KEPERAWATAN ANAK 2
Dosen Pembimbing Ahmad Subandi, M.Kep.,Sp.Kep
Disusun oleh
KELOMPOK 2 :
1. Krisdianto (108118034)
CILACAP
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena dengan rahmat dan
hidayahnya penyusun dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Leukemia
Pada Anak, yang di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Keperawatan Anak.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Kami sadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih jauh dari sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak yang telah membaca makalah ini, demi perbaikan dimasa yang akan
datang.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Leukemia merupakan nama kelompok penyakit maligna yang
dikarakteristikan oleh perubahan kualitatif dan kuantitatif dalam leukosit
sirkulasi. Leukemia dihubungkan dengan pertumbuhan abnormal leukosit yang
menyebar mendahului sumsum tulang. Kata kata leukemia diturunkan dari
bahasa Yunani leukos dan aima yang berarti “putih” dan “darah” yang mengacu
pada peningkatan abnormal dari leukosit. Peningkatan tidak trkontrol ini
akhirnya menimbulkan anemia, infeksi, trobositopenia, dan pada beberapa
kasus menyebabkan kematian (Jan Tambayong, 2000).
Penyakit tersebut mempunyai banyak faktor penyebab namun belum ada
yang mendominasi hingga terjadinya penyakit tersebut. Oleh karena itu, untuk
mencegah leukemia atau kanker darah kita harus mengenal lebih jauh tentang
leukemia, bagaimana gejala-gejalanya, dampak dari penyakit leukemia, cara
diagnosa dan penyembuhannya. Penyakit leukimia ini harus ditangani dengan
tepat agar penderita tidak terjangkit penyakit lainnya karena tranfusi yang tidak
steril.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian penyakit Leukemia?
2. Apa jenis – jenis penyakit Leukemia?
3. Bagaimanakah etiologi penyakit Leukemia?
4. Bagaimanakah Patofisiologi penyakit Leukemia?
5. Apa sajakah manifestasi klinis penyakit Leukemia?
6. Apa sajakah pemeriksaan diagnostic penyakit Leukemia?
7. Bagaiamankah penatalaksanaan penyakit Leukemia?
8. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien penyakit Leukemia?
B. Tujuan
1. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien gangguan sel darah putih
(leukemia).
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di sumsum
tulang belakang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis darah putih
dengan menyingkirkan jenis sel lain (Corwin, 2008). Leukimia adalah suatu
keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasi patologis sel
hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum- sum tulang dalam
membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain
(Mansjoer, 2002).
Leukemia tampak merupakan penyakit klonal, yang berarti satu sel
kanker abnormal berproliferasi tanpa terkendali, menghasilkan sekelompok sel
anak yang abnormal. Sel-sel ini menghambat sel darah lain di sumsum tulang
utnuk berkembang secara normal, sehingga mereka tertimbun di sumsum tulang.
Karena faktor-faktor ini, leukemia disebut gangguan akumulasi sekaligus
gangguan klonal. Pada akhirnya, sel-sel leukemia mengambil alih sumsum
tualng, sehingga menurunkan kadar sel-sel nonleukemik di dalam darah yang
merupakan penyebab berbagai gejala umum leukemia (Corwin, 2008).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis berpendapat
bahwa leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh proliferasi
abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat
pembentuk darah. Sel darah normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang.
Tulang sumsum adalah bahan yang lembut di tengah sebagian besar tulang.
Belum menghasilkan sel darah yang disebut sel batang dan ledakan. Sebagian
besar sel darah matang di sumsum tulang dan kemudian pindah ke pembuluh
darah. Darah mengalir melalui pembuluh darah dan jantung disebut darah
perifer. Sumsum tulang membuat berbagai jenis darah sel. Setiap jenis memiliki
fungsi khusus :
a. Sel darah putih membantu melawan infeksi
b. Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh
c. Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol perdarahan
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah
putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal.
Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ
non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
B. ETIOLOGI
Menurut Handayani (2008) ada beberapa faktor yang terbukti dapat
menyebabkan leukemia, faktor genentik, sinar radioaktof, dan virus.
1. Faktor genetic
Insidensi leukemia akut pada anak-anak penderita sindrom Down adalah 20
kali lebih banyak daripada normal. Pada anak kembar identik yang akan
berisiko tinggi bila kembaran yang lain mengalami leukemia. Insiden
leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih
banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan
leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan
kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van
Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott
Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D.31 Pada sebagian
penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat dalam keluarga.
Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara kandung penderita
naik 2-4 kali. Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik.
Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga positif leukemia
berisiko untuk menderita LLA (OR=3,75 ; CI=1,32-10,99) artinya orang
yang menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat keluarga
positif leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak menderita leukemia.
2. Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia pada manusia. Akhir-akhir ini dibuktikan bahwa
penderita yang diobati dengan dinar radioaktif akan menderita leukemia
pada 6 % klien,dan baru terjadi sesudah 5 tahun.
3. Virus
Sampai saat ini belum dapat dibuktikan bahwa penyebab leukemia pada
manusia adalah virus.namun, ada beberapa hasil penelitian yang mendukung
teori virus sebagai penyebab leukemia, yaitu enzyme reverse transcriptase
ditemukan dalam darah manusia. Tetapi ada Beberapa virus tertentu sudah
dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang. Ada beberapa hasil
penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah satu penyebab leukemia
yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam darah penderita
leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik
seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia pada
binatang. Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi
terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis
cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien
dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi
tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro
Karibia dan Amerika Serikat.
C. PATHWAY
Faktor genetik
Sinar radioaktif
Virus
Leukemia
Peningkatan jumlah
leukosit imatur/abnormal
Anemi Terjadi
gangguan Kekebalan
pembekua tubuh menurun
Pucat, lemah, n darah
E. KLASIFIKASI LEUKIMIA
Menurut Perpustakaan Nasional (2008), Tambayong (2000), dan Handayani
(2008), klasifikasi leukemia dapat berdasarkan jenis sel (limfositik atau
mielositik) dan perjalan penyakit (akut atau kronik).
1. Leukemia Akut
Leukemia Akut dapat dibagi menjadi dua kategori umum, leukemia mieloid
akut (AML) dan leukemia limfoblastik akut (ALL). Pasien biasanya
mengalami riwayat penurunan berat badan yang cepat, memar, perdarahan,
pucat, lelah, dan infeksi berulang di mulut dan tenggorokan.Hitung darah
lengkap sering kali menunjukkan anemia dan trombositopenia.Hitung sel
darah putih dapat meningkat atau sangat rendah. Perdarahan di area vital,
akumulasi leukosit dalam organ vital.
2. Leukemia Mieloid Akut
AML jarang terjadi pada anak dan insidennya meningkat seiring pertambahan
usia. AML sekunder kadang terlihat pada orang yang diobati dengan
kemoterapi sitotoksik atau radioterapi.
3. Leukemia Limfoblastik Akut
ALL adalah bentuk keganasan hematologisyang umum terjadi pada anak.
Akan tetapi, ALL terjadi pada orang dewasa, dengan peningkatan insidens
seiring pertambahan usia. Banyak tanda dan gejala ALL yang mirip dengan
AML serta sebagian besar menyebabkan kegagalan sumsum tulang. Pasien
juga mengalami manifestasi spesifik ynag meliputi pembesaran nodus limfe
(limfadenopati), hati, dan limpa ( hepatosplenomegali),serta infiltrasi pada
sistem saraf pusat.
4. Leukemia Mieloid Kronik
CML adalah gangguan sel benih yang disebabkan produksi tidak beraturan
dari sel darah putih mieloid. CML dapat mengenai semua kelompok usia,
namun terutama berusia antara 40 dan 60 tahun.
5. Leukemia Limfosit Kronik
CLL adalah gangguan proliferatif limfosit.Sel ini terakumulasi di darah,
sumsum tulang, nodus limfe dan limfa.CLL adalah kasus di jumpai pada
individu berusia di atas 50 tahun.
F. MANIFESTASI KLINIS
Leukemia memperlihatkan gejala klinis yang mencolok. Leukemia kronis
berkembang secara lambat dan mungkin hanya memperlihatkan sedikit gejala
sampai stadium lanjut.
1. Kepucatan dan rasa lelah akibat anemia
2. Infeksi berulang akibat penurunan sel darah putih
3. Perdarahan dan memar akibat trombositopenia dan gangguan koagulasi
4. Nyeri tulang akibat penumpukan sel di sumsum tulang, yang menyebabkan
peningkatan tekanan dan kematian sel. Tidak seperti nyeri yang semakin
meningkat, nyeri tulang berhubungan dengan leukimia biasanya bersifat
progresif.
5. Penurunan berat badan karena berkurangnya nafsu makan dan peningkatan
konsumsi kalori oleh sel-sel neoplastik
6. Limfadenopati, spenomegali dan hepatomegali akibat infiltrasi sel leukemik
ke organ-organ limfoid dapat terjadi
7. Gejala system saraf pusat dapat terjadi (Davey, 2005)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hitung darah lengkap (FBC) biasanya menunjukkan gambaran anemia dan
trombositopenia. Jumlah sel darah putih yang normal biasanya berkurang
dan jumlah sel darah putih total dapat rendah, normal, atau meningkat.
Apabila normal atau meningkat, sebagian besar selnya adalah sel darah putih
primitif (blas). (Patrick, 2005)
a. Leukemia limfoblastik akut
Pada kira-kira 50% pasien ditemukan jumlah leukosit melebihi
10.000/mm3 pada saat di diagnosis, dan pada 20% pasien melebihi
50.000/mm3.Neutropenia (jumlah neutrofil absolut kurang dari 500/mm 3
[normalnya 1500/mm3] sering dijumpai. Limfoblas dapat ditemukan di
darah perifer, tetapi pemeriksa yang tidak berpengalaman dapat
melaporkan limfoblas tersebut sebagai limfosit atipik. (William, 2004)
b. Leukemia nonlimfositik akut
Evaluasi laboratorium secara tipikal menunjukkan adanya neutropenia,
anemia, da trombositopenia.Jumlah leukosit bervariasi, walaupun pada
saat didiagnosis kira-kira 25% anak memiliki jumlah leukosit melebihi
100.000/mm3.Pada darah perifer dapat ditemukan sel blas.Diagnosis
pasti ditegakkan dengan dilakukan pemeriksaan aspirat sumsum tulang,
yang menunjukkan adanya sel blas lebih dari 25%.Seperti pada leukemia
limfoblastik akut, cairan spinal juga harus diperiksa untuk menemukan
bukti adanya leukemia.Mencapai 15% pasien memiliki bukti sel blas
pada cairan spinal pada saat didiagnosis. (William, 2004)
c. Leukemia mielositik kronis
Evaluasi laboratorium secara tipikal memperlihatkan leukositosis nyata,
trombositosis, dan anemia ringan.Sumsum tulang hiperselular tetapi
disertai maturasi mieloid yang normal.Sel blas tidak banyak dijumpai.
Pada kira-kira 90% kasus, tanda sitogenik yang khas pada leukemia
mielositik kronis yang terlihat adalah: kromosom Philadelphia. (William,
2004)
2. Pemeriksaan biokimia dapat menunjukkan adanya disfungsi ginjal,
hipokalemia, dan peningkatan kadar bilirubin. (Patrick, 2005)
3. Profil koagulasi dapat menunjukkan waktu protombin dan waktu
tromboplastin parsial teraktivasi (APPT) yang memanjang karena sering
terjadi DIC (disseminated intravaskular coagulation). (Patrick, 2005)
4. Kultur darah karena adanya risiko terjadi infeksi (Patrick, 2005)
5. Foto toraks: pasien dengan ALL (acute tymphoblastic leukaemia) jalur sel T
sering memiliki massa mediastinum yang dapat dilihat pada foto toraks.
(Patrick, 2005)
6. Golongan darah karena cepat atau lambat akan dibutuhkan transfusi darah dan
trombosit. (Patrick, 2005)
7. Pemeriksaan penunjang diagnosis spesifik termasuk aspirasi sumsum tulang
yang memperlihatkan limfoblas lebih dari 25%, biopsi trephine, penanda sel,
serta pemeriksaan sitogenetik untuk membedakan ALL (akut limfoblastik
leukemia) dengan AML (akut mieloblastik leukemia) secara akurat. Auer
rod di sitoplasma sel blas merupakan tanda patognomonik pada AML,
namun hanya ditemukan pada 30% kasus. Pemeriksaan penanda sel dapat
membantu membedakan ALL jalur sel B atau sel T dan juga membedakan
subtipe AML yang berbeda-beda. Ini berguna bagi hematolog untuk
merancang terapi dan memperkirakan prognosis. Analisis kromosom sel
leukemia berguna untuk membedakan ALL dan AML, dan yang penting
adalah dapat memberikan informasi prognosis. (Patrick, 2005)
8. Cairan spinal juga perlu diperiksa karena sistem saraf pusat merupakan
tempat persembunyian penyakit ekstramedular. (Patrick, 2005)
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Kemoterapi
1. Kemoterapi pada penderita LLA
a) Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh
sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang.
Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah
sakit yang panjang karena obat menghancurkan banyak sel darah
normal dalam proses membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan
memberikan kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin,
prednison dan asparaginase.
b) Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi
yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk
mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat.
Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.
c) Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP.
Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis
yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang
berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk
mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat.
d) Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi.
Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.
2. Kemoterapi pada penderita LMA
a. Fase induksi
Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan
untuk mengeradikasi sel-sel leukemia secara maksimal sehingga
tercapai remisi komplit. Walaupun remisi komplit telah tercapai,
masih tersisa sel-sel leukemia di dalam tubuh penderita tetapi tidak
dapat dideteksi. Bila dibiarkan, sel- sel ini berpotensi menyebabkan
kekambuhan di masa yang akan datang.
b. Fase konsolidasi
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi.
Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus
kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama
atau lebih besar dari dosis yang digunakan pada fase induksi.
3. Kemoterapi pada penderita LLK
Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi terapi
dan prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah
klasifikasi Rai:
- Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang
- Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.
- Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
- Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).
- Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia
<100.000/mm3 dengan/tanpa gejala pembesaran
hati, limpa, dan kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi
bersifat konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan
tidak diberikan kepada penderita tanpa gejala karena tidak
memperpanjang hidup. Pada stadium I atau II, pengamatan atau
kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV diberikan
kemoterapi intensif.
Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien
dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1 dapat
bertahan hidup rata-rata 10 tahun. Sedangkan pada pasien dengan
stadium III atau IV rata-rata dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
4. Kemoterapi pada penderita LGK/LMK
Fase Kronik
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag
mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang
lama. Regimen dengan bermacam obat yang intensif merupakan
terapi pilihan fase kronis LMK yang tidak diarahkan pada tindakan
transplantasi sumsum tulang.
Fase Akselerasi,
Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat
rendah.
b. Radioterapi
A. PENGKAJIAN
I. Identitas Anak
Nama :
Anak yang ke :
Tanggal lahir/umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Orang tua :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
a. Data Subjektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita
leukemia adalah sebagai berikut :
Lelah
Letargi
Pusing
Sesak
Nyeri dada
Napas sesak
Priapismus
Hilangnya nafsu makan
Demam
Nyeri Tulang dan Persendian.
b. Data Objektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita
leukemia adalah sebagai berikut :
Pembengkakan Kelenjar Lympa
Anemia
Perdarahan
Gusi berdarah
Adanya benjolan tiap lipatan
Ditemukan sel – sel mudah
a) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama.
b) Riwayat kesehatan dahulu
1. Perawat melakukan pengkajian riwayat kesehatan masa lalu
dengan interview apakah pasien menderita: anemia,
leukemia, mononukleosus, malabsorpsi, gangguan liver:
hepatitis, sirosis; tromboplebitis atau trombosis; gangguan
limpa.
2. Prenatal (masa ibu mengandung)
3. Prenatal dan Postnatal (masa ibu melahirkan)
4. Hospitalisasi/tindakan operasi
5. Injuri/kecelakaan
6. Pengobatan kanker sebelumnya
7. Imunisasi
8. Riwayat pertumbuhan anak
c) Riwayat social
1. Siapa yang mengasuh anak dalam keluarga ?
2. Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga ?
3. Bagaimana hubungan dengan teman sebaya ?
d) Riwayat keluarga
1. Social ekonomi
2. Lingkungan rumah
3. Penyakit keluarga
4. Genogram
e) Pengkajian tingkat perkembangan anak saat ini
1. Motorik kasar
2. Motorik halus
3. Bahasa
4. Personal social
III.Pengkajian pola kesehatan
Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian
pola fungsi kesehatan (Potter, Patricia. A. 1996) :
1. Pola Persepsi Dan Pemeliharaan Kesehatan : Pada pasien
leukimia pada pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan yang
dikaji mengenai :
a. Apakah orang tua pasien mengetahui tentang penyakit
leukimia ?
b. Apakah orang tua memahami keadaan kesehatan anaknya?
c. Apakah jika sakit pasien segera berobat ke dokter, ataukah
menggunakan obat tradisional?
2. Pola Nutrisi : Pada pola ini, untuk pasien leukimia, fokus yang
dapat dikaji mengenai:
a. Perawat mengkaji apakah pasien mengalami kesulitan
makan, mengunyah, menelan?
IV.Pemeriksaan Fisik
6. Leher
- Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening, kelenjer
tiroid, JVP. Penderita leukemia tidak mengalami pembesaran
kelenjer tiroid.
7. Thoraks
Jantung
- Inspeksi : iktus terlihat atau tidak, inspeksi
kesimetrisan. Pada penderita leukemia, iktus terlihat.
- Palpasi : raba iktus kordis. Normalnya, iktus teraba.
- Perkusi : tentukan batas jantung.
- Auskultasi : terdengar bunyi jantung S1 dan S2 regular,
normal.
Paru – paru
- Inspeksi : kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi
dan ekspirasi, biasanya normal.
- Palpasi : vokal femoris teraba, simetris kiri dan
kanan.
- Perkusi : sonor bila normal
- Auskultasi : biasanya bunyi nafas vesikuler.
8. Abdomen
- Inspeksi : apakah dinding abdomen mengalami memar, bekas
operasi, dsb.
- Auskultasi : bising usus normal
- Palpasi : apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak.
Biasaya terdapat nyeri tekan, dan hepar akan teraba.
- Perkusi : lakukan perkusi, biasa didapat bunyi tympani untuk
semua daerah abdomen
9. Ekstremitas : kekuatan dan tonus otot , refleks.
- Inspeksi : kesemetrisan
- palpasi : adanya nyeri tekan pada ekstremitas atas dan bawah.
Biasanya pada penderita leukemia akan mengalami nyeri pada
tulang dan persendian.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Keletihan berhubungan dengan menurunnya jumlah sel darah merah
(Nanda Hal.224)
b) Risiko cedera: perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit
(Nanda Hal.393)
c) Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
(Nanda Hal.382)
d) Nyeri akut berhubungan dengan efek fisiologis akibat dari leukimia (Nanda Hal.445)
No. Diagnosa Tujuan Dan Intervensi
keperawatan Kriteria Hasil
1 Kelemahan/ keletihan Setelah dilakukan asuhan NIC:
berhubangan dengan keperawatan selama 3x24 jam a. Energy management :
menurunnya jumlah sel diharapkan pasien tidak 1. Observasi adanya
darah merah akibat dari mengalami pembatasan klien
leukemia kelemahan/keletihan dengan dalam melakukan
aktivitas
NOC:
2. Dorong anak untuk
1. Endurance :
mengungkapkan perasaan
- Concentrasion
terhadap keterbatasan
- Energy conservation
3. Kaji adanya factor yang
2. Nutritional status :
menyebabkan kelelahan
energy
4. Monitor nutrisi dan sumber
Kriteria hasil :
energy yang adekuat
1. Memverbalisasikan
5. Monitor klien akan adanya
peningkatan energy untuk
kelelahan fisik dan emosi
merasa lebih baik
secara berlebihan
2. Menjelaskan penggunaan
6. Monitor respon
energy untuk
kardiovaskuler terhadap
mengatasi kelelahan
aktivitas
3. Kecemasan menurun
7. Monitor pola tidur dan
4. Glukosa darah adekuat
lamanya tidur/istirahat klien
5. Kualitas hidup
8. Dukung klien dan keluarga
meningkat
untuk mengungkapkan
Monitor respon
perasaan berhubungan
kardiovaskuler terhadap
aktivitas
6. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat klien
7. Dukung klien dan keluarga
untuk mengungkapkan
perasaan berhubungan dengan
perubahan hidup yang
disebabkan keletihan
8. Tingkatkan tirah baring dan
pembatasan aktivitas
(tingkatkan periode istirahat)
9. Konsultasi dengan ahli gizi
untuk
10. meningkatkan asupan
makanan yang
berenergi tinggi
2. Risiko cidera : Setelah dilakukan asuhan NIC:
perdarahan berhubungan keperawatan selama 3x24 jam a. Environment
dengan penurunan diharapkan pasien tidak Management
jumlah trombosit. mengalami risiko infeksi dengan 1. Sediakan lingkungan yang
aman untuk klien
NOC:
- Risk control Kriteria hasil 2. Identifikasi kebutuhan
: keamanan pasien
1. Klien terbebas dari cedera sesuai kondisi fisik
2. Klien mampumenjelaskan 3. Menghindarkan lingkungan
cara mencegah cedera yang berbahaya
3. Klien mampu menjelaskan Menyediakan tempat tidur
factor resiko dari lingkungan yang nyaman dan bersih
atau perilaku personal
4. Memberikan penerangan
4. Mampu meodifikasi gaya
yang cukup
hidup untuk mengurangi
resiko 5. Menganjurkan keluarga
5. Mampu mengenali perubahan untuk menemani klien
status kesehatan
3. Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan NIC:
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam a.Environment
menurunnya sistem diharapkan pasien tidak Management
pertahanan tubuh. mengalami risiko infeksi dengan 1. Sediakan lingkungan yang
aman untuk klien
NOC :
- Immune status 2. Identifikasi kebutuhan
- Knowledge: infection keamanan pasien
control sesuai kondisi fisik
- Risk control 3. Menghindarkan lingkungan
Kriteria hasil : yang berbahaya
1. Anak (klien) bebas dari tanda 4. Menyediakan tempat tidur
dan gejala infeksi yang nyaman dan perlu
istirahat tanpa gangguan.
2. Mendeskripsikan proses
penularan penyakit, faktor 5. Memberikan penerangan
5. Menunjukan perilaku
hidup sehat
5. menggunakan
tindakan pengurangan
nyeri analgetik yang
direkomendasikan
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Wiwik & Hariwibowo, Andi Sulistyo. 2008. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi.
Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat, Aziz Alimut. 2008. Pengantar Ilmu Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.
Tabel 1. Skor
SMRS MRS
Aktivitas
Mandi
Berpakaian/berdandan
Eliminasi/toileting
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Berjalan
Naik tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan rumah
Skor: 0 = Mandiri 3
= Dibantu orang lain & alat 1 =
Alat bantu 4
= Tergantung/tidak mampu 2 =
Dibantu orang lain
Aktivitas sehari-hari
a. Apakah pasien mengalami rasa
lelahan yang berlebihan, bernafas
pendek-pendek saat istirahat
dan/atau saat beraktifitas,
mengalami keterbatasan gerak
sendi, gait yang tidak baik,
perdarahan dan/atau memar setelah
beraktifitas.
n
y
e
r
i
utama
apakah
s
a
m
p
a
i
mengganggu
a
k
t
i
v
i
t
a
s
a
t
a
u
t
i
d
a
k
T (time atau waktu) : Serangan,
lamanya,
frekuensi, dan
sebab
6. Leher
- Inspeksi dan palpasi adanya
pembesaran getah bening, kelenjer
tiroid, JVP. Penderita leukemia
tidak mengalami pembesaran
kelenjer tiroid.
7. Thoraks
Jantung
- Inspeksi : iktus
terlihat atau tidak,
inspeksi kesimetrisan. Pada
penderita leukemia, iktus
terlihat.
- Palpasi : raba iktus kordis. Normalnya,
iktus teraba.
- Perkusi : tentukan batas jantung.
- Auskultasi : terdengar
bunyi jantung S1 dan S2
regular, normal.
Paru – paru
- Inspeksi : kesimetrisan
kiri dan kanan saat inspirasi
dan ekspirasi, biasanya
normal.
- Palpasi : vokal femoris
teraba, simetris kiri dan
kanan.
- Perkusi : sonor bila normal
- Auskultasi : biasanya bunyi nafas vesikuler.
8. Abdomen
- Inspeksi : apakah dinding abdomen
mengalami memar, bekas operasi,
dsb.
- Auskultasi : bising usus normal
- Palpasi : apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau
tidak.
Biasaya terdapat nyeri tekan, dan hepar akan
teraba.
- Perkusi : lakukan perkusi, biasa
didapat bunyi tympani untuk
semua daerah abdomen
9. Ekstremitas : kekuatan dan tonus otot
, refleks.
- Inspeksi : kesemetrisan
- palpasi : adanya nyeri tekan pada
ekstremitas atas dan bawah.
Biasanya pada penderita leukemia
akan mengalami nyeri pada tulang
dan persendian.
10. Antropometri
BB =
TB =
Lingkar kepala =
Lingkar dada =
Lingkar lengan =
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan menurut The
North American Nursing Diagnosis
Association (NANDA, 2012) adalah “ suatu
penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan
potensial.
1. Kelemahan/keletihan berhubungan
dengan menurunnya jumlah sel darah
merah akibat dari leukemia.
2. Risiko cedera: perdarahan berhubungan
dengan penurunan jumlah trombosit.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan
menurunnya sistem pertahanan tubuh.
4. Nyeri Akut berhubungan dengan efek fisiologis akibat
dari leukemia.