Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN IRAMA JANTUNG : ARITMIA

Diajukan guna memenuhi laporan praktik klinik: Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pembimbing : Parta Suhanda, S.Kp., M.Biomed

Disusun oleh :

Yosy Anggelia
P27906120037

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN

JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG

PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS

2021
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN IRAMA JANTUNG (ARITMIA)

A. Konsep dasar Penyakit


1. Definisi
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang
sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah
perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh
konduksi elektrolit abnormal atau otomatis.
Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel
miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai
perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel.
Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas
denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan
konduksi.
Definisi aritmia meliputi gangguan pada frekuensi, konduksi, atau
asal irama yang bukan dari nodus sinus. Seseorang dikatakan menderita
aritmia bila terdapat :
a. Irama jantung bukan berasal dari nodus sinoatrial atau nodus sinus
b. Frekuensi denyut jantung <60x/menit (bradiaritmia) atau > 150x/menit
(takiaritmia)
c. Irama jantung tidak teratur. Sekalipun berasal dari nodus sinus
d. Adanya hambatan konduksi impuls jantung.

2. Etiologi
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi)
b. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri
koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
c. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-
obat anti aritmia lainnya.
d. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
e. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang
mempengaruhi kerja dan irama jantung.
f. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
g. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
h. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
i. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
j. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem
konduksi jantung)
Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia
jantung atau kelainan irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya
adalah:
a. Penyakit Arteri Koroner
Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung
abnormal, kardiomiopati, dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor
resiko untuk hampir semua jenis aritmia jantung.
b. Tekanan Darah Tinggi
Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit
arteri koroner. Hal ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri
menjadi kaku dan tebal, yang dapat mengubah jalur impuls elektrik di
jantung.
c. Penyakit Jantung Bawaan
Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung.
d. Masalah pada Tiroid
Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan
hormon tiroid terlalu banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut
jantung menjadi cepat dan tidak teratur sehingga menyebabkan
fibrilasi atrium (atrial fibrillation). Sebaliknya, metabolisme melambat
ketika kelenjar tiroid tidak cukup melepaskan hormon tiroid, yang
dapat menyebabkan bradikardi (bradycardia).
e. Obat dan Suplemen
Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung
pseudoephedrine dapat berkontribusi pada terjadinya aritmia.
f. Obesitas
Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner,
obesitas dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.
g. Diabetes
Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi
akan meningkat akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula
darah rendah (hypoglycemia) juga dapat memicu terjadinya aritmia.
h. Obstructive Sleep Apnea
Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat
tidur. Napas yang terganggu, misalnya mengalami henti napas saat
tidur dapat memicu aritmia jantung dan fibrilasi atrium.
i. Ketidakseimbangan Elektrolit
Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut
elektrolit), membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada
jantung. Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
memengaruhi impuls elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi
terhadap terjadinya aritmia jantung.
j. Terlalu Banyak Minum Alkohol
Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik
di dalam jantung serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
fibrilasi atrium (atrial fibrillation).
Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung
berdetak kurang efektif dan dapat menyebabkan cardiomyopathy
(kematian otot jantung).
k. Konsumsi Kafein atau Nikotin
Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung
berdetak lebih cepat dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia
jantung yang lebih serius.
Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat
memengaruhi jantung dan mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau
kematian mendadak akibat fibrilasi ventrikel (ventricular fibrillation).

3. Macam-Macam Aritmia
a. Sinus Takikardi
Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada
ECG adalah : laju gelombang lebih dari 100 X per menit, irama teratur
dan ada gelombang P tegak disandapan I,II dan aVF.
b. Sinus bradikardi
Penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang terpenting pada
ECG adalah laju kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p
tgak disandapan I,II dan aVF.
c. Komplek atrium premature
Impul listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus sinus
menyebabkan kompleks atrium prematur, timbulnya sebelu denyut
sinus berikutnya. Gambaran ECG menunjukan irama tidak teratur,
terlihat gelombang P yang berbeda bentuknya dengan gelombang P
berikutnya.
d. Takikardi Atrium
Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu
kompleks atrium prematur sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus
AV.
e. Fluter atrium.
Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi
atrium cept dan teratur, dan gambarannya terlihat terbalik disandapan
II,III dan atau aVF seperti gambaran gigi gergaji
f. Fibrilasi atrium
Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah
reentri multipel. Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit
g. Komplek jungsional premature
h. Irama jungsional
i. Takikardi ventrikuler

4. Manifestasi Klinis
Ada beberapa tanda dan gejala Aritmia, yaitu :
a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur;
defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut
menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin
menurun bila curah jantung menurun berat.
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi,
perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah
d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan;
bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri
(edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
e. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
f. Palpitasi
g. Pingsan
h. Rasa tidak nyaman di dada
i. Lemah atau keletihan
j. Detak jantung cepat (tachycardia)
k. Detak jantung lambat (bradycardia)
5. Patofisiologi
Patofisiologi aritmia berkaitan dengan abnormalitas pembentukan impuls,
serta sistem konduksi jantung, ataupun keduanya.
a. Abnormalitas Pembentukan Impuls
Abnormalitas inisiasi impul terutama disebabkan :
1) Perubahan automatisitas nodus SA (sinoatrial) atau pacu jantung
laten di sepanjang jalur konduksi atau abnormalitas automatisitas
miosit atrial atau ventrikel. Automatisitas adalah kemampuat
miosit untuk menginisiasi impuls secara spontan tanpa didahului
oleh stimulasi. Ketika nodus SA mengalami penekanan atau
potensial aksi gagal mencapai pacu jantung sekunder, mekanisme
overdrive suppression menurun sehingga sel pacu jantung sekunder
mengambil alih pacu jantung, disebut fokus ektopik.
2) Aktivitas pemicu. Aktivitas pemicu diinisiasi oleh after
depolarization, dimana osilasi depolarisasi pada membran
bervoltase diinduksi oleh ≥1 potensial aksi. Potensial aksi
abnormal dapat dipicu oleh depolarisasi spontan sel non pacu
jantung yang mungkin terjadi pada fase 3 atau awal fase 4. Kondisi
ini disebut afterdepolarization. Akibatnya potensial aksi yang
bertahan lama ini mengakibatkan takikardia. After depolarization
terbagi menjadi early afterdepolarization (terjadi pada fase 3) dan
delayed afterdepolarization (terjadi pada akhir fase 3 atau awal fase
b. Abnormalitas Konduksi Impuls
1) Konduksi blok
Konduksi blok adalah kondisi di mana aliran impuls
mencapai area jantung yang tidak dapat tereksitasi. Iskemia,
fibrosis, inflamasi maupun beberapa obat dapat menimbulkan
konduksi blok ini.
Konduksi blok pada area nodus AV atau sistem His-
Purkinje mencegah penyebaran impuls ke bagian distal. Akibatnya
mekanisme overdrive suppression menghilang. Fungsi pacu
jantung diambil alih oleh area lebih distal sehingga timbul escape
beat.
Bradiaritmia timbul ketika impuls mengalami blokade
diikuti escape rhythm lambat atau asistol. Jika blokade memicu
eksitasi reentrant, maka terjadi takiaritmia. Faktor-faktor yang
mempengaruhi konduksi impuls terkait amplitudo dan laju
kenaikan fase 0, geometri jaringan tersebut dan eksitabilitas
jaringan yang dialiri impuls.
2) Blok unidirectional dan reentry
Pada kondisi blok unidireksi terjadi blokade terhadap
impuls anterograde. Impuls masuk kembali ke area yang
mengalami blokade secara retrograde. Jika impuls listrik
bersirkulasi berulang kali pada daerah tersebut dan periode refraksi
sudah selesai, maka area tersebut dapat tereksitasi. Mekanisme ini
disebut reentry.
Normalnya aliran impuls berasal dari SA node dialirkan
hingga ke seluruh miosit jantung. Pada periode ini sel mengalami
periode refrakter dan tidak dapat tereksitasi hingga menerima
impuls baru dari nodus SA. Akan tetapi ada sekelompok serabut
yang tidak teraktivasi saat depolarisasi pertama sehingga dapat
tereksitasi sebelum impuls habis. Serat tersebut yang berperan
untuk mengeksitasi area lainnya yang sudah tidak mengalami
periode refrakter.
Aktivasi abnormal pada serat tersebut disebabkan
perlambatan kondisi akibat kelainan anatomi maupun fungsional.
Reentry anatomi diakibatkan kelainan anatomi seperti fibrosis.
Reentry fungsional terkait kelistrikan.
Reentry dapat menimbulkan berbagai aritmia yang
signifikan secara klinis di antaranya sinus node reentry, atrial
flutter, atrial fibrilasi, AV nodal reentry, VT, VF.
6. Pathway
7. Klasifikasi Aritmia
Aritmia terbagi menjadi dua :
a. Gangguan Pembentukan Impuls
1) Aritmia Nodus Sinus
a) Sinus Bradikardi
Sinus Bradikardi adalah irama sinus yang lambat denan
kecepatan kurang dari 60 denyut/menit. Hal ini sering terjadi
pada olahragawan dan seringkali menunjukkan jantung yang
terlatih baik. Bradikardia sinus dapat juga disebabkan karena
miksedema, hipotermia, vagotoni, dan tekanan intrakarnial
yang meninggi. Umumya bradikardia tidak perlu di obati klau
tidak menimbulkan keluhan pada pasien. Tetapi bila bradikardi
> 40/menit dan menyebabkan keluhan pada pasien maka
sebaikkan di obati dengan pemberian sulfasatrofin yang dapat
diiberikan pada intra vena. Sampai bradikardia dapat diatasi.
b) Sinus Takikardi
Ialah irama sinus yang lebih cepat dari 100/menit. Biasanya
tidak melebihi 170/menit. Keadaan ini biasanya terjadi akibat
kelainan ekstrakardial seperti infeksi, febris, hipovolemia,
gangguan gastrointestinal,anemia, penyakit paru obstruktif
kronik, hipertiroidisme. Dapat terjadi pada gagal jantung.
c) Sinus Aritmia
Ialah kelainan irama jantung dimana irama sinus menjadi
lebih cepat pada watu inspirasi dan menjadi lambat pada waktu
ekspirasi.

d) Henti sinus (sinus arrest)


Terjadi akibat kegagalan simpul SA, setelah jedah, simpul
SA akan aktif kembali
2) Aritmia Atrium
a) Kontraksi prematur atrium (Ekstrasistole Atrial)
Secara klinis ekstrasistol nodal hampir tidak dapat
dibedakan dengan ekstrasistol ventrikular ataupun ekstrasistol
atrial. Pada gambaran EKG ialah adanya irama jantung yag
terdiri atas gelombang T yang berasal dari AV node di ikuti
kompleks QRS, biasanya dengan kecepatan 50-60/menit. Pada
trakikardia idionodal (AV junctional tachycardia atau nodal
tachycardia) terdapat dua macam, yaitu : idiojunctional
tachycardia dengan kecepatan denyut ventrikel 100-140/menit,
dan axtrasistolik AV junctional tachycardia dengan denyut
ventrikel 140-200/ menit.
b) Paroksimal Takikardi Atriuum
Disebut juga takikardia supra vebtrikular. Merupakan
sebuah takikardia yang berasal dari atrium atau AV node.
Biasanya disebabkan karena adanya re-entry baik di atrium,
AV node atau sinus node. Pasien yang mendapatka serangan ini
merasa jantungnya berdebar cepat sekali, gelisah, keringat
dingin, dan akan merasa lemah. Kadang timbul sesak nafas dan
hipotensi. Pada pemeriksaan EKG akan terlihat gambaran
seperti ekstrasistol atrial yag berturut-turut > 6. Terdapat
sederetan denyut atrial yg timbul cepat berturut- turut dan
teratur, yaitu : Gelombang P sering tdk terliha dan Rate : 140 –
250x/mnt
c) Flutter atrium
Pelepasan impuls dari fokus ectopic di atrium cepat dan teratur
Rate : 250 – 350x/mnt
d) Fibrilasi atrium
Pada fase ini di EKG akan tampak gelombang fibrilasi
(fibrillation wave) yag berupa gelombang yang sangat tidak
teratur dan sangat cepat dengan frekuensi 300/ menit. Pada
pemeriksaan klinis akan ditemukan irama jantung yang tidak
teratur dengan bunyi jantung yang intensitasnya juga tidak
sama.
3) Aritmia Ventrikel
a) Kontraksi prematur ventrikel
Terjadi akibat peningkatan otomatisa sel ataupun ventrikel
PVC bias di sebabkan oleh toksisitas digitalis, hipoksia,
hipokalemia, demam, asedosis atau peningktan sirkulkalasi
katekolamin. Pada kontraksi premature ventrikel mempunyai
karakter sebagai berikut
 Frekuensi:60-100 x/menit
 Gelombang p: tidak akan muncul karena impuls berasal
dari ventrikel
 Gelombang QRS: biasanya lebar dan aneh, berdurasi lebih
dari 0,10 detik
 Hantaran: terkadang retrograde melalui jaringan
penyambung atrium
 Irama ireguler bila terjadi denyut premature

b) Bigemini ventrikel
Biasanya terjadi disebabkan oleh intoksikasi digitalis,
penyakit arteri koroner, miokard,infark, akut dan chf. Istilah
bigemini mengacu pada kondisi dimana setiap denyut jantung
adalah premature. Karakter:
 frekuensi: dapat terjadi pada frekuensi jantung berapapun,
tetapi biasanya kuranga dari 90x/menit.
 Gelombang p: dapat tersembunyi dalam kompleks QRS
 Kompleks QRS: qrs lebar dan aneh dan terdapat jeda
kompensasi lengkap.
 Hantaran: denyut sinus dihantarkan dari nodus sinus secara
normal namun PVC yang ulai berselang-seling pada
ventrikel akan mengakibatkan hantaran retrograde ke
jaringan penyambung dan atrium
c) Takikardi ventrikel
Ialah ekstrasistole ventrikel yang timbul berturut-turut 4
atau lebih. Ekstrasistole ventrikel dapat berkembang menjadi
fibrilasi ventrikel dan menyebabkan cardiac arrest. Penyebab
takikardia ventrikel ialah penyakit jantung koroner, infark
miokard akut, gagal jantung. Diagnosis ditegakkan apabila
takikardia dengan kecepatan antara 150-250/menit, teratur, tapi
sering juga sedikit tidak teratur. Pada gambaran EKG kompleks
QRS yang lebar dari 0,12 detik dan tidak ada hubungan dengan
gelombang P.

d) Fibrilasi ventrikel
Ialah irama ventrikel yang khas dan sama sekali tidak
teratur. Hal ini menyebabkan ventrikel tidak dapat berkontraksi
dengan cukup sehingga curah jantung menurun atau tidak ada,
tekanan darah dan nadi tidak terukur, penderita tidak sadar dan
bila tidak segera ditolong akan menyebabkan mati. Biasanya
disebabkan oleh penyakit jantung kooner, terutama infark
miokard akut. Pengobatan harus dilakukan secepatnya, yaitu
dengan directed current countershock dengan dosis 400 watt
second.

b. Gangguan Penghantaran Impuls


1) Blok :
a) Blok SA
Impuls yg dibentuk SA node diblok pada batas simpul SA
dengan jaringan atrium di sekitarnya, shg tdk terjadi aktivitas
baik di atrium maupun ventricle
b) Blok AV,
Blok AV terjadi jika hambatan konduksi terjadi di jalur
antara nodus SA sampai berkaskis
c) Blok intraventrikular/B.B.B
Menunjukkan adanya gangguan konduksi di cabang kanan
atau kiri sistem konduksi, atau divisi anterior atau posterior
cabang kiri. Diagnosis ditegakkan atas dasar pemeriksaan EKG
dengan adanya kopleks QRS yang memanjang lebih dari 0,11
detik dan perubahan bentuk kompleks QRS serta adanya
perubahan axis QRS. Bila cabang kiri terganggu di sebut left
bundle branch blok mempunyai gamaran EKG berupa bentuk
rsR atau R yang lebar I, aVL, V5, V6.
2) Hantaran yang dipercepat :
Syndrome Wolf Parkinson White
Ditandai dengan adanya depolarisasi ventrikel yang
premature termasuk golongan ini. Syndrom Wolff Pakison white
(WPW), gambaran EKG menunjukkan gambaran gelombang P
normal, interval PR memendek (0,11 detik atau kurang), kompleks
QRS melebar karena adanya gelombang delta. Perubahan
gelombang T yang sekunder. Dan syndrom lown ganong levine
(LGL), pada gelombang EKG memperlihatkan adanya gelombang
P normal, interval PR memendek.

8. Pemeriksaan Gangguan Irama Jantung


a. EKG
Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi.
Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat jantung.
b. Monitor Holter
Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan
dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di
rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu
jantung/efek obat antidisritmia.

c. Foto dada
Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan
dengan disfungsi ventrikel atau katup
d. Skan pencitraan miokardia
Dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang dapat
mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding
dan kemampuan pompa.
e. Tes stres latihan
Dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang
menyebabkan disritmia.
f. Elektrolit
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat
mnenyebabkan disritmia.
g. Pemeriksaan obat
Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau
dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
h. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan.meningkatkan disritmia.
i. Laju sedimentasi
Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh
endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
j. GDA/nadi oksimetri
Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
9. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
1) Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
a) Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi
pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau
flutter. Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi
dan aritmi yang menyertai anestesi. Dysopiramide untuk SVT
akut dan berulang
b) Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard,
ventrikel takikardia. Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
c) Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
2) Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina
pektoris dan hipertensi
3) Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
4) Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia

b. Terapi mekanis
1) Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk
menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya
merupakan prosedur elektif.
2) Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada
keadaan gawat darurat.
3) Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi
dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa
atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4) Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan
stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol
frekuensi jantung.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Anamnesa adanya keluhan yang dirasakan : palpitasi, lemas, pusing,
pingsan, nyeri dada, sesak, batuk, pusing, cemas.
b. Riwayat penyakit
1) Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
2) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit
katup jantung, hipertensi
3) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
4) Kondisi psikososial
c. Pengkajian fisik
1) Aktivitas : kelelahan umum
2) Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi
mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak
teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban
berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin
menruun bila curah jantung menurun berat.
3) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,
menolak,marah, gelisah, menangis.
4) Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak
toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan,
perubahan kelembaban kulit
5) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi,
bingung, letargi, perubahan pupil.
6) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat,
dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
7) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk,
perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan
(krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi
pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
8) Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi,
eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus
otot/kekuatan.
d. Kaji hasil pemeriksaan : lab darah : Hb, elektrolit, enzyme jantung
AGD, Rontgen Thorax : normal atau kardiomegali, terdapat udem
pulmo, Echocardiografi : terdapat kelainan katup, defek kongenital,
tumor miokard, effuse pericard dan atau penurunan fungsi pompa
jantung.

2. Diagnosa Keperawatan
a. (D.0008) Penuurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh
b. (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
c. (D. 0056) Intoleransi aktivitas berhungan dengan ketidakcukupan
energi (kelemahan)
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Intervensi Keperawatan


1 Penuurunan curah jantung Curah jantung (L.02008) Perawatan jantung (I.02075)
(D.0008)
Setelah dilakukan tindakan Observasi
Penyebab : keperawatan selama … x …  Identifikasi tanda dan gejala
 Perubahan irama jantung diharapkan keadekuatan primer penurunan curah
 Perubahan frekuensi jantung jantung memompa darah untuk jantung (meliputi dyspnea,
 Perubahan kontraktilitas memenuhi kebutuhan kelelahan, edema, orthopnea,
 Perubahan preload metabolisme tubuh meningkat paroxysmal nocturnal
 Perubahan afterload dengan kriteria hasil : dyspnea, peningkatan CVP).
 Kekuatan nadi perifer  Identifikasi tanda dan gejala
Gejala tanda mayor : meningkat (5) sekunder penurunan curah
Subjektif :  Gambaran EKG aritmia jantung (meliputi peningkatan
 Perubahan irama jantung : menurun (5) BB, hepatomegaly, distensi
palpitasi  Lelah menurun (5) vena jugularis, palpitasi,
 Perubahan preload : lelah  Edema menurun (5) ronkhi basah,, oliguria, batuk,
 Perubahan after load :  Distensi vena jugularis kulit pucat)
dyspnea menurun (5)  Monitor tekanan darah
 Perubahan kontraktilitas :  Dyspnea menurun (5) (termasuk tekanan darah
- Paroxysmal nocturnal  Oliguria menurun (5) ortostatik, jika perlu)
dyspnea (DNP)  Pucat/sianosis menurun (5)  Monitor intake dan output
- Orthopnea  Batuk menurun (5) cairan
- Batuk  Suara jantung S3 menurun  Monitor BB setiap hari pada
Objektif : (5) waktu yang sama
 Perubahan irama jantung :  Suara jantung S4 menurun  Monitor saturasi oksigen
- Bradikardia, takikardia (5)  Monitor keluhan nyeri dada
- Gambaran EKG aritmia  Tekanan darah membaik (missal intensitas, lokasi,
atau gangguan konduksi. (5) radiasi, durasi, presivitasi
 Perubahan preload  CRT membaik (5) yang mengurangi nyeri)
- Edema  Monitor EKG 12 sadapan
- Distensi vena jugularis  Monitor aritmia (kelainan
- CVP irama dan frekuensi)
meningkat/menurun  Monitor nilai laboratorium
- hepatomegali jantung (missal elektrolit,
 Perubahan afterload enzim jantung, BNP, NTpro-
- Tekanan darah BNP)
meningkat/menurun  Monitor fungsi alat pacu
- Nadi perifer teraba jantung
lemah  Periksa tekanan darah dan
- CRT >3detik frekuensi nadi sebelum dan
- Oliguria sesudah aktivitas
- Warna kulit pucat atau  Periksa tekanan darah dan
sianosis frekuensi nadi sebelum
 Perubahan kontraktilitas pemberian obat (misal beta
- Terdengar suara jantung blocker, ACE inhibitor,
S3 dan atau S4 calcium channel-blocker,
- Ejection fraction (EF) digoksin)
menurun
Terapeutik
Gejala dan tanda Minor  Posisikan pasien semi fowler
Subjektif : atau fowler dengan kaki
 Perilaku emosional : cemas, kebawah atau posisi nyaman
gelisah.  Berikan diet jantung yang
Objektif : sesuai (misal batasi asupan
 Perubahan preload kafein, natrium, kolesterol,
- Murmur jantung dan makanan tinggi lemak)
- BB bertambah  Gunakan stocking elastis atau
- Pulmonary artery wedge pneumatic intermiten, sesuai
pressure (PAWP) indikasi
menurun  Fasilitasi pasien dan keluarga
 Perubahan afterload untuk modifikasi gaya hidup
- Pulmonary vascular sehat
resistance (PVR)  Berikan terapi relaksasi untuk
meningkat/menurun mengurangi stress, jika perlu
- Systemic vascular  Berikan dukungan emosional
resistance (SVR) dan spiritual
meningkat/menurun  Berikan oksigen untuk
 Perubahan kontraktilitas mempertahankan saturasi
- Cardiac index (CI) oksigen >94%
menurun
- Left ventricular stroke Edukasi
work index (LVSWI)  Anjurkan beraktivitas fisik
menurun sesuai toleransi
- Stroke volume index  Anjurkan beraktivitas fisik
( SVI) menurun secara bertahap
 Anjurkan berhhenti merokok
 Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur BB harian
 Ajarkan pasien dan keluarga
menngukur intake dan output
cairan harian

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
 Rujuk ke program rehabilitasi
jantung

Perawatan jantung akut


(I.02076)
Observasi
 Identifikasi karakteristik nyeri
dada (meliputi faktor pemicu
dan pereda, kualitas, lokasi,
radiasi, skala, durasi dan
frekuensi)
 Monitor EKG 12 sadapan
untuk perubahan ST dan T
 Monitor aritmia (kelainan
irama dan frekuensi)
 Monitor elektrolit yang dapat
meningkatkan risiko aritmia
(misal kalium, magnesium
serum)
 Monitor enzim jantung (misal
CK, CK-MB, Troponin T,
Troponin I)
 Monitor saturasi oksigen
 Identifikasi stratifikasi pada
sindrom coroner akut (misal
skor TIMI, Killip, Crusade)

Terapeutik
 Pertahankan tirah baring
minimal 12 jam
 Pasang akses intravena
 Puasakan hingga bebas nyeri
 Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi ansietas dan
stress
 Sediakan lingkungan yang
kondusif untuk beristirahat
dan pemulihan
 Siapkan menjalani intervensi
coroner perkutan, jika perlu
 Berikan dukungan emosional
dan spiritual

Edukasi
 Anjurkan segera melaporkan
nyeri dada
 Anjurkan menghindari
maneuver valsava (misal
mengedan saat BAB atau
batuk)
 Jelaskan tindakan yang
dijalani pasien
 Ajarkan teknik menurunkan
kecemasan dan ketakutan

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
antiplatelet, jiika perlu
 Kolaborasi pemberian anti
angina (misal nitrogliserin,
beta blocker, calcium channel
blocker)
 Kolaborasi pemberian morfin,
jika perlu
 Kolaborasi pemberian
inotropic, jika perlu
 Kolaborasi pemberian obat
untuk mencegah maneuver
valsava (misal. Pelunak tinja,
antiemetik)
 Kolaborasi pencegahan
thrombus dengan
antikoagulan, jika perlu
 Kolaborasi pemeriksaan x-ray
dada, jika perlu
2 D.0077 “Nyeri akut” (L.08066) I.08283 “Manajemen Nyeri”
Setelah dilakukan tindakan Observasi
Penyebab : asuhan keperawatan selama … - Identifikasi lokasi,
 Agen pencedera fisiologis x… jam diharapkan tingkat karakteristik, durasi, frekuensi,
(mis inflamasi, iskemia, nyeri pasien menurun, dengan kualitas, intensitas nyeri
neoplasma) kriteria hasil : - Identifikasi skala nyeri
 Agen pencedera kimiawi - Kemampuan menuntaskan - Identifikasi respon nyeri
(mis, terbakar, bahan kimia, aktivitas 4 (cukup verbal dan non verbal
bahan kimia iritan) meningkat) - Identifikasi faktor yang
 Agen pencedera fisik (mis. - Keluhan nyeri 4 (cukup memperberat dan
Abses, amputasi, terbakar, menurun) memperingan nyeri
terpotong, mengangkat - Meringis 4 (cukup Terapeutik
berat, prosedur operasi, menurun) - Berikan teknik
trauma, dll) - Gelisah 4 (cukup menurun) nonfarmakologis untuk
- Frekuensi nadi 4 (cukup mengurangi rasa nyeri
Gejala dan Tanda Mayor : membaik) (relaksasi nafas dalam)
Subjektif : - Tekanan darah 4 (cukup
- Mengeluh nyeri membaik) I.08243 “Pemberian Analgesik”
Objektif : - Fokus 4 (cukup membaik) Observasi
- Tampak meringis - Nafsu makan 4 (cukup - Identifikasi riwayat alergi obat
- Bersikap protektif (mis. membaik) - Monitor tanda-tanda vital
Waspada posisi menghindari Pola tidur 4 (cukup membaik) sebelum dan sesudah
nyeri) pemberian analgesik
- Gelisah Edukasi
- Frekuensi nadi meningkat - Jelaskan efek samping dan
- Sulit tidur efek terapi obat
Kolaborasi
Gejala dan Tanda Minor : - Kolaborasi pemberian
Subjektif : analgetik
(tidak tersedia)
Objektif :
- Tekanan darah meningkat
- Pola nafas berubah
- Nafsu makan berubah
- Proses berfikir terganggu
- Menarik diri
- Berfokus pada diri sendiri
- Diaforesis
3 Intoleransi aktivitas (D. 0056) Toleransi aktivitas (L.05047) Manajemen energy (I. 05178)

Penyebab Setelah dilakukan tindakan Observasi


 Ketidakseimbangan antara keperawatan dalam waktu …  Identifikasi gangguan fungsi
suplai dan kebutuhan x… diharapkan respon tubuh yang mengakibatkan
oksigen fisiologis terhadap aktivitas kelelahan
 Tirah baring yang membutuhkan tenaga  Monitor kelelahan fisik dan
 Kelemahan meningkat dengan kriteria emosional
 Imobilitas hasil :  Monitor pola dan jam tidur
 Gaya hidup monoton  Keluhan lelah menurun (5)  Monitor lokasi dan
 Dyspnea saat beraktivitas ketidaknyamanan selama
Gejala dan tanda mayor menurun (5) melakukan aktivitas
Subjektif :  Aritmia saat aktivitas Terapeutik
 Mengeluh lelah menurun (5)  Sediakan lingkungan nyaman
Objektif :  Aritmia setelah beraktivitas dan rendah stimulus (misal
 Frekuensi jantung menurun (5) cahaya, suara, kunjungan)
meningkat > 20% dari  Sianosis menurun (5)  Lakukan latihan rentang gerak
kondisi istirahat  Warna kulit membaik (5) pasif dan atau aktif
 Tekanan darah membaik  Berikan aktivitas distraksi
Gejala dan tanda minor (5) yang menenangkan
Subjektif : Frekuensi napas membaik (5)  Fasilitasi duduk disisi tempat
 Dyspnea saat/setelah tidur, jika tidak dapat
aktivitas berpindah atau berjalan
 Merasa tidak nyaman Edukasi
setelah beraktivitas  Anjurkan tirah baring
 Merasa lemah  Anjurkan melakukan aktivitas
Objektif : secara bertahap
 Tekanan darah berubah  Anjurkan menghubungi
>20% dari kondisi istirahat perawat jika tanda dan gejala
 Gambaran EKG kelelahan tidak berkurang
menunjukkan aritmia  Ajarkan strategi koping untuk
saat/setelah aktivitas mengurangi kelelahan
 Gambaran EKG
menunjukan iskemia Kolaborasi
 Sianosis Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan.
4. Implementasi
Implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan
yang merupakan susunan dalam tahap perencanaan, kemudian
mengakhiri tahap impementasi dengan mencatat tindakan dan respons
klien terhadap tindakan tersebut (Kozier,2010).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah fase terakhir proses keperawatan. Evaluasi adalah aspek
penting dalam proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari
evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri,
dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2010).
KASUS

Pada tanggal 29 Desember 2021 Tn. J yang berusia 49 tahun datang ke Rsu Kab
Tangerang dengan keluhan jantung berdebar-debar disertai nyeri, nyeri hilang
timbul seperti tertimpa benda berat, nyeri dibagian dada sebelah kiri menjalar
sampai kebahu kiri, skala nyeri 5 (0-10), nyeri dirasakan saat beraktifitas dan
berkurang saat istirahat. Pasien mengatakan mudah lelah tidak dapat melakukan
aktivitas seperti biasanya. Saat dilakukan pengkajian wajah pasien tampak sedikit
pucat dan meringis sambil memegangi dada sebelah kiri, pasien dilakukan
pemeriksaan TTV didapatkan hasil Tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi
205x/menit, respirasi 23 x/menit, suhu 30.1 °C, saturasi 98%, pasien dilakukan
pemeriksaan EKG dengan hasil gambaran EKG atrial flutter, pasien terpasang
oksigen nasal kanul 3 L/menit dan terpasang infus vemplon pada tangan kanan.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.J DENGAN
GANGGUAN IRAMA JANTUNG : ARITMIA

I. BIODATA
Identitas pasien

Initial pasien : Tn. J

Usia : 49 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pekerjaan : Guru

Status pernikahan: Menikah

No. RM : 0056862

Tgl pengkajian : 29 Januari 2021

Penanggung jawab

Initial : Tn. B

Usia : 25 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Hub dg pasien : Anak

II. KELUHAN UTAMA


Pasien mengatakan jantung berdebar-debar disertai nyeri
III. RIWAYAT KESEHATAN
Riwayat kesehatan sekarang
Pada tanggal 27 Januari 2021 pasien datang diantar oleh keluarganya ke IGD
Rsu Kab Tangerang dengan keluhan jantung berdebar-debar disertai nyeri,
nyeri hilang timbul seperti tertimpa benda berat, nyeri dibagian dada sebelah
kiri menjalar sampai kebahu kiri, skala nyeri 5 (0-10), nyeri dirasakan saat
beraktifitas dan berkurang saat istirahat. Pasien mengatakan badan lemas dan
mudah lelah sehingga tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya.
Setelah dilakukan pengkajian didapatkan hasil Tekanan darah 130/80 mmHg,
Nadi 205 x/menit, respirasi 23 x/menit, suhu 37.0 °C, saturasi 98%, pasien
dilakukan pemeriksaan EKG dengan hasil gambaran EKG atrial flutter,
pasien terpasang oksigen nasal kanul 3 L/menit dan terpasang infus vemplon
pada tangan kanan.
Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan dirinya tidak pernah memiliki riwayat penyakit yang
serius. Pasien mengatakan penyakit yang biasa dirasakan hanya sakit kepala
dan pusing biasa. Pasien mengatakan saat sakit kepala dirinya hanya istirahat
tidur dan mengkonsumsi obat warung.
Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan kedua orangtuanya memiliki riwayat penyakit hipertensi.
Namun di keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit menular seperti
TBC, HIV, atau Hepatitis.

IV. AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala (Subjektif)

Pasien adalah seorang guru. Aktivitas setiap hari yaitu pasien mengajar di
sebuah sekolah swasta di wilayah tempat tinggalnya. Hobi pasien yaitu
membaca buku. Pada saat waktu luang pasien gunakan untuk beristirahat.
Jika bosan pasien lebih memilih untuk membaca buku buku simpanannya.
Pasien tidur kurang lebih 7 jam pada malam hari, dan kurang lebih 1 jam pada
siang hari. Pasien mengatakan tidak memiliki kesulitan tidur pada saat
dirumah.

Tanda (Objektif)
Setelah masuk rumah sakit pasien tampak lemah dan hanya berbaring di
tempat tidur. Tekanan darah pasien 130/80 mmHg. irama nadi tidak teratur.
Pernapasan 23 x/menit, Status mental pasien stabil. Tonus otot sedikit
melemah, postur tubuh normal, tidak ada tremor dan tidak ada deformitas.

V. SIRKULASI
Gejala (Subjektif)

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi, demam rematik, dan


flebitis. Namun pasien memiliki masalah pada jantungnya. Tidak terdapat
edema di tubuhnya. Tidak terdapat perubahan frekuensi dan jumlah urine
pada pasien

Tanda (Objektif)
Tekanan darah 130/80 mmHg. Nadi terbaba cepat dan kuat dengan frekuensi
205 x/menit. CRT <2 detik. Bunyi jantung S1 S2 normal lup dup. Terdapat
murmur. Bunyi napas normal vesikuler. Suhu 37,0 0C. Tidak ada distensi
vena jugularis. Kuku tidak sianosis. Membran mukosa sedikit kering. Warna
bibir merah kecoklatan. Konjungtiva normal. Sklera tidak ikterik

VI. INTEGRITAS EGO


Gejala (Subjektif)

Pasien mengatakan saat in ia sedikit stress karena ia baru pertama kali dirawat
di Rs. Pasien mengatakan cara ia menangani setres dengan bersabar dan
berdoa kepada Tuhan agar diberikan kesehatan kembali. Pasien mengatakan
tidak ada masalah finansial. Pasien berhubungan baik dengan keluarga serta
tetangga. Pasien beragama islam. Pasien mengatakan selalu ikut serta dalam
kegiatan yang diadakan di majelis. Gaya hidup pasien sederhana dan mudah
berbaur, Perubahan terakhir : Selama sakit pasien hanya berbaring di tempat
tidur dan sesekali duduk di kursi dan berjalan dilorong Rs

Tanda (Obyektif)

Status emosional pasien yaitu stabil dan pasien tampak tenang

VII. ELIMINASI
Gejala (Subjektif)

Pola BAB pasien yaitu dengan frekuensi 1 x/hari. Feses lembek . Tidak ada
kelainan saat BAB. Pola BAK yaitu dengan frekuensi 4-6x/hari. Urine
berwarna kuning memiliki bau khas urine, BAK normal tidak ada kelainan.

Tanda (Objektif)

Tidak ada distensi kandung kemih. Tidak ada nyeri tekan pada kandung
kemih

VIII. MAKANAN/CAIRAN
Gejala (Subjektif)

Pasien mengatakan sebelum sakit untuk asupan makannya normal. Pasien


makan 3x/sehari dengan menu nasi sayur lauk pauk dan terkadang dengan
buah. Tidak ada mual muntah.Tidak ada alergi makanan

Tanda (Objektif)

Berat badan sekarang 58 kg dengan tinggi badan : 161 cm dan nilai IMT :
22.3 kg/m2. Turgor kulit : tampak pucat. Membran mukosa sedikit kering.
Tidak ada pembesaran tiroid. Terdapat caries pada gigi. Lidah bersih. Bising
usus 12 x/mnt. Bunyi napas vesikuler.
IX. HIGIENE
Gejala (Subjektif)

Aktivitas sehari-hari seperti mobilitas, makan, hygiene, toileting pasien


sebagian dibantu oleh anak dan menantu pasien.

Tanda (Objektif)

Penampilan umum baik. Cara berpakaian baik. Kebiasaan pribadi baik. Tidak
ada bau badan. Kulit kepala bersih. Tidak ada kutu.

.
X. NEUROSENSORI
Gejala (subjektif)

Pasien mengatakan terkadang mengeluh ada pusing dan sakit kepala. Tidak
ada kesemutan, tidak ada kebas, tidak ada glaukoma, dan katarak. Fungsi
pendengaran normal. Tidak ada epitaksis.

Tanda (Objektif)

Status mental baik. Kesadaran compos mentis. Memori dapat mengingat


dengan baik. Pasien menggunakan kacamata. Tidak menggunakan alat bantu
dengar. Pupil mengecil ketika diberikan reflek cahaya.

XI. NYERI/KETIDAKNYAMANAN
Gejala (Subjektif)

Pasien mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri menjalar ke bahu kiri, nyeri
seperti tertimpa benda berat, nyeri hilang timbul, dan biasanya timbul saat
pasien beraktivitas.

Tanda (Objektif)

Skala nyeri pasien 5. Pasien tampak meringis dan memegangi area yang
nyeri.
XII. PERNAPASAN
Gejala (Subjektif)

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit pada penafasan. Pasien mempunyai


riwayat merokok, namun sudah berhenti sejak ia umur 40 tahun. Pasien tidak
menggunakan alat bantu napas.

Tanda (Objektif)

Bentuk dada simetris, frekuensi nafas 23x/menit, irama nafas teratur,


pernafasan cuping hidung tidak ada, penggunaan otot bantu nafas tidak ada,
pasien tidak menggunakan alat bantu nafas. Saat di palpasi vokal premitus
teraba diseluruh lapang paru , ekspansi paru simetris, pengembangan sama di
paru kanan dan kiri, Tidak ada kelainan. Saat di perkusi hasilnya yaitu sonor,
batas paru hepar ICS 5 dekstra. Suara nafas vesikuler dan tidak ada suara
nafas tambahan.

XIII. KEAMANAN
Gejala (Subjektif)

Pasien mengatakan ia tidak memiliki alergi. Pasien belum pernah menjalani


transfusi darah. Pasien tidak memiliki riwayat cedera kecelakaan. Pasien
mengatakan penglihatan dan pendengarannya agak sedikit bermasalah
dikarenakan faktor usia.

Tanda (Objektif)

Suhu tubuh : 37,0 C Diaforesis : (-)

Integritas kulit : cukup baik, tidak ada masalah.

Kekuatan umum pasien tampak lemah dengan tonus otot 3/5


XIV. SEKSUALITAS
Pasien mengatakan ia melakukan hubungan seksual dengan istrinya seminggu
sekali. Dan tidak ada kesulitan dalam seksual.

Pria

Pasien mengatakan tidak ada kelainan pada alat kelaminnya (penis).


Semuanya normal

XV. INTERKASI SOSIAL


Gejala (subjektif)
Status perkawinan pasien menikah dengan lama nikah yaitu 27 tahun. Pasien
hidup dengan anak dan istri pasien. Pasien berperan sebagai seorang suami
dan seorang ayah dari 3 anak. Interaksi pasien dengan keluarga dan
masyarakat sekitar baik.

Tanda (Objektif)

Bicara pasien jelas. Pasien tidak menggunakan alat bantu bicara. Pola
interaksi dengan keluarga baik.

XVI. PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala (Subjektif)

Pasien berbicara menggunakan bahasa indonesia. Tingkat pendidikan S1.


Tidak ada keterbatasan kognitif. Pasien percaya bahwa ia dapat sembuh
kembali.
Pemeriksaan Penunjang

Tanggal Pemeriksaan
27 Januari 2021

Jenis Nilai Satuan Hasil Keteramgan


pemeriksaan Normal Hasil
HEMATOLOGI
Hemoglobin 11.7 – 15.5 gr/dl 12.2 Normal
Leukosit 3.60-11.00 x10^3/ul 9.20 Normal
Hematokrit 35 – 47 % 33 Abnormal
Trombosit 140 – 440 x10^3/ul 502 Abnormal
KIMA
KARBOHIDRAT
Glukosa Darah <180 mg/dl 137 Normal
Sewaktu
FUNGSI HATI
SGOT 0 – 35 U/L 22 Normal
SGPT 0 – 35 U/L 23 Normal
FUNGSI GINJAL
Ureum 0 – 50 mg/dl 9 Normal
Creatinin 0.0 – 1.1 mg/dl 0.6 Normal

Pemeriksaan EKG

Kesan : Gambaran EKG atrial Flutter

Obat Dosis Waktu Diminum/pemberian Tujuan


secara teratur
Digoxin 1x0.75 mg 06.00 Ya Untuk mengobati gagal
jantung dan aritmia.
Fungsi obat ini untuk
membantu jantung bekerja
lebih baik sekaligus
mengontrol detak jantung
tetap normal
Aspirin 2x250 mg 09.00 Ya, tiap 12 jam Obat pengencer darah atau
obat yang digunakan untuk
mencegah penggumpalan
darah dan dapat mencegah
serangan jantung
Ranitidine 2 x 150 mg 06.00 Ya, tiap 12 jam Sebagai antagonis reseptor
H2 (histamine)
mengurangi  produksi
asam HCL

XVII. ANALISA DATA

Data Fokus Etiologi Masalah


Ds : Stress, stimulant, Penurunan curah jantung
- Pasien hipoksia, hypovolemia,
mengatakan hipoksemia, gagal
jantung berdebar- jantung kongestif
debar ↓
- Pasien Gangguan irama sinus
mengatakan dada ↓
seperti tertimpa B2 system kardiovaskular
benda berat ↓
Do : Penurunan curah jantung
- Pasien tampak
sedikit pucat
- TTV
TD 130/80
mmHg,
Nadi 205 x/menit,
RR 23 x/menit,
suhu 37.0 °C,
saturasi 98%
- Gambaran EKG
Atrial Flutter
- Terpasang
oksigen nasal
kanul 3 L/menit
Ds : Gangguan irama sinus Nyeri akut
- Pasien ↓
mengatakan nyeri Sinus takikardi
dada sebelah kiri ↓
menjalar sampai Frekuensi jantung
kebahu kiri meningkat
- Pasien ↓
mengatakan nyeri Waktu pengisian
hilang timbul ventrikel menurun
- Pasien ↓
mengatakan nyeri Suplai darah ke jantung
dirasakan saat menurun
beraktivitas berat ↓
Do : Metabolism sel secara
- Pasien tampak anaerob
meringis ↓
- Skala nyeri 5 Menghasilkan asam
- Nadi 205 x/menit laktat
- Pasien tampak ↓
memegangi area Pelepasan mediator
yang nyeri inflamasi

Nyeri
Ds : Gangguan irama sinus Intoleransi aktivitas
- Pasien ↓
mengatakan Sinus takikardi
badannya terasa ↓
lemas dan lelah Frekuensi jantung
- Pasien meningkat
mengatakan sudah ↓
tidak bisa Kebutuhan oksigen otot
beraktivitas berat jantung meningkat
Do : ↓
- Pasien tampak Kelelahan
lemas ↓
- Pasien tampak Intoleransi aktivitas
sedikit pucat
- Aktivitas pasien
tampak dibantu
keluarga
- Kekuatan otot
pasien 3/5
- TTV
TD 130/80
mmHg,
Nadi 205 x/menit,
RR 23 x/menit,
suhu 37.0 °C,
saturasi 98%
- Pasien terpasang
oksigen nasal
kanul 3 L/menit
- Pasien terpasang
vemplon tangan
kanan

XVIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. (D.0008) Penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh
b. (D.0077) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
c. (D. 0056) Intoleransi aktivitas berhungan dengan ketidakcukupan energi
(kelemahan)

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Keperawatan
1 Penuurunan curah Curah jantung Perawatan jantung
jantung (D.0008) (L.02008) (I.02075)

Setelah dilakukan Observasi Observasi


tindakan - Identifikasi tanda a. Untuk mengetahui atau
keperawatan selama dan gejala primer mencegah terjadinya
3 x 24 jam penurunan curah mortalitas dan morbiditas
diharapkan jantung (meliputi sehubungan dengan
keadekuatan jantung dyspnea, kelelahan, penurunan curah jantung
memompa darah edema, orthopnea,
untuk memenuhi paroxysmal
kebutuhan nocturnal dyspnea,
metabolisme tubuh peningkatan CVP).
meningkat dengan - Identifikasi tanda b. Untuk mengetahui
kriteria hasil : dan gejala sekunder sejauhmana tingkat
 Kekuatan nadi penurunan curah keparahan penurunan curah
perifer jantung (meliputi jantung dan untuk
meningkat (5) peningkatan BB, mengetahui tindakan
 Gambaran EKG hepatomegaly, keperawatan yang harus
aritmia menurun distensi vena dilakukan dengan segera
(5) jugularis, palpitasi,
 Lelah menurun ronkhi basah,,
(5) oliguria, batuk,
 Edema menurun kulit pucat)
(5) - Monitor tekanan c. Pada gagal jantung awal
 Distensi vena darah (termasuk atau kronis tekanan darah
jugularis tekanan darah meningkat karena
menurun (5) ortostatik, jika peningkatan tekanan
 Dyspnea perlu) pembuluh darah sistemik.
menurun (5) Pada gagal jantung yang
 Pucat/sianosis lebih lanjut tubuh tidak
menurun (5) mampu untuk
 Tekanan darah mengompensasi dan
membaik (5) mungkin terjadi hipotensi
 CRT membaik yang parah serta ireversibel
(5) - Monitor intake dan d. Ginjal merespon penurunan
output cairan curah jantung dengan
mempertahankan air dan
natrium. Pengeluaran urine
menurun sepanjang hari
karena perpindahan cairan
kedalam jaringan, tetapi
dapat meningkat pada
malam hari karena cairan
kembali ke sirkulasi pada
saat pasien berbaring.
- Monitor BB setiap e. Perubahan berat badan yang
hari pada waktu tiba-tiba menunjukkan
yang sama gangguan keseimbangan
cairan.
- Monitor saturasi f. Untuk mengetahui tingkat
oksigen oksigenisasi pada jaringan
sebagai dampak adekuat
tidaknya proses pertukaran
oksigen.
- Monitor keluhan g. Untuk mengetahui lebih
nyeri dada (missal dini tanda gejala serangan
intensitas, lokasi, jantung
radiasi, durasi,
presivitasi yang
mengurangi nyeri)
- Monitor EKG 12 h. Untuk mendeteksi ACS /
sadapan stemi dan menilai QT
interval
- Monitor aritmia i. Untuk mengetahui
(kelainan irama dan perubahan irama jantung
frekuensi) dan frekuensi denyut
jantung
- Monitor nilai j. Membantu dalam
laboratorium penegakkan diagnosa dan
jantung (missal tindakan keperawatan
elektrolit, enzim
jantung, BNP,
NTpro-BNP)
- Periksa tekanan k. Untuk mengetahui kekuatan
darah dan frekuensi dan irama jantung sebelum
nadi sebelum dan dan sesudah aktivitas
sesudah aktivitas
- Periksa tekanan l. Untuk mengetahui respon
darah dan frekuensi tubuh terhadap obat
nadi sebelum
pemberian obat
(misal beta blocker,
ACE inhibitor,
calcium channel-
blocker, digoksin)

Terapeutik Terapeutik
- Posisikan pasien a. Untuk mengurangi
semi fowler atau kesulitan bernafas dan dan
fowler dengan kaki mengurangi jumlah darah
kebawah atau yang kembali ke jantung
posisi nyaman yang dapat mengurangi
kongesti paru.
- Berikan diet b. Mengatur diet sehingga
jantung yang sesuai kerja dan ketegangan otot
(misal batasi jantung minimal, dan status
asupan kafein, nutrisi terpelihara, sesuai
natrium, kolesterol, dengan selera dan pola
dan makanan tinggi makan klien.
lemak)
- Fasilitasi pasien c. Membantu dalam
dan keluarga untuk perubahan pola hidup sehat
modifikasi gaya
hidup sehat
- Berikan terapi d. Untuk mengurangi
relaksasi untuk kecemasan atau ketegangan
mengurangi stress,
jika perlu
- Berikan dukungan e. Dalam memberikan
emosional dan dukungan dapat
spiritual mengurangi tingkat
kecemasan
- Berikan oksigen f. Meningkatkan sediaan
untuk oksigen untuk kebutuhan
mempertahankan miokrdium melawan efek
saturasi oksigen hipoksia/iskemia.
>94%

Edukasi Edukasi
- Anjurkan a. Untuk mencegah terjadinya
beraktivitas fisik kelelahan
sesuai toleransi
- Anjurkan b. Latihan fisik rutin secara
beraktivitas fisik bertahap memberikan
secara bertahap adaptasi pada ventrikel kiri
dalam melakukan
kompensasi kebutuhan
suplai darah otot rangka.
- Anjurkan berhenti c. Merokok akan
merokok meningkatkan adhesi
trombosit dan merangsang
pembentukan trombus pada
arteri coroner. Hb lebih
mudah berikatan dengan
monoksida dibandingkan
dengan oksigen sehingga
akan menurunkan suplai
oksigen secara umum,
nikotin dan tar mempunyai
respon terhadap sekresi
hormon vasokonstriktor
sehingga akan
meningkatkan beban kerja
jantung..

Kolaborasi Kolaborasi
a. Kolaborasi a. Membantu proses
pemberian penyembuhan
antiaritmia, jika
perlu
b. Rujuk ke program b. Meningkatkan jumlah
rehabilitasi jantung oksigen yang ada untuk
kebutuhan jantung
sekaligus mengurangi
ketidaknyamanan
sehubungan dengan
terjadinya iskemia.
2 Nyeri akut (D.0077) (L.08066) I.08283 “Manajemen
Setelah dilakukan Nyeri”
tindakan asuhan
keperawatan selama Observasi
3 x 24 jam a. Identifikasi lokasi, a. Mempengaruhi pilihan /
diharapkan tingkat karakteristik, pengawasan keefektifan
nyeri pasien durasi, frekuensi, intervensi.
menurun, dengan kualitas, intensitas
kriteria hasil : nyeri
- Keluhan nyeri 4 b. Identifikasi skala b. Untuk mengetahui tingkat
(cukup menurun) nyeri keparahan nyeri
- Meringis 4 c. Identifikasi respon c. Untuk mengetahui
(cukup menurun) nyeri verbal dan persepsi / reaksi terhadap
- Gelisah 4 (cukup non verbal nyeri
menurun) d. Identifikasi faktor d. Untuk memberikan
- Frekuensi nadi 4 yang memperberat ketenangan kepada pasien
(cukup dan memperingan sehingga nyeri tidak
membaik) nyeri bertambah
- Tekanan darah 4
(cukup Terapeutik
membaik) e. Berikan teknik e. Memfokuskan kembali
- Pola tidur 4 nonfarmakologis perhatian, meningkatkan
(cukup untuk mengurangi kontrol dan meningkatkan
membaik) rasa nyeri harga diri dan kemampuan
(relaksasi nafas koping
dalam)

I.08243 “Pemberian
Analgesik”
Observasi

f. Membantu
f. Identifikasi riwayat
mengidentifikasi tindakan
alergi obat
yang tepat dalam
pemberian obat

g. Monitor tanda-
g. Tanda-tanda vital
tanda vital sebelum
merupakan bagian yang
dan sesudah
penting dalam
pemberian
pemeriksaan dan untuk
analgesic
mengetahui reaksi obat
terhadap tubuh
Edukasi
h. Jelaskan efek
h. Memberikan informasi
samping dan efek
tentang efek samping obat
terapi obat
yang mungkin terjadi pada
pasien
Kolaborasi
i.Kolaborasi
pemberian
i. Analgetik dapat
analgetik
mengurangi pengikatan
mediator kimiawi nyeri
pada reseptor nyeri
sehingga dapat
mengurangi rasa nyeri

3 Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas Manajemen energy


(D. 0056) (L.05047) (I. 05178)

Setelah dilakukan Observasi


tindakan -Identifikasi gangguan a. Membantu menentukan
keperawatan dalam fungsi tubuh yang derajat kerusakan dan
waktu 3 x 24 jam mengakibatkan kesulitan terhadap
diharapkan respon kelelahan keadaan yang dialami.
fisiologis terhadap - Monitor kelelahan fisik
aktivitas yang dan emosional b. Mengidentifikasi
membutuhkan kekuatan/kelemahan dan
tenaga meningkat dapat memberikan
dengan kriteria informasi mengenai
hasil : - Monitor pola dan jam pemulihan
 Keluhan lelah tidur c. Mengkaji perlunya
menurun (5) mengidentifikasi
 Dyspnea saat - Monitor lokasi dan intervensi yang tepat.
beraktivitas ketidaknyamanan d. Mengidentifikasi
menurun (5) selama melakukan kekuatan/kelemahan dan
 Aritmia saat aktivitas dapat memberikan
aktivitas informasi mengenai
menurun (5) pemulihan.
 Aritmia setelah Terapeutik
beraktivitas  Sediakan Terapeutik
menurun (5) lingkungan nyaman a. Meningkatkan
 Sianosis dan rendah kenyamanan istirahat serta
menurun (5) stimulus (misal dukungan
 Warna kulit cahaya, suara, fisiologis/psikologis
membaik (5) kunjungan)
 Tekanan darah  Lakukan latihan
membaik (5) rentang gerak pasif b. Mencegah kekakuan
 Frekuensi napas dan atau aktif sendi, kontraktur,
membaik (5) kelelahan otot,
meningkatkan kembalinya
 Berikan aktivitas aktivitas secara dini
distraksi yang c. Untuk memberikan
menenangkan rileksasi dan rasa nyaman
 Fasilitasi duduk
disisi tempat tidur, d. Mengoptimalkan energi
jika tidak dapat yang belum digunakan.
berpindah atau
berjalan

Edukasi
 Anjurkan tirah Edukasi
baring e. Meningkatkan
kenyamanan istirahat serta
dukungan
 Anjurkan fisiologis/psikologis.
melakukan aktivitas f. Meminimalkan atrofi otot,
secara bertahap meningkatkan sirkulasi,
 Anjurkan mencegah terjadinya
menghubungi kontraktur.
perawat jika tanda g. Untuk dilakukan
dan gejala pemeriksaan lebih lanjut
kelelahan tidak
berkurang
 Ajarkan strategi
koping untuk h. Mengidentifikasi
mengurangi kekuatan/kelemahan dan
kelelahan dapat memberikan
informasi mengenai
pemulihan.
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan Kolaborasi
ahli gizi tentang i. Mempercepat proses
cara meningkatkan penyembuhan
asupan makanan.

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tindakan Keperawatan Respon Tanda
Keperawatan Tangan
1 (D.0008) - Mengidentifikasi tanda S :
Penurunan curah dan gejala primer - Pasien
jantung penurunan curah mengatakan
berhubungan jantung jantung masih
dengan - Mengidentifikasi tanda berdebar-debar
ketidakadekuatan dan gejala sekunder - Pasien
jantung penurunan curah mengatakan dada
memompa darah jantung terasa berat
untuk memenuhi - Memonitor tekanan seperti tertiban Yosy A
kebutuhan darah benda berat
metabolisme - Memonitor intake dan O :
tubuh output cairan - Pasien tampak
- Memonitor BB setiap sedikit pucat
hari pada waktu yang - TTV
sama TD 130/90
- Memonitor saturasi mmHg,
oksigen Nadi 208
- Memonitor keluhan x/menit, RR 23
nyeri dada x/menit, suhu
- Memonitor EKG 12 36.9 °C, saturasi
sadapan 98%
- Memonitor aritmia - Gambaran EKG
- Mengatur posisi pasien Atrial Flutter
semi fowler atau fowler - Posisi pasien
dengan kaki kebawah semi fowler
atau posisi nyaman - Terpasang
- Memberikan oksigen oksigen nasal
untuk mempertahankan kanul 3 L/menit
saturasi oksigen >94%
- Melakukan kolaborasi
dengan dokter
pemberian antiaritmia

2 (D.0077) - Mengidentifikasi lokasi, S :


karakteristik, durasi, - Pasien
Nyeri akut
frekuensi, kualitas, mengatakan nyeri
berhubungan
intensitas nyeri dada sebelah kiri
dengan agen
- Mengidentifikasi skala menjalar sampai
pencedera
nyeri kebahu kiri Yosy A
fisiologis
- Mengidentifikasi respon - Pasien
nyeri verbal dan non mengatakan nyeri
verbal hilang timbul
- Mengidentifikasi faktor - Pasien
yang memperberat dan mengatakan nyeri
memperingan nyeri dirasakan saat
- Memberikan teknik beraktivitas berat
nonfarmakologis - pasien Yosy A

(relaksasi napas dalam) mengatakan tidak


untuk mengurangi rasa ada riwayat alergi
nyeri obat
- Mengidentifikasi O:
riwayat alergi obat - Pasien tampak
- Memonitor tanda-tanda meringis
vital sebelum dan - Pasien tampak
sesudah pemberian memegangi dada
analgesic sebelah kiri
- Menjelaskan efek - Skala nyeri 5
samping dan efek terapi - TTV
obat TD 130/90
- Melakukan kolaborasi mmHg
dengan dokter dalam Nadi 208 x/menit
pemberian analgetik Rr 23 x/menit
Suhu 36.9 °C
- Pasien tampak
mengikuti
intruksi perawat
untuk melakukan
teknik tarik napas
dalam

3 (D. 0056) - Mengidentifikasi S:


Intoleransi gangguan fungsi tubuh - Pasien mengatakan
aktivitas yang mengakibatkan lemas
berhungan kelelahan - Pasien mengatakan
dengan - Memonitor kelelahan mudah lelah
ketidakcukupan fisik dan emosional O:
energi - Memonitor pola dan jam - Pasien tampak lemas
(kelemahan) tidur - Pasien tampak sedikit
- Memonitor lokasi dan pucat Yosy A
ketidaknyamanan selama - Pasien tampak
melakukan aktivitas berbaring di tempat
- Menyediakan tidur
lingkungan yang nyaman - Posisi pasien semi
- Melakukan latihan fowler
rentang gerak pasif dan - Pasien tampak tenang
atau aktif dan nyaman
- Menganjurkan tirah - Adl pasien dibantu
baring oleh keluarga
- Menganjurkan - Pasien tampak
melakukan aktivitas menghabiskan
secara bertahap makanan yang
- Mengajarkan strategi disediakan di Rs ½
koping untuk porsi
mengurangi kelelahan
- Melakukan kolaborasi
dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan.

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Diagnosa SOAP Tanda


Keperawatan Tangan
(D.0008) S:
Penurunan curah - Pasien mengatakan jantung
jantung berdebar-debar sudah
berhubungan berkurang
dengan
ketidakadekuatan O :
jantung - TTV
memompa darah TD 120/80 mmHg,
untuk memenuhi Nadi 110 x/menit, RR 22 Yosy A
kebutuhan x/menit, suhu 36.5 °C,
metabolisme saturasi 98%
tubuh - CRT <2 detik
- Gambaran EKG Atrial Flutter
- Pasien sudah tidak tampak
pucat
A : Masalah penurunan curah jantung
teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi
(D.0077) S:
- Pasien mengatakan nyeri
Nyeri akut
dada sebelah kiri berkurang
berhubungan
- Pasien mengatakan nyeri
dengan agen
hilang timbul
pencedera
- Pasien mengatakan durasi
fisiologis
tidak menentu Yosy A
O:
- Keluhan nyeri 4 (cukup
menurun)
- Meringis 4 (cukup menurun)
- Tekanan darah 4 (cukup
membaik
- TTV : TD : 120/80 mmHg, N
: 110 x/menit, S : 36,5
ºC ,RR : 22 x/menit
A : Masalah nyeri akut teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
( I.08283 Manajemen Nyeri )
(D. 0056) S:
Intoleransi - Pasien mengatakan lemas
aktivitas berkurang
berhungan - Pasien mengatakan aktivitas
dengan toileting, dan personal
ketidakcukupan hygiene pasien di bantu oleh
energi perawat dan keluarga, namun
(kelemahan) makan dan minum pasien
sudah bisa sendiri keluarga
hanya mendampingi
O:
 Kemudahan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari
meningkat (4)
 Klien tampak dapat makan
dan minum secara mandiri Yosy A

 Keluhan lelah menurun (5)


 Perasaan lemah menurun (5)

A : Masalah intoleransi aktivitas


teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
(I. 05178) Managemen Energi
DAFTAR PUSTAKA

https://dosen.stikesdhb..ac.id diakses pada tanggal 6 januari 2021

https://www.academia.edu/31672848/ASKEP_ARITMIA_docx diakses pada


tanggal 5 januari 2021

A.G, Dyah. 2014.Askep Aritmia Jantung.


http://www.academia.edu/5453997/ASKEP_ARITMIA_JANTUNG diakses
pada tanggal 28 Januari 2021 pukul 19.00

Amin dan Hardhi.2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


Nanda Nic Noc. Yogyakarta : Mediaction Publishing

Chris tanto, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta : Media Aesculapius

Kozier. (2010). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Edisi . Jakarta : EGC
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Selatan : DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan II. Jakarta
Selatan : DPP PPNI.

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1 Cetakan III.


Jakarta Selatan : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai