INKONTINENSIA URINE
Dosen Pembimbing : Nur Febrianti S.Kep., Ns.,
M.Kep
Disusun Oleh :
Nama : Alifia Salsabia
Nim : 20007
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Inkontinensia Urin atau Alvi ?
2. Apa saja klasifikasi dari Inkontinensia Urin atau Alvi ?
3. Apa etiologi dari Inkontinensia Urin atau Alvi ?
4. Bagaimana patofisiologi Inkontinensia Urin atau Alvi ?
5. Apa tanda dan gejala dari Inkontinensia Urin atau Alvi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Inkontinensia Urin atau Alvi
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari Inkontinensia Urin atau Alvi
3. Untuk mengetahui etiologi dari Inkontinensia Urin atau Alvi
4. Untuk mengetahui patofisiologi Inkontinensia Urin atau Alvi
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Inkontinensia Urin atau Alvi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Menurut Hidayat (2006) Inkontinensia Urin merupakan ketidakmampuan otot sfingter
eksternal sementara atau menetap untuk mengontrol ekskresi urin. Secara umum penyebab
Inkontinensia dapat berupa proses penurunan kesadaran, dan penggunaan obat narkotik atau
sedatif.
Inkontinensia urin yang dialami oleh pasien dapat menimbulkan dampak yang merugikan
pada pasien, seperti gangguan kenyamanan karena pakaian basah terus, resiko terjadi dekubitus
(luka pada daerah yang tertekan), dan dapat menimbulkan rasa rendah diri pasien. Inkontinensia
Urin yang tidak segera ditangani juga akan mempersulit rehabilitasi pengontrolan keluarnnya
urin. (Hariyati, 2000).
B. Klasifikasi
Adapun tipe-tipe Inkontinensia Urin menurut Hidayat (2006) :
Jenis Inkontinensia Urin :
a. Inkontinensia dorongan
Definisinya : Keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urin tanpa sadar, terjadi
segera setelah merasa dorongan ditandai dengan seringnya terjadi miksi (miksi lebih dari 2 jam
sekali) dan spame kandung kemih. Pasien Inkontinensia dorongan mengeluh tidak dapat
menahan kencing segera setelah timbul sensasi ingin kencing. Keadaan ini disebabkan otot
dectrusor sudah mulai mengadakan kontraksi pada saat kapasitas kandung kemih belum
terpenuhi.
b. Inkontinensia total
Definisinya : Keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urin yang terus menerus dan
tidak dapat diperkirakan. Kemungkinan penyebab Inkontinensia total antara lain : disfungsi
neurologis, kontraksi independen dan refleks dectrusor karena pembedahan, trauma atau
penyakit yang mempengaruhi saraf medulla spinalis, fistula, dan neuropati.
c. Inkontinensia stress
Definisinya : Tipe ini ditandai dengan adanya urin menetes dengan peningkatan tekanan
abdomen, adanya dorongan berkemih, dan sering miksi. Inkontinensia stress terjadi disebabkan
otot spingter uretra tidak dapat menahan keluarnya urin yang disebabkan meningkatnya tekanan
abdomen dapat terjadi sewaktu batuk, bersin, mengangkat benda yang berat, dan tertawa.
d. Inkontinensia reflex
Definisinya : Keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urin yang tidak dirasakan.
Inkontinensia tipe ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kerusakan neurologis (lesi medulla
spinalis). Inkontinensia reflex ditandai dengan tidak adanya dorongan untuk berkemih, merasa
bahwa kandung kemih penuh, dan kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat pada
interval teratur.
e. Inkontinensia fungsional
Definisinya : Keadaaan seseorang yang mengalami pengeluaran urin secara tanpa disadari dan
tidak dapat diperkirakan. Keadaan Inkontinensia ini ditandai dengan tidak adanya dorongan
untuk berkemih, merasa bahwa kandung kemih penuh, kontraksi kandung kemih cukup kuat
untuk mengeluarkan urin.
C. Etiologi
Sering dengan bertambahnya usia, ada beberapa perubahan pada anatomi dan fungsi
organ kemih, antara lain : melemahnya otot dasar panggul akibat kehamilan berkali-kali,
kebiasaan mengejan yang salah atau batuk kronis. Ini mengakibatkan seseorang tidak dapat
menahan air seni. Selain itu, adanya kontraksi (gerakan) abnormal dari dinding kandung kemih,
sehingga walaupun kandung kemih baru terisi sedikit, sudah menimbulkan rasa ingin berkemih.
Penyebab Inkontinensia Urine (IU) antara lain terkait dengan gangguan di saluran kemih bagian
bawah, efek obat-obatan, produksi urin meningkat atau adanya gangguan kemampuan atau
keinginan ke toilet.
Gangguan saluran kemih bagian bawah bisa karena infeksi. Jika terjadi infeksi saluran
kemih, maka tata laksanannya adalah terapi antibiotik. Apabila Vaginitis atau Uretritis atrofi
penyebabnya, maka dilakukan terapi estrogen topical. Terapi perilaku harus dilakukan jika
pasien baru menjalani Prostatektomi. Dan apabila terjadi impaksi feses, maka harus dihilangkan
misalnya dengan makanan kaya serat, mobilitas, asupan cairan yang adekuat, atau jika perlu
penggunaan laksatif. Inkontinensia urine juga bisa terjadi karena produksi urin berlebih karena
berbagai sebab. Misalnya gangguan metabolik, seperti Diabetes Mellitus yang harus tetap
dipantau. Sebab lain adalah asupan cairan yang bersifat diuretika seperti kafein.
Gagal jantung kongestif juga bisa terjadi faktor penyebab produksi urin meningkat dan
harus dilakukan terapi medis yang sesuai. Gangguan kemampuan ke toilet bisa disebabkan oleh
penyakit kronik, trauma, atau gangguan mobilitas. Untuk mengatasinya penderita harus
diupayakan ke toilet secara teratur atau menggunakan substitusi toilet. Apabila penyebabnya
adalah masalah psikologis, maka hal itu harus disingkirkan dengan terapi non farmakologik atau
farmakologik yang tepat.
Pasien lansia kerap mengonsumsi obat-obatan tertentu karena penyakit yang dideritanya.
Jika kondisi ini yang terjadi, maka penghentian atau penggantian obat jika memungkinkan,
penurunan dosis atau modifikasi jadwal pemberian obat. Golongan obat yang berkontribusi pada
IU yaitu diuretika, antikolinergik, analgesik, narkotik, antagonisadrenergic alfa, dan kalsium
antagonik. Golongan psikotropika seperti antidepresi, antipsikotik, dan sedatif hipnotik juga
memiliki andil dalam IU. Kafein dan alkohol juga berperan dalam terjadinya mengompol. Selain
hal-hal yang disebutkan diatas Inkontinensia urine juga terjadi akibat kelemahan otot dasar
panggul, karena kehamilan, pasca melahirkan, kegemukan (obesitas), menopause, usia lanjut,
kurang aktivitas dan operasi vagina.
D. Patofisiologi
Terjadi pengisian kandung kemih
↓
Tekanan didalam kandung kemih
↓
Otot ditrusor relaksasi
↓
Volume daya tampung membesar
↓
Distimulus lewat serabut refleks eferen
↓
Terjadi inkontinensia Urine
Pada lanjut usia inkontinensia urin berkaitan erat dengan anatomi dan fisiologis juga dipengaruhi
oleh faktor fungsional, psikologis, dan lingkungan. Pada tingkat yang paling dasar, proses
berkemih diatur oleh reflek yang berpusat di pusat berkemih di sacrum. Jalur aferen membawa
informasi mengenai volume kandung kemih di medulla spinalis.
Pengendalian kandung kencing dan spingter diperlukan agar terjadi pengeluaran urin secara
kontinen. Pengendalian memerlukan kegiatan otot normal diluar kesadaran dan yang didalam
kesadaran yang dikoordinasi oleh refleks urethrovsien urinaris. Bila terjadi pengisian kandung
kencing tekanan didalam kandung kemih meningkat. Otot dectrusor (lapisan yang 3 dari dinding
kencing) memberikan respon dengan relaksasi agar memperbesar volume daya tampung. Bila
sampai 200 ml urin daya rentang reseptor yang terletak pada dinding kandung kemih mendapat
rangsangan. Stimulus ditransmisikan lewat serabut refleks eferen ke lengkungan pusat refleks
untuk meksitrurisasi. Impuls kemudian disalurkan melalui serabut eferan dari lengkungan refleks
ke kandung kemih, menyebabkan kontraksi otot dectrusor. Sfinkter interna yang dalam keadaan
normal menutup, serentak bersama-sama membuka dan urin masuk ke uretra posterior.
E. Manifestasi Klinis
Tanda- tanda Inkontinensia urin menurut (Alimul Aziz, 2006)
1). Inkontinensia Dorongan
a. Sering miksi
b. Spasme kandung kemih
2). Inkontinensia total
a. Aliran konstan terjadi pada saat tidak diperkirakan
b. tidak ada distensi kandung kemih
c. Nokturia dan pengobatan Inkontinensia tidak berhasil
3). Inkontinensia stress
a. Adanya urin menetes dan peningkatan tekanan abdomen
b. Adanya dorongan berkemih
c. Sering Miksi
d. Otot pelvis dan struktur penunjang lemah
4). Inkontinensia refleks
a. Tidak ada dorongan untuk berkemih
b. Merasa bahwa kandung kemih penuh
c. Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak dihambat pada interval
5). Inkontinensia Fungsional
a. Adanya dorongan berkemih
b. Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk mengeluarkan urin
F. Penatalaksanaan
Penatalaksaan inkontinensia urin adalah untuk mengurangi faktor resiko, mempertahankan
homeostasis, mengontrol inkontinensia urin, modifikasi lingkungan, medikasi, latihan otot pelvis
dan pembedahan
Dari beberapa hal tersebut di atas, dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Pemanfaatan kartu catatan berkemih yang dicatat pada kartu tersebut. Misalnya waktu
berkemih dan jumlah urin yang keluar, baik yang keluar secara normal maupun yang keluar
karena tak tertahan selain itu dicatat pula waktu, jumlah dan jenis minuman yang diminum.
b. Terapi Non Farmakologi
Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya inkontinensia urin, seperti
hiperplasia prostat, infeksi saluran kemih, diuretik, gula darah tinggi, dan lain-lain. Adapun
terapi yang dapat dilakukan adalah : Melakukan latihan menahan kemih (memperpanjang
interval waktu berkemih) dengan teknik relaksasi dan ditraksi sehingga frekuensi berkemih 6-7
x/hari. Membiasakan berkemih pada waktu-waktu yang telah ditentukan sesuai dengan kebiasaan
lansia. Adapun cara-cara mengkontaksikan otot dasar panggul tersebut adalah dengan cara :
Berdiri dilantai dengan kedua kaki diletakkan dalam keadaan terbuka, kemudian pinggul
digoyangkan ke kanan dan ke kiri ± 10 kali, ke depan ke belakang, ± 10 kali. Gerakan seolah
olah memotong feses pada saat kita buang air besar dilakukan ± 10 kali. Hal ini dilakukan agar
otot dasar panggul menjadi lebih kuat dan uretra dapat tertutup dengan baik
c. Terapi Farmakologi
Obat-obat yang dapat diberikan pada inkontinensia urgen adalah antikolinergik seperti
Oxybutinin, Propantteine, Dicylomine, Flavoxate, Imipramine. Pada inkontinensia stress
diberikan alfa adrenergic agonis, yaitu pseudoephedrine untuk meningkatkan retensi uretra.
Pada orang dewasa minimal asupan cairan adalah 1500 ml perhari dengan rentan yang lebih
adekuat antara 2500 dan 3500 ml perhari dengan asumsi tidak ada kondisi kontraindikasi.
Kasus :
Ny. M (60) tahun datang ke RS diantar oleh keluarga. Keluarga mengatakan Ny. M sering
kencing tanpa disadari (ngompol). Klien sendiri mengatakan tidak bisa menahan jika
sudah terasa ingin BAK. Frekuensi berkemih tiap hari 15-18x/hari. Klien juga mengatakan
saat dia bersin, membungkuk, batuk tiba-tiba keluar sedikit air kencing. Klien memakai
popok dan menggantinya 2x sehari sehingga terasa lembab. Kira-kira Ny. M minumnya
tiap hari sekitar 200 ml. Sebelumnya Ny. M riwayat hipertensi 2 tahun lalu dan
mengonsumsi obat diuretik. Klien mengatakan disekitar area genetalia/perineal terasa
nyeri, panas dan gatal. Pemeriksaan fisik didapatkan TB : 150 cm dan BB : 45 kg, TD :
180/140 mmHg, N : 80x/menit, RR : 18x/menit, S : 36,5 ° C, output : 2100 cc. Terdapat
ruam kemerahan pada sekitar area genetalia, kelembapan bibir kering. Terdapat distensi
kandung kemih. Saat ini klien terpasang infus RL 2000cc/24 jam, kateter indwelling.
Kegiatan sehari-hari Ny. M adalah menjadi guru mengaji akan tetapi semenjak ia sering
mengompol kegiatan menjadi terganggu.
1. Pengkajian
Tanggal masuk RS : 07 Desember 2020 Jam Masuk : 08.30
Tanggal pengkajian : 11 Desember 2020 No. Rekam Medis :
Jam pengkajian : 11.00 Diagnosa Medis : Inkontinensia Urine
3. Status Kesehatan
a. Keluhan Utama : Sering buang air kecil
4. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluh sering kencing tanpa disadari (ngompol). Klien
sendiri mengatakan tidak bisa menahan jika sudah terasa ingin BAK. Frekuensi berkemih tiap
hari 15-18x/hari. Klien juga mengatakan saat dia bersin, membungkuk, batuk tiba-tiba keluar
sedikit air kencing. Klien mengatakan disekitar area genetalia/perineal terasa nyeri, panas, dan
gatal.
5. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mengatakan punya riwayat penyakit Hipertensi 2 Tahun
yang lalu dan mengonsumsi obat diuretik.
6. Riwayat Penyakit Keluarga : Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang punya penyakit
keturunan.
GENOGRAM :
KETERANGAN :
: Laki Laki hidup : Pasien
7. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan : Pasien sudah mengonsumsi obat diuretik 2 tahun
yang lalu dan pola hidup yang tidak sehat
8. Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Tingkat Kesadaran : Composmentis
c. Tanda Tanda Vital :
TD : 180/140 mmHg
N : 80x/menit
RR : 18x/menit
S : 36.5 ° C
TB : 150 cm
BB : 45 kg
d. Pemeriksaan Head To Toe :
a. Kepala
- Inspeksi : Bentuk kepala bulat, Rambut tampak berwarna hitam, kepala tampak berketombe,
tidak ada oedem, tidak ada peradangan atau perdarahan di kepala dan tidak ada tampak benjolan
di kepala.
- Palpasi : Tidak ada teraba massa dan pembengkakan pada klien
b. Mata : Kedua mata simetris, ukuran pupil ± 2 mm, konjungtiva tampak berwarna merah
muda, palpebra gelap, dan sclera anikterik.
c. Hidung : Hidung tampak bersih, tidak ada pembengkakan pada hidung klien, tdan tidak ada
secret.
d. Mulut, gigi, dan bibir : Bersih, tidak berbau, gusi tidak ada peradangan, tidak ada karies, tidak
ada gigi palsu, Lidah bersih, mampu untuk mengunyah, dan kelembapan bibir kering.
f. Dada : Bentuk dada simetris, getaran dinding kiri dan kanan sama, tidak ada suara tambahan,
Payudara menyusut, tidak teraba massa.
g. Abdomen : Datar, tidak ada bendungan vena pada abdomen, tidak ada pembengkakan pada
bagian abdomen, kandung kemih teraba keras, tidak mengalami usus buntu, dan tidak ada
pembesaran limfe.
h. Kulit : Tekstur kulit terlihat kendur, keriput, turgor kulit jelek, terdapat ruam dan kemerahan
disekitar genetalia.
i. Ekstremitas atas : tonus otot baik. Kekuatan otot tangan kiri dan kanan sama yaitu pada skala
5
j. Ekstremitas bawah : Kekuatan otot kaki kiri dan kanan sama yaitu pada skala 5, tidak ada
nyeri persendian, tidak terjadi osteoporosis, dan tidak ada kelainan tulang.
5. Pola Aktivitas dan Latihan Klien jarang melakukan Klien tidak mampu
Aktivitas lain seperti melakukan aktivitas
Olahraga sendiri
6. Pola Spiritual dan Klien sering melaksanakan Klien tidak bisa
Kepercayaan sholat 5 waktu melakukan sholat 5
waktu
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan kehilangan kemampuan untuk menghambat
kontraksi kandung kemih ditandai dengan :
DS : - Pasien mengatakan kencing setiap tertawa, batuk, maupun bersin
- Pasien mengatakan tidak dapat menahan kencing
DO : - Pasien mengompol
- Pasien kencing ± 3 kali/jam
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan ditandai dengan :
DS : - Pasien mengatakan sering terbangun di malam hari untuk kencing
DO : - Pasien nampak lemas dan lelah
- Tanda-Tanda Vital :
TD : 180/140 mmHg
N : 101 x/menit
RR : 26x/menit
S : 36° C
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan :
DS : - Pasien mengatakan khawatir karena sering kencing
DO : - Klien nampak cemas
- Klien nampak gelisah
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN
1. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan 1. Identifikasi tanda 1. Mengetahui
urine b.d kehilangan Asuhan dan gejala retensi tanda dan gejala
kemampuan untuk Keperawatan urine atau retensi urine
menghambat kontraksi diharapkan inkontinensia urine 2. Mengetahui
kandung kemih gangguan eliminasi 2. Identifikasi faktor penyebab dari
ditandai dengan : urine pasien dapat yang menyebabkan retensi urin
DS : - Pasien teratasi, dengan retensi atau 3. Mengetahui
mengatakan kencing kriteria hasil : inkontinensia urine tanda dan gejala
setiap tertawa, batuk, 1. Adanya sensasi 3. Monitor eliminasi infeksi saluran
maupun bersin berkemih urine (misalnya kemih
- Pasien 2. Tidak adanya frekuensi, 4. Mengetahui
mengatakan distensi berkemih konsistensi, aroma, haluaran urine
tidak dapat volume, dan warna)
menahan 4. Catat waktu-
kencing waktu dan haluaran
DO : - Pasien berkemih
mengompol 5. Kolaborasikan
- Pasien kencing dengan dokter
± 3 kali/jam tentang pemberian
obat
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan 1. Identifikasi pola 1. mengetahui
b.d hambatan Asuhan aktivitas dan tidur kesadaran, dan
lingkungan ditandai Keperawatan 2. Identifikasi faktor kondisi tubuh
dengan : diharapkan pola pengganggu tidur dalam keadaan
DS : - Pasien tidur membaik 3. Identifikasi normal atau
mengatakan sering dengan kriteria makanan dan tidak.
terbangun dimalam hasil : minuman yang 2. Untuk
hari untuk kencing 1. keluhan sulit tidur menganggu tidur mengetahui
DO : - Pasien tampak membaik 4.Anjurkan kemudahan
lemas dan lelah 2. keluhan sering penggunaan obat dalam tidur
- Tanda-Tanda terjaga teratasi tidur yang tidak 3. untuk
Vital : 3. keluhan pola tidur mengandung mengidentifikasi
TD : 180/140 berubah teratasi supresor terhadap penyebab aktual
mmHg tidur REM dari gangguan
N : 101 5. Ajarkan relaksasi tidur
x/menit otot autogenik atau 4. untuk
RR : cara non farmasi membantu
26x/menit 6. Kolaborasikan relaksasi saat
S : 36° C dengan dokter untuk tidur
- pemberian obat tidur
3. Ansietas b.d Setelah dilakukan 1. Pantau perubahan 1. Perubahan
perubahan status Asuhan tanda-tanda vital dan tanda tanda vital
kesehatan ditandai Keperawatan kondisi yang dapat digunakan
dengan : diharapkan menunjukkan sebagai indikator
DS : - Pasien kecemasan peningkatan terjadinya
mengatakan khawatir berkurang dengan kecemasan klien. ansietas pada
karena sering kencing kriteria hasil : 2. Ajarkan teknik klien
DO : - Klien nampak 1. Melanjutkan menenangkan diri 2.
cemas aktivitas yang dan pengendalian Mempersiapkan
- Klien nampak dibutuhkan perasaan negatif atas klien
gelisah meskipun segala hal yang menghadapi
mengalami dirasakan klien segala
kecemasan 3. Instrusikan untuk kemungkinan,
2. menunjukkan melaporkan krisis
kemampuan untuk timbulnya gejala- perkembangan
berfokus pada gejala kecemasan atau situasional
pengetahuan dan yang muncul 3. Teknik
keterampilan baru menenangkan
diri dapat
digunakan untuk
meredakan
kecemasan pada
klien yang
mengalami
distress akut
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
N DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
O KEPERAWATAN
Gangguan eliminasi urine 1. mengidentifikasi tanda dan S : - Pasien mengatakan
b.d kehilangan kemampuan gejala retensi urine atau masih sering kencing
untuk menghambat inkontinensia urine O : - Pasien kencing
kontraksi kandung kemih Hasil : lebih dari 5 kali/jam
ditandai dengan : 1. kandung kemih membaik A : - Gangguan
DS : - Pasien mengatakan 2. retensi urine membaik eliminasi urine belum
tidak dapat menahan teratasi
kencing 2. mengidentifikasi faktor yang P : Lanjutkan intervensi
- Pasien mengatakan menyebabkan retensi atau a. Kaji tanda dan gejala
kencing setiap inkontinensia urine keluarnya urin
tertawa, batuk, Hasil : b. Kaji frekuensi,
maupun bersin 1. penyumbatan saluran kemih aroma, volume, dan bau
DO : - Pasien mengompol membaik urin yang keluar
- Pasien kencing ± 3 3. Memonitor eliminasi urine
kali/jam Hasil :
1. Frekuensi urin membaik
2. aroma urin tidak bau
4. mengkolaborasikan tentang
pemberian obat
Hasil :
1. Antikolinergik
2. Esterogen topical
3. Imipramine
Gangguan pola tidur b.d 1. mengidentifikasi pola S : - pasien
berhubungan dengan aktivitas dan tidur mengatakan masih
hambatan lingkungan Hasil : sering bangun tengah
ditandai dengan : a) pola tidur menbaik malam untuk kencing
DS : - Pasien mengatakan b) aktivitas yang mengganggu O : - pasien nampak
sering terbangun di malam pola tidur berkurang lemas/lelah
hari untuk kencing -TTV
DO : - Pasien nampak lemas 2. mengidentifikasi faktor TD : 180/140 mmhg
dan lelah penganggu tidur RR : 26x/menit
Hasil : N : 101x/menit
a) kebisingan S : 36°c
b) cahaya
c) suara A : - gangguan pola
tidur belum teratasi
3. mengidentifiksasi makanan P : lanjutkan intervensi:
dan minuman yang 1) kaji pola tidur
mengganggu tidur opasien
Hasil : 2) kaji TTV
a) kurangi minuman bersoda
b) kurangi konsumsi kafein
c) kurangi konsumsi buah jenis
citrus
d) kurangi minuman
beralkohol
e) kurangi mengonsumsi
makanan yang manis
f) kurangi mengonsumsi coklat
dan susu
4. menganjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor terhadap
tidur rem
Hasil :
a) konsumsi obat-obatan sesuai
arahan dokter
3. menginstrusikan untuk
melaporkan timbulnya gejala-
gejala kecemasan yang muncul
Hasil :
a) merasa selalu tegang
b) merasa selu cemas
c) merasa resah dan tidak mau
tenang
d) merasa selalu gelisah