Disusun oleh :
Yosy Anggelia
P27906120037
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN IRAMA JANTUNG (ARITMIA)
2. Etiologi
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi)
b. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
c. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-
obat anti aritmia lainnya.
d. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
e. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang
mempengaruhi kerja dan irama jantung.
f. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
g. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
h. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
i. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
j. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem
konduksi jantung)
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia
jantung atau kelainan irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya
adalah:
a. Penyakit Arteri Koroner
Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung
abnormal, kardiomiopati, dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor
resiko untuk hampir semua jenis aritmia jantung.
b. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit
arteri koroner. Hal ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri
menjadi kaku dan tebal, yang dapat mengubah jalur impuls elektrik di
jantung.
c. Penyakit Jantung Bawaan
Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung.
d. Masalah pada Tiroid
Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan
hormon tiroid terlalu banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut
jantung menjadi cepat dan tidak teratur sehingga menyebabkan
fibrilasi atrium (atrial fibrillation). Sebaliknya, metabolisme melambat
ketika kelenjar tiroid tidak cukup melepaskan hormon tiroid, yang
dapat menyebabkan bradikardi (bradycardia).
e. Obat dan Suplemen
Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung
pseudoephedrine dapat berkontribusi pada terjadinya aritmia.
f. Obesitas
Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner,
obesitas dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.
g. Diabetes
Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi
akan meningkat akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula
darah rendah (hypoglycemia) juga dapat memicu terjadinya aritmia.
h. Obstructive Sleep Apnea
Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat
tidur. Napas yang terganggu, misalnya mengalami henti napas saat
tidur dapat memicu aritmia jantung dan fibrilasi atrium.
i. Ketidakseimbangan Elektrolit
Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut
elektrolit), membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada
jantung. Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
memengaruhi impuls elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi
terhadap terjadinya aritmia jantung.
j. Terlalu Banyak Minum Alkohol
Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik
di dalam jantung serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung
berdetak kurang efektif dan dapat menyebabkan cardiomyopathy
(kematian otot jantung).
k. Konsumsi Kafein atau Nikotin
Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung
berdetak lebih cepat dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia
jantung yang lebih serius.
Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat
memengaruhi jantung dan mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau
kematian mendadak akibat fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation).
3. Macam-Macam Aritmia
a. Sinus Takikardi
Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada
ECG adalah : laju gelombang lebih dari 100 X per menit, irama teratur
dan ada gelombang P tegak disandapan I,II dan aVF.
b. Sinus bradikardi
Penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang terpenting pada
ECG adalah laju kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p
tgak disandapan I,II dan aVF.
c. Komplek atrium premature
Impul listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus sinus
menyebabkan kompleks atrium prematur, timbulnya sebelu denyut
sinus berikutnya. Gambaran ECG menunjukan irama tidak teratur,
terlihat gelombang P yang berbeda bentuknya dengan gelombang P
berikutnya.
d. Takikardi Atrium
Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu
kompleks atrium prematur sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus
AV.
e. Fluter atrium.
Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi
atrium cept dan teratur, dan gambarannya terlihat terbalik disandapan
II,III dan atau aVF seperti gambaran gigi gergaji
f. Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah
reentri multipel. Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit
g. Komplek jungsional premature
h. Irama jungsional
i. Takikardi ventrikuler
4. Manifestasi Klinis
Ada beberapa tanda dan gejala Aritmia, yaitu :
a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur;
defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin
menurun bila curah jantung menurun berat.
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan;
bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
e. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
f. Palpitasi
g. Pingsan
h. Rasa tidak nyaman di dada
i. Lemah atau keletihan
j. Detak jantung cepat (tachycardia)
k. Detak jantung lambat (bradycardia)
5. Patofisiologi
Patofisiologi aritmia berkaitan dengan abnormalitas pembentukan impuls,
serta sistem konduksi jantung, ataupun keduanya.
a. Abnormalitas Pembentukan Impuls
Abnormalitas inisiasi impul terutama disebabkan :
1) Perubahan automatisitas nodus SA (sinoatrial) atau pacu jantung
laten di sepanjang jalur konduksi atau abnormalitas automatisitas
miosit atrial atau ventrikel. Automatisitas adalah kemampuat
miosit untuk menginisiasi impuls secara spontan tanpa didahului
oleh stimulasi. Ketika nodus SA mengalami penekanan atau
potensial aksi gagal mencapai pacu jantung sekunder, mekanisme
overdrive suppression menurun sehingga sel pacu jantung sekunder
mengambil alih pacu jantung, disebut fokus ektopik.
2) Aktivitas pemicu. Aktivitas pemicu diinisiasi oleh after
depolarization, dimana osilasi depolarisasi pada membran
bervoltase diinduksi oleh ≥1 potensial aksi. Potensial aksi
abnormal dapat dipicu oleh depolarisasi spontan sel non pacu
jantung yang mungkin terjadi pada fase 3 atau awal fase 4. Kondisi
ini disebut afterdepolarization. Akibatnya potensial aksi yang
bertahan lama ini mengakibatkan takikardia. After depolarization
terbagi menjadi early afterdepolarization (terjadi pada fase 3) dan
delayed afterdepolarization (terjadi pada akhir fase 3 atau awal fase
b. Abnormalitas Konduksi Impuls
1) Konduksi blok
Konduksi blok adalah kondisi di mana aliran impuls
mencapai area jantung yang tidak dapat tereksitasi. Iskemia,
fibrosis, inflamasi maupun beberapa obat dapat menimbulkan
konduksi blok ini.
Konduksi blok pada area nodus AV atau sistem His-
Purkinje mencegah penyebaran impuls ke bagian distal. Akibatnya
mekanisme overdrive suppression menghilang. Fungsi pacu
jantung diambil alih oleh area lebih distal sehingga timbul escape
beat.
Bradiaritmia timbul ketika impuls mengalami blokade
diikuti escape rhythm lambat atau asistol. Jika blokade memicu
eksitasi reentrant, maka terjadi takiaritmia. Faktor-faktor yang
mempengaruhi konduksi impuls terkait amplitudo dan laju
kenaikan fase 0, geometri jaringan tersebut dan eksitabilitas
jaringan yang dialiri impuls.
2) Blok unidirectional dan reentry
Pada kondisi blok unidireksi terjadi blokade terhadap
impuls anterograde. Impuls masuk kembali ke area yang
mengalami blokade secara retrograde. Jika impuls listrik
bersirkulasi berulang kali pada daerah tersebut dan periode refraksi
sudah selesai, maka area tersebut dapat tereksitasi. Mekanisme ini
disebut reentry.
Normalnya aliran impuls berasal dari SA node dialirkan
hingga ke seluruh miosit jantung. Pada periode ini sel mengalami
periode refrakter dan tidak dapat tereksitasi hingga menerima
impuls baru dari nodus SA. Akan tetapi ada sekelompok serabut
yang tidak teraktivasi saat depolarisasi pertama sehingga dapat
tereksitasi sebelum impuls habis. Serat tersebut yang berperan
untuk mengeksitasi area lainnya yang sudah tidak mengalami
periode refrakter.
Aktivasi abnormal pada serat tersebut disebabkan
perlambatan kondisi akibat kelainan anatomi maupun fungsional.
Reentry anatomi diakibatkan kelainan anatomi seperti fibrosis.
Reentry fungsional terkait kelistrikan.
Reentry dapat menimbulkan berbagai aritmia yang
signifikan secara klinis di antaranya sinus node reentry, atrial
flutter, atrial fibrilasi, AV nodal reentry, VT, VF.
6. Pathway
7. Klasifikasi Aritmia
Aritmia terbagi menjadi dua :
a. Gangguan Pembentukan Impuls
1) Aritmia Nodus Sinus
a) Sinus Bradikardi
Sinus Bradikardi adalah irama sinus yang lambat denan
kecepatan kurang dari 60 denyut/menit. Hal ini sering terjadi
pada olahragawan dan seringkali menunjukkan jantung yang
terlatih baik. Bradikardia sinus dapat juga disebabkan karena
miksedema, hipotermia, vagotoni, dan tekanan intrakarnial
yang meninggi. Umumya bradikardia tidak perlu di obati klau
tidak menimbulkan keluhan pada pasien. Tetapi bila bradikardi
> 40/menit dan menyebabkan keluhan pada pasien maka
sebaikkan di obati dengan pemberian sulfasatrofin yang dapat
diiberikan pada intra vena. Sampai bradikardia dapat diatasi.
b) Sinus Takikardi
Ialah irama sinus yang lebih cepat dari 100/menit. Biasanya
tidak melebihi 170/menit. Keadaan ini biasanya terjadi akibat
kelainan ekstrakardial seperti infeksi, febris, hipovolemia,
gangguan gastrointestinal,anemia, penyakit paru obstruktif
kronik, hipertiroidisme. Dapat terjadi pada gagal jantung.
c) Sinus Aritmia
Ialah kelainan irama jantung dimana irama sinus menjadi
lebih cepat pada watu inspirasi dan menjadi lambat pada waktu
ekspirasi.
b) Bigemini ventrikel
Biasanya terjadi disebabkan oleh intoksikasi digitalis,
penyakit arteri koroner, miokard,infark, akut dan chf. Istilah
bigemini mengacu pada kondisi dimana setiap denyut jantung
adalah premature. Karakter:
frekuensi: dapat terjadi pada frekuensi jantung berapapun,
tetapi biasanya kuranga dari 90x/menit.
Gelombang p: dapat tersembunyi dalam kompleks QRS
Kompleks QRS: qrs lebar dan aneh dan terdapat jeda
kompensasi lengkap.
Hantaran: denyut sinus dihantarkan dari nodus sinus secara
normal namun PVC yang ulai berselang-seling pada
ventrikel akan mengakibatkan hantaran retrograde ke
jaringan penyambung dan atrium
c) Takikardi ventrikel
Ialah ekstrasistole ventrikel yang timbul berturut-turut 4
atau lebih. Ekstrasistole ventrikel dapat berkembang menjadi
fibrilasi ventrikel dan menyebabkan cardiac arrest. Penyebab
takikardia ventrikel ialah penyakit jantung koroner, infark
miokard akut, gagal jantung. Diagnosis ditegakkan apabila
takikardia dengan kecepatan antara 150-250/menit, teratur, tapi
sering juga sedikit tidak teratur. Pada gambaran EKG kompleks
QRS yang lebar dari 0,12 detik dan tidak ada hubungan dengan
gelombang P.
d) Fibrilasi ventrikel
Ialah irama ventrikel yang khas dan sama sekali tidak
teratur. Hal ini menyebabkan ventrikel tidak dapat berkontraksi
dengan cukup sehingga curah jantung menurun atau tidak ada,
tekanan darah dan nadi tidak terukur, penderita tidak sadar dan
bila tidak segera ditolong akan menyebabkan mati. Biasanya
disebabkan oleh penyakit jantung kooner, terutama infark
miokard akut. Pengobatan harus dilakukan secepatnya, yaitu
dengan directed current countershock dengan dosis 400 watt
second.
c. Foto dada
Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel atau katup
d. Skan pencitraan miokardia
Dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang dapat
mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding
dan kemampuan pompa.
e. Tes stres latihan
Dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
f. Elektrolit
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
g. Pemeriksaan obat
Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau
dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
h. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
i. Laju sedimentasi
Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
j. GDA/nadi oksimetri
Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
9. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
1) Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
a) Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau
flutter. Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi
dan aritmi yang menyertai anestesi. Dysopiramide untuk SVT
akut dan berulang
b) Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,
ventrikel takikardia. Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
c) Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
2) Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina
pektoris dan hipertensi
3) Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
4) Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
b. Terapi mekanis
1) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk
menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya
merupakan prosedur elektif.
2) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada
keadaan gawat darurat.
3) Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi
dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa
atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan
stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol
frekuensi jantung.
2. Diagnosa Keperawatan
a. (D.0008) Penuurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh
b. (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
c. (D. 0056) Intoleransi aktivitas berhungan dengan ketidakcukupan
energi (kelemahan)
3. Intervensi Keperawatan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
Rujuk ke program rehabilitasi
jantung
Terapeutik
Pertahankan tirah baring
minimal 12 jam
Pasang akses intravena
Puasakan hingga bebas nyeri
Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi ansietas dan
stress
Sediakan lingkungan yang
kondusif untuk beristirahat
dan pemulihan
Siapkan menjalani intervensi
coroner perkutan, jika perlu
Berikan dukungan emosional
dan spiritual
Edukasi
Anjurkan segera melaporkan
nyeri dada
Anjurkan menghindari
maneuver valsava (misal
mengedan saat BAB atau
batuk)
Jelaskan tindakan yang
dijalani pasien
Ajarkan teknik menurunkan
kecemasan dan ketakutan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antiplatelet, jiika perlu
Kolaborasi pemberian anti
angina (misal nitrogliserin,
beta blocker, calcium channel
blocker)
Kolaborasi pemberian morfin,
jika perlu
Kolaborasi pemberian
inotropic, jika perlu
Kolaborasi pemberian obat
untuk mencegah maneuver
valsava (misal. Pelunak tinja,
antiemetik)
Kolaborasi pencegahan
thrombus dengan
antikoagulan, jika perlu
Kolaborasi pemeriksaan x-ray
dada, jika perlu
2 D.0077 “Nyeri akut” (L.08066) I.08283 “Manajemen Nyeri”
Setelah dilakukan tindakan Observasi
Penyebab : asuhan keperawatan selama … - Identifikasi lokasi,
Agen pencedera fisiologis x… jam diharapkan tingkat karakteristik, durasi, frekuensi,
(mis inflamasi, iskemia, nyeri pasien menurun, dengan kualitas, intensitas nyeri
neoplasma) kriteria hasil : - Identifikasi skala nyeri
Agen pencedera kimiawi - Kemampuan menuntaskan - Identifikasi respon nyeri
(mis, terbakar, bahan kimia, aktivitas 4 (cukup verbal dan non verbal
bahan kimia iritan) meningkat) - Identifikasi faktor yang
Agen pencedera fisik (mis. - Keluhan nyeri 4 (cukup memperberat dan
Abses, amputasi, terbakar, menurun) memperingan nyeri
terpotong, mengangkat - Meringis 4 (cukup Terapeutik
berat, prosedur operasi, menurun) - Berikan teknik
trauma, dll) - Gelisah 4 (cukup menurun) nonfarmakologis untuk
- Frekuensi nadi 4 (cukup mengurangi rasa nyeri
Gejala dan Tanda Mayor : membaik) (relaksasi nafas dalam)
Subjektif : - Tekanan darah 4 (cukup
- Mengeluh nyeri membaik) I.08243 “Pemberian Analgesik”
Objektif : - Fokus 4 (cukup membaik) Observasi
- Tampak meringis - Nafsu makan 4 (cukup - Identifikasi riwayat alergi obat
- Bersikap protektif (mis. membaik) - Monitor tanda-tanda vital
Waspada posisi menghindari Pola tidur 4 (cukup membaik) sebelum dan sesudah
nyeri) pemberian analgesik
- Gelisah Edukasi
- Frekuensi nadi meningkat - Jelaskan efek samping dan
- Sulit tidur efek terapi obat
Kolaborasi
Gejala dan Tanda Minor : - Kolaborasi pemberian
Subjektif : analgetik
(tidak tersedia)
Objektif :
- Tekanan darah meningkat
- Pola nafas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berfikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- Diaforesis
3 Intoleransi aktivitas (D. 0056) Toleransi aktivitas (L.05047) Manajemen energy (I. 05178)
5. Evaluasi
Evaluasi adalah fase terakhir proses keperawatan. Evaluasi adalah aspek
penting dalam proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari
evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri,
dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2010).
KASUS
Pada tanggal 29 Desember 2021 Tn. J yang berusia 49 tahun datang ke Rsu Kab
Tangerang dengan keluhan jantung berdebar-debar disertai nyeri, nyeri hilang
timbul seperti tertimpa benda berat, nyeri dibagian dada sebelah kiri menjalar
sampai kebahu kiri, skala nyeri 5 (0-10), nyeri dirasakan saat beraktifitas dan
berkurang saat istirahat. Pasien mengatakan mudah lelah tidak dapat melakukan
aktivitas seperti biasanya. Saat dilakukan pengkajian wajah pasien tampak sedikit
pucat dan meringis sambil memegangi dada sebelah kiri, pasien dilakukan
pemeriksaan TTV didapatkan hasil Tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi
205x/menit, respirasi 23 x/menit, suhu 30.1 °C, saturasi 98%, pasien dilakukan
pemeriksaan EKG dengan hasil gambaran EKG atrial flutter, pasien terpasang
oksigen nasal kanul 3 L/menit dan terpasang infus vemplon pada tangan kanan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.J DENGAN
GANGGUAN IRAMA JANTUNG : ARITMIA
I. BIODATA
Identitas pasien
Usia : 49 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
No. RM : 0056862
Penanggung jawab
Initial : Tn. B
Usia : 25 Tahun
IV. AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala (Subjektif)
Pasien adalah seorang guru. Aktivitas setiap hari yaitu pasien mengajar di
sebuah sekolah swasta di wilayah tempat tinggalnya. Hobi pasien yaitu
membaca buku. Pada saat waktu luang pasien gunakan untuk beristirahat.
Jika bosan pasien lebih memilih untuk membaca buku buku simpanannya.
Pasien tidur kurang lebih 7 jam pada malam hari, dan kurang lebih 1 jam pada
siang hari. Pasien mengatakan tidak memiliki kesulitan tidur pada saat
dirumah.
Tanda (Objektif)
Setelah masuk rumah sakit pasien tampak lemah dan hanya berbaring di
tempat tidur. Tekanan darah pasien 130/80 mmHg. irama nadi tidak teratur.
Pernapasan 23 x/menit, Status mental pasien stabil. Tonus otot sedikit
melemah, postur tubuh normal, tidak ada tremor dan tidak ada deformitas.
V. SIRKULASI
Gejala (Subjektif)
Tanda (Objektif)
Tekanan darah 130/80 mmHg. Nadi terbaba cepat dan kuat dengan frekuensi
205 x/menit. CRT <2 detik. Bunyi jantung S1 S2 normal lup dup. Terdapat
murmur. Bunyi napas normal vesikuler. Suhu 37,0 0C. Tidak ada distensi
vena jugularis. Kuku tidak sianosis. Membran mukosa sedikit kering. Warna
bibir merah kecoklatan. Konjungtiva normal. Sklera tidak ikterik
Pasien mengatakan saat in ia sedikit stress karena ia baru pertama kali dirawat
di Rs. Pasien mengatakan cara ia menangani setres dengan bersabar dan
berdoa kepada Tuhan agar diberikan kesehatan kembali. Pasien mengatakan
tidak ada masalah finansial. Pasien berhubungan baik dengan keluarga serta
tetangga. Pasien beragama islam. Pasien mengatakan selalu ikut serta dalam
kegiatan yang diadakan di majelis. Gaya hidup pasien sederhana dan mudah
berbaur, Perubahan terakhir : Selama sakit pasien hanya berbaring di tempat
tidur dan sesekali duduk di kursi dan berjalan dilorong Rs
Tanda (Obyektif)
VII. ELIMINASI
Gejala (Subjektif)
Pola BAB pasien yaitu dengan frekuensi 1 x/hari. Feses lembek . Tidak ada
kelainan saat BAB. Pola BAK yaitu dengan frekuensi 4-6x/hari. Urine
berwarna kuning memiliki bau khas urine, BAK normal tidak ada kelainan.
Tanda (Objektif)
Tidak ada distensi kandung kemih. Tidak ada nyeri tekan pada kandung
kemih
VIII. MAKANAN/CAIRAN
Gejala (Subjektif)
Tanda (Objektif)
Berat badan sekarang 58 kg dengan tinggi badan : 161 cm dan nilai IMT :
22.3 kg/m2. Turgor kulit : tampak pucat. Membran mukosa sedikit kering.
Tidak ada pembesaran tiroid. Terdapat caries pada gigi. Lidah bersih. Bising
usus 12 x/mnt. Bunyi napas vesikuler.
IX. HIGIENE
Gejala (Subjektif)
Tanda (Objektif)
Penampilan umum baik. Cara berpakaian baik. Kebiasaan pribadi baik. Tidak
ada bau badan. Kulit kepala bersih. Tidak ada kutu.
.
X. NEUROSENSORI
Gejala (subjektif)
Pasien mengatakan terkadang mengeluh ada pusing dan sakit kepala. Tidak
ada kesemutan, tidak ada kebas, tidak ada glaukoma, dan katarak. Fungsi
pendengaran normal. Tidak ada epitaksis.
Tanda (Objektif)
XI. NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Gejala (Subjektif)
Pasien mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri menjalar ke bahu kiri, nyeri
seperti tertimpa benda berat, nyeri hilang timbul, dan biasanya timbul saat
pasien beraktivitas.
Tanda (Objektif)
Skala nyeri pasien 5. Pasien tampak meringis dan memegangi area yang
nyeri.
XII. PERNAPASAN
Gejala (Subjektif)
Tanda (Objektif)
XIII. KEAMANAN
Gejala (Subjektif)
Tanda (Objektif)
Pria
Tanda (Objektif)
Bicara pasien jelas. Pasien tidak menggunakan alat bantu bicara. Pola
interaksi dengan keluarga baik.
XVI. PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala (Subjektif)
Tanggal Pemeriksaan
27 Januari 2021
Pemeriksaan EKG
INTERVENSI KEPERAWATAN
Terapeutik Terapeutik
- Posisikan pasien a. Untuk mengurangi
semi fowler atau kesulitan bernafas dan dan
fowler dengan kaki mengurangi jumlah darah
kebawah atau yang kembali ke jantung
posisi nyaman yang dapat mengurangi
kongesti paru.
- Berikan diet b. Mengatur diet sehingga
jantung yang sesuai kerja dan ketegangan otot
(misal batasi jantung minimal, dan status
asupan kafein, nutrisi terpelihara, sesuai
natrium, kolesterol, dengan selera dan pola
dan makanan tinggi makan klien.
lemak)
- Fasilitasi pasien c. Membantu dalam
dan keluarga untuk perubahan pola hidup sehat
modifikasi gaya
hidup sehat
- Berikan terapi d. Untuk mengurangi
relaksasi untuk kecemasan atau ketegangan
mengurangi stress,
jika perlu
- Berikan dukungan e. Dalam memberikan
emosional dan dukungan dapat
spiritual mengurangi tingkat
kecemasan
- Berikan oksigen f. Meningkatkan sediaan
untuk oksigen untuk kebutuhan
mempertahankan miokrdium melawan efek
saturasi oksigen hipoksia/iskemia.
>94%
Edukasi Edukasi
- Anjurkan a. Untuk mencegah terjadinya
beraktivitas fisik kelelahan
sesuai toleransi
- Anjurkan b. Latihan fisik rutin secara
beraktivitas fisik bertahap memberikan
secara bertahap adaptasi pada ventrikel kiri
dalam melakukan
kompensasi kebutuhan
suplai darah otot rangka.
- Anjurkan berhenti c. Merokok akan
merokok meningkatkan adhesi
trombosit dan merangsang
pembentukan trombus pada
arteri coroner. Hb lebih
mudah berikatan dengan
monoksida dibandingkan
dengan oksigen sehingga
akan menurunkan suplai
oksigen secara umum,
nikotin dan tar mempunyai
respon terhadap sekresi
hormon vasokonstriktor
sehingga akan
meningkatkan beban kerja
jantung..
Kolaborasi Kolaborasi
a. Kolaborasi a. Membantu proses
pemberian penyembuhan
antiaritmia, jika
perlu
b. Rujuk ke program b. Meningkatkan jumlah
rehabilitasi jantung oksigen yang ada untuk
kebutuhan jantung
sekaligus mengurangi
ketidaknyamanan
sehubungan dengan
terjadinya iskemia.
2 Nyeri akut (D.0077) (L.08066) I.08283 “Manajemen
Setelah dilakukan Nyeri”
tindakan asuhan
keperawatan selama Observasi
3 x 24 jam a. Identifikasi lokasi, a. Mempengaruhi pilihan /
diharapkan tingkat karakteristik, pengawasan keefektifan
nyeri pasien durasi, frekuensi, intervensi.
menurun, dengan kualitas, intensitas
kriteria hasil : nyeri
- Keluhan nyeri 4 b. Identifikasi skala b. Untuk mengetahui tingkat
(cukup menurun) nyeri keparahan nyeri
- Meringis 4 c. Identifikasi respon c. Untuk mengetahui
(cukup menurun) nyeri verbal dan persepsi / reaksi terhadap
- Gelisah 4 (cukup non verbal nyeri
menurun) d. Identifikasi faktor d. Untuk memberikan
- Frekuensi nadi 4 yang memperberat ketenangan kepada pasien
(cukup dan memperingan sehingga nyeri tidak
membaik) nyeri bertambah
- Tekanan darah 4
(cukup Terapeutik
membaik) e. Berikan teknik e. Memfokuskan kembali
- Pola tidur 4 nonfarmakologis perhatian, meningkatkan
(cukup untuk mengurangi kontrol dan meningkatkan
membaik) rasa nyeri harga diri dan kemampuan
(relaksasi nafas koping
dalam)
I.08243 “Pemberian
Analgesik”
Observasi
f. Membantu
f. Identifikasi riwayat
mengidentifikasi tindakan
alergi obat
yang tepat dalam
pemberian obat
g. Monitor tanda-
g. Tanda-tanda vital
tanda vital sebelum
merupakan bagian yang
dan sesudah
penting dalam
pemberian
pemeriksaan dan untuk
analgesic
mengetahui reaksi obat
terhadap tubuh
Edukasi
h. Jelaskan efek
h. Memberikan informasi
samping dan efek
tentang efek samping obat
terapi obat
yang mungkin terjadi pada
pasien
Kolaborasi
i.Kolaborasi
pemberian
i. Analgetik dapat
analgetik
mengurangi pengikatan
mediator kimiawi nyeri
pada reseptor nyeri
sehingga dapat
mengurangi rasa nyeri
Edukasi
Anjurkan tirah Edukasi
baring e. Meningkatkan
kenyamanan istirahat serta
dukungan
Anjurkan fisiologis/psikologis.
melakukan aktivitas f. Meminimalkan atrofi otot,
secara bertahap meningkatkan sirkulasi,
Anjurkan mencegah terjadinya
menghubungi kontraktur.
perawat jika tanda g. Untuk dilakukan
dan gejala pemeriksaan lebih lanjut
kelelahan tidak
berkurang
Ajarkan strategi
koping untuk h. Mengidentifikasi
mengurangi kekuatan/kelemahan dan
kelelahan dapat memberikan
informasi mengenai
pemulihan.
Kolaborasi
Kolaborasi dengan Kolaborasi
ahli gizi tentang i. Mempercepat proses
cara meningkatkan penyembuhan
asupan makanan.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tindakan Keperawatan Respon Tanda
Keperawatan Tangan
1 (D.0008) - Mengidentifikasi tanda S :
Penurunan curah dan gejala primer - Pasien
jantung penurunan curah mengatakan
berhubungan jantung jantung masih
dengan - Mengidentifikasi tanda berdebar-debar
ketidakadekuatan dan gejala sekunder - Pasien
jantung penurunan curah mengatakan dada
memompa darah jantung terasa berat
untuk memenuhi - Memonitor tekanan seperti tertiban Yosy A
kebutuhan darah benda berat
metabolisme - Memonitor intake dan O :
tubuh output cairan - Pasien tampak
- Memonitor BB setiap sedikit pucat
hari pada waktu yang - TTV
sama TD 130/90
- Memonitor saturasi mmHg,
oksigen Nadi 208
- Memonitor keluhan x/menit, RR 23
nyeri dada x/menit, suhu
- Memonitor EKG 12 36.9 °C, saturasi
sadapan 98%
- Memonitor aritmia - Gambaran EKG
- Mengatur posisi pasien Atrial Flutter
semi fowler atau fowler - Posisi pasien
dengan kaki kebawah semi fowler
atau posisi nyaman - Terpasang
- Memberikan oksigen oksigen nasal
untuk mempertahankan kanul 3 L/menit
saturasi oksigen >94%
- Melakukan kolaborasi
dengan dokter
pemberian antiaritmia
CATATAN PERKEMBANGAN
Kozier. (2010). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Edisi . Jakarta : EGC
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Selatan : DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Selatan : DPP PPNI.