Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PADA SISTEM

PENCERNAAN GASTROENTRITIS AKUT (GEA)


PADA TN. “M” DI RUANG DAHLIA 2
RSUD TUGUREJO SEMARANG

DISUSUN OLEH :
GILANG DEKA HAYUNA
1808012

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2018/2019
I. Konsep Dasar
A. Pengertian
Gastroentritis atau diare adalah penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (. 3 kali/ hari)
disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) dengan atau tanpa
darah dan atau lendir (Sudaryat, 2008). Diare adalah buang air besar tidak
normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya (Sudaryat, 2010)
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah dan seringkali
disertai dengan peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah
buang air besar berkali-kali (dengan jumlah yang melebihi 4 kali, dan
bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan darah atau lendir (Suratun,
2010)
Akut adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
kondisi atau penyakit yang tiba-tiba, dalam waktu relatif singkat dan
biasanya menunjukan gangguan yang serius. Jadi bisa disimpulkan bahwa
gastroentritis akut (GEA) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan
bertambahnya frekuensi buang air besar (tinja) lebih dari biasanya (>3 kali
dalam sehari) dengan frekuensi sering dan konsistensi cair terjadi secara
tiba-tiba dalam waktu yang singkat dan kalau tidak mendapay penanganan
serius dapat menimbulkan gangguan yang serius pada penderitanya

B. Etiologi
Penyebab diare ada beberapa faktor menurut Smellzer et all. (2009),
yaitu :

1. Faktor infeksi
a. Infeksi Eksternal yaitu innfefeksi saluran pencernaan makanan
yang merupakan pêyebab utama diare :
1) Infeksi bakteri : Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera,
Aeromonas
2) Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, coksakie,
Poliomyelitis Adeno-virus, rotavirus)
3) Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris ), jamur
(Candida Albicans), protozoa (Entamoeba histolitica,
Tricomonas hominis)
b. Infeksi parental ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan
seperti otitis media angkut (OMA), tonsilitis atau tonsilifaringitis,
bronkopneumonia, ansefalitis.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa,
dan sukrosa) monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan
galaktosa) pada bayi dan anak yang paling terpenting dan sering
(intoleransi laktosa)
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak,
sayuran dimasak kurang matang.
4. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.

C. Patofisiologi
Mekanisme yang menyebabkan diare menurut Smellzer et all. (2009)
yaitu :
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Isi
rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus yang
akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedala usus
selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya jika
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul
berlebihan selanjutnya timbul diare.
D. Pathways

Pengeluaran
Reflek spasme
Sering defekasi Menurunya asam laktat
dinding otot
kesempatan berlebihan
perut
Kehilangan cairan dan usus
Pengekuaran substansi elektrolit menyerap Iritasi kulit
nutrisi bersama feses makanan Nyeri akut
sekitar anal

Nutrisi tidak terserap


Hipoglikemi dan dengan baik
gangguan zat gizi Defisit volume cairan Kerusakan Kurang terpanjan
integritas informasi
malnutrisi
Nutrisi kurang dari kulit penatalaksanaan
kebutuhan tubuh penyakit
Metabolisme menurun

intoleransi
Keletihan/
E. Manifestasi klinik aktivitas Defisit
kelemahan
pengetahuan
1. Konsistensi feses cair (diare) dan frekuensi defekasi semakin kurang
lebih sehari 3kali.
2. Muntah (umumnya tidak lama)
3. Demam (mungkin ada, mungkin tidak)
4. Kram abdomen.
5. Membran mukosa kering, pucat, gelisah malaise
6. Fontaneal cekung (bayi)
7. BB turun
8. Perubahan TTV : SPN meningkat
(Bilotta, kimberly. 2012)

F. Penatalaksanaan
Panduan pengobatan diare akut dapat dilaksanakan secara
sederhana yaitu dengan terapi cairan dan elektrolit per-oral dan
melanjutkan pemberian makanan, sedangkan terapi non spesifik dengan
anti diare tidak direkomendasikan dan terapi antibiotika hanya diberikan
bila ada indikasi. Pemberian cairan dan elektrolit secara parenteral hanya
untuk kasus dehidrasi berat. Dalam garis besar pengobatan diare dapat
dikategorikan ke dalam beberapa jenis (Bilotta, kimberly. 2012) yaitu :
1. Pengobatan Cairan
Untuk menentukan jumlah cairan yang perlu diberikan kepada
penderita diare, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Jumlah cairan : jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan
a. jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan/muntah muntah
PWL (Previous Water Losses) ditambah dengan banyaknya cairan
yang hilang melalui keringat, urin dan pernafasan NWL (Normal
Water Losses).
b. Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus
berlangsung CWL (Concomitant water losses)
Ada 2 jenis cairan yaitu:
a. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) : Cairan oralit yang dianjurkan oleh
WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L,
Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung
meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80
mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa
cairan rehidrasi oral:
1) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3
dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit.
2) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung
komponen-komponen di atas, misalnya: larutan gula, air tajin,
cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut
CRO tidak lengkap.
b. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) Cairan Ringer Laktat sebagai
cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan
parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi:
1) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah
2) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994
dalam Wicaksana, 2011).
2. Antibiotik
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare
akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari
tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada :
Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses
berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare
pada pelancong, dan pasien immunocompromised. Contoh antibiotic
untuk diare Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5
hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin
300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole
250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV).
3. Obat anti diare
a. Kelompok antisekresi selektif
Tersedianya secara luas racecadotri lyang bermanfaat sekali
sebagai penghambat enzim enkephalinase sehingga enkephalin
dapat bekerja kembali secara normal. Perbaikan fungsi akan
menormalkan sekresi dari elektrolit sehingga keseimbangan cairan
dapat dikembalikan secara normal.
b. Kelompok opiat
Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, loperamid HCl serta
kombinasi difenoksilat dan atropin sulfat (lomotil). Penggunaan
kodein adalah 15-60mg 3x sehari, loperamid 2 – 4 mg/ 3 – 4x
sehari dan lomotil 5mg 3 – 4 x sehari. Efek kelompok obat tersebut
meliputi penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi cairan
sehingga dapat memperbaiki konsistensi feses dan mengurangi
frekwensi diare. Bila diberikan dengan cara yang benar obat ini
cukup aman dan dapat mengurangi frekwensi defekasi sampai
80%. Bila diare akut dengan gejala demam dan sindrom disentri
obat ini tidak dianjurkan.
c. Kelompok absorbent
Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat, pektin, kaolin,
atau smektit diberikan atas dasar argumentasi bahwa zat ini dapat
menyeap bahan infeksius atau toksin-toksin. Melalui efek tersebut
maka sel mukosa usus terhindar kontak langsung dengan zat-zat
yang dapat merangsang sekresi elektrolit.
d. Zat Hidrofilik
Ekstrak tumbuh-tumbuhan yang berasal dari Plantago oveta,
Psyllium, Karaya (Strerculia), Ispraghulla,
Coptidis dan Catechu dapat membentuk kolloid dengan
cairan dalam lumen usus dan akan mengurangi frekwensi dan
konsistensi feses tetapi tidak dapat mengurangi kehilangan cairan
dan elektrolit. Pemakaiannya adalah 5-10 cc/ 2x sehari dilarutkan
dalam air atau diberikan dalam bentuk kapsul atau tablet.
e. Probiotik
Kelompok probiotik yang terdiri
dari Lactobacillus dan Bifidobacteria atau Saccharomyces
boulardii, bila mengalami peningkatan jumlahnya di saluran cerna
akan memiliki efek yang positif karena berkompetisi untuk nutrisi
dan reseptor saluran cerna. Syarat penggunaan dan keberhasilan
mengurangi / menghilangkan diare harus diberikan dalam jumlah
yang adekuat.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tinja, makroskopis dan mikroskopis, PH dan gula jika
diduga ada patoleransi gula (sugar intolerance). Biakan kuman untuk
mencari kuman penyabab dan uji resistensi terhadap berbagai
antibiotik. feses kultur untuk mengetahui bakteri, virus, parasit,
candida
2. Pemeriksaan darah ; darah perifer lengkap, analisa gas darah dan
elektrolit (terutama Na, K, Ca dan P serum pada diare yang disertai
kejang).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal
ginjal.
4. Elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk mengetahui kuman
penyebab secara kwantitatif dan kualitatif terutama pada diare kronik
5. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan
lainnya biasanya tidak membantu untuk evaluasi gastroentritis akut
(GEA)/ diare akut infeksi

1. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Fokus
Identitas pasien : meliputi nama lengkap, tempat tinggal, umur, asal, suku
bangsa, pekerjaan
1. Keluhan utama
Buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan frekuensi sering dan
konsistensi encer
2. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Suhu badan mungkin meningkat
b. nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan diare Feses calr
mungkin disertal lendir atau lendir dan darah
c. Anus dan sekitarnya muncul lecet karena sering defekasl. Gejala:
dapat terjadi sebelum dan sesudah diare.
d. Apabila klien telah mengalami banyak kehilangan kalori dan
elektrolit, kemudian gejala dehidrasi mulai tampak Diuresis
terjadi oliguria.
3. Riwayat kesehatan meliputi :
a. Riwayat imunisasi
b. Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan
c. Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya
4. Riwayat nutrisi
a. Asupan makanan
b. Keluhan nyeri perut
c. Distensi perut, mual, muntah.
d. Berat badan blasanya turun
5. Pola eliminasi
Frekuensi defekasi sering 3 kali schari Feses cair, mengandung
lendir dan darah
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah tindakan keperawatan untuk mengkaji bagian
tubuh pasien baik secara lokal atau (head to toe) guna memperoleh
informasi/data dari keadaan pasien secara komprhensif untuk
menegakkan suatu diagnosa keperawatan maupun kedokteran.
1. Keadaan umum: baik, sadar (tanpa dehidrasi), Gelisah, (dehidrasi
ringan dan sedang) Lesu, lungkal atau tidak sadar, tidak ada air
kencing (dehidrasi berat)
2. Berat badan: klien diare dengan dehidrasi blasanya. Diketahui berat
badan dehidrasi ringan: bila terjadi penurunan berat badan 5%.
3. Dehidrasi: sedang jika terjadi penurunan berat badan 5-10%.
Dehidrasi berat ketika terjadi penurunan berat badan 10-15%.
4. Kulit Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan
pemeriksaan turgor kulit, inspeksi kulit perianal apakah terjadi iritasi.
5. Mulut / lidah: Mulut dan lidah biasanya tanpa dehidrasi. Mulut dan
lidah kering (dehidrasi ringan sampai sedang) Mulut dan lidah sangat
kering (dehidrasi berat)
6. Abdomen memungkinkan mengalami distensi, kram, nyeri dan
ketegangan usus yang meningkat

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis diare
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera kimia
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
5. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan tidak familier dengan
informasi, kurang pajanan.
6. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekuensi diare.

C. Intervensi Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis diare
Tujuan : setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama …x24 jam
menunjukkan status gizi seimbang
Kriteria hasil :
a. Nafsu makan meningkat
b. BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
a. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan
berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
R/ agar tidak terjadi kurangnya nutrisi tubuh
b. Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap
atau sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ lingkungan yang nyaman dan bersih dapat berpengaruh
terhadap nafsu makan
c. Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang
berlebihan
R/ kegiatan berlebihan dapat menguras energi
d. Pantau intake dan output
R/ mengetahui keseimbangan cairan
e. Timbang berat badan setiap hari
R/ untuk mengetahui penurunan ataupun peningkatan BB
f. Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ mengetahui elektrolit dalam tubuh dalam rentang normal atau
tidak
g. Kolaborasi pemberian obat-obatan vitamin, anti emetik, anti diare
R/ mendukung pemenuhan nutrisi yang adekuat
h. Diskusikan dengan ahli gizi
R/ untuk mengetahui diit yang seharusnya dijalankan
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 3x… jam intake dan output seimbang
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal,
b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal
c. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan
d. Orientasi terhadap waktu dan tempat baik
e. Jumlah dan irama pernapasan dalam batas normal
f. Elektrolit, Hb, Ht dalam batas normal
g. pH urin dalam batas normal
h. Intake oral dan intravena adekuat
Intervensi :
a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
R/ untuk mengetahui keseimbangan cairan
b. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik )
R/ mengetahui status hidrasi
c. Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan (BUN , Hmt ,
osmolalitas urin, albumin, total protein )
R/ penunjang keadaan pasien
d. Monitor vital sign
R/ mengetahui kondisi klinis pasien
e. Kolaborasi pemberian cairan IV
R/ memenuhi kebutuhan cairan dalam tubuh atau mengganti cairan
yang keluar berlebih dari dalam tubuh
f. Monitor status nutrisi
R/ mengetahui status nutrisi pasien
g. Berikan cairan oral
R/ mendukung pemenuhan kebutuhan cairan dalam tubuh
h. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
R/ mendukung pemenuhan nutrisi sesuai kebutuhan
i. Pasang kateter jika perlu
R/ monitor output urin
j. Monitor intake dan urin output setiap 8 jam
R/ mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera kimia
Tujuan : Setekah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam nyeri
dapat terkontrol dan skala nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e. Tanda vital dalam rentang normal
f. Tidak mengalami gangguan tidur
Intervensi :
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
R/ mengetahui lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
faktor presipitasi
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
R/ mengetahui tingkat nyeri yang berpengaruh terhadap kenyamanan
c. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
R/ dukungan dapat meningkatkan manajemen nyeri
d. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
R/ agar lingkungan terkontrol tidak mempengaruhi nyeri
e. Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi,
distraksi, kompres hangat/ dingin
R/ mengurangi nyeri
f. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
R/ menurangi nyeri secara farmakologi
g. Tingkatkan istirahat
R/ meningkatnya istirahat dapat mengurangi nyeri yang dirasakan
h. Monitor vital sign
R/ mengetahui kondisi klinis pasien

4. Intoleran Aktivitas berhubungan dengan kelemahan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam
diharapkan tidak terjadi intoleransi aktivitas tidak tergannggu, melakukan
aktivitas sesuai dengan kebutuhan secara mandiri
Kriteria Hasil :
a. Mampu menyatakan tingkat kelelahan berkurang
b. Tanda-tanda vital dalam rentang normal setelah melakukan aktifitas
ringan
c. Mampu melakukan perawatan diri aktivitas sehari-hari (ADL) dengan
mandiri
d. Status kardiopulmonari baik
e. Status pernafasan : pertukaran gas baik
Intervensi :
a. Bantuan perawatan diri
Rasional : Untuk membantu mempermudah perawatan diri pasien
b. Jaga lingkungan pasien aman, bersih dan tenang
Rasional : Untuk mempermudah ADL pasien
c. Ajarkan peningkatan latihan
Rasional : Untuk melatih pasien meningkatkan aktivitas sehari-hari
d. Ajarkan terapi latihan : pergerakan sendi
Rasional : agar tidak terjadi kekakuan pada sendi
e. Berikan terapi oksigen
Rasional : Memenuhi kebutuhan oksigen, menunjang ADL pasien
f. Lakukan manajemen nyeri
Rasional : Untuk mengurangi nyeri yang semakin bertambah saat
melakukan ADL
g. Beri dukungan Spiritual
Rasional : Dapat memberikan motivasi pasien untuk berlatih
melakukan aktivitas semampunya
h. Lakukan manajemen berat badan
Rasional : Untuk mempertahankan BB, Kelebihan atau kurang dari
BB ideal dapat berpengaruh terhadap aktivitas pasien
5. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pemahaman
terhadap sumber-sumber informasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam
memahami informasi terkait penyakit
Kriteria Hasil :
a. Menjelaskan tentang definisi penyakit
b. Menyebutkan 2 dari 4 tanda dan gejala penyakit
c. Menjelaskan apa yang dapat menyebabkan penyakit
d. Menjelaskan tentang penanganan/prosedur penyakit
Intervensi :
1. Bina hubungan saling percaya
R/ dengan BHSP dapat menigkatkan kenyamanan pasien
2. Cek keakuratan umpan balik untuk memastikan bahwa pasien
memahami penangannnya yang dianjurkan dan informasi yang relevan
lainnya.
R/ mengetahui pemahaman pasien terhadap informasi yang pernah
diterima
3. Lakukan penilaian tingkat pengetahuan pasien dan pahami isinya
(pengetahuan tentang diare dan prosedur atau penanganan yang
dianjurkan untuk penyakit diare)
R/ mengetahui seberapa jauh pemahaman pasien terkait penyakit
4. Sediakan waktu bagi pasien untuk menanyakan bebrapa pertanyaan dan
mendiskusikan permasalahannya
R/ diskusi sebagai sarana peningkatan pengetahuan pasien
6. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan
frekuensi diare.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam
intake seimbang, tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil :
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
b. Melaporkan adanya gangguan sensasi atau nyeri pada daerah kulit
yang mengalami gangguan
c. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya sedera berulang
d. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami
e. Status nutrisi adekuat
f. Sensasi dan warna kulit normal
Intervensi :
a. Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
R/ kulit bersih dan kering mencegah adanya bakteri yang menempel
b. Anjurkan pasien memakai pakaian yang longgar
R/ pakaian longgar membuat kulit tidak terlalu lembab sehingga
tidak mudah berkembangnya bakteri
c. Monitor kulit adanya kemerahan
R/ kemerahan salah satu tanda infeksi
d. Monitor status nutrisi
R/ status nutrisi yang baik dapat berpengaruh terhadap turgor kulit
e. Monitor tanda dan gejala infeksi
R/ mengetahui tanda dan gejala infeksi
Daftar Pustaka
Bilotta, kimberly. 2012. Kapita Selekta Penyakit. Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria M., dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi
Keenam Bahasa Indonesia. Elsevier
Herlman, T. Heather, dkk. 2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan :
Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Moorhead, S. dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima
Bahasa Indonesia. Elsevier
Potter, Perry. 2010. Fundamental keperawatan (ed.7vol.2). Jakarta: Salemba
Medika.
Smellzer et all. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.. Jakarta : EGC
Sudaryat, Suraatmaja. 2010. Diare Kronik, Kapita Selekta Gastroenterologi Anak.
Jakarta: CV Agung Seto
Suratun. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Gastrointestinal. Jakarta:
Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai