Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM SPONTAN

DI RUANG AMARILIS RSUD R.A. KARTINI JEPARA

Disusun guna memenuhi tugas Program Profesi Ners


Stase Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh :

Ita nur kholidah

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AKADEMIK 2017/2018


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salahsatuindikatoruntukmenentukanderajatkesehatansuatubangsaditandaidenga
ntinggirendahnyaangkakematianibudanbayi.Masanifasmerupakanhalpentinguntukdiper
hatikangunamenurunkanangkakematianibu dan bayi.
Selama15 tahun, angkakematianibudan
bayidiIndonesiamengalamipenurunanyanglebihlambatdariyangdiharapkan.AngkaKem
atianIbu(AKI)menurundari390per100.000kelahiranhidupdi1994menjadi228/100.000di
2010.AKBmenurundari30per1000kelahiranhidupdi1994menjadi19/1000 di 2007.
Masanifasmerupakanmasayangrawanbagiibu,sekitar60%kematianibuterjadiset
elahmelahirkandanhampir50%darikematianpadamasanifasterjadipada24jampertamaset
elahpersalinan,diantaranyadisebabkanolehadanyakomplikasimasanifas.Selamainiperda
rahanpascapersalinanmerupakanpenyebabkematianibu,namundenganmeningkatnyaper
sediaandarahdansistemrujukan,makainfeksimenjadilebihmenonjolsebagaipenyebabke
matiandanmordibitasibu (Saleha,2009)

Padamasanifasibujugaseringkalimengalamidepresi.Sebagaiperempuanmengan
ggapbahwamasa-masasetelahmelahirkanadalahmasa-masasulityangakan
menyebabkanmereka mengalamitekanansecara emosional. Untukitu dukungandari
keluargasangatdiperlukan untukmempercepatkesembuhandari depresi yangdialami
oleh ibu.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada Ny R denganpost partum
2. Tujuan Khusus
- Melakukan pengkajianpadakasus Ny.Rdengan post partum spontan
- Merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus
Ny.R dengan post partum spontan.
- MenyusunintervensiyangtepatpadakasusNy.Rdenganpostpartumspontan.
- Melaksanakan implementasipada kasusNy.Rdengan postpartumspontan.
- MelakukanevaluasihasilasuhankeperawatanpadaNy.Rdenganpostpartum spontan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

I. KONSEP TEORI POST PARTUM


A. PENGERTIAN
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas / purperiumini yaitu 6 – 8
minggu (Mochtar, 2008). Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam waktu 3
bulan. Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi Hanifa, 2012).
Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 2008) :
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan.
2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya
mencapainya 6 – 8 minggu.
3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai komplikasi untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu bulanan atau tahunan.

B. PERIODE
Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Early post partum :Dalam 24 jam pertama.
2. Immediate post partum :Minggu pertama post partum.
3. Late post partum :Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.

C. PERUBAHAN FISIOLOGI DAN PSIKOLOGI POST PARTUM


 Perubahan Fisiologis
1. Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti
sebelum hamil. Pada waktu bayi lahir tinggi fundus uteri setinggi pusat dan berat uterus
1000 gram, waktu uri lahirtinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat dengan berat uterus
750 gram. 1 jam setelah lahir tinggi fundus uteri setinggi umbilikus dengan konsistensi
lembut dan kontraski masih ada. Setelah 12 jam tinggi fundus uteri 1 cm di atas
umbilikus setelah 2 hari tinggi fundus uteri turun 1 cm. Satu minggu setelah persalinan
tinggi fundus uteri pertengahan pusat simfisis dengan berat uterus 500 gram, dua
minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri tidak teraba di atas simfisis dengan berat
uterus 350 gram. 6 minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri bertambah kecil
dengan berat uterus 50 gram, dan 8 minggu setelah persalinan tinggi fundus uteri
kembali normal dengan berat 30 gram (Mochtar, 2008).
No Waktu TFU Konsistensi After pain Kontraksi

1. Segera setelah Pertengahan simpisis Terjadi


lahir dan umbilikus
2. 1 jam setelah Umbilikus Lembut
lahir
3. 12 jam setelah 1 cm di atas pusat
lahir
4. setelah 2 hari Turun 1 cm/hari Berkurang
Proses ini dipercepat oleh rangsangan pada puting susu.

2. Lochea
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Locea Rubra (Cruenta)
Berasal dari kavum uteri dan berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, vernik kaseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan.
Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir. Hari ke 3 – 7 pasca pesalinan.
Lochea Serosa
Berwarna pink (merah muda) kecoklatan. Cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 7 –
14 pasca persalinan.
Lochea Alba
Berwarna kuning putih. Setelah 2 minggu. Tanda bahaya jika setelah lochea rubra
berhenti warna darah tidak muda, bau seperti menstruasi. Lochea Purulenta jika
terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk, Locheostiasis Lochea tidak
lancar keluarnya. Pengeluran rata-rata lochea 240 – 270 ml. (Mochtar, 2008).
3. Servik dan Vagina
Segera setelah melahirkan servik lunak dan dapat dilalui oleh 2 jari, sisinya tidak rata
karena robekan saat melahirkan. Bagaimanapun juga servik tidak dapat kembali secara
sempurna ke masa sebelum hamil. Osteum externum akan menjadi lebih besar karena
adanya. Dalam beberapa hari bentuk servik mengalami distersi, struktur internal
kembali dalam 2 minggu. Struktur eksternal melebar dan tampak bercelah. Sedangkan
vagina akan menjadi lebih lunak dengan sedikit rugae dan akan kembali mengecil tetapi
akan kembali ke ukuran semula seperti sebelum hamil dalam 6 – 8 minggu meskipun
bentuknya tidak akan sama persis hanya mendekati bentuk awalnya saja.
4. Perineum
Selama persalinan Perinum mendapatkan tekanan yang besar, yang kemudian setelah
persalinan menjadi edema. Perawat perlu mengkaji tingkat kenyamanan sehubungan
dengan adanya luka episiotomi, laserasi dan hemoroid. Perawat perlu melaporkan
adanya edema, khimosis, kemerahan dan pengeluaran (darah, pus, serosa). Dan apabila
ada luka episiotomy kaji tanda-tanda infeksi dan luka episiotomy ini akan sembuh
dalam 2 minggu. (Hacker, 2009).
5. Proses Laktasi
Di awal kehamilan, peningkatan estrogen yang diproduksi oleh placenta menstimulasi
perkembangan kelenjar susu. Pada hari pertama post partum terdapat perubahan pada
mammae ibu post partum. Semenjak masa kehamilan kolostrum telah disekresi. Pada 3
hari pertama post partum mammae terasa penuh atau membesar oleh karena kelahiran
plasenta diikuti dengan meningkatnya kadar prolaktin menstimulasi produksi susu.
(Hacker, 2009).
6. Sistem Kardiovaskuler
a. Tanda-tanda Vital
Jumlah denyut nadi normal antara 50 – 70 x/menit. Takikardi mengidentifikasi
perdarahan penyakit jantung infeksi dan kecemasan. Tekanan darah terus selalu
konsisten dengan keadaan sebelum melahirkan. Penurunan tekanan darah secara
drastis dicurigai adanya peradarahan. Kenaikan tekanan darah sistole 30 mmHg dan
distol 15 mmHg atau keduanya dicuriagi kehamilan dengan hipertensi atau eklamsi.
Kenaikan suhu tubuh hingga 38o C pada 24 jam pertama atau lebih diduga terjadi
infeksi atau karena dehidrasi. Perawat perlu mengkaji tanda-tanda vital, karena
sebagai petunjuk adanya peradarahan, infeksi atau komplikasi post partum lainnya.
b. Volume darah
Menurun karena kehilangan darah dan kembali normal 3-4 minggu
Persalinan normal : 200 – 500 cc, sesaria : 600 – 800 cc.
c. Perubahan hematologik
Ht meningkat, leukosit meningkat, neutrophil meningkat.
d. Jantung
Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan normal 2-3 minggu.
7. Sistem Pernafasan
Diafragma turun dan paru kembali ke tingkat sebelum melahirkan dalam 6 – 8 minggu
post partum. Respiratory rate 16 – 24 kali per menit. Keseimbangan asam basa akan
kembali normal dalam 3 minggu post partum. Dan metabolisme basal akan meningkat
selama 14 hari post partum. (Hacker, 2009).
8. Sistem Muskuloskeletal
Pada kedua ekstremitas atas dan bawah dikaji apakah ada oedema atau perubahan
vaskular. Ekstermitas bawah harus diobservasi akan adanya udema dan varises. Jika ada
udema observasi apakah ada pitting udema, kanaikan suhu, pelebaran pembuluh vena,
kemerahan yang diduga sebagai tanda dari tromboplebitis (Hacker, 2009).
9. Sistem Persyarafan
Ibu post partum hiper refleksi mungkin terpapar kehamilan dengan hipertensi. Jika
terdapat tanda-tanda tersebut perawat harus mengkaji adanya peningkatan tekanan
darah, proteinuria, udema, nyeri epigastritik dan sakit kepala. (Hacker, 2009).
10. Sistem Perkemihan
Pada umumnya dalam 4 – 8 jam setelah melahirkan ibu post partum, mempunyai
dorongan untuk mengosongkan kandung kemih. Dalam waktu 48 jam kemudian ibu
post partum akan sering berkemih tiap 3 – 4 jam sekali untuk menghidari distensi
kandung kemih. (Hacker, 2009).
11. Sistem Pencernaan
Karakteristik dari fungsi normal usus adalah adanya bising usu 5 – 35 /menit.
Kurangnya pergerakan usus pada hari pertama post partum adalah hal yang biasa
terjadi. Sebagai akibat terjadinya udema saat kelahiran, kurang asupan makan (puasa)
sesaat sebelum melahirkan selanjutnya pada beberapa hari pertama post partum.
(Hacker, 2009).

 Perubahan Psikologis
1. Taking in Phase
Timbul pada jam pertama kelahiran 1 – 2 hari selama masa ini ibu cenderung pasif, ibu
cenderung dilayani dalam memenuhi cenderung sendiri. Hal ini disebabkan rasa tidak
nyaman pada perineal, nyeri setelah melahirkan.
2. Taking Hold Phase
Ibu post partum mulai berinisiatif untuk melakukan tindakan sendiri, telah suka
membuat keputusan sendiri. Ibu mulai mempunyai ketertarikan yang kuat pada bayinya
pada hari 4 – 7 hari post partum.
3. Letting Go Phase
Ibu post partum dapat menerima keadaan dirinya apa adanya. Proses ini perlu
menyesuaikan diri terjadi pada hari terakhir minggu pertama.

D. TANDA-TANDA BAHAYA POSTPARTUM


o Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak
o Pengeluaran vagina yang baunya menusuk
o Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
o Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan
o Pembengkakan di wajah/tangan
o Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan
o Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit
o Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama
o Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki
o Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendirinafas
terengah-engah
II. KONSEP TEORI KPD ( Ketuban Pecah Dini)
A. PENGERTIAN
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya/rupturnya selaput amnion sebelum
dimulainya persalinan yang sebenarnya atau pecahnya selaput amnion sebelum usia
kehamilannya mencapai 37 minggu dengan atau tanpa kontraksi.(Mitayani, 2011.buku
keperawatan maternitas,hal:74)
Ketuban pecah ini atau ketuban pecah sebelum waktunya adalah keluarnya cairan dari
jalan lahir / vagina sebelum proses persalinan. (Marmi, 2011)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan atau sebelum
inpartu, pada pembukaan < 4cm (fase laten) . Nugroho,(2010)

B. Etiologi
1. Ketuban yang abnormal
2. Infeksi vagina / serviks
3. Kehamilan ganda
4. Polihidramnion
5. Trauma
6. Distensi urine
7. Serviks yang pendek
8. Prosedur medis
(Fadlun,dkk.2011.Asuhan Kebidanan Patologis)

C. Tanda dan gejala


1. Kencang-kencang (nyeri ringan dibagian bawah)
2. Keluarnya cairan ketuban dari vagina
3. Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi.
4. Tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah
kering
5. Berbau anyir
6. Warna cairan putih agak keruh seperti santan encer
(Fadlun,dkk.dkk.2011.asuhan kebidanan patologis)
D. PENATALAKSANAAN
Konservatif
 Rawat di rumah sakit.
 Berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan dengan ampisilin
dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari).
 Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar atau
sampai air ketuban tidak keluar lagi.
 Jika umur kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif : beri
deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada
kehamilan 37 minggu.
 Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
 Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.
 Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
 Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin
dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis
betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason i.m 5 mg setiap 6 jam
sebanyak 4 kali.9
Aktif
 Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal pikirkan seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 50µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
 Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan persalinan diakhiri jika :
a. Bila skor pelvik < 5, lakukanlah pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil,
akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
b. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.9
E. PATHWAYS

Post Partum

Perub. Fisiologis Perub. Psikologis

Involusi uterus
episiotomi Kurang Proses
Kontraksi pengetahuan Parenting
Kontraksi Laserasi jalan
dalam menyusui
uterus lambat uterus lahir Terputsnya
Mekanisme Tak
(perineum, kontinuitas
Atonia uteri Pelepasan jaringan Terpenuhi
vagina) jaringan Menyusui
endometrium
tidak efektif Kelemahan
perdarahan
Fisik
Lokhea
Vol. Cairan turun keluar Nyeri Akut
Defisit
Kurang Port of the perawatan diri
Perub. Perfusi
perawatan entri
jaringan
Invasi Resiko
bakteri
Resiko syok infeksi
hipovolemik
Perubahan. Psikologis

Fase Taking In Fase Taking Hold Fase Letting Go

Kondisi ibu lemah belajar tentang hal baru mampu menyesuaikan diri dengan keluarga

Tentang perawatan bayi mandiri


Deficit
perawatan diri
Kurangnya Menerima tanggung jawab
pengetahuan
Penambahan anggota keluarga baru

Resiko perubahan
menjadi orang tua
baru
F. PEMERIKSAANLABORATORIUM
Pemeriksaan leboratorium yang dilaksanakan antara lain :
1. Preparat saline basah untuk memeriksa adanya tricomona
2. Preparat basah potasium peroxide digunakan untuk memeriksa adanya jamur candidia
dan adanya gardnerela.
3. Urinalisis
4. Kultur gonorrhoe dan herpes servik
5. Kultur cerviks
6. Pemeriksaan darah lengkap,
7. Pemerilsaan virus herpes simplek tipe 1 dan 2
8. Westrern blood untuk pemeriksaan virus HIV
9. Chlamidia yaitu tes kultur atau tes untuk mendeteksi antigen

G. PENATALAKSANAAN POST PARTUM


1. Early Ambulation
Ibu post partum diharapkan sedini mungkin melakukan early ambulation, dimana ibu 8
jam pertama istirahat tidur terlentang, setelah 8 jam diperbolehkan miring ke kiri atau ke
kanan untuk mencegah trombosis dan boleh bangun dari tempat tidur setelah 24 jam
sampai 48 jam post partum.
2. Perawatan Payudara
Perhatikan kebersihan mammae, putting bila ada luka segera obati, dan pada ibu yang
belum mampu mengeluarkan ASI dilakukan perawatan payudara post partum.
3. Pemberian Nutrisi
Nutrisi ibu diberikan harus memenuhi gizi seimbang porsinya lebih banyak daripada
waktu hamil, disamping untuk mempercepat pulihnya kesehatan setelah kelahiran juga
untuk meningkatkan produksi ASI.
4. Aktivitas Seksual
Pasangan dianjurkan untuk menunggu sampai terdapat pengeluaran lochea akhir
minggu ke 4. Perhatikan posisi, sebaiknya wanita pada posisi atas untuk menghindari
adanya penetrasi yang telalu dalam.
H. PERAWATAN POST PARTUM
Perawatan post partum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan adanya
kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka
episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan baik. Penolong harus tetap
waspada sekurang-kurangnya 1 jam post partum, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya
perdarahan post partum. Delapan jam post partum harus tidur telentang untuk mencegah
perdarahan post partum. Sesudah 8 jam, pasien boleh miring ke kanan atau ke kiri untuk
mencegah trombhosis. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam satu kamar. Pada hari
seterusnya dapat duduk dan berjalan. Diet yang diberikan harus cukup kalori, protein, cairan
serta banyak buah-buahan. Miksi atau berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri,
bila pasien belum dapat berkemih sendiri sebaiknya dilakukan kateterisasi. Defekasi harus
ada dalam 3 hari post partum. Bila ada obstipasi dan timbul komprestase hingga vekal
tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila hal ini terjadi dapat dilakukan klisma
atau diberi laksan per os. Bila pasien mengeluh adanya mules, dapat diberi analgetika atau
sedatif agar dapat istirahat. Perawatan mamae harus sudah dirawat selama kehamilan, areola
dicuci secara teratur agar tetap bersih dan lemas, setelah bersih barulah bayi disusui.

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM


1. PENGKAJIAN
a. Pemeriksaan Fisik
1) Monitor Keadaan Umum Ibu
- Jam I : tiap 15 menit, jam II tiap 30 menit
- 24 jam I : tiap 4 jam
- Setelah 24 jam : tiap 8 jam
2) Monitor Tanda-tanda Vital
3) Payudara : Produksi kolustrum 48 jam pertama.
4) Uterus : Konsistensi dan tonus, posisi tinggi dan ukuran.
5) Kandung Kemih dan Output Urine : Pola berkemih, jumlah distensi, dan nyeri.
6) Bowel : Pergerakan usus, hemoroid dan bising usus.
7) Lochea : Tipe, jumlah, bau dan adanya gumpalan.
8) Perineum : Episiotomi, laserasi dan hemoroid, memar, hematoma, edema,
discharge dan approximation. Kemerahan menandakan infeksi.
9) Ekstremitas : Tanda Homan, periksa redness, tenderness, warna.

b. Perubahan Psikologis
1) Peran Ibu meliputi:Kondisi Ibu, kondisi bayi, faktor sosial-ekonomi, faktor
keluarga, usia ibu, konflik peran.
2) Baby Blues:Mulai terjadinya, adakah anxietas, marah, respon depresi dan
psikosis.
3) Perubahan Psikologis
- Perubahan peran, sebagai orang tua.
- Attachment yang mempengaruhi dari faktor ibu, ayah dan bayi.
- Baby Blues merupakan gangguan perasaan yang menetap, biasanya pada
hari III dimungkinkan karena turunnya hormon estrogen dan pergeseran
yang mempengaruhi emosi ibu.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan sekunder terhadap
atonia uteri.
b. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan trauma jaringan perineum dan
kontraksi uterus berlebih.
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan masuknya kuman pada luka episiotomi
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan setelah melahirkan.
e. Potensial terhadap perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan transisi
pada masa menjadi orang tua dan perubahan peran.

3. Intervensi Keperawatan
a. Resiko syok hipovolemik b.d. perdarahan sekunder terhadapatonia uteri.
Tujuan : Syok hipovolemi tidak terjadi.
Kriteria hasil:
- Tekanan darah siastole 110-120 mmHg, diastole 80-85 mmHg.
- Nadi 60-80 kali permenit.
- Akral hangat, tidak keluar keringat dingin
- Perdarahan post partum kurang dari 100 cc
Intervensi :
- Monitor vital sign
- Kaji adanya tanda-tanda syok hipovelomik
- Monitor pengeluaran pervagina.
- Lakukan massage segera mungkin pada fundus uteri.
- Susukan bayi sesegera mungkin.

b. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d trauma jaringan perineum, kontraksi uterus
berlebih.
Tujuan :Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
- Ekspresi wajah klien tenang.
- Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang.
- Skala nyeri kurang dari 4.
- Nadi antara 60-80 kali permenit.
Intervensi :
- Kaji sebab-sebab nyeri pada klien.
- Ajarkan pada klien tentang metode distraksi dan relaksasi.
- Anjurkan pada klien untuk melakukan kompres dingin pada daerah perineum.
- Kolaborasi pemberian analgesic sesuai advis dokter.

c. Resiko tinggi infeksi b.d. masuknya kuman pada luka episiotomi.


Tujuan :Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
- Tidak ada tanda-tanda infeksi pada daerah sekitar luka episiotomi.
- Jumlah sel darah putih normal.
Intervensi :
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
- Monitor tanda-tanda vital.
- Monitor tanda-tanda infeksi pada daerah luka episiotomi.
- Beri perawatan pada luka episiotomi dengan menggunakan teknik septic dan
antiseptic.
- Anjurkan pada klien agar menjaga kebersihan perineum.

d. Defisit perawatan diri b.d. kelelahan setelah melahirkan.


Tujuan :Kebersihan diri klien terpenuhi.
Kriteria hasil :
- Klien dapat melakukan perawatan diri secara bertahap.
Intervensi :
- Kaji factor-faktor penyebab yang berperan.
- Tingkatan partisipasi klien secara bertahap dan optimal.
- Beri dorongan untuk mengungkapkan persaan tentang perawatan diri.

f. Potensial terhadap perubahan peran orang tua yang b.d. transisi pada masa menjadi
orang tua dan perubahan peran.
Tujuan : Keluarga dapat memahami adanya perubahan proses dalam keluarga.
Kriteria hasil :
- Orang tua menunjukkan tingkah laku kasih saying terhadap bayinya
Intervensi :
- Observasi interaksi antara keluarga dengan bayinya.
- Anjukan ibu untuk menyentuh, merawat dan segera memberikan ASI.
- Berikan penjelasan semua tentang kebutuhan informasi yang diperlukan
pasien tentang kondisinya dan perawatan bayi.
- Fasilitasi keluarga dan sibling untuk menjenguk / menyentuh bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Gulardi Hanifa Wiknjosastro. 2012. Ilmu Kebidanan. Edisi 6. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawiroharjo

Hacker, Moore (2009), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta.

Mochtar, Rostam. 2008. Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.

Persis Mary Hamilton, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, 2005, EGC, Jakarta.

Iscemi K.2013. Buku Ajar Keperawatan. Yogyakarta : Salemba Medika

Fadlun,dkk.2011. Asuhan Kebidanan Patologis . Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai