DI SUSUN OLEH:
NIM : C01418178
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, karena atas limpahan rahmat-Nya,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan judul “Konseptual Model Dalam Keperawatan
Jiwa”. Tujuan penulisan sebagai sumber bacaan yang dapat di gunakan untuk memperdalam
pemahaman mengenai materi ini.
Makalah “konseptual model dalam keperawatan ” merupakan bahasan yang akan kami
uraikan selanjutnya. Kegiatan ini merupakan salah satu tugas mata kuliah ilmu Keperawatan jiwa
I, yang menjadi pembelajaran bagi kami agar bertambahnya wawasan kami mengenai kesehatan,
terutama pada kesehatan jiwa manusia.
Semoga apa yang kami persembahkan dapat menjadi motivasi dalam meningkatkan
prestasi belajar para mahasiswa khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Kami mohon maaf
bila ada kesalahan, olah karena itu saran yang baik sangat kami harapkan bagi para mahasiswa
guna meningkatkan kualitas makalah selanjutnya.
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR.................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
1. Latar Belakang...............................................................................................
2. Rumusan Masalah..........................................................................................
3. Tujuan............................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................
A. Konseptual Model Dalam Keperawatan jiwa ...........................................
B. Macam –macam model konseptual keperawatan jiwa............................
C. Model Stres Adaptasi Dalam Keperawatan Jiwa.....................................
1. Faktor Predisposisi.................................................................
2. Faktor Presipitasi....................................................................
BAB III PEMBAHASAN .......................................................................................
BAB III PENUTUP................................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model konseptual keperawatan jiwa merupakan suatu kerangka rencangan terstruktur
untuk melakukan praktik pada setiap tenaga kesehatan mental. Hal ini merupakan upaya yang
dilakukan baik oleh tenaga kesehatan mental maupun perawat untuk menolong seseorang dalam
mempertahankan kesehatan jiwanya melalui mekanisme penyelesaian masalah yang positif
untuk mengatasi stresor atau cemas yang dialaminya.
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam lingkungan atau
stresor yang mengakibatkan seseorang individu menciptakan perubahan yang adaptif baik secara
mandiri maupun bantuan perawat. Model konseptual keperawatan jiwa merupakan upaya yang
dilakukan baik oleh perawat untuk menolong seseorang dalam mempertahankan keseimbangan
melalui mekanisme koping yang positif untuk mengatasi stresor yang dialaminya (Videbeck,
2008 : 54).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konseptual model dalam keperawatan jiwa?
2. Apa saja model keperawatan jiwa?
3. Model Stress Adaptasi Dalam Keperawatan Jiwa?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami tantang konseptual model dalam keperawatan jiwa.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui konseptual model dalam keperawatan jiwa .
2. Untuk mengetahui model praktik keperawatan jiwa
3. Untuk mengetahui model stress adaptasi dalam keperawatan jiwa .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Model adalah cara mengorganisasi pokok pengetahuan yang kompleks. Model
konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan
tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian
terhadap suatu ilmu dan perkembangannya (Brockopp, 1999).
Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan
kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar
mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu
saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan (Brockopp, 1999 : 73).
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam situasi
lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang individu berupa menciptakan
perubahan yang adaktif dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Model
konseptual keperawatan jiwa mencerminkan upaya menolong orang tersebut
mempertahankan keseimbangan melalui mekanisme koping yang positif unutk mengatasi
stresor ini (Videbeck, 2008 : 54).
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila
ego (akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting).
Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya ( ego ) untuk mematuhi tata tertib,
peraturan, norma, agama (super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan
perilaku (defiation of behavioral). Proses terapeutik Psikoanalisa memakai : Free association,
analisa mimpi dan transfer untuk membentuk kembali perilaku. Free association :
mencurahkan seluruh pikiran dan perasaan tanpa ada sensor. Terapist akan mencari pola
kata-kata dan area yang secara tidak sadar dihindari. Kemudian dibandingkan dengan ilmu
terapist tentang pengetahuan tentang jiwa dan konflik. konflik yang dihindari klien dianggap
hambatan dan harus diselesaikan. Analisa mimpi : menjadi gambaran konflik intra psikis
yang menjadi hambatan klien dalam berperilaku. Simbol-simbol mimpi dianalisa dan
disimpulkan. Kedua proses ini dilengkapi dengan transfer yaitu terapist menjadi sasaran
perilaku atau perasaan klien.
a. Konsep
Merupakan model yang pertama yang dikemukakan oleh Sigmun Freud yang
meyakini bahwa penyimpangan perilaku pada usia dewasa berhubungan pada
perkembangan pada anak. Setiap fase perkembangan mempunyai tugas
perkembangan yang harus di capai. Gejala yang nampak merupakan simbul dari
konflik.
b. Proses Terapi
1. Memakan waktu yang lama
2. Menggunakan tehnik asosiasi bebas dan analisa mimpi” menginterpretasikan
perilaku, mengguakan transferens untuk memperbaiki masa lalu ,mengidentifikasi
area masalah.
c. Peran Pasien Dan Terapis
Pasien : mengungkapkan semua pikiran dan mimpi
Terapis : mengupayakan perkembangan transferens menginterpretasikan
pikiran dan mimpi pasien dalam kaitannya dengan konflik
b) Model interpersonal
Teori ini dikemukakan oleh Harri Stack Sullivan. Dia menganggap perilaku itu
merupakan bentukan karena adanya interaksi dengan orang lain atau lingkungan sosial.
Kecemasan disebabkan perilakunya tidak sesuai atau tidak diterima orang lain sehingga akan
ditolak oleh lingkungan. Perilaku timbul karena adanya dorongan untuk kepuasan dan
dorongan untuk keamanan. Perilaku karena adanya dorongan untuk memuaskan diri
disebabkan karena adanya kelaparan, tidur, kenyamanan dan kesepian. Keamanan
berhubungan dengan penyesuaian diri terhadap nila-nilai budayaseperti nilai-nilai masyarakat
dan suku. Sulivan beranggapan bila kemampuan untuk memenuhi kebutuhan akan kepuasan
dan keamanan terganggu maka dia akan mengalami sakit mental.
c) Model sosial
Konsep ini dikemukan oleh Gerard Caplan, yang menyatakan bahwa perilaku
dipengaruhi lingkungan sosial dan budaya. Caplan percaya bahwa situasi sosial dan menjadi
faktor predisposisi klien mengalami gangguan mental, seperti kejadian kemiskinan, masalah
keluarga dan pendidikan yang rendah. Karena kondisi ini akhirnya individu mengalami
ketidakmampuan mengkoping stes, ditambah lagi dukungan dari lingkungan sangat sedikit.
Individ u mengembangkan koping yang patologis. Krisis juga bisa menyebabkan klien
mengalami perubahan perilaku. Koping yang selama ini dipakai dan dukungan dari
lingkungan tidak dapat dipakai lagi sehingga klien mengalami penyimpangan perilaku.
d) Model eksistensi
Menurut teori model eksistensi ganguan prilaku atau ganguan jiwa terjadi bila
individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan hidupnya. Individu tidak memiliki
kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri dan mengalami ganguan dalam body image –
nya.
e) Model komunikasi
Konsep ini dikemukan oleh Eric Berne. Dia mengatakan bahwa setiap perilaku, baik
verbal maupun non verbal adalah bentuk komunikasi. Ketidak mampuan komunikasi
mengakibatkan kecemasan dan frustasi.
f) Model behavioral
Konsep ini berdasarkan teori belajar, dan mengatakan bahawa semua perilaku itu
dipelajari. Perilaku seseorang karena dia belajar itu dari lingkungannya. Fokus konsep ini
terletak pada tindakan, bukan pada pikiran atau perasaan individu. Perubahan perilaku
membuat perubahan pada kognitif dan afektif.
PEMBAHASAN
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapat terjadi pada seseorang apabila ego
(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu atau insting). Ketidakmampuan
seseorang dalam menggunakan akalnya ( ego ) untuk mematuhi tata tertib, peraturan, norma,
agama (super ego/das uber ich), akan mendorong terjadinya penyimpangan perilaku (defiation of
behavioral). Proses terapeutik Psikoanalisa memakai : Free association, analisa mimpi dan
transfer untuk membentuk kembali perilaku. Sigmun Freud yang meyakini bahwa penyimpangan
perilaku pada usia dewasa berhubungan pada perkembangan pada anak. Setiap fase
perkembangan mempunyai tugas perkembangan yang harus di capai. Gejala yang nampak
merupakan simbul dari konflik.
Perhatikan aktivitas anak sehari-hari. Memiliki rasa cemas sebenarnya adalah hal yang
wajar ditimbulkan oleh anak-anak. Namun, sebaiknya ibu perlu memberikan perhatian jika anak
memiliki rasa cemas dengan berlebihan. Tidak hanya membuat kegiatan dan aktivitas
anak sehari-hari terganggu. Nyatanya, memiliki rasa cemas berlebihan pada diri anak juga bisa
mengganggu perkembangannya. Jika dalam setiap kegiatan perasaan cemas selalu merundung
anak, tentu anak tidak akan bisa berkonsentrasi dalam melakukan sesuatu. Sebaiknya, ibu
mencari tahu apa yang menyebabkan anak memiliki perasaan cemas yang sangat berlebihan.
Tidak ada salahnya mendampingi anak hingga anak merasa tenang.
Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar pada anak adalah salah satu penyakit mental yang berhubungan dengan
adanya faktor kelainan otak. Hal ini dapat menyebabkan perubahaan mood dan pergeseran yang
tidak lazim di tingkat energi dan aktivitas yang dilakukan anak. Anak-anak yang mengalami
bipolar bisa mengalami episode mania atau episode depresi. Saat anak mengalami episode
mania, maka anak akan terlihat memiliki banyak energi dan akan lebih aktif dari biasanya.
Kemudian, ada episode depresi yang akan membuat anak terlihat selalu tidak bersemangat dan
membuat anak merasa sangat terpuruk pada apapun yang sedang dikerjakan. Gangguan bipolar
pada anak tidak dapat disembuhkan, tetapi ibu bisa membantu anak untuk belajar mengatur
perubahan mood-nya dengan baik.
Central auditory processing disorder (CAPD) atau dikenal juga dengan istilah gangguan
proses auditori adalah salah satu jenis gangguan mental pada anak yang dapat mengganggu
perkembangan. Akan tetapi tidak hanya pada anak saja, CAPD dapat dialami oleh semua usia
yang dimulai sejak perkembangan masa anak-anak. CAPD adalah masalah pada pendengaran
yang timbul saat otak tidak bekerja secara optimal. Biasanya, anak yang mengalami CAPD akan
kesulitan untuk merespon suara, menikmati musik, memahami percakapan, membaca, serta
mengeja.
Gangguan Spektrum Autisme adalah salah satu gangguan mental pada anak karena
terjadinya kelainan otak yang dapat berdampak ke kemampuan komunikasi dan interaksi sosial.
Biasanya, anak-anak yang menderita GSA akan terlihat hidup dengan dunia dan imajinasinya
sendiri. Mereka tidak mampu menghubungkan emosial mereka dengan lingkungan di sekitarnya.
Memahami Individu
Seorang guru dan pembimbing dapat memberikan bantuan yang efektif jika mereka dapat
memahami dan mengerti persoalan, sifat, kebutuhan, minat, dan kemampuan anak didiknya.
Karena itu bimbingan yang efektif menuntut secara mutlak pemahaman diri anak secara
keseluruhan. Karena tujuan bimbingan dan pendidikan dapat dicapai jika programnya didasarkan
atas pemahaman diri anak didiknya. Sebaliknya bimbingan tidak dapat berfungsi efektif jika
konselor kurang pengetahuan dan pengertian mengenai motif dan tingkah laku konseling,
sehingga usaha preventif dan treatment tidak dapat berhasil baik.
Preventif dan pengembangan individual
Preventif dan pengembangan merupakan dua sisi dari satu mata uang. Preventif berusaha
mencegah kemorosotan perkembangan anak dan minimal dapat memelihara apa yang telah
dicapai dalam perkembangan anak melalui pemberian pengaruh-pengaruh yang positif,
memberikan bantuan untuk mengembangkan sikap dan pola perilaku yang dapat membantu
setiap individu untuk mengembangkan dirinya secara optimal.
Setiap manusia pada saat tertentu membutuhkan pertolongan dalam menghadapi situasi
lingkungannya. Pertolongan setiap individu tidak sama. Perbedaan umumnya lebih pada
tingkatannya dari pada macamnya, jadi sangat tergantung apa yang menjadi kebutuhan dan
potensi yang ia miliki.
Kedua, konsep kunci tentang kecemasan yang dimiliki manusia dapat digunakan sebagai
wahana pencapaian tujuan bimbingan, yakni membantu individu supaya mengerti dirinya dan
lingkungannya; mampu memilih, memutuskan dan merencanakan hidup secara bijaksana;
mampu mengembangkan kemampuan dan kesanggupan, memecahkan masalah yang dihadapi
dalam kehidupannya; mampu mengelola aktivitasnya sehari-hari dengan baik dan bijaksana;
mampu memahami dan bertindak sesuai dengan norma agama, sosial dalam
masyarakatnya. Dengan demikian kecemasan yang dirasakan akibat ketidakmampuannya dapat
diatasi dengan baik dan bijaksana. Karena menurut Freud setiap manusia akan selalu hidup
dalam kecemasan, kecemasan karena manusia akan punah, kecemasan karena tidak dapat
bersosialisasi dengan lingkungan dan banyak lagi kecemasan-kecemasan lain yang dialami
manusia, jadi untuk itu maka bimbingan ini dapat merupakan wadah dalam rangka mengatasi
kecemasan.
Ketiga, konsep psikolanalisis yang menekankan pengaruh masa lalu (masa kecil)
terhadap perjalanan manusia. Walaupun banyak para ahli yang mengkritik, namun dalam
beberapa hal konsep ini sesuai dengan konsep pembinaan dini bagi anak-anak dalam
pembentukan moral individual. Dalam sistem pemebinaan akhlak individual, Islam
menganjurkan agar keluarga dapat melatih dan membiasakan anak-anaknya agar dapat tumbuh
berkembang sesuai dengan norma agama dan sosial. Norma-norma ini tidak bisa datang sendiri,
akan tetapi melalui proses interaksi yang panjang dari dalam lingkungannya. Bila sebuah
keluarga mampu memberikan bimbingan yang baik, maka kelak anak itu diharapkan akan
tumbuh menjadi manusia yang baik. Dalam hal ini sebuah hadis Nabi menyatakan bahwa “Setiap
anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, hingga lisannya fasih. Kedua orang tuanyalah yang
ikut mewarnainya sampai dewasa.” Selain itu seorang penyair menyatakan bahwa “Tumbuhnya
generasi muda kita seperti yang dibiasakan oleh ayah-ibunya”. Hadis dan syair tersebut di atas
sejalan dengan konsep Freud tentang kepribadian manusia yang disimpulkannya sangat
tergantung pada apa yang diterimanya ketika ia masih kecil. Namun tentu saja terdapat sisi-sisi
yang tidak begitu dapat diaplikasikan, karena pada hakikatnya manusia itu juga bersifat baharu.
Terapi psikoanalisa :
Asosiasi bebas :
Terapi asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman2 masa lalu &
pelepasan emosi2 yg berkaitan dg situasi2 traumatik di masa lalu. Pasien secara bebas
mengungkapkan segala hal yang ingin dikemukakan, termasuk apa yang selama ini ditekan di
alam bawah sadar. Pasien mengungkapkan tanpa dihambat atau dikritik. Namun, ada hal yang
menjadi salah satu hambatannya yaitu pasien melakukan mekanisme pertahanan diri saat
mengungkapkan hal, sehingga tidak semua hal bisa terungkap. Maka, pasien diminta untuk
berbaring di dipan khusus dan psikoanalisnya duduk di belakang. Pasien dan psikoanalis tidak
berhadapan langsung, sehingga diharapkan pasien dapat mengungkapkan pikirannya tanpa
merasa terganggu, tertahan, atau terhambat oleh terapis.
Penafsiran
Adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi bebas, mimpi, resistensi dan transferensi.
Dengan kata lain teknik ini digunakan untuk menganalisis teknik-teknik yang lainnya.
Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analisis yang menyatakan, menerangkan, bahkan
mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi
bebas, resistensi-resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri.
Analisis Mimpi
Adalah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan-bahan yang tidak disadari dan
memberikan kepada pasien atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Freud
menganggap bahwa mimpi merupakan jalan keluar menuju kesadaran karena pada saat tidur,
semua pemikiran yang ditekan di alam bawah sadar bisa muncul ke permukaan. Pada teknik ini
difokuskan untuk mimpi-mimpi yang berulang-ulang, menakutkan, dan sudah pada taraf
mengganggu.
Analisis Resistensi
Adalah dinamika yang tidak disadari untuk mempertahankan kecemasan. Terapis harus bisa
menerobos kecemasan yang ada pada pasien sehingga pasien bisa menyadari alasan timbulnya
resitensi tersebut. Setelah klien bisa menyadarinya, pasien bisa menanganinya dan bisa
mengubah tingkah lakunya.
Analisis Transferensi/Pengalihan
Adalah teknik utama dalam terapi psikoanalis karena dalam teknik ini, masa lalu dihidupkan
kembali. Pada teknik ini diharapkan pasien dapat memperoleh pemahaman atas sifatnya sekarang
yang merupakan pengaruh dari masa lalunya.
c. Contoh perkembangan pada psikoanalisa
anak perempuan yang merasa kalah pada ibunya dalam mencari perhatian ayahnya, maka
ketika besar dan berhubungan dengan pria, dia berprilaku seperti anak kecil dalam memcari
perhatian pria. Setiap orang membawa konflik masa kecilnya dan mempengaruhi perilaku di
masa dewasa. Misal : sering cuci tangan, karena pada waktu masa kecil sering dibilang jorok.
Semua kenangan itu tertanam ke alam tak sadar sehingga pada masa dewasa keluar ke alam tak
sadar dalam bentuk penyimpangan perilaku. Psikosis muncul karena ego harus beradaptasi terus
dengan keinginan id.
Konsep ini dikemukan oleh Gerard Caplan, yang menyatakan bahwa perilaku
dipengaruhi lingkungan sosial dan budaya. Caplan percaya bahwa situasi sosial dan menjadi
faktor predisposisi klien mengalami gangguan mental, seperti kejadian kemiskinan, masalah
keluarga dan pendidikan yang rendah. Karena kondisi ini akhirnya individu mengalami ketidak
mampuan mengkoping stres, ditambah lagi dukungan dari lingkungan sangat sedikit. Individu
mengembangkan koping yang patologis. Seseorang akan mengalami gangguan jiwa atau
penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor sosial dan factor lingkungan yang akan
memicu munculnya stress pada seseorang (social and environmental factor create stress, which
cause anxiety and symptom). Beberapa factor predisposisi stress yaitu :
3. a. Pengaruh genetic
4. b. Pengaruh masa lalu
5. c. Pengaruh konflik lain
6. Kemiskinan, situasi keuangan tidak stabil, pendidikan tidak adekuat.
7. b. Kurang mampu mengatasi stress.
8. c. Kurang support system
Pada lingkungan sosial yang mempengaruhi individu dan pengalaman hidupnya. kondisi
sosial bertanggung jawab terhadap penyimpangan perilaku. Prilaku yang dianggap normal pada
suatu daerah tertentu mungkin sebagai penyimpangan pada daerah yang lain. Individu yang
sudah dilabel atau dicap jika tidak dapat menyesuaikan diri dengan norma lingkungan, maka
perilaku tersebut memerlukan perawatan atau dirawat. Kaplan, meyakini bahwa situasi sosial
dapat mencetuskan gangguan jiwa. Oleh karena itu situasi yang dapat menjadi pencetus Di dalam
kehidupan sosial masyarakat, individu memiliki beberapa aspek factor terjadinya ganguan
prilaku sosial terhadap individu.
a. Faktor terjadinya perilaku social
Fisik
Kondisi fisik adalah salah satu kondisi tejadinya kehilangan organ tubuh akibat bencana
yang memerlukan pelayanan dalam rangka adaptasi terhadap kondisi fisiknya. Tetapi disini
lingkungan tidak dapat menerima dan memberikan adaptasi yang baik sesuai dengan keadaan
normal sebelumnya. Maka hal ini bisa menyebabkan sesorang tidak mau bersosialisasi pada
masyarakat sekitarnya. Ini merupakan salah satu factor pemicu terjadinya HDR pada sesorang
tersebut.
Psikologi
Berbagai masalah psikologi yang dialami masyarakat atau individu seperti ketakutan,
trauma, kecemasan maupun kondisi yang lebih berat di karenakan kondisi suatu peristiwa atau
insiden yang terjadi di lingkungan pada masa lalu.
Sosial
Dimana seseorang akan mengalami keadaan duka dan konflik berkepanjangan seperti
kehilangan keluarga yang di cintai, kehilangan pekerjaan, tempat tinggal dan harta benda akibat
musibah yang melanda. Akibat tidak adanya pelayanan dari berbagai sektor dapat memicu
ketidakpuasan dalam kehidupan sosial.
Budaya
Semakin berkembangnya budaya idealism di dalam masyarakat kita menjadi lebih
mementingkan diri masing – masing, yang seharusnya budaya lebih mementingkan kebersamaan
untuk menciptakan masyarakat yang lebih nyaman. Hal ini lah yang dapat membuat terjadinya
kesenjangan di dalam masyarakat.
spiritual
Nilai – nilai agama yang terlalu kuat di dalam masyarakat dapat menimbulkan
deskriminasi terhadap agama minoritas. Potensi inilah yang dapat berkembang di masyarakat
terjadinya konflik dan berbagai masalah yang tidak dapat terselesaikan.
b. Aplikasi yang terapkan pada perilaku social
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini adalah pasien harus
menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di masyarakat melibatkan teman
sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri. Sedangkan terapis berupaya menggali system sosial
klien seperti suasana dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.
peran klien :
klien mengalami gangguan mental, seperti kejadian kemiskinan, masalah keluarga dan
pendidikan yang rendah. Karena kondisi ini akhirnya individu mengalami ketidakmampuan
mengkoping stes, ditambah lagi dukungan dari lingkungan sangat sedikit. Individu
mengembangkan koping yang patologis. Krisis juga bisa menyebabkan klien mengalami
perubahan perilaku. Koping yang selama ini dipakai dan dukungan dari lingkungan tidak dapat
dipakai lagi sehingga klien mengalami penyimpangan perilaku
a. Teori interpersonal
Model ini dikembangkan oleh Harry Stack Sullivan. Titik pandang Sullivan diidentifikasi
dengan teori-teori social-psikologis. Ia menekankan peran hubungan-hubungan personal dan
studi tentang manusia dalam hubungan dengan orang-orang lain yang berpengaruh. Jadi, unit
studinya adalah situasi interpersonal bukan hanya individu itu semata-mata. Keopribadian
mengejawantahkan dirinya dalam tingkah laku individu dalam hubungannya dengan orang lain.
System diri menurutnya terbentuk sebagai akibat ancaman-ancaman terhadap rasa aman. Yang
membawahi segenap dorongan adalah motif kekuasaan yang bekerja sepanjang hidup untuk
mengatasi perasaan tak berdaya yang mendasar. System diri seesorang berkembang sebagai
reaksi melawan kecemasan yang disebabkan oleh hubungan-hubungan interpersonal.
b. Aplikasi interpersonal
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties (berupaya melakukan sharing
mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan
dengan orang lain), therapist use empathy and relationship ( perawat berupaya bersikap empati
dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat memberikan respon verbal
yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain.
d. Contoh interpersonal
Perilaku timbul karena adanya dorongan untuk kepuasan dan dorongan untuk keamanan.
Perilaku karena adanya dorongan untuk memuaskan diri disebabkan karena adanya kelaparan,
tidur, kenyamanan dan kesepian. Keamanan berhubungan dengan penyesuaian diri terhadap nila-
nilai budaya seperti nilai-nilai masyarakat dan suku. Sulivan beranggapan bila kemampuan untuk
memenuhi kebutuhan akan kepuasan dan keamanan terganggu maka dia akan mengalami sakit
mental.
4. Model Eksistensi
a. Teori eksitensi
Konsep ini didasarkan teori dari Sartre, Heidegger dan Keirkegaard. Fokus teori berdasarkan
pengalaman kllien disini dan saat ini, tidak memperhitungkan masa lalu klien. Seseorang akan
merasa hidupnya bermakna bila dia menerima dirinya apa adanya dan memakai itu untuk
berinteraksi dengan lingkungannya. Penyimpangan perilaku : orang merasa dirinya tidak eksis
atau dirinya tidak mampu eksis dengan lingkungan. Rasa asing ini disebabkan klien membatasi
dirinya sendiri. Penyimpangan perilaku terjadi karena klien menghindar dari perilaku yang
lazim terjadi di lingkungan sosialnya. Perasaan terasing ini mengakibatkan klien merasa tidak
berdaya, sedih dan kesepian, dirinya.tidak ada berarti. Klien tidak mampu berinteraksi dengan
wajar dan menguntungkan bagi dirinya dan orang lain. proses terapeutik : Mengeksploitasi
dirinya (aspek positif, negatif, pengalaman masa lalu yang sukses atau tidak) sehingga dia
mnyadari bahwa dia eksis. Kemudian klien di konfrontasi dengan 2 – 3 orang untuk
mengevaluasi dan membentuk kemampuan memilih serta bentuk-bentuk perilaku baru. Klien
memperoleh keotentikan bahwa dirinya ada, berguna dan punya aspek yang berguna terhadap
dirinya dan dalam berhubungan dengan orang lain.
b. Aplikasi eksitensi
Mengeksploitasi dirinya (aspek positif, negatif, pengalaman masa lalu yang sukses atau
tidak) sehingga dia mnyadari bahwa dia eksis. Kemudian klien di konfrontasi dengan 2 – 3 orang
untuk mengevaluasi dan membentuk kemampuan memilih serta bentuk-bentuk perilaku baru.
Klien memperoleh keotentikan bahwa dirinya ada, berguna dan punya aspek yang berguna
terhadap dirinya dan dalam berhubungan dengan orang lain. menolong klien mengenali dirinya.
menunjuk perilaku yang perlu diubah menjadi role model.
c. Contoh eksitensi
Dia merasa dirinya tidak eksis atau dirinya tidak mampu eksis dengan lingkungan. Rasa asing ini
disebabkan klien membatasi dirinya sendiri. Penyimpangan perilaku terjadi karena klien
menghindar dari perilaku yang lazim terjadi di lingkungan sosialnya. Perasaan terasing ini
mengakibatkan klien merasa tidak berdaya, sedih dan kesepian, dirinya.tidak ada berarti. Klien
tidak mampu berinteraksi dengan wajar dan menguntungkan bagi dirinya dan orang lain.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan Jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak ganguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang adalah perawatan langsung, komunikasi dan
management, bersifat positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan
kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan. Model
konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi
pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar
mereka peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu
saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan. Model konseptual keperawatan
kesehatan jiwa terdiri dari 8 model yang terdiri dariModel Psikoanalisa, Model Perilaku,
Model Eksistensi, Model Interpersonal, Model Medikal, Model Komunikasi, Model
Keperawatan, dan Model Sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Penerbit Salemba Medika.
Christensen,P. J. dan Kenney, J.W. (2009), Proses keperawatan Aplikasi Model Konseptual,
Ed.4, Jakarta, EGC.
Purwaningsih,Wahyu, S.Kep. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika Press. Jogjakarta.
Yosep Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. bandung: Refika aditama. Stuart, sundeen. 1998. Buku
saku Keperawatan jiwa edisi 3. Jakarta ; EGC Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan jiwa. Bandung :
PT Refika Aditama Suliswati, Dkk. 2004. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa.Jakarta :
EGC Anna, budi. 2004. Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC