Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

LAPO RAN PENDAH ULUAN DAN AS UH AN K EPERAW ATAN


PADA PAS IEN DENG AN ARITM IA

Di susun Un tuk Mem en uhi Tuga s Kel ompok Mata Kuliah Kepera watan Dewa sa
Si st em Perna fa san, Kardi ova skul er Dan Hema t ol ogi

Dosen Pen gam pu : Ns. La lu M. Pan ji Aza li, M. Kep

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. Nella Cindy S. (ST222041) 11. Ratanti Slamet. P (ST222051)

2. Ngatemi Nurdayani (ST222042) 12. Ratna Prasetyaningsih (ST222052)

3. Nia Setyaningrum (ST222043) 13. Reni Windi Arnia (ST222053)

4. Nika Hartanti (ST222044) 14. Retna Ekawaty (ST222054)

5. Ninda Heriyanti (ST222045) 15. Retno Dwi Maryani (ST222055)

6. Nova Puspitasari (ST222046) 16. Ricky Priyatmoko (ST222056)

7. Nunuk Ari H. (ST222047) 17. Rina Roshela (ST222057)

8. Nur Wahyu Y. (ST222048) 18. Risa Rizka Kurniawati (ST222058)

9. Pebri Irawan (ST222049) 19. Riska Aprilia Astuti (ST222059)

10. Rahmi Syalsabella (ST222050)

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2023
A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Definisi
Aritmia adalah gangguan irama jantung akibat otot jantung yang
seharusnya berdenyut secara teratur berubah menjadi lebih cepat,lebih
lambat, atau tidak beraturan. Aritmia disebabkan adanya gangguan pada
impuls elektrik yang berfungsi mengatur detak jantung sehingga
tidak dapat bekerja dengan baik (Susilowati, 2021). Penderita aritmia
mungkin akan merasa jantung berdetak kencang,atau tiba-tiba bertambah
denyutannya, atau bahkan berdetak terlalu cepat (takikardi) atau terlalu
lambat (bradikardi). Atau, penderita mungkin tidak merasakan apa-
apa,karena aritmia dapat “asimptomatik” (tanpa gejala) (Endris,dkk
2021).
Aritmia merupakan kelainan sekunder akibat penyakit jantung atau
ektra kardiak, tetapi dapat juga merupakan kelainan primer. Kesemuanya
mempunyai mekanisme yang sama dan penatalaksanaan yang sama juga.
Kelainan irama jantung ini dapat terjadi pada pasien usia muda atau usia
lanjut.
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel
miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai
perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel.
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut
jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi.

Aritmia jantung (heart arrhythmia) menyebabkan detak jantung


menjadi terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia jantung
umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan orang sesekali mengalami detak
jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang melambat.
Namun beberapa jenis aritmia jantung dapat menyebabkan gangguan
kesehatan atau bahkan sampai mengancam nyawa. Aritmia dan HR
abnormal tidak harus terjadi bersamaan. Aritmia dpt terjadi dg HR yang
normal, atau dengan HR yang lambat (disebut bradiaritmia - kurang dari
60 kali per menit). Aritmia bisa juga terjadi dengan HR yang cepat
(disebut tachiaritmia - lebih dari 100 kali per menit). Kedua keadaan
tersebut akan berpengaruh terhadap kerja jantung memompa darah ke
seluruh tubuh.
Bila jantung berdenyut terlalu lambat, maka jumlah darah yang
mengalir di dalam sirkulasi menjadi berkurang, sehingga kebutuhan
tubuh tidak terpenuhi. Hal ini akan menimbulkan gejala seperti mudah
capek, kelelahan yang kronis, sesak, keleyengan bahkan sampai pingsan.
Yang berbahaya, bila jumlah darah yang menuju otak menjadi berkurang
bahkan minimal sehingga terjadi pingsan atau perasaan melayang. Pada
keadaan yang lebih parah dapat menyebabkan stroke.
Sebaliknya, bila jantung berdenyut terlalu cepat maka jantung akan
mengalami kelelahan dan akan menimbulkan gejala-gejala berdebar yang
biasanya disertai perasaan takut karena debaran jantung yang begitu
cepat (sampai lebih dari 200 kali permenit). Pada keadaan yang ekstrim
dimana bilik jantung berdenyut sangat cepat dan tidak terkendali, maka
terjadi kegagalan sirkulasi darah yang bila dilakukan pertolongan cepat
dengan kejut listrik (DC shock) dapat mengakibatkan kematian.
2. Klasifikasi
Pada umumnya aritmia dibagi menjadi 2 goolongan besar yaitu :
a. Gangguan pembentukan impuls
1) Pada nodus sinoatrial yaitu, takikardia sinus, sinus bradikardi,
sinus artimia, dan sinus henti.
2) Pada atrium yaitu, ekstrasistol atrium, takiakardia atrium,
gelepar atrium, fibrilasi atrium, dan pemacu kelainan atrium.
3) Pada penghubung AV node yaitu , penghubung ekstrasistole
AV, takikardia penghubung AV. Irama lolos dan penghubung
AV.
4) Pada ventrikel yaitu, ventrikel ekstrasistole, takikardia
ventrikular, gelepar ventrikular, fibrilasi ventrikular, henti
ventrikel, dan irama lolos ventrikular.
b. Gangguan penghantaran impuls
1) Blok sino atrial (SA)
Irama teratur. kecuali pada gelombang yang hilang.
Frekuensi umumnya kurang dari 60x/menit. Gelombang
Pnormal. dan hilang pada saat terjadi blok. Interval PR normal.
dan hilang pada saat terjadi blok. Gelombang ORS normal (0.06
- 0.12 detik).
2) Blok sino ventrikular
3) Blok intraventrikular
3. Etiologi
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi).
b. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme
arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
c. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan
obat-obat anti aritmia lainnya.
d. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
e. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang
mempengaruhi kerja dan irama jantung.
f. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
g. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis).
h. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
i. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
j. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis
sistem konduksi jantung)
4. Manifestasi klinis
a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak
teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra,
denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran
urin menurun bila curah jantung menurun berat.
b. Sinkop pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan;
bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
e. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.
5. Patofisiologi
Seperti yang sudah disebutkan diatas, aritmia ventrikel pada
umumnya disebabkan oleh iskemia atau infark myokard. Lokasi
terjadinya infark turut mempengaruhi proses terjadinya aritmia. Sebagai
contoh, jika terjadi infark di depan, maka stenosis biasanya barada di
corkananarteri onary yang juga berperan dalam memperdarahi SAsimpul
sehingga impuls alami jantung mengalami gangguan.
Akibat dari kematian sel otot jantung ini, dapat menimbulkan
gangguan pada depolarisasi dan repolarisasi jantung, sehingga
mempengaruhi irama jantung. Dengan dilepaskannya berbagai enzim
intrasel dan ion kalium serta penimbunan asam laktat, maka jalur-jalur
hantaran listrik jantung terganggu. Hal ini dapat menyebabkan hambatan
depolarisasi atrium atau ventrikel serta timbulnya aritmia. Penurunan
kontraktilitas myokard akibat kematian sel juga dapat menstimulus
pangaktifan katekolamin yang meningkatkan rangsang sistem syaraf
simpatis, akibatnya akan terjadi peningkatan frekuensi jantung,
peningkatan kebutuhan oksigen dan vasokonstriksi. Selain itu iritabilitas
myokard ventrikel juga menjadi penycbab munculnya aritmia ventrikel,
baik VES< VT maupun VF.
Apabila terjadi perubahan tonus susunan saraf pusat otonom atau
karena suatu penyakit di Nodus SA sendiri maka dapat terjadi aritmia.
Dalam keadaan normal, pacu untuk deyut jantung dimulai di denyut
nodus SA dengan irama sinur 70-80 kali per menit, kemudian di
nodusAV dengan 50 kali per menit, yang kemudian di hantarkan pada
berkas HIS lalu ke serabut purkinje. Sentrum yang tercepat membentuk
pacu memberikan arahan dan sentrum yang memimppin ini disebut alat
pacu jantung. Dalam keadaan tertentu, sentrum yang lebih rendah juga
dapat bekerja sebagai alat pacu jantung, yaitu :
a. Bila sentrum SA membentuk pacu lebih kecil atau bila sentrum AV
membentuk pacu lebih besar.
b. Bila pacu di SA tidak sampai ke sentrum AV dan tidak diteruskan ke
Bundle HIS akan mengakibatkan kerusakan pada sistem hantaran
atau penekanan oleh obat.
Aritmia terjasi karena ganguan pembentukan impuls (otomatisitas
abnormal atau gangguan konduksi). Gangguan dalam pembentukan pacu
antara lain:
a. Gangguan dari irama sinus. Seperti takikardi sinus, bradikardi sinus,
dan aritmia sinus.
b. Debar ektopik dan irama ektopik:
c. Takikardi sinus fisiologis. Yaitu pekerjaan fisik, emosi, dan waktu
makanan sedang dicerna.
d. Takikrdi pada waktu istirahat yang merupakan gejala penyakit.
Seperti demam, hipertiroidisme, anemia, lemah miokard,
miokarditis, dan neurosis jantung.
6. Pathway

7. Pemeriksaan penunjang
a. EKG
Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan
konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek
ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
b. Monitor Holter
Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk
menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila
pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
c. Foto dada
Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung
sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
d. Skan pencitraan miokardia
Dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang
dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan
dinding dan kemampuan pompa.
e. Tes stres latihan
Dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
f. Elektrolit
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium
dapat mnenyebabkan disritmia.
g. Pemeriksaan obat
Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan
atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
h. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
i. Laju sedimentasi
Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
j. GDA/nadi oksimetri
Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
8. Komplikasi
a. Demensia
b. Penyakit alzheimer
c. Stroke
d. Gagal jantung
e. Henti jantung mendadak
f. Kematian mendadak pada bayi (SIDS)
9. Penatalaksanaan medis
a. Terapi medis
Obat – obat aritmia dibagi 4 kelas yaitu :
1) Antri aritmia kelas I (sodium channel blocker)
a) Kelas 1 A
 Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial
fibrilasi atau flutter.
 Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial
fibrilasi dan aritmi yang menyertai anestesi.
 Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
b) Kelas 1 B
 Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia
miokard, ventrikel takikardia.
 Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
c) Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
2) Antri aritmia kelas II (beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung,
angina pektoris dan hipertensi
3) Antri aritmia kelas III (prolong repolarisation)
4) Antri aritmia kelas IV (calcium channel blocker)
b. Terapi mekanis
1) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk
menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya
merupakan prosedur elektif.
2) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada
keadaan gawat darurat.
3) Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk
mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang
mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami
fibrilasi ventrikel.
4) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan
stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol
frekuensi jantung.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) B1 (breathing) merupakan pengkajian bagian organ pernapasan.
2) B2 (blood) merupakan pengkajian organ yang berkaitan
dengan sirkulasi darah, yaitu jantung dan pembuluh darah.
3) B3 (brain) merupakan pengkajian fisik mengenai kesadaran
dan fungsi persepsi sensori.
4) B4 (bladder) merupakan pengkajian sistem urologi.
5) B5 (bowel) merupakan pengkajian sistem digestive atau
pencernaan.
6) B6 (bone) merupakan pengkajian sistem muskuloskletal
dan integumen.
b. Pengkajian sekunder
1) Riwayat penyakit
a) Faktor resiko keluarga. Contoh: Penyakit jantung, stroke,
dan hipertensi.
b) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati,
GJK, penyakit katup jantung, dan hipertensi.
c) Penggunaan obat digitalis, quinidin, dan obat anti
aritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi.
d) Kondisi psikososial
2) Pengkajian fisik
a) Aktivitas: Kelelahan umum.
b) Sirkulasi: perubahan tekanan darah (hipertensi atau
hipotensi), nadi mungkin tidak teratur, defisit nadi, bunyi
jantung irama tidak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun, kulit warna dan kelembaban berubah misal
pucat, sianosis, berkeringat, edema, haluaran urin menurun
bila curah jantung menurun berat.
c) Integritas ego: perasaan gugup, perasaan terancam, cemas,
takut, menolak, marah, gelisah, dan menangis.
d) Makanan atau cairan: hilang nafsu makan, anoreksia,
tidak toleran terhadap makanan, mual muntah,
peryubahan berat badan, dan perubahan kelembaban kulit.
e) Neurosensori: pusing, berdenyut, sakit kepala,
disorientasi, bingung, letargi, dan perubahan pupil.
f) Nyeri atau ketidaknyamanan: nyeri dada ringan sampai
berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, dan
gelisah.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul berdasarkan (SDKI,
2018) pada pasien aritmia yaitu :
a. D.0008 Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
irama jantung dan perubahan kontraktilitas
b. D.0056 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
c. D.0009 Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan tekanan darah
d. D.0003 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
alveolus-kapiler
e. D.0080 Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
3. Intervensi keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Dx Keperawatan

1. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Perawatan Jantung (I.02075)


jantung keperawatan 3x24 jam
berhubungan diharapkan  Observasi
dengan perubahan ketidakadekuatan jantung
irama jantung dan memompa darah 1. Identifikasi tanda/gejala
perubahan meningkat, dengan kriteria primer penurunan curah
kontraktilitas hasil : jantung (meliputi: dispnea,
kelelahan, edema, ortopnea,
1. Tekanan darah PND, peningkatan CVP).
menurun 2. Identifikasi tanda/gejala
sekunder penurunan curah
2. CRT menurun jantung (meliputi:
peningkatan berat badan,
3. Palpitas menurun hepatomegaly, distensi vena
4. Distensi vena jugularis jugularis, palpitasi, ronkhi
menurun basah, oliguria, batuk, kulit
pucat)
5. Gambaran EKG
aritmia menurun 3. Monitor tekanan darah
(termasuk tekanan darah
6. Lelah menurun ortostatik, jika perlu)

4. Monitor intake dan output


cairan

5. Monitor berat badan setiap


hari pada waktu yang sama

6. Monitor saturasi oksigen

7. Monitor keluhan nyeri dada


(mis: intensitas, lokasi,
radiasi, durasi, presipitasi
yang mengurangi nyeri)

8. Monitor EKG 12 sadapan

9. Monitor aritmia (kelainan


irama dan frekuensi)

10. Monitor nilai laboratorium


jantung

11. Monitor fungsi alat pacu


jantung

12. Periksa tekanan darah dan


frekuensi nadi sebelum dan
sesudah aktivitas

13. Periksa tekanan darah dan


frekuensi nadi sebelum
pemberian obat (mis: beta
blocker, ACE Inhibitor,
calcium channel blocker,
digoksin)

 Terapeutik

1. Posisikan pasien semi-fowler


atau fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi nyaman

2. Berikan diet jantung yang


sesuai (mis: batasi asupan
kafein, natrium, kolesterol,
dan makanan tinggi lemak)

3. Gunakan stocking elastis atau


pneumatik intermitten, sesuai
indikasi

4. Fasilitasi pasien dan keluarga


untuk modifikasi gaya hidup
sehat

5. Berikan terapi relaksasi untuk


mengurangi stress, jika perlu

6. Berikan dukungan emosional


dan spiritual

7. Berikan oksigen untuk


mempertahankan saturasi
oksigen > 94%

 Edukasi

1. Anjurkan beraktivitas fisik


sesuai toleransi

2. Anjurkan beraktivitas fisik


secara bertahap

3. Anjurkan berhenti merokok

4. Ajarkan pasien dan keluarga


mengukur berat badan harian

5. Ajarkan pasien dan keluarga


mengukur intake dan output
cairan harian

 Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu

2. Rujuk ke program rehabilitasi


jantung

2. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi (I.05178)


aktivitas keperawatan 3x24 jam
berhubungan diharapkan toleransi  Observasi
dengan aktivitas meningkat, 1. Identifikasi gangguan fungsi
ketidakseimbangan dengan kriteria hasil : tubuh yang mengakibatkan
antara suplai dan kelelahan
kebutuhan oksigen 1. Kemudahan dalam
melakukan aktivitas 2. Monitor kelelahan fisik dan
sehari-hari meningkat emosional

2. Kekuatan tubuh 3. Monitor pola dan jam tidur


bagian atas dan bawah
meningkat 4. Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
3. Keluhan lelah melakukan aktivitas
menurun
 Terapeutik
4. Dyspnea saat aktivitas
menurun 1. Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus (mis:
cahaya, suara, kunjungan)

2. Lakukan latihan rentang


gerak pasif dan/atau aktif

3. Berikan aktivitas distraksi


yang menenangkan

4. Fasilitasi duduk di sisi tempat


tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan

 Edukasi

1. Anjurkan tirah baring

2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap

 Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan ahli gizi


tentang cara meningkatkan
asupan makanan

3. Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi (I.02079)


tidak efektif keperawatan 3x24 jam
berhubungan diharapkan perfusi perifer  Observasi
dengan meningkat, dengan kriteria
peningkatan hasil : 1. Periksa sirkulasi perifer (mis:
tekanan darah nadi perifer, edema,
1. Warna kulit pucat pengisian kapiler, warna,
menurun suhu, ankle-brachial index)

2. Edema perifer 2. Identifikasi faktor risiko


menurun gangguan sirkulasi (mis:
diabetes, perokok, orang tua,
3. Kelemahan otot hipertensi, dan kadar
menurun kolesterol tinggi)

4. Pengisian kapiler 3. Monitor panas, kemerahan,


membaik nyeri, atau bengkak pada
ekstremitas

 Terapeutik

1. Hindari pemasangan infus,


atau pengambilan darah di
area keterbatasan perfusi

2. Hindari pengukuran tekanan


darah pada ekstremitas
dengan keterbatasan perfusi

3. Hindari penekanan dan


pemasangan tourniquet pada
area yang cidera

4. Lakukan pencegahan infeksi

5. Lakukan hidrasi

 Edukasi

1. Anjurkan berhenti merokok

2. Anjurkan berolahraga rutin

3. Anjurkan mengecek air


mandi untuk menghindari
kulit terbakar

4. Anjurkan menggunakan obat


penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu

5. Anjurkan minum obat


pengontrol tekanan darah
secara teratur

6. Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang tepat
(mis: melembabkan kulit
kering pada kaki)

7. Anjurkan program
rehabilitasi vascular

8. Ajarkan program diet untuk


memperbaiki sirkulasi (mis:
rendah lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)

4. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi


pertukaran gas keperawatan 3x24 jam (I.01014)
berhubungan diharapkan
dengan perubahan karbondioksida pada  Observasi:
alveolus-kapiler membran alveolus-kapiler
dalam batas normal, 1. Monitor pola nafas, monitor
dengan kriteria hasil : saturasi oksigen

1. Tingkat kesadaran 2. Monitor frekuensi, irama,


meningkat kedalaman dan upaya napas

2. Dispneu menurun 3. Monitor adanya sumbatan


jalan nafas
3. Bunyi napas tambahan
menurun  Terapeutik

4. Gelisah menurun 1. Atur Interval pemantauan


respirasi sesuai kondisi
5. Diaphoresis menurun pasien

6. PCO2 membaik  Edukasi

7. PO2 membaik 1. Jelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan

2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu

Terapi Oksigen (I.01026)

 Observasi:

1. Monitor kecepatan aliran


oksigen

2. Monitor posisi alat terapi


oksigen

3. Monitor tanda-tanda
hipoventilasi

4. Monitor integritas mukosa


hidung akibat pemasangan
oksigen

 Terapeutik :

1. Bersihkan sekret pada mulut,


hidung dan trakea, jika perlu

2. Pertahankan kepatenan jalan


napas

3. Berikan oksigen jika perlu

 Edukasi

1. Ajarkan keluarga cara


menggunakan O2 di rumah

 Kolaborasi

1. Kolaborasi penentuan dosis


oksigen

5. Ansietas Setelah dilakukan tindakan


berhubungan keperawatan 3x24 jam Reduksi Ansietas (I.09314)
dengan kurang diharapkan tingkat
terpapar informasi ansietas menurun, dengan  Observasi
kriteria hasil :
1. Identifikasi saat tingkat
1. Verbalisasi ansietas berubah (mis:
kebingungan menurun kondisi, waktu, stresor)
2. Verbalisasi khawatir 2. Identifikasi kemampuan
akibat kondisi yang mengambil keputusan
dihadapi menurun
3. Monitor tanda-tanda ansietas
3. Perilaku gelisah (verbal dan nonverbal)
menurun

4. Perilaku tegang  Terapeutik


menurun
1. Ciptakan suasana terapeutik
5. Konsentrasi membaik untuk menumbuhkan
kepercayaan
6. Pola tidur membaik
2. Temani pasien untuk
mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan

3. Pahami situasi yang membuat


ansietas

4. Dengarkan dengan penuh


perhatian

5. Gunakan pendekatan yang


tenang dan meyakinkan

6. Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
7. Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa
yang akan datang

 Edukasi

1. Jelaskan prosedur, termasuk


sensasi yang mungkin
dialami

2. Informasikan secara faktual


mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis

3. Anjurkan keluarga untuk


tetap Bersama pasien, jika
perlu

4. Anjurkan melakukan
kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan

5. Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi

6. Latih kegiatan pengalihan


untuk mengurangi
ketegangan

7. Latih penggunaan mekanisme


pertahanan diri yang tepat

8. Latih Teknik relaksasi

 Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat


antiansietas, jika perlu

4. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan.
Tahap ini muncul jika perencanaan yang dibuat diaplikasikan pada klien.
Tindakan yang dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda dengan
urutan yang telah dibuat pada perencanaan. Aplikasi yang dilakukan pada
klien akan berbeda, disesuaikan dengan kondisi klien saat itu dan
kebutuhan yang paling dirasakan oleh klien (Debora, 2011).
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi Keperawatan merupakan tahap kelima dari proses

keperawatan. Pada tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan

yang telah dilakukan dengan hasil yang sudah ditetapkan serta menilai

apakah masalah yang terjadi sudah teratasi semuanya. Selain digunakan

untuk mengevaluasi tindakan keperawatan yang sudah dilakukan,

evaluasi juga digunakan untuk memeriksa semua proses keperawatan

(Debora, 2011).

Setelah data tentang status kesehatan pasien terkumpul, maka

perawat membandingkan data dengan kriteria hasil. Tahap berikutnya

adalah membuat keputusan tentang pencapaian pasien terhadap kriteria

hasil. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respons pasien terhadap

asuhan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil

keputusan (Nursalam, 2011).


DAFTAR PUSTAKA

Debora, O. 2011. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Salemba


Medika.
Endris, A, Dkk. (2021). Ensiklopedia Kesehatan Macam-Macam Penyakit. Jakarta
: Hakim Pustaka.
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.
Susilowati, K. (2021). Big Heart- Perjuangan Melawan
Peripartum Cardiomyopathy (PPCM). Yogyakarta: Srilletto Indie
Book
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1. Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

https://www.alodokter.com/aritmia. (Diakses, 16 April 2023).

https://www.studocu.com/id/document/universitas-muhammadiyah-
malang/keperawatan/lp-iccu-aritmia-gadar/47518042?origin=home-recent-1.
(Diakses, 16 April 2023)

Anda mungkin juga menyukai