Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DENGUE


HAEMORHAGIC FEVER (DHF)
DI RUANG ISMAIL RS PKU MUHAMMADIYAH MAYONG

Disusun Oleh :
Nama : M.OCTAVIANO EKA MAHENDRA
NIM : 1020183015

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


TAHUN AJARAN 2020/2021
A. PENGERTIAN
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan
oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty. Demam dengue/DF dan demam
berdarah dengue/DBD (dengue haemorhagicfever//DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri
sendi yang disertai leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik (Suriadi, 2010).

Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan,
nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus) yang
akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau oleh AedesAlbopictus (Titik Lestari,
2016).

Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus. Virus ini
akan mengganggu kinerja darah kapiler dan sistem pembekuan darah, sehingga
mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis,
seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika, termasuk diseluruh pelosok Indonesia,
kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan air laut.
Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus
dengue sebagai penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk
(Prasetyono, 2012).

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue


haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis
virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama
demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
B. ETIOLOGI
Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue Haemoragic
Fever adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus Denguemempunyai 4 tipe,
yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, yang ditularkan melalui nyamuk Aedes
Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup dikawasan tropis dan berkembang biak pada sumber
air yang tergenang. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe
terbanyak. Infeksi salah satu serotip akan menimbulkan antibodi yang terbentuk terhadap
serotipe yang lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang
memadai terhadap serotipe yang lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis
dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia (Sudoyo dkk. 2010).

Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap inaktivitas


oleh distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 700C. Keempat tipe tersebut telah
ditemukan pula di Indonesia dengan tipe DEN 3 yang paling banyak ditemukan
(Prasetyono, 2012).
Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah adalah :
1. Badan kecil,warna hitam dengan bintik-bintik putih
2. Hidup didalam dan sekitar rumah
3. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah
seperti bak mandi, tempayan vas bunga.

C. MANIFESTASI KLINIS
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau
lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
 Nyeri kepala
 Nyeri retro-orbidal
 Mialgia/arthralgia
 Ruam kulit
 Manifestasi perdarahan (petekie atau uji bending positif)
 Leukemia
 Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DF/DHF yang sudah
dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.

(Nurarif & Kusuma, 2015)

D. PATOFISIOLOGI
Virus dengue (aedes aegypti) yang telah masuk ketubuh/peredaran darah penderita
akan menimbulkan infeksi virus viremia. Hal tersebut menyebabkan pengaktifan
komplemen sehingga terjadi komplek imun Antibodi–virus pengaktifan tersebut akan
membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a, bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang
akan merangsang Hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi instabil yaitu hipertermia
yang akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi
juga dapat disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang
menyebabkan kebocoran palsma.

Adanya komplek imun antibodi–virus juga menimbulkan Agregasi trombosit


sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal
tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan jika
shock tidak teratasi terjadi Hipoksia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis metabolik.
Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang akhirnya tejadi
perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun jika tidak teratasi maka
akan terjadi hipoksia jaringan .

Virus dengue yang telah masuk ke tubuh akan menimbulkan demam karena proses
infeksi. Hal tersebut akan merangsang hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi yang
akan meningkatkan reabsorsi Na dan air sehingga terjadi hipovolemi, selain itu juga
terjadi kebocoran plasma karena terjadi peningkatan permeabilitas membran yang juga
mengakibatkan hipovolemi, syok dan jika tak teratasi akan terjadi hipoksia jaringan yang
dapat mengakibatkan kematian.

Selain itu kerusakan endotel juga dapat mengakibatkan trombositopenia yang akan
mengakibatkan perdarahan, dan jika virus masuk ke usus akan mengakibatkan
gastroenteritis sehingga terjadi mual dan muntah.
(Nurarif & Kusuma, 2015)
E. PATHWAY

Arbovirus (aedes Beredar dalam aliran Infeksi virus dengue


aiegypti) darah (viremia)

PGE2 Hiphotalamus Membentuk dan Mengaktifkan system


melepaskan zat komplemen
C3a,C5a

Hipertermi Permeabilitas
Peningkatan reabsorbsi
membrane meningkat
Na+ dan H2O

Resiko syok
Agregasi trombosit
hipovolemik

Trombositopeni Ranjatan hipovolemik

perdarahan Kebocoran plasma

Resiko perfusi jaringan Kekurangan volume Ke extravaskuler


tidak efektif cairan

Hipoksia jaringan abdomen

Mual muntah ascites


Asidosis metabolik

Resiko syok Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan


(hipovelemik)

(Nurarif & Kusuma, 2015)


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah
 Pada kasus DHF yang dijadikan pemeriksaan penunjang yaitu menggunakan
darah atau disebut lab serial yang terdiri dari hemoglobin, PCV, dan trombosit.
Pemeriksaan menunjukkan adanya trombositopenia (100.000 / ml atau kurang)
dan hemotoksit sebanyak 20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematoksit
pada masa konvaselen.
 Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya renjatan.
Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti pada DHF dengan
dua kriteria tersebut ditambah terjadinya trombositopenia, hemokonsentrasi serta
dikonfirmasi secara uji serologi hemaglutnasi.
 Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga
 Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %
 Protein rendah
 Natrium rendah (hiponatremi)
 SGOT/SGPT bisa meningkat
 Asidosis metabolic
 Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan

2. Urine : kadar albumin urine positif (albuminuria). Sumsum tulang pada awal sakit
biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan
maturasi dan pada hari ke 10 sudah kembali normal untuk semua system.

3. Foto Thorax : pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya
posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik dalam mendeteksi
cairan dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.
4. USG : pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan karena
tidak menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat diperiksa sekaligus berbagai
organ pada abdomen. Adanya acites dan cairan pleura pada pemeriksaan USG dapat
digunakan sebagai alat menentukan diagnosa penyakit yang mungkin muncul lebih
berat misalnya dengan melihat ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan
pankreas

(Brasier dkk, 2012)


H. PENATALAKSANAAN
1. Medis
 Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan
haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1,5 – 2 liter dalam 24 jam. Keadaan
hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik. Jika terjadi kejang diberikan
antikonvulsan. Luminal diberikan dengan dosis : anak umur < 12 bulan 50 mg IM,
anak umur > 1tahun 75 mg. Jika kejang lebih dari 15 menit belum berhenti
luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kgBB. Infus diberikan pada pasien DHF
tanpa renjatan apabila pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang cenderung
meningkat .
 Pasien mengalami syok segera segera dipasang infus sebagai pengganti cairan
hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya RL, jika
pemberian cairan tersebut tidak ada respon diberikan plasma atau plasma
ekspander banyaknya 20 – 30 mL/kg BB. Pada pasien dengan renjatan berat
pemberian infus harus diguyur. Apabila syok telah teratasi, nadi sudah jelas
teraba, amplitude nadi sudah cukup besar, maka tetesan infus dikurangi menjadi
10 mL/kg BB/jam.
 Cairan
- Kristaloid
- Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Laktat
(D5/RL).
- Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Asetat
(D5/RA).
- Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam larutan Faali
(d5/GF).
2. Keperawatan
 Derajat I : pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb
dan trombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam dan
kompres hangat.
 Derajat II : segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering
dipasang pada 2 tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka
tetesan infus tetap tidak lancar maka jika 2 tempat akan membantu memperlancar.
Kadang-kadang 1 infus untuk memberikan plasma darah dan yang lain cairan
biasa.
 Derajat III dan IV
- Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit (RL) dengan
cara diguyur kecepatan 20 ml/kgBB/jam.
- Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.
- Pengawasan tanda – tanda vital dilakukan setiap 15 menit.
- Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.
- Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan secepatnya
baik obat – obatan maupun darah yang diperlukan.

I. POLA FUNGSIONAL GORDON


1 Persepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan.
a. Status kesehatan anak sejak lahir
b. Pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi
c. Penyakit yang menyebabkan anak absen dari sekolah
d. Praktek pencegahan kecelakaan (pakaian, popok, dll)
e. Kebiasaan merokok orangtua
f. Keamanan tempat bermain anak dari kendaraan
g. Praktek keamanan orang tua (produk rumah tangga, menyimpan obat—obatan,
dll)
2 Pola nutrisi dan metabolisme
Menggambarkan informasi tentang riwayat klien mengenai konsumsi makanan dan
cairan, tipe intake makan dan minum sehari, penggunaan suplemen, vitamin makanan.
3 Pola eliminasi
Menggambarkan informasi tentang riwayat klien mengenai pola BAB, BAK,
frekuensi karakter BAB terakhir, frekuensi BAK.
4 Pola aktifivas-latihan
Meliputi informasi riwayat klien tentang pola latihan, keseimbangan energy, tipee dan
keteraturan latihan, aktivitas yang dilakukan dirumah atau tempat sakit
5 Pola istirahat tidur
Meliputi informasi riwayat klien tentang frekuensi dan durasi periode istirahat tidur,
penggunaan obat tidur, kondisi lingkungan saat tidur, masalah yang dirasakan saat
tidur.
6 Pola kognitif-persepsi
Meliputi informasi riwayat klien tentang fungsi sensori, kenyamanan dan nyeri, fungsi
kognitif, status pendengaran, penglihatan, masalah dengan pengecapdan pembau,
sensasi perabaan.
7 persepsi diri-Pola konsep diri
Meliputi riwayat klien tentang peran dalam keluarga dan peran sosial, kepuasan dan
ketidakpuasan dengan peran.
8 Pola peran – hubungan
Meliputi struktur keluarga dan interaksi antara anggota keluarga dan anak.
9 Sexualitas
Meliputi mengidentifikasi gender
10 Pola koping - toleransi stress
Meliputi informasi riwayat klien tentang metode untuk mengatasi atau koping
terhadap stress.
11 Pola nilai - kepercayaan
Meliputi informasi riwayat klien tentang nilai, tujuan, dan kepercayaan berhubungan
dengan pilihan membuat keputusan kepercayaan spiritual.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d penyakit : infeksi virus dengue.
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif : kebocoran plasma
3. Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidak mampuan
mencerna makanan : mual
4. Resiko syok b.d hipovolemik : perdarahan

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
No Intervensi
1. Hipertermi b.d penyakit : 1. Monitor suhu setiap 2 jam sekali
infeksi virus dengue. 2. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
3. Ajarkan indikasi dari Hipertermi dan penangananya
4. Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian
obat penurun panas
2. Kekurangan volume 1. Monitor status cairan termasuk intake dan output
cairan b,d. kehilangan cairan
cairan aktif : kebocoran 2. Berikan cairan IV pada suhu ruang
plasma 3. Dorong pasien untuk menambah intake oral
4. Kolaborasikan dengan dokter
3. Nutrisi kurang dari 1. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
kebutuhan tubuh b.d 2. Berikan makanan yang terpilih (sudah
ketidakmampuan dikonsultasikan dengan ahli gizi)
mencerna makanan : 3. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
mual harian
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
4. Resiko syok b.d 1. Monitor tanda awal syok
hipovolemik : perdarahan 2. Tempatkan pasien pada posisi supine, kaki elevasi
untuk peningkatan preload dengan tepat.
3. Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala
datangnya syok
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian therapi
cairan intra vena dan pemberian trasfusi jika terjadi
perdarahan

DAFTAR PUSTAKA

Suriadi, Yuliani, Rita. (2010). Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta : CV.
Sagung Seto

Lestari,Titik. (2016).Asuhan keperawatan anak. Yogyakarta : Nuha Medika.


Prasetyono. (2012). Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogya : Diva Press.

Nurarif & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis NANDA (NIC-NOC). Jogjakarta: Mediaction

Brasier. A.R., Ju. H., Garcia. J., Spratt. H. M., Forshey. B. M., Helsey. E. S. (2012). A
Three-Component Biomarker Panel For Prediction Of Dengue Hemorraghic
Fever.Am. J. Trop. Med. Hyg. 86(2): 341-348

Anda mungkin juga menyukai