Anda di halaman 1dari 11

1. Konsep Komunikasi Terapuetik Keperawatan.

a. Pengertian Komunikasi Terapuetik Keperawatan


Menurut beberapa pakar, komunikasi berasal dari
kata“communication”, yang berasal dari bahasa Latin,
yaitu “communication”. Kata tersebut berbentuk dari dua kata akar,
yaitu “com” dalam bahasa latin “union”. “com” atau “cum” memiliki arti
“dengan” atau “bersama dengan”, sementara “unio” atau “union” memiliki arti
“bersatu dengan”. Maka, “komunikasi” dapat diartikan sebagai pengiriman pesan
dari seseorang kepada seseorang yang lain.(MH, Pribadi Zen. 2013. Panduan
Komunikasi Efektif untuk Bekal Keperawatan Profesional. Yogyakarta: D-
Medika : 15)
Apabila dalam berkomunikasi dengan klien, perawat mendapatkan
gambaran dengan jelas tentang klien yang sedang dirawat, mengenai tanda dan
gejala yangditampilkan serta keluhan yang dirasakan. Gambaran tersebut dapat
diajadikan acuan dalam menentukan masalah keperawatan dan tindakan
keperawatan yang akan dilakukan, dengan harapan yang akan dilakukan sesuai
keluhan dan masalah keperawatan yang sedang dialami klien atau bisa dikatakan
bahwa tindakan keperawatan tepat sasaran sehingga membantu mempercepat
proses kesembuhan.
Menurut As Homby (1974) yang dikutipoleh Nurjanah, I (2001)
mengtakan bahwa teraupetik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni
dari penyembuhan. Hal ini menggambarkan bahwa dalam menjalani proses
komunikasi teraupetik, seseorang perawat melakukan kegiatan dari mulai
pengkajian, menentukan masalah keperawatan, menentukan rencana tindakan,
melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan yang telah direncanakan samapai
pada evaluasi yang semuanya itu bisa dicapai dengan maksimal apabila terjadi
proses komunikasi yang efektif yang intensif hubungan take and give anatara
perawat dan klien menggambarkan hubungan memberi dan menerima.(Nasir,
Abdul., Muhith, Abdul., Sajidin, Muhammad., dan Mubarok, Wahhid Iqbal.
2009. Komuniksi dalam Keperawatan Teori dan  Aplikasi. Jakarta: Salemba
Medika : 142)
Komunikasi terapeutik bisa berjalan secara efektif apabila antara pasien
dengan perawat terjalin hubungan saling mengahargai satu sama lain. Perawat
harus memiliki kemampuan  dalam melakukan komunikasi terapeutik, Sehingga
pasien atau keluarganya mengetahui rencana kegiatan yang bisa atau akan
dilakukan. Maka, penting bagi perawat guna menciptakan proses komunikasi
yang efektif. Misalnya adalah perawat harus memperkenalkan diri sebelum
melangkah pada upaya menjelaskan tindakan yang hendak dilakukan.

b. Tujuan Komunikasi Terapeutik

Pelaksanaan komunikasi terapeutik bertujuan membantu pasien


memperjelas dan mengurangi beban pikiran dan perasaan untuk dasar tindakan
dalam pengguna mengubah situasi yang ada apabila pasien percaya pada hal-
halyang diperlukan. Disamping itu juga untuk mengurangi keraguaan serta
membantu dilakukannya tindakan yang efektif, memepererat interaksi kedua
pihak, yakni antara pasien dan perawat profesional. (Machfoedz, Mahmud.
2009. Komunikasi Keperawatan Komunikasi Terapeutik. Yogyakarta: Ganbika :
105)

Komunikasi terapeutik sengaja dirancang agar hubungan perawat dan


klien menjadi efektif dalam mencapai kesembuhan . komunikasi teraupetik juga
bertujuan membentuk suatu keintiman, saling ketergantungan hubungan
interpersonal dengan kapasitas memberi dan menerima.

 
c. Tahapan komunikasi terapeutik

Komunikasi terapeutik dalam pelaksanaannya melalui beberapa tahapan


yang meliputi prainteraksi,orientasi,kerja,dan terminasi.

1. Tahap Prainteraksi

Komunikasi terapeutik diawli dengan tahap prainteraksi. Tahap ni perawat


bertugas mengumpulkan data tentang klien/pasien, mengeksplorasi perasaan
fantasi dan ketakutan pada klien,menganalisis kemampuan dan keterbatasan
diri,dan membuat rencana pertemuan dengan klien

2. Tahap Orientasi

Pada tahap ini perawat menyapa dan menanyakan nama klien. Selanjutnya
melakukan falidasi pada pertemuan berikutnya, menentukan alasan klien mencari
pertolongan, menunjukan kepercayaan, penerimaan dan komunikasi terbuka,
kemudian melakukan ikatan timbal balik, mengeksplorasi
perasaan,pikiran,tindakan klien. Mengidentifikasikan masalah yang dialami oleh
klien, mengidentifikasi masalah bersama klien, menjelaskan waktu yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan, dan menjelaskan kerahasiaan.

3. Tahap Kerja

Pada tahap ini perawat meberi kesempatan pada klien untuk pertanyaan
tentang keluhan utama dan keluhan yang mungkin dikaitkan dengan
kelancaran pelaksanaan kegiatan, mulai kegiatan dengan cara yang baik serta
melakukan kegiatan yang sesuai dengan rencana.

4. Tahap Terminasi

Pada tahap ini perawat menyimpulkan hasil kegiatan berupa evaluasi hasil
dan proses. Kemudian saling mengeksplorasi perasaan penolakan, kehilangan,
sedih, marah dan perilaku lain. Selanjutnya memberikan dorongan positif
merencanakan tindakan lanjut dengan klien, membuat perjanjian untuk pertemuan
selanjutnya dan mengakhiri kegiatan dengan baik. (Machfoedz, Mahmud.
2009. Komunikasi Keperawatan Komunikasi Terapeutik. Yogyakarta: Ganbika :
107-108)

d. Komunikasi Terapeutik pada Anak

Untuk melakukan komunikasi terapeutik pada ada dapat ditempuh dengan


cara-cara sebagai b erikut:

a) Nada Suara

Untuk dapat berkomunikasi dengan efektif dapat diperlukan tempo bicara


yang rendah dengan memperlambat pembicraan. Apabila tidak mendapat jawaban
harus di ulang dengan kata-kata yang jelas.

b) Mengalihkan Aktivitas

Anak tertarik dengan aktivitas yang disukai. Oleh karena itu perlu
dibuatkan jadwal agar aktivitas yang disukai dapat di atur waktunya.

c) -arak Interaksi

Perawat yang mengamati tindakan non verbal dan sikap tubuh


anak harus mempertahankan jarak yang aman.

d) Marah
Perawat perlu mempelajari isyarat kontrol perilaku pada anak untuk
mencegah kemarahan anak. Perawat haru menghindari bersuara keras dan
bersikap otoriter. Serta mengurangi kontak pandang jika respon anak
meningkat.

e) Kesadaran Diri
Perawat secara non verbal selalu memberi motivasi dan persetjuan
apabila diperlukan. Perawat harus mengindari berhadap-hadapan secara
langsung dan duduk terlalu dekat.

f) Sentuhan

Perawat hendaknya tidak menyentuh anak kecuali di kehendaki


berjabat tagan dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan stres
dan cemas pada anak.

Berkomunikasi dengan anak berbeda dengan berkomunikasi pada orang dewasa. Untuk
melakukan pendekatan pada mereka di perlukan teknik tertentu. Ada dua teknik yang dapat
diterapkap untuk berkomunikasi dengan anak. Yakni teknik komunikasi verbal dan non verbal.
Berikut penjelasannya:

A. Teknik Verbal

Penerapan teknik ini dapat di tempuh dengan beberapa cara :

a. Teknik Orang Ketiga

Perawat tidak bertanya langsung kepada klien anak tentang apa yang
dirasakannya, melainkan dengan cara mengatakan pengalaman orang lain.
Misalnya, “kadang-kadang apabila seseorang sakit sering marah-marah karena
tidak dapat melakukan seperti yang dilakukan oleh kakak, adik, atau
temannya,”kemudian perawat diam sejenak untuk menunngu respon dan bertanya
lagi “apakah kamu pernah meraskan seperti itu?”Teknik ini memberi kesempatan
kepada klien anak untuk menentukan satu diantara alternatif: setuju, tidak setuju,
atau tetap diam karena tidak mampu menyatakannya pada saat itu.

b. Bercerita
Dongeng lebih mampu mengembangkan pendekatan terapeutik, karena
selain membantu membuka pikiran anak dongeng juga dapat dijadikan untuk
mengubah persepsi. Ini dimaksudkan untuk menghidarkan anak dari perasaan
takut.

c. Neuro linguistic programming (NLP)

Teknik pendekatan ini digunakan untuk memahami proses komunikasi


dengan memperhatikan cara, gaya, dan perilaku dalam penerimaan dan
pemahaman oleh individu. Pada umumnya teknik ini menggunakan dengan satu
sensorik pengelihatan, pendengaran, atau kinesthetic. Dengan menggunakan
sensorik yang sama perawat dapat meningkatkan hubungan dan
mengkomunikasikan informasi secara efektif.

d. Bibliotherapy

Teknik ini diterapkan menggunakan buku dalam


proses therapic dan supportivedengan tujuan membantu anak mengungkapkan
perasaan dan perhatiannya melalui aktivits membaca. Bertujuan memberi
kesempatan pada anak untuk menjelajahi suatu kejadian yang kondisinya hampir
sama sehingga memungkinkannya untuk tetap terkendali.

e. Fantasi

Teknik ini berupakan bentuk khusus dari Bibliotherapy yang diterapkan


dengan penyampaian cerita/dongeng fantasi. Tokoh dan kejadian dalam dongeng
fantasi mengilustrasikan suatu konflik dalam suatu peristiwa yang memerlukan
perhatian,pentingnya kejujuran, kebutuhan kasih sayang dan sebagainya.

f. Pertanyaan “Bagaimana jika.”


Mendorong anak untuk menentukan solusi suatu permasalahan. Kemudian
anak akan menyatakan perasaannya yang telah dikketahui dan ingin di ketahuinya.

B. Teknik Non Verbal

Teknik komunikasi non verbal yang dapat diterapkan pada klien anak meliputi:

1. Menulis
Menulis merupakan alternatif pendekatan untuk mengawali suatu percakapan
perawat melalui tulisan dan juga memiinta pasien untuk memahami beberapa
bagian.
2. Menggambar
Menggambar merupakan suatu bentuk teknik komunikasi yang dilakukan dengan
mengamati gambar. Dasar asumsi dalam menafsirkan gambar adalah anak
mengungkapkan dirinya melalui gambar yang di buatnya.
3. Gerakan Gambar Keluarga
Menggambarkan suatu kelompok berpengaruh pada perasaan dan respon emosi
anak. Anak akan menggambarkan pikiran tengtsng diriya dan anggota keluarga
lain.
4. Sosiogram
Dalam menggambar anak tidak perlu dibatasi. Bagi anak berusia 5 tahun
sosiogram(gambar ruang kehidupan/lingkaran keluarga) gambar lingkaran
melambangkan orang yang mirip dalam kehidupan anak, dan gambar bundran di
dekat lingkaran menunjukkan keakraban/kedekatan.
5. Menggambar Bersam dalam Keluarga
6. Teknik ini merupakan satu alat untuk menungkapkan dinamika dan hubungan
dalam keluarga.
7. Bermain
8. Bermain merupakan cara efektif untuk berkomunikasi dengan anak. Permainan
dalam komunikasi terapeutik sering diterapkan untuk mengurangi trauma atau
mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur kepeawatan.(Machfoedz,
Mahmud. 2009. Komunikasi Keperawatan Komunikasi Terapeutik. Yogyakarta:
Ganbika : 127-132)

Penerapan Konsep Komunikasi Terapeutik pada Anak.

Di keluarga ibu Maya dan bapak Farid memiliki dua anak yang bernama Sika dan Aca. Suatu
hari bapak Farid merasa pekarangan mereka kotor dan mengajak anak-anaknya untuk
membersihkan pekarangan tersebut.

Bapak Farid: “Buk, kelihatannya halaman kita sudah kotor.”

Ibu Maya: “ Ayo Pak dibersihkan, anak-anak diajak sekalian.”

Bapak Farid                : “Ayo nak kita bersihkan”.

Anak-anak                   : “Ayo Pak.”(anak-anak sambil berjalan menuju halaman)

TAHAP INTERAKSI

Petugas kesehatan I    : “Halo adik-adik, sedang apa kalian (berjalan menuju anak-anak).”

Anak-Anak                 : “ Kita lagi bersih-bersih kak.”

Petugas kesehatan II :  “oh ya nama kalian siapa.”

Anak 1                        : “ Nama ku aca.”

Anak 2                                    : “Namaku sika.”

Petugas Kesehatan II :  “Kalian udah kelas berapa ?.”

Anak 1                                    : “kls 3 kak.”

Anak 2                                    : “kls TK B.”

Petugas Kesehatan I   : “ Kalian lagi bersih-bersih sama siapa ini ?.”
Anak-Anak                 : “sama papa.”

Petugas Kesehatan I   : “He adik-adik lihat tangan kalian panjang-panjang.”

Anak-anak lalu melihat kuku mereka yang panjang-panjang

Petugas Kesehatan II : “Nanti kuku kalian di potong mau ?.”

Anak-Anak                 : “Mau kak.”

Beberapa jam kemudian ibuk maya memanggil anak-anaknya untuk makan

Ibuk                             : “Anak-anak ayo kita makan.”

Dengan senang hati anak-anak merasa senang ketika dipanggil oleh ibuknya

Anak-Anak                 : “yeyeyeeee.”

Bapak                          :“Ayo anak-anak itu ibu udah manggil, ayo kita makan.”

Petugas kesehatan I    : “ehhh sebelum kalian makan kita potong dulu ya kuku kalian.”

Lalu petugas kesehatan melakukan pemotongan kuku anak-anak tersebut.

Petugas kesehatan II : “Kalian harus rajin potong kukunya agar tangan kalian tidak banyak
kumannya.” (sambil memotong kuku)

Tiba-tiba teman dari petugas kesehatan datang satu lagi.

Petugas kesehatan III :“hallo adek adek ada yang mau ini.”

Anak – anak                :“mau kak.”

Perawat kesehatan III :“kalian lagi ngapain, kenalin kakak temnnya dari kakak ini.”

Anak anak                   : “ iya kak.”

Perawat kesehtan III   : “kalian lagi ngapain.”

Anak –anak                 : “lagi bersihin kuku kak.”


Perawat kesehatan III :“oh iya setelah bersihin kuku kalian mau nggak mencuci tangan nanti
kakak ajarin.”

Anak-anak                   :“mau kak.”

Kemudian petugas kesehatan tersebut mengajak anak-anak mencuci tangan.

TAHAP KERJA

Petugas kesehatan III :“lihat cara kakak mencuci tangan ya, nanti gantian adek yang mencuci
tangan ya.”

Anak-ana                     :“iyaa kak.”

Petugaas kesehtan III : “pertama- tama basahi tangan lalu ambil sabun, gosok telapak tangan
bersamaan , gosok punggung tangan dan sela-sela jari kiri dan kanan tangan, jari –jari sisi dalam
dari 2 tangan mengunci. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan
lakukan sebaliknya. Gosokkan dengan memutar ujung-ujung jari tangan ditelapak tangan kanan
ditelapak tangan kiri dan sebaliknya.

Anak-anak                   : “iya kakak.”

Petugas kesehatan III : “sekarang giliran kalian.”

 Lalu anak-anak mulai mengikuti langkah-langkah mencuci tangan yang telah dicontohkan oleh
petugas kesehatan.

TAHAP TERMINASI

Lalu anak-anak menuju ke ibunya untuk makan siang. Dengan petugas kesehatan menjelaskan
pentingnya cuci tangan dan memotong kuku.

Petugas kesehatan I : “Adek –adek kalian harus sering-sering memotong kuku dan mencuci
tangan ya supaya kuman-kuman yang ada ditangan kalian biar hilang, soalnya didalam kuku
tangan kalian itu ada banyak kumannya kalo kalian makan kumannya bisa masuk ke perut dan
perut kalian bisa sakit.

Anak-anak       : “Siap kakak.”

Anda mungkin juga menyukai