Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.

S
DENGAN DIAGNOSA BRONKOPNEUMONIA
DI RUANG ICU RS LAVALETTE

Oleh :

INTAN AYU DANISWARA

NIM: 2230023

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

2022/2023
A. Konsep Dasar Bronkopneumonia
1. Definisi
Bronkopneumonia adalah peradangan parenkim paru yang di sebabkan
oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang di tandai dengan gejala
panas tinggi, gelisah, dipsnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare serta batuk
kering dan produktif (Reynaldi, 2021).
Bronchopneumonia disebut juga pneumonia lobularis, yaitu radang paru-
paru atau adanya bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing. Bisa kanan maupun
kiri yang sering terjadi pada bayi atau orang tua (Sa’diyah, 2019).
Bronkopneumonia pada anak dapat terjadi setelah suatu infeksi pada
saluran pernapasan atas menyebar ke saluran pernapasan bawah. Penyakit ini
termasuk sebagai penyebab kematian anak balita yang utama di Indonesia. Faktor
risiko anak yang dapat mengelami Bronkopneumonia adalah anak yang
imunisasinya tidak lengkap atau tidak memadai, anak yang sering mengalami
ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas), anak yang sering terpapar polusi udara,
dan anak yang mengalami kekurangan gizi (Sakina et al., 2020).

2. Etiologi  
a. Bakteri. Jenis bakteri yang menyebabkan penyakit ini bersifat gram positif
seperti, Streptococcus pyogenesis, Streptococcus pneumonia S. aureus, dan
yang bersifat gram negatif seperti P. Aeruginosa Haemophilus influenza, dan
klebsiella pneumonia.
b. Virus. Jenis virus yang menyebabkan penyakit ini antara lain virus
parainfluenza, influenza, RSV, dan Cytomegalovirus.
c. Jamur/fungi. Jenis jamur yang menyebabkan penyakit ini adalah jamur
histoplasmosis yang dapat menyebar melalui spora yang terhirup manusia
melalui udara.
d. Protozoa. Pada penyakit Pneumocystis carinii, penyakit ini biasanya mengenai
anak–anak yang mempunyai gangguan pada sistem kekebalan tubuh.
e. Bahan kimia : aspirasi makanan/susu/isi lambung, keracunan hidrokarbon
(minyak tanah/ bensin) (Reynaldi, 2021).
3. Manifestasi Klinis  
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
1) Nyeri pleuritik  (radang pada selaput pembungkus paru-paru atau pleura)
2) Nafas dangkal dan mendengkur 
3) Takipnea (napas yang sangat cepat dan sering kali pendek)
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
1) Mengecil, kemudian menjadi hilang
2) Krekels (suara seperti sendawa), ronki
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8°C sampai 41,1°C, delirium
e. Diafoesis (keringat dingin yang muncul tiba-tiba)
f. Anoreksia (gangguan makan yang menyebabkan seseorang terobsesi dengan
berat badan dan apa yang dimakannya)
g. Malaise (rasa kelelahan dan nyeri yang menyebar)
h. Batuk kental (sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan
atau  berkarat)
i. Gelisah
j. Sianosis (warna kebiruan atau keabu-abuan dari kulit, kuku, bibir, atau mata)
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas.

4. Patofisiologi
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan
oleh virus penyebab bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan
sehingga terjadi peradangan broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai
adanya  penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi
positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah mencapai alveolus maka
komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan
napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan
produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga
fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru) adalah
tindak  lanjut dari pembedahan. Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi
napas dan hipoksemia. Pada klien dengan sianosis, dispnea dan kelelahan dapat
mengakibatkan terjadinya gagal napas (Reynaldi, 2021).
5. Pathway

Virus, bakteri, jamur

Terjadi invasi di saluran napas

Kuman di Kuman terbawa ke saluran cerna Infeksi saluran


Bronkus melalui sistem pernapasan napas

Proses Infeksi saluran


Dispnea Peradangan
peradangan cerna Dilatasi
pembuluh
Pola Nafas darah Peningkatan
Akumulasi Tidak Peristaltiik usus
suhu tubuh
sekret Efektif meningkat
Eksudat masuk
alveoli
Frekuensi BAB Hipertermia
Bersihan Jalan Mukus di meningkat
Napas Tidak bronkus Suplai oksigen
Efektif meningkat menurun
Risiko
Hipovolemia
Anoreksia Hipoksia

Intake menurun Kesadaran


menurun

Defisit Nutrisi Intoleransi


Aktivitas

Risiko Jatuh

(Sa’diyah, 2019).
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Sa'diyah, 2019),Pemeriksaan penunjang pada bronkopneumonia
adalah sebagai berikut :
a. Foto thoraks
Pada foto thoraks bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu
atau beberapa lobus.
b. Laboratorium
Pemeriksaan kimia darah lengkap : Leukositosis dapat mencapai 15.000 -
40.000 mm3 dengan pergeseran ke kiri. GDA : tidak normal mungkin terjadi,
tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada. Analisa
gas darah arteri bisa menunjukkan asidosis metabolik dengan atau tanpa
retensi CO2. LED meningkat. WBC (white blood cell) biasanya kurang dari
20.000 cells mm3. Elektrolit natrium dan klorida mungkin rendah. Bilirubin
mungkin meningkat.
c. Aspirasi perkutan /biopsi jaringan paruh terbuka menyatakan intranuklear
tipikal dan keterlibatan sistoplasmik.
d. Pemeriksaan Sputum (Padila, 2013 dalam Dewi & Erawati, 2016).

7. Penatalaksanaan
a. Tindakan farmakologis :Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu :
1) Pemberian antibiotik
2) Terapi O2 : Pemberian O2 2 - 3 liter / menit dengan nasal kanul
3) Terapi Nebulizer
4) Terapi cairan : Pemberian cairan IVFD dekstore 5 % ½ NaCL 0,225%
350cc / 24 jam
b. Tindakan non farmakologis
1) Pasien Istirahat total (±7-8 jam)
2) Posisi pasien semifowler / menghidu untuk bayi
3) Bila obstruksi jalan nafas, berikan nebulizer
4) Terapi modalitas pernafasan (vibrasi, claping, nafas dalam, batuk efektif ).
5) Banyak minum air putih hangat. Berikan ASI untuk bayi.
6) Suction bila ada sumbatan jalan nafas
7) Kompres hangat jika demam (jika suhu .37,5°C)
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Identitas : data identitas pasien meliputi nama ,umur, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan, agama, alamat, nomor regristrasi , tanggal MRS, dan genogram.

2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu :
- Penyakit yang pernah dialami:
- Terakhir Masuk RS: … bulan
- Alergi: -
b. Riwayat kesehatan
c. Riwayat kesehatan keluarga
d. Riwayat sosial
e. Riwayat psikologis

3. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama


Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh
klien pada saat perawat mengkaji.
a. Keluhan utama : Keluahan yang paling dirasakan oleh pasien . Seperti klien
mengatakan merasa mual, muntah, BAB dengan konsistensi cair/ padat , BAK
lancer/tidak lancer, nafsu makan menurun/meningkat, mengalami penurunan/
peningkatan BB.
b. Keluhan sekarang: Keluhan yang dirasakan pasien pada saat ini. Seperti klien
merasa lemas dan tidak nafsu makan, mual, muntah. Nafsu makan menurun
dan mudah merasa lapar.
c. Keluhan masa lalu : Keluahan yang pernah pasien alami apada masa lampau.
Seperti klien pernah menderita gangguan sistem pencernaan.

4. Pemeriksaan fisik
a. Data Fokus :
1) Penampilan umum dan vitalitas : Apatis, lesu, tampak Lelah
2) GCS atau kesadaran :4,5,6
3) Berat badan : Berat badan kurang atau berlebih
4) Rambut : Rambut kering, kusam, pecah-pecah, tipis, rapuh
5) Kulit : Kering, kusam, pecah-pecah, pucat atau berpigmen, ada petekia
atau memar, lemak subkutan sedikit
6) Kuku : Rapuh, pucat, bentuk seperti sendok
7) Mata : Kering, konjungtiva pucat atau merah, kornea lembut
8) Lidah : Berwarna merah atau magenta, tampilan halus, bengkak,
ukuran lidah bertambah atau berkurang
9) Bibir : Bengkak, pecah-pecah pada sudut bibir
10) Gusi : Bengkak, meradang, mudah berdarah, berbentuk seperti spon
11) Otot : Tonus buruk, lembek dan tidak berkembang, skala kekuatan otot
12) Sistem kardiovaskular: Frekuensi nadi meningkat, TD meningkat,
trauma jantung abnormal (ireguler)
13) Sistem pencernaan : Anoreksia, indigesti, diare, konstipasi
14) Inspeksi : Simetris, tidak /ada massa atau benjolan, tidak / ada lesi
15) Auskultasi : Bising usus normal/ tidak …. x/menit
16) Palpasi : Terdapat nyeri tekan / tidak
17) Perkusi : Bunyi timpani
18) Sistem persarafan : Refleks meningkat /menurun, emosi tidak stabi/
stabill, kurang perhatian, bingung
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Pola Napas Tidak Efektif (D.0005) Pola Napas (L.01004) Manajemen Jalan Napas (I.01011) :

Definisi: Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam pola napas dapat Observasi :
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak membaik dengan kriteria hasil sebagai berikut:
- Monitor pola napas
memberikan vertilasi adekuat No Indikator 1 2 3 4 5
- Monitor sputum
Penyebab : 1B Dispnea 1 2 3 4 5 - Monitor bunyi napas tambahan
- Depresi pusat pernapasan
2B Pernapasan cuping hidung 1 2 3 4 5
- Hambatan upaya napas
- Deforitas dinding dada Terapeutik :
3B Penggunaan alat bantu
- Gangguan neuromuscular 1 3 4 5
napas 2 - Berikan oksigen
- Gangguan neurologis
- Syndrome hipoventilasi 4C Frekuensi napas 1 2 3 4 5 - Lakukan fisioterapi
- Cedera pada medulla spinalis - Berikan minum hangat
- Kecemasan Keterangan:
- Efek agen farmakologis - Lakukan penghisapan lendir
A:
Gejala dan Tanda Mayor : 1 : Menurun
2 : Cukup menurun Kolaborasi :
Subjektif
- Dispnea 3 : Sedang - Kolaborasi pemberian terapi
4 : Cukup Meningkat
Objektif farmakologis yang sesuai
5 : Meningkat
- Penggunaan otot bantu
pernapasan B:
- Fase ekspirasi memanjang 1 : Memburuk
- Pola napas abnormal 2 : Cukup memburuk
3 : Sedang
4 : Cukup Membaik
5 : Membaik
C:
Gejala dan Tanda Minor : Subjektif 1 : Memburuk
- Ortopnea 2 : Cukup memburuk
Objektif : 3 : Sedang
- Pernapasan pursed-lip 4 : Cukup Membaik
5 : Membaik
- Pernapasan cuping hidung
- Ventilasi semenit menurun
- Kapasitas vital menurun
- Tekanan ekspirasi menurun

Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Bersihan Jalan Napas (L.01001) Manajemen Jalan Napas (I.01011) :
(D.0001)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam diharapkan bersihan Observasi :
Definisi:
jalan napas pasien meningkat dengan kriteria hasil sebagai berikut:
Ketidakmampuan membersihkan secret - Monitor pola napas
atau obstruksi jalan napas untuk No Indikator 1 2 3 4 5 - Monitor sputum
mempertahankan jalan napas tetap paten.
1B Ronchi 1 2 3 4 5 - Monitor bunyi napas tambahan
Penyebab :
Fisiologis 2B Produksi sputum 1 2 3 4 5 Terapeutik :
a. Spasme jalan napas - Berikan oksigen
b. Hipersekresi jalan napas 3B Dispnea 1 2 3 4 5
c. Benda asing dalam jalan napas - Lakukan fisioterapi
4B Sianosis 1 2 3 4 5
d. Adanya jalan napas buatan - Berikan minum hangat
e. Sekresi yang tertahan 3C Frekuensi napas 1 2 3 4 5
- Lakukan penghisapan lendir
f. Hyperplasia dinding jalan napas
g. Proses infeksi - Lakukan nebulizer
h. Respon alergi A:
i. Efek agen farmakologis 1 : Menurun Kolaborasi :
2 : Cukup menurun - Kolaborasi pemberian terapi
3 : Sedang
Situasional farmakologis yang sesuai
4 : Cukup Meningkat
a. Merokok aktif 5 : Meningkat
b. Merokok pasif B:
c. Terpajan polutan 1 : Meningkat
2 : Cukup meningkat
Gejala dan Tanda Mayor 3 : Sedang
1) Data Subjektif 4 : Cukup Menurun
- Tidak tersedia 5 : Menurun
2) Data Objektif C:
- Batuk tidak efektif 1 : Memburuk
- Tidak mampu batuk 2 : Cukup memburuk
3 : Sedang
- Sputum berlebih
4 : Cukup Membaik
- Mengi, wheezing dan/atau ronkhi5 : Membaik
kering
- Meconium di jalan nafas (pada
neonates)

Gejala dan Tanda Minor


1) Data Subjektif
- Dispnea
- Sulit bicara
- Orthopnea
2) Data Objektif
- Gelisah
- Sianosis
- Bunyi nafas menurun
- Frekuensi nafas berubah
- Pola nafas berubah
5. Implementasi dan Evaluasi
a. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan,
dimana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan.

b. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, A. & K. S. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Salemba


Medika.
Sakina, M., Larasati, T. A., Kedokteran, F., Lampung, U., & Birth, P. (2020). Manajemen
Bronkopneumonia pada Bayi 2 Bulan dengan Riwayat Lahir Prematur. 4.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2016). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi

dan Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi I.

Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi I,

Cetakan II.Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai