KEJANG DEMAM
Disusun Oleh :
Nama : Uji Restanti
NIM : A11801830
.
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi kejang demam dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Kejang demam sederhana
Kejang demam yang berlangsung singkat kurang dari 15 menit, dan umumnya
akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk tonik dan klonik, tanpa gerakan fokal.
Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.
b. Kejang demam kompleks
Kejang lama lebih dari 15 menit, kejang fokal atau persial, kejang berulang atau
lebih dari 1 kali dalam 24 jam , didapatkan
abnormalitas status neurologi, dan didapatkan riwayat kejang tanpa demam pada
orangtua atau saudara kandungnya.
C. TANDA DAN GEJALA
Kejang demam biasanya terjadi pada awal demam. Saat kejang, anak akan
terlihat aneh untuk beberapa saat, hilang kesadaran, tangan dan kaki kaku,
tersentaksentak atau kelojotan, dan mata berputar-putar sehingga hanya putih mata yang
terlihat. Anak tidak responsive untuk beberapa waktu, napas akan terganggu dan kulit
akan tampak lebih gelap dari biasanya. Namun, tidak seberapa lama kemudian, anak
akan segera normal kembali (Sudarmoko, 2017).
D. ETIOLOGI
Penyebab kejang demam menurut Rishda (2014) yaitu :
Faktor – faktor perinatal, malformasi otak kongenital
a) Faktor genitika
Faktor keturunan dari salah stau penyebab terjadinya kejang demam, 25-50%
anak yang mengalami kejang demam memiliki anggota keluarga yang pernah
mengalami kejang demam.
b) Penyakit infeksi
- Bakteri : penyakit pada traktus respiratorius , pharyngitis, tonsillitis, otitis
media.
- Virus : Varicella (cacar), morbili (campak), dengue (virus penyebab
demam berdarah)
c) Demam
Kejang demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit dengan
demam tinggi.
d) Gangguan metabolisme
Gangguan metabolism seperti, uremia, hipoglikemia, kadar gula darah kurang dari
30 mg% pada neonates cukup bulan dan kurang dari 20 mg% pada bayi dengan
berat badan lahir rendah atau hiperglikemia.
e) Trauma
Kejang berkembang pada minggu pertama setelah kejadian cedera kepala.
f) Neoplasma, toksin
Neoplasma dapat menyebabkan kejang pada usia berapa pun, namun mereka
merupakan penyebab yang sangat penting dari kejang pada usia pertengahan dan
kemudian ketika insiden penyakit neoplastic meningkat.
g) Gangguan sirkulasi
h) Penyakit degeneratif susunan saraf pusat
E. PATOFISIOLOGI
Patosiologi kejang demam idiopatik. Penyebab terbanyak kejang demam terjadi
pada infeksi luar kranial dari bakteri, seperti tonsillitis, bronchitis dan otitis media akut
akibat bakteri yang bersifat toksik. Toksik yang dihasilkan menyebar keseluruh tubuh
secara hematogen ataupun limfogen.
Naiknya suhu dihipotalamus, otot, kulit dan jaringan tubuh yang lain akan
mengeluarkan mediator kimia berupa epinefrin dan prostaglandin. Pengeluaran mediator
kimia ini merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron. Pada keadaan kejang
demam terjadi peningkatan reaksi kimia tubuh, sehingga reaksi-reaksi oksidasi terjadi
lebih cepat dan menyebabkan oksigen cepat habis sehingga terjadi hipoksia. Pada
kejadian ini transport ATP terganggu sehingga Na intrasel dan K ekstrasel meningkat
dan menyebabkan potensial membrane cenderung turun dan aktifitas sel saraf meningkat
terjadi fase depolarisasi neuron dengan cepat sehingga timbul kejang.
Peningkatan suhu tubuh
Metabolisme basal
Resiko tinggi
meningkat
gangguan kebutuhan
nutrisi
O2 keotak menurun
F. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Wulandari dan Erawati (2016) manifestasi kejang demam yaitu :
a. Kejang demam mempunyai kejadian yang tinggi pada anak 34%.
b. Kejang biasanya singkat, berhenti sendiri, banyak dialami oleh anak laki-laki.
c. Kejang timbul dalam 24 jam setelah suhu badan naik diakibatkan infeksi susunan
saraf pusat seperti otitis media dan bronchitis.
d. Bangkitan kejang berbentuyk tonik-klonik.
e. Takikardi : pada bayi , frekuensi sering diatas 150-200 kali permenit.
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Garis keturunan
= Tinggal serumah
P = Pasien
D. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran : Somnolen
2. TTV :
TD :70/110 mmHg
N : 100 x/menit
S : 400C
RR : 30 x/menit
3. Antropometrik :
BB : 10 kg
TB : 88 cm
4. Kepala : Mesochepal
5. Mata : Tidak ada edema pelbra, Konjungtiva tidak anemis, dan seklera
tidak ikterik
6. Hidung : tidak ada polip, terpasang O2 (3 liter) , tidak ada napas cuping
hidung.
7. Mulut : Bibir kering
8. Telinga : Telinga sedikit kotor, tidak ada serumen pendengaran baik.
9. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid , tidak ada nyeri tekan.
10. Paru-paru : Perkusi sonor, bunyi napas vesicular.
11. Jantung : Auskultasi S1 tunggal, S2 split tidak konstan, tidak ada bising
12. Abdomen : Bentuk soepel, tidak ada distensi.
13. Genitalia : terpasang diapers
14. Ekstermitas : pergerakan otot baik tidak ada batasan
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal/jam :20 November 2020
Pemeriksaan Laboratorium
Darah : WIDAL (-)
Urin : -
Radiologi
Pemeriksaan lain
Terapi Medis
Infus kaen 3B 25 tpm mikro
Injeksi kalfoxime 3 x 250 mg
PO : pamol syr 3 x ½ cth
Stesolid sup 5 mg k/p kejang
F. Analisa Data
Nama klien : An. G
Ruang : Bangsal Anak
H. Intervensi Keperawatan
Nama klien : An. G
Ruang : Bangsal Anak
TGL/JAM No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi TTD
. (NOC) (NIC)
DP
20 November 1 Setelah dilakukan tindakan - Monitor suhu
2020 keperawatan selama 1 x 24 sesering mungkin
14.00 WIB jam diharapkan hipertermi - Monitor warna
bisa teratasi dengan hasil : dan suhu kulit
1. Suhu tubuh dalam - Monitor nadi dan
rentang normal RR
2. Nadi dan RR dalam - Lakukan Tepid
rentang normal Water Sponge
3. Tidak ada perubahan - Berikan cairan
warna kulit intravena
- Tingkatkan
sirkulasi udara
- Kolaborasikan
pemberian
antipiretik
- Berikan
pengobatan untuk
mengatasi
penyebab demam
I. Implementasi Keperawatan
Nama klien : An.G
Ruang : Bangsal Anak
TGL/JAM No Tindakan Implementasi Evaluasi Formatif TTD
.
DP
20 November 1 - Memonitor TTV klien DS :
2020 S: 400C, N: 100 Klien tampak lebih baik
14.00 x/menit, RR:30
x/menit. DO :
- Memberikan Tepid S : 37,5 0C
Water Sponge N : 100 x/menit
- Mengelola pemberian RR : 30 x/menit
antipiretik
paracetamol ¾ cth
- Memotivasi ibu untuk
tetap memberikan
peroral lainnya
- Memotivasi keluarga
untuk tetap
memberikan Tepid
Water Sponge jika
panas belum turun
- Menganjurkan ibu
untuk memakaikan
pakaian tipis,
menyerap keringat,
dan memudahkan
sirkulasi udara.
J. Evaluasi keperawatan
Nama Klien : An.G
Ruang : Bangsal Anak
TGL/JAM No.DP Evaluasi Sumatif TTD
20 1 S : Ibu klien mengatakan suhu An. G turun dari
November sebelumnya.
2020 O : Suhu 37,5 0C, tidak ada kejang
14.00 WIB A : Hipertermi belum teratasi
P:
Monitor perubahan tanda vital ekstrim
Berikan tapid water sponge bila panas
Tingkatkan hidrasi
DAFTAR PUSTAKA
Regina Putri, D. (2017). Askep dengan Kejang Demam. Journal Nursing, (45), 39
Ridha, H., N. (2017). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta: Pustaka pelajar.