otot jantung ini, dapat menimbulkan gangguan pada
depolarisasi dan repolarisasi jantung, sehingga mempengaruhi irama jantung.
Dengan dilepaskannya berbagai enzim intrasel dan ion kalium serta
penimbunan asam laktat, maka jalur-jalur hantaran listrik jantung terganggu.
Hal ini dapat menyebabkan hambatan depolarisasi atrium atau ventrikel serta
timbulnya aritmia. Penurunan kontraktilitas myokard akibat kematian sel juga
dapat menstimulus pangaktifan katekolamin yang meningkatkan rangsang
system saraf simpatis, akibatnya akan terjadi peningkatan frekuensi jantung,
peningkatan kebutuhan oksigen dan vasokonstriksi.

6. Pemeriksaan Penunjang

a Elektrokardiogram (EKG)

Pemeriksaan ini lebih dikenal dengan sebutan rekam jantung.


Pemeriksaan ini dilakukan untuk merekam aktivitas listrik jantung saat
istirahat.
Kadang kala pemeriksaan ini juga perlu dilakukan pada saat aktivitas
sehari-hari. Untuk rekam jantung selama 24 jam dokter akan
memasangkan alat rekam jantung portable yang disebut holter
monitoring.
b Uji latih beban jantung (treadmill test)
Uji latih beban jantung adalah pemeriksaan tambahan yang memberikan
informasi apakah jantung mendapatkan cukup asupan darah dan oksigen
dari sirkulasi saat aktivitas berat. Treadmill test juga dapat dilakukan
untuk memperoleh informasi penting mengenai irama jantung dan
tekanan darah. Treadmill test pada pasien dengan gangguan irama jantung
sebaiknya dilakukan sesuai anjuran atau konsultasi Dokter Spesialis
Jantung dan Pembuluh Darah.

c USG jantung (Echocardiography)

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai struktur dan fungsi jantung.


Masalah irama jantung sering disertai dengan adanya permasalahan
struktur jantung.

7. Penatalaksanaan

a Pemberian Obat-Obatan

Salah satu jenis obat yang biasanya diberikan dokter untuk pengidap
aritmia adalah obat penghambat beta. Obat tersebut bermanfaat untuk
menjaga denyut jantung tetap normal. Selain obat penghambat beta,
obat- obatan lain yang juga sering digunakan untuk mengatasi aritmia,
antara lain aspirin, warfarin, rivaroxaban, dan dabigatran yang dapat
mencegah terjadinya penggumpalan darah dan stroke.
b Pemasangan Alat Picu Jantung atau Implantable Cardioverter
Defibrillator (ICD)
Cara lainnya untuk mengatasi aritmia adalah dengan memasang alat picu
jantung yang bisa menjaga detak jantung tetap normal. Alat ini dipasang
di dalam dada bagian atas pengidap. Jadi, ketika terjadi perubahan ritme
jantung, alat ini dapat segera mendeteksi dan mengirimkan sengatan
listrik pendek ke jantung guna membuat ritme jantung menjadi normal
kembali.
c Kardioversi

Metode yang satu ini biasanya dilakukan bila aritmia sudah tidak bisa
lagi ditangani dengan obat-obatan. Dalam proses kardioversi, dokter
akan memberikan kejutan listrik ke dada pengidap untuk membuat
denyut jantung kembali normal. Kardioversi elektrik biasanya dilakukan
untuk menangani kasus aritmia fibrilasi atrium dan takikardia
supraventrikular.
d Metode Ablasi

Bila lokasi penyebab terjadinya aritmia sudah diketahui, maka dokter


biasanya akan menganjurkan untuk melakukan metode ablasi. Prosedur
ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah kateter dengan panduan
X-ray melalui pembuluh darah di kaki. Ketika kateter berhasil
menemukan sumber gangguan ritme jantung, maka alat kecil tersebut
akan merusak bagian kecil jaringan jantung tersebut.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Gangguan Irama Jantung

1. Pengkajian
Pengkajian primer :
a Airway

Apakah ada peningkatan sekret ? Adakah suara nafas : krekels ?


b Breathing

Adakah distress pernafasan ? Adakah hipoksemia berat ?


Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ? Apakah ada
bunyi whezing ?
c Circulation

Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ? Apakah ada takikardi ?


Apakah ada takipnoe ?

Apakah haluaran urin menurun ? Apakah terjadi penurunan TD ?


Bagaimana kapilery refill ?
Apakah ada sianosis ?

Pengkajian sekunder

a Riwayat penyakit

Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi

b Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup


jantung, hipertensi
c Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
d Kondisi psikososial
e Pengkajian fisik

Aktivitas : kelelahan umum irkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau


hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama
tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban
berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin
menruun bila curah jantung menurun berat.
f Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.
g Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap
makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban
kulit
h Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung,
letargi, perubahan pupil.
i Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang
atau tidak dengan obat antiangina, gelisah oPernafasan : penyakit paru
kronis, nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman
pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
j Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema,
edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
Pemeriksaan fisik

a Keadaan Umum : Kesadaran dan keadaan emosi, kenyamanan, distress,


sikap dan tingkah laku pasien.
b Tanda-tanda Vital :

1) Tekanan Darah
Nilai
normalnya :
Nilai rata-rata sistolik : 110-140
mmHg Nilai rata-rata diastolik : 80-
90 mmHg
2) Nadi

Nilai normalnya : Frekuensi : 60-100x/menit (bradikardi atau


takikkardi)
3) Pernapasan

Nilai normalnya : Frekuensi : 16-20 x/menit

Pada pasien : respirasi meningkat, dipsnea pada saat istirahat /


aktivitas
c Suhu Badan

Metabolisme menurun, suhu menurun

Pemeriksaan khusus jantung :

a Inspeksi : vena leher dengan JVP meningkat, letak ictus cordis (normal :
ICS ke5)
b Palpasi : PMI bergeser kekiri, inferior karena dilatasi atau hepertrofi
ventrikel
c Perkusi : batas jantung normal pada orang
dewasa Kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis
Dextra Kanan bawah : SIC IV Linea Para
Sternalis Dextra Kiri atas : SIC II Linea Para
Sternalis sinistra
Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra d
Auskulatsi : bunyi jantung I dan II
BJ I : terjadi karena getaran menutupnya katup atrioventrikular, yang
terjadi pada saat kontraksi simetris dari bilik pada permulaan systole
BJ II : terjadi akibat getaran menutupnya katup aorta dan arteri
pulmonalis pada dinding toraks. InI terjadi kira-kira pada permulaan
diastole. (BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I)
2. Diagnosa Keperawatan

a Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolus kapiler


(D.0003)
b Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas (mis: nyeri saat
bernafas) (D.0005)
c Penurunan curah jantung b.d perubahan preload /perubahan
afterload / perubahan kontraktilitas (D.0008)
d Nyeri akut b.d gen penedera fisiologis (Mis: Iskemia) (D.0077)

3. Intervensi Keperawatan

a Pemantauan Respirasi (I.01014 )

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pertukaran


gas meningkat.
Kriterian hasil :

(Pertukaran gas L.01003)

1) Dipsnea menurun

2) bunyi nafas tambahan menurun

3) pola nafas membaik

4) PCO2 dan O2 membaik


Intervensi
Observasi

1) Monitor frekuensi irama, kedalaman dan upaya nafas

2) Monitor pola nafas

3) Monitor kemampuan batuk efektif

4) Monitor nilai AGD

5) Monitor saturasi oksigen

6) Auskultasi bunyi nafas

Terapeutik
1) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

2) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

Dipsnea

Intervensi
Observasi

1) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)

2) Monitor bunyi nafas tambahan (mis:gagling, mengi, Wheezing,


ronkhi)
3) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
1) Posisikan semi fowler atau fowler

2) Ajarkan teknik batuk efektif

Edukasi
1) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian bronkodilato, ekspetoran, mukolitik, jika
perlu

b. (Perawatan jantung I.02075)

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan curah


jantung meningkat.
Kriteria hasil :

(curah jantung L.02008)

1) Tanda vital dalam rentang normal

2) Kekuatan nadi perifer meningkat

3) Tidak ada edema

Intervensi
Observasi
1) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung

2) Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung

3) Monitor intake dan output cairan

4) Monitor keluhan nyeri dada

Terapeutik
1) Berikan terapi terapi relaksasi untuk mengurangi strees, jika perlu

Edukasi

1) Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi

2) Anjurkan berakitifitas fisik secara bertahap


Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
d. Manajemen Nyeri I.08238)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat
nyeri menurun.
Kriteria hasil :

Tingkat nyeri (L.08066)

1) Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi 2

2) Pasien menunjukkan ekspresi wajah tenang

3) Pasien dapat beristirahat dengan nyaman

Intervensi

Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi,
intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri

3) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan


nyeri Terapeutik
1) Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

2) Kontrol lingkungan yang memperbera rasa nyeri (mis: suhu


ruangan, pencahayaan,kebisingan)
Edukasi

1) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

2) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi


nyeri Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.
5. Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Anastastya, N., & Hagijanto, A. (2016). Perancangan Media Informasi Tentang Aritmia
Jantung Bagi Anak Remaja Usia 15-20 Tahun. Jurnal DKV.
http://studentjournal.petra.ac.id/index.php/dkv/article/view/4335

Hutasuhut, M., Tugiono, T., & Nasyuha, A. H. (2021). Analisis Aritmia (Gangguan Irama
Jantung) Menerapkan Metode Certainty Factor. Jurnal Media Informatika
Budidarma, 5(4), 1386–1393. https://doi.org/10.30865/mib.v5i4.3289

Kalangi, C. S., Jim, E. L., & Joseph, V. F. F. (2016). Gambaran aritmia pada pasien
penyakit jantung koroner di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari
2015 – 31 Desember 2015. E-CliniC, 4(2).
https://doi.org/10.35790/ecl.4.2.2016.14556

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawataan Indonesia : Definisi dan indicator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawataan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawataan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai