Di susun Un tuk Mem en uhi Tuga s Kel ompok Mata Kuliah Kepera watan Dewa sa
Si st em Perna fa san, Kardi ova skul er Dan Hema t ol ogi
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
7. Pemeriksaan penunjang
a. EKG
Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan
konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek
ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
b. Monitor Holter
Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila
pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
c. Foto dada
Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
d. Skan pencitraan miokardia
Dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang
dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan
dinding dan kemampuan pompa.
e. Tes stres latihan
Dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
f. Elektrolit
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium
dapat mnenyebabkan disritmia.
g. Pemeriksaan obat
Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan
atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
h. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
i. Laju sedimentasi
Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
j. GDA/nadi oksimetri
Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
8. Komplikasi
a. Demensia
b. Penyakit alzheimer
c. Stroke
d. Gagal jantung
e. Henti jantung mendadak
f. Kematian mendadak pada bayi (SIDS)
9. Penatalaksanaan medis
a. Terapi medis
Obat – obat aritmia dibagi 4 kelas yaitu :
1) Antri aritmia kelas I (sodium channel blocker)
a) Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial
fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial
fibrilasi dan aritmi yang menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
b) Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia
miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
c) Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
2) Antri aritmia kelas II (beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung,
angina pektoris dan hipertensi
3) Antri aritmia kelas III (prolong repolarisation)
4) Antri aritmia kelas IV (calcium channel blocker)
b. Terapi mekanis
1) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk
menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya
merupakan prosedur elektif.
2) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada
keadaan gawat darurat.
3) Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk
mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang
mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami
fibrilasi ventrikel.
4) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan
stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol
frekuensi jantung.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) B1 (breathing) merupakan pengkajian bagian organ pernapasan.
2) B2 (blood) merupakan pengkajian organ yang berkaitan
dengan sirkulasi darah, yaitu jantung dan pembuluh darah.
3) B3 (brain) merupakan pengkajian fisik mengenai kesadaran
dan fungsi persepsi sensori.
4) B4 (bladder) merupakan pengkajian sistem urologi.
5) B5 (bowel) merupakan pengkajian sistem digestive atau
pencernaan.
6) B6 (bone) merupakan pengkajian sistem muskuloskletal
dan integumen.
b. Pengkajian sekunder
1) Riwayat penyakit
a) Faktor resiko keluarga. Contoh: Penyakit jantung, stroke,
dan hipertensi.
b) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati,
GJK, penyakit katup jantung, dan hipertensi.
c) Penggunaan obat digitalis, quinidin, dan obat anti
aritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi.
d) Kondisi psikososial
2) Pengkajian fisik
a) Aktivitas: Kelelahan umum.
b) Sirkulasi: perubahan tekanan darah (hipertensi atau
hipotensi), nadi mungkin tidak teratur, defisit nadi, bunyi
jantung irama tidak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun, kulit warna dan kelembaban berubah misal
pucat, sianosis, berkeringat, edema, haluaran urin menurun
bila curah jantung menurun berat.
c) Integritas ego: perasaan gugup, perasaan terancam, cemas,
takut, menolak, marah, gelisah, dan menangis.
d) Makanan atau cairan: hilang nafsu makan, anoreksia,
tidak toleran terhadap makanan, mual muntah,
peryubahan berat badan, dan perubahan kelembaban kulit.
e) Neurosensori: pusing, berdenyut, sakit kepala,
disorientasi, bingung, letargi, dan perubahan pupil.
f) Nyeri atau ketidaknyamanan: nyeri dada ringan sampai
berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, dan
gelisah.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul berdasarkan (SDKI,
2018) pada pasien aritmia yaitu :
a. D.0008 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
irama jantung dan perubahan kontraktilitas
b. D.0056 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
c. D.0009 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan tekanan darah
d. D.0003 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
alveolus-kapiler
e. D.0080 Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Dx Keperawatan
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
Edukasi
2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
Kolaborasi
Terapeutik
5. Lakukan hidrasi
Edukasi
6. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang tepat
(mis: melembabkan kulit
kering pada kaki)
7. Anjurkan program
rehabilitasi vascular
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Observasi:
3. Monitor tanda-tanda
hipoventilasi
Terapeutik :
Edukasi
Kolaborasi
6. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
7. Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang
Edukasi
4. Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
Kolaborasi
4. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan.
Tahap ini muncul jika perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada klien.
Tindakan yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda dengan
urutan yang telah dibuat pada perencanaan. Aplikasi yang dilakukan pada
klien akan berbeda, disesuaikan dengan kondisi klien saat itu dan
kebutuhan yang paling dirasakan oleh klien (Debora, 2011).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi Keperawatan merupakan tahap kelima dari proses
yang telah dilakukan dengan hasil yang sudah ditetapkan serta menilai
(Debora, 2011).
hasil. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respons pasien terhadap
https://www.studocu.com/id/document/universitas-muhammadiyah-
malang/keperawatan/lp-iccu-aritmia-gadar/47518042?origin=home-recent-1.
(Diakses, 16 April 2023)