Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

NY. F DENGAN HEMOROID

Diruang Cempaka RSU MITRA DELIMA

DEPARTEMEN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Oleh:

Ananda Nicola Hidayat (1720003)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

STIKes KEPANJEN

2021
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori Penyakit

1. Pengertian

Hemoroid adalah suatu pelebaran dari vena – vena di dalam

pleksus hemoroidalis. Hemoroid mempunyai nama lain, seperti wasir

dan ambeien. Sesuai tampilan klinis, hemoroid dibedakan menjadi

hemoroid interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna adalah

pelebaran vena pada pleksus hemoroidalis superior di atas garis

mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid eksterna yang

merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior

terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di

bawah epitel anus (Muttaqin & Sari, 2011).

Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah

vena di daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis.

Hemoroid eksterna adalah pelebaran vena yang berada di bawah

kulit (subkutan) di bawah atau luar linea dentate. Hemoroid interna

adalah pelebaran vena yang berada di bawah mukosa (submukosa) di

atas atau di dalam linea dentate (Nurarif & Kusuma, 2015).

Wasir adalah pembengkakan urat di anus dan rektum bawah,

mirip dengan varises. Peningkatan tekanan di pembuluh darah di

daerah anorektal menyebabkan wasir (Kardiyudiani & Susanti,

2019).
Hemoroid adalah pembengkakan (varikosa) vena pada anus atau rektum.

Hemoroid eksternal menonjol keluar menyerupai gumpalan di sekitar

anus. Hemoroid ini menyebabkan rasa sakit, khususnya jika klien

mengalami konstipasi dan mengedan saat defekasi (Rosdahl &

Kowalski, 2017). Hemoroid adalah pembesaran vena (varises) dari

pleksus venosis hemoroidalis yang diketemukan pada anal kanal

(Diyono & Mulyanti, 2013).

2. Etiologi

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), hemoroid timbul karena

dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang

disebabkan oleh faktor – faktor resiko/pencetus, seperti :

a. Mengedan pada buang air besar yang sulit

b. Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan

jamban duduk, terlalu lama duduk sambil membaca, merokok)

c. Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud,

tumor abdomen)

d. Usia tua

e. Konstipasi kronik

f. Diare akut yang berlebihan dan diare kronik

g. Hubungan seks peranal

h. Kurang minum air dan kurang makan makanan berserat (sayur dan

buah)

i. Kurang olahraga/imobilisasi
3. Patofisiologi

Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika mengalami

pembesaran, peradangan, atau prolaps. Diet rendah serat menyebabkan

bentuk feses menjadi kecil, yang bisa mengakibatkan kondisi

mengejan selama BAB. Peningkatan tekanan ini menyebabkan

pembengkakan dari hemoroid, kemungkinan gangguan oleh venous

rectum. Kehamilan atau obesitas memberikan tegangan abnormal dari

otot sfingter internal juga dapat menyebabkan masalah hemoroid,

mungkin melalui mekanisme yang sama. Penurunan venous return

dianggap sebagai mekanisme aksi. Kondisi terlalu lama duduk di toilet

(atau saat membaca) diyakini menyebabkan penurunan relatif venous

return di daerah perianal (yang disebut dengan efek tourniquet),

mengakibatkan kongesti vena dan terjadilah hemoroid. Kondisi

penuaan menyebabkan melemahnya struktur pendukung, yang

memfasilitasi prolaps (Muttaqin & Sari, 2011).

Mengejan dan konstipasi telah lama dianggap sebagai penyebab

dalam pembentukan hemoroid. Pasien yang melaporkan hemoroid

memiliki tonus kanal istirahat lebih tinggi dari biasanya. Tonus

istirahat setelah hemorrhoidektomi lebih rendah dari pada sebelum

prosedur. Perubahan dalam tonus istirahat adalah mekanisme aksi

dilatasi (Muttaqin & Sari, 2011).

Hipertensi portal telah sering disebutkan dalam hubungannya

dengan hemoroid. Perdarahan masif dari hemoroid pada pasien dengan

hipertensi portal biasanya bersifat masif. Varises anorektal merupakan


kondisi umum pada pasien dengan hipertensi portal. Varises terjadi di

midrektum, di antara sistem portal dan vena inferior rektal. Varises

terjadi lebih sering pada pasien yang nonsirosis dan mereka jarang

mengalami perdarahan (Muttaqin & Sari, 2011).

Kondisi hemoroid dapat memberikan berbagai manifestasi klinis

berupa nyeri dan perdarahan anus. Hemoroid interna tidak

menyebabkan sakit karena berada di atas garis dentate dan tidak ada

inervasi saraf. Namun, mereka mengalami perdarahan, prolaps dan

sebagai hasil dari deposisi dari suatu iritasi ke bagian sensitif kulit

perianal sehingga menyebabkan gatal dan iritasi. Hemoroid internal

dapat menghasilkan rasa sakit perianal oleh prolaps dan menyebabkan

spasme sfingter di sekitar hemoroid. Spasme otot ini mengakibatkan

ketidaknyamanan sekitar anus. Kadang perdarahan hemoroid yang

berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat (Muttaqin & Sari,

2011).

Hemoroid eksternal menyebabkan trombosis akut yang mendasari

vena hemoroid eksternal dapat terjadi. Konsisi hemoroid eksternal juga

memberikan manifestasi kurang higienis akibat kelembapan dan

rangsangan akumulasi mukus (Muttaqin & Sari, 2011).


Bagan 2.1
Patofisiologi Hemoroid

Terlalu lama duduk di toilet (atau saat


Konsumsi makanan membaca)
Peradangan
Kehamilan obesitas
pada usus, seperti kolitis ulseratif atau penyakit Crohn
rendah serat

Penurunan relatif
Feses kecil danvenous return di daerah perianal (yang disebut dengan efek tourniquet)
Peningkatan
mengejan frekuensi BAB
selama BAB

Seringnya penggunaan otot-otot perianal


Pelebaran dari vena-vena di dalam pleksus hemoroidalis
Peningkatan
vena portal
Melemahnya struktur pendukung dan memfasilitasi prolaps
Kondisi penuaan
Anoreksia

Hemoroid

MK :Nyeri Kompresi
akut saraf lokal Peradangan pada Intake nutrisi
pleksus hemoroidalis tidak adekuat

Perdarahan anus feses darahRuptur vena MK


Prolaps pleksus keluar : Risiko Defisit Nutrisi
anus

Anemia MK:Intoleransi aktivitas

MK
Risiko
Intervensi skleroterapi Gangguan defekasiRespons psikologis
Intervensi bedah hemoroidektomi
infeksi

Preoperatif MK Ansietas
Port de Respons serabut lokal
entree

Luka Kerusakan jaringan lunak pascabedah


Pasca bedah
pascabedah

(Muttaqin & Sari, 2011)


4. Derajat hemoroid

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), terdapat 4 derajat hemoroid

yaitu sebagai berikut :

a. Derajat 1 : Pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar

kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan

anorektoskop

b. Derajat 2 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dan

menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus

secara spontan

c. Derajat 3 : Pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk

lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari

d. Derajat 4 : Prolaps hemoroid yang permanen, rentan dan

cenderung untuk mengalami thrombosis dan infark

Gambar 2.1
Derajat Hemoroid

5. Manifestasi Klinis

Menurut Kardiyudiani & Susanti (2019), tanda dan gejala umum

hemoroid meliputi:

a. Perdarahan tanpa rasa sakit saat buang air besar

b. Gatal atau iritasi di daerah anus

c. Nyeri atau ketidaknyamanan


d. Pembengkakan di sekitar anus

e. Benjolan dekat anus, yang mungkin sensitif atau menyakitkan

(wasir trombosis)

6. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang pada

hemoroid yaitu sebagai berikut :

a. Pemeriksaan digital rectal examination

Diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum.

Pada hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di

dalamnya tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri.

b. Anoskopi

Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol

keluar.

c. Proktosigmoidoskopi

Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses

radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi.

7. Penatalaksanaan Medis

Menurut Kardiyudiani & Susanti (2019), penatalaksanaan medis

pada hemoroid sebagai berikut :

a. Pengobatan di rumah

1) Konsumsi makanan berserat tinggi

2) Menggunakan perawatan topikal. Oleskan krim wasir atau

supositoria yang mengandung hidrokortison


3) Merendam anus secara teratur dalam air hangat

4) Menjaga kebersihan area anal

5) Menempatkan kompres es

6) Mengonsumsi pereda nyeri oral

Pasien dapat menggunakan acetaminophen, aspirin, atau

ibuprofen sementara untuk membantu meringankan

ketidaknyamanan.

b. Obat – obatan

Jika hemoroid hanya menimbulkan ketidaknyamanan ringan, maka

terapi yang diberikan yaitu pemberian krim, salep, supositoria, atau

bantalan.

c. Thrombectomy hemoroid eksternal

Jika gumpalan darah (trombosis) telah berbentuk pada wasir

eksternal, dokter dapat menghilangkan bekuan dengan sayatan dan

drainase sederhana.

d. Prosedur minimal invasif

Untuk perdarahan persisten atau wasir yang menyakitkan, dokter

dapat merekomendasikan salah satu prosedur minimal invasif lain

yang tersedia, meliputi ligasi karet gelang, injeksi (skleroterapi),

dan koagulasi (inframerah, laser, dan bipolar).

e. Prosedur operasi

Jika prosedur lain tidak berhasil atau pasien memiliki wasir yang

parah, dokter dapat merekomendasikan prosedur pembedahan

berupa hemoroidektomi.
Perawatan perioperatif menurut Rosdahl & Kowalski (2017)

1) Persiapan pre operasi

Sebelum pembedahan, dokter bedah atau dokter

anestesiologi menuliskan program yang diindikasikan dengan

pasti apa obat dan persiapan fisik yang diperlukan pasien.

Penting untuk mengajarkan pasien melaksanakan program

praoperasi yang tepat, karena hal tersebut akan memengaruhi

kesuksesan pembedahan. Sambil mengajarkan asuhan

praoperasi, ingat perasaan pasien dan keluarga serta perlunya

mereka untuk ditenangkan. Dalam pembedahan darurat,

periode praoperasi mungkin sangat singkat. Dalam

keterbatasan ini, ingat untuk memberikan dukungan emosional

ke semua pasien.

Menjelaskan apa yang akan terjadi selama dan setelah

pembedahan paling membantu dalam mempersiapkan pasien

dan keluarga. Mereka yang memahami prosedur ini biasanya

lebih rileks dan kooperatif. Informasikan pasien dan keluarga

tentang apa yang diharapkan ketika pasien kembali dari ruang

operasi. Ajarkan pasien bagaimana melakukan latihan

pernapasan.
2) Pasca operasi

Hampir semua rumah sakit memiliki sebuah ruangan atau

deretan ruangan yang dibuat di samping untuk perawatan

pasien sesaat setelah pembedahan. Berbagai nama digunakan

untuk mengidentifikasi area ini, termasuk unit perawatan

pascaanestesia (postanesthesia care unit, PACU). Pasien secara

cermat dipantau di PACU sampai ia pulih dari anestesia dan

bersih secara medis untuk meninggalkan unit. Pemantauan

spesifik termasuk ABC dasar kehidupan.

Pada saat pasien kembali dari PACU ke area penerimaan

rawat jalan atau ke unit keperawatan, pasien biasanya terjaga

dan menyadari sejumlah ketidaknyamanan. Nyeri biasanya

merupakan ketidaknyamanan pertama pascaoperasi yang

disadari oleh pasien. Nyeri dievaluasi setiap kali tanda vital

yang lain diukur. Nyeri biasanya paling berat sesaat setelah

pasien pulih dari anestesi.

8. Komplikasi

Menurut Haryono (2012), komplikasi hemoroid yang paling sering

terjadi adalah :

a. Perdarahan, dapat sampai dengan anemia

b. Trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid)

c. Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan

suplai darah dihalangi oleh sfingterani


B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi

secara memuaskan melalui proses homeostasis, baik fisiologi maupun

psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang sangat penting,

bermanfaat, atau diperlukan untuk menjaga homeostasis dan kehidupan itu

sendiri. Banyak ahli filsafat, psikologis, dan fisiologis menguraikan

kebutuhan manusia dan membahasnya dari berbagai segi. Orang pertama

yang menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun

1950, Abraham Maslow seorang psikolog dari Amerika mengembangkan

teori tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah

Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow (Mubarak & Chayatin, 2008).

Hierarki tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar, yakni :

1. Kebutuhan fisiologis

2. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman

3. Kebutuhan rasa cinta

4. Kebutuhan harga diri

5. Kebutuhan aktualisasi diri

Pada kasus hemoroid kebutuhan dasar manusia yang terganggu

adalah kebutuhan keselamatan dan rasa aman tepatnya kebutuhan bebas

dari rasa nyeri. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud

adalah aman dari berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis.


Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subyektif

dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan

mengevaluasi perasaan tersebut. Secara umum, nyeri dapat didefinisikan

sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat.

Fisiologi nyeri yaitu bagaimana nyeri merambat dan dipersepsikan

oleh individu masih belum sepenuhnya dimengerti. Akan tetapi, bisa

tidaknya nyeri dirasakan dan hingga derajat mana nyeri tersebut

mengganggu dipengaruhi oleh interaksi antara sistem algesia tubuh dan

transmisi sistem saraf serta interpretasi stimulus (Mubarak & Chayatin,

2008).

Selain nyeri kebutuhan yang terganggu pada pasien hemoroid

adalah kebutuhan eliminasi yaitu konstipasi. Konstipasi adalah gangguan

pada pola eliminasi akibat adanya feses kering atau keras yang melewati

usus besar. Perjalanan feses yang lama karena jumlah air yang diabsorbsi

sangat kurang menyebabkan feses menjadi kering dan keras. Penyebab

konstipasi antara lain pola defekasi yang tidak teratur, stres psikologis

yang meningkat, obat-obatan, kurang aktivitas dan usia. Untuk

mengeluarkan feses, diperlukan tenaga yang besar saan mengejan dan

terjadi peregangan otot (Mubarak & Chayatin, 2008).


C. Proses Keperawatan

1. Pengkajian

Menurut Muttaqin & Sari (2011), pada pengkajian anamnesis

didapatkan sesuai dengan kondisi klinik perkembangan penyakit.

a. Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah nyeri, perdarahan

pada anus, dan merasa ada benjolan di sekitar anus. Keluhan nyeri

yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid

interna dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami

trombosis.

b. Pengkajian riwayat penyakit dahulu, perawat menanyakan faktor

predisposisi yang berhubungan dengan hemoroid, seperti adanya

hemoroid sebelumnya, riwayat peradangan pada usus, dan riwayat

diet rendah serat.

c. Pada pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan

kecemasan, serta perlunya pemenuhan informasi, intervensi

keperawatan, pengobatan, dan rencana pembedahan.

d. Pemeriksaan survei umum bisa terlihat sakit ringan, sampai gelisah

akibat menahan sakit. TTV bisa normal atau bisa didapatkan

perubahan, seperti takikardi, peningkatan pernapasan.

e. Pemeriksaan anus untuk melihat adanya benjolan pada anus,

kebersihan dan adanya ulserasi di sekitar anus. Pemeriksaan colok

anus, hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di

dalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Colok anus

diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.


Menurut Haryono (2012), pengkajian pada hemoroid sebagai

berikut :

a. Riwayat kesehatan

Apakah ada rasa gatal, terbakar dan nyeri selama defekasi? Adakah

nyeri abdomen? Apakah terdapat perdarahan pada rektum?

Bagaimana pola eliminasi? Apakah sering menggunakan laksatif?

b. Riwayat diet

Bagaimana pola makan pasien? Apakah pasien mengkonsumsi

makanan yang mengandung serat?

c. Riwayat pekerjaan

Apakah pasien melakukan pekerjaan yang memerlukan duduk atau

berdiri dalam waktu lama?

2. Diagnosa Keperawatan (SDKI)

a. Risiko defisit nutrisi

b. Ansietas

c. Nyeri akut

d. Resiko infeksi
3. Rencana Keperawatan

Tabel 2.1
Rencana Keperawatan pada Pasien Hemoroid
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Risiko defisit Nutrisi (D. Setelah dilakukan tindakan keperawatan SIKI: Menejemen
0032) selama 3x24 jam, diharapkan bersihan Gangguan Makan
Definisi: jalan napas meningkat. Dengan kriteria (I.03111)
Berisiko mengalami hasil: Observasi
asupan nutrisi tidak cukup SLKI: Status Nutrisi (L.03030) - Identifikasi
untuk memenuhiNo Indikator adanya alergi
kebutuhan metabolisme Asupan Terapeutik
Penyebab: - Tawarkan makanan
makanan
- Faktor Psikologis ringan yang padat
- Faktor Ekonomi Asupan gizi
cairan - Atur diet yang
Gejala dan tanda minor: Asupan gizi
a. Subyektif: diperlukan
Keterangan:
Tidak ada - Tentukan jumlah
b. Objektif: kalori dan jenis
A:
Tidak ada nutrisi yang
1 : Memburuk
2 :Cukup memburuk dibutuhkan untuk
3 : Sedang memenuhi
4 : Cukup membaik persyaratan gizi
5 : Membaik - Ciptakan
lingkungan yang
optimal pada saat
mengonsumsi
- makanan
Edukasi
- Lakukan atau bantu
pasien terkait
dengan perawatan
mulut sebelum
makan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang
cara meningkatkan
asupan makanan
Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan tindakan keperawatan SIKI: Konseling
Definisi: Kondisi emosi selama 3x24 jam, diharapkan bersihan (1.10334)
dan pengalaman jalan napas meningkat. Dengan kriteria Observasi
subyektif individu hasil: Kaji tanda verbal dan
terhadap objek yang SLKI: Tingkat Ansietas (L.09093) non verbal
tudak jelas akibatNo Indikator Kecemasan
antisipasi bahaya 1A beristirahat Terapeutik
Penyebab: 2B Perasaan - Berada di sisi
- Krisis situasional gelisah pasien untuk
- Kurang tepapar3B Rasa takut
meningkatkan
informasi 4B Rasa
cemas rasa aman dan
tanda mayor: Keterangan: mengurangi
a. Subjektif ketakutan
- Merasa binguung A: - Dorong
- Merasa khawatir 1 : Memburuk keluarga
2 :Cukup memburuk untuk
dengan kondisi yang
3 : Sedang
dihadapi 4 : Cukup membaik mendampingi
b. Objektif 5 : Membaik pasien
- Tampak gelisah - Gunakan
- Tampak tegang B: pendekatan yang
1 : Meningkat
tenang dan
Gejala dan tanda minor: 2: Cukup meningkat
3 : Sedang meyakinkan
a. Subyektif:
4 : Cukup menurun Edukasi
- Anoreksia
5 : Menurun - Instruksikan
b. Obyektif:
- Frekusensi napas pasien untuk
meningkat menggunakan
- Frekuensi nadi teknik relaksasi
meningkat
- Tekanan darah
meningkat
- Tremor
- Muka tampak pucat
- Kontak mata buruk

Nyeri Akut (D.0077) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan SIKI: menejemen


Definisi: Pengalaman keperawatan 3x24 jam diharapkan nyeri (I.08238)
sensorik atau tingkat nyeri menurun. Dengan kriteria Observasi
emosional yang hasil: 1. Identifikasi lokasi,
berkaitan dengan karakteristik, durasi,
kerusakan jaringan SLKI: Tingkat Nyeri (L.08066) frekuensi, kualitas,
aktual atauNo Indikator intensitas nyeri
fungsional, dengan1A Kemampuan 2. Identifikasi skala
onset mendadak atau menunt nyeri
lambat dan askan 3. Identifikasi respons
berintensitas ringan aktivita nyeri non verbal
hingga berat yang s 4. Identifikasi faktor
berlangsung kurang2B Keluhan yang memperberat
dari 3 bulan Nyeri dan memperingan
Penyebab: 3B Meringis nyeri
- Agen pencedera4B Sikap 5. Identifikasi
fisiologis (mis. Protekt pengetahuan dan
infarmasi, lakemia, if keyakinan tentang
neoplasma) 5B Gelisah nyeri
- Agen pencedera6B Kesulitan 6. Identifikasi
kimiawi (mis. tidur pengaruh nyeri pada
terbakar, bahan7C Frekuensi kualitas hidup
kimia iritan) nadi 7. Monitor efek
- Agen pencedera Keterangan: samping
fisik (mis.abses, A: penggunaan
amputasi, terbakar, 1 : Menurun analgetik
terpotong, 2 : Cukup menurun
mengangkat berat, 3 : Sedang Terapeutik
prosedur operasi, 4 : Cukup meningkat 1. Berikan teknik
5 : Meningkat nonfarmakologi
trauma, latihan fisik
untuk mengurangi
berlebihan) B: rasa nyeri
1 : Meningkat 2. Kontrol lingkungan
Gejala dan tanda 2: Cukup meningkat yang memperberat
mayor: 3 : Sedang rasa nyeri
a. Subyektif: 4 : Cukup menurun 3. Fasilitasi istirahat
- Mengeluh Nyeri 5 : Menurun dan tidur
b. Obyektif: 4. Pertimbangkan jenis
- Tampak meringis C: dan sumber nyeri
- Bersikap protektif 1 : Memburuk
(mis. waspada, dalam pemilihan
2 :Cukup memburuk
posisi menghindari strategi meredakan
3 : Sedang
nyeri) 4 : Cukup membaik nyeri
- Gelisah 5 : Membaik
- Frekuensi nadi Edukasi
meningkat 1. Jelaskan penyebab,
- Sulit tidur periode, dan pemicu
nyeri
Gejala dan tanda minor: 2. Jelaskan strategi
a. Subyektif: meredakan nyeri
1) Mengeluh nyeri 3. Ajarkan teknik
b. Obyektif: nonfarmakologis
1) Tampak meringis untuk mengurangi
rasa nyeri
2) Bersikap protektif

3) Gelisah Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
4) Nadi meningkat analgetik, jika perlu

5) Slit tidur

Resiko Infeksi (D.0142) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan SIKI: Pencegahan


Definisi: Berisiko keperawatan 3x24 jam derajat infeksi Infeksi (I.14539)
mengalami menurun. Dengan kriteria hasil: Observasi
peningkatan Monitor tanda gejala
terserang oganisme SLKI: Tingkat Nyeri (L.14137) infeksi local dan
patogenik No Indikator sistemik
Faktor Resiko: 1B Demam Terapeutik
1. Penyakit Kronis 2B Kemerahan 1. Batasi jumlah
2. Efek prosedur3B Nyeri pengunjung
Infasif 4B Bengkak 2. Berikan perawatan
3. Malnutrisi 5C Kadar Sel kulit pada daerah
4. Peningkatan paparan Darah edema
Putih
organisme patogen 3. Cuci tangan
Keterangan:
lingkungn A: sebelum dan
5. Ketidakadekuatan 1 : Menurun sesudah kontak
pertahanan tubuh 2 : Cukup menurun dengan pasien dan
perifer : 3 : Sedang lingkungan pasien
- Gangguan peristltik 4 : Cukup meningkat 4. Pertahankan teknik
- Kerusakan integritas 5 : Meningkat aseptik pada pasien
kulit berisiko tinggi
B:
- Perubahan sekresi 1 : Meningkat
PH Edukasi
2: Cukup meningkat
- Penurunan kerja 1. Jelaskan tanda dan
3 : Sedang
4 : Cukup menurun gejala infeksi
siliaris
- Ketuban pecah lama 5 : Menurun 2. Ajarkan cara
memeriksa luka
- Ketuban pecah
C: 3. Anjurkan
sebelum waktunya
1 : Memburuk meningkatkan
- Merokok 2 :Cukup memburuk
- Statis cairan tubuh asupan cairan
3 : Sedang
6. Ketidakadekuatan 4 : Cukup membaik Kolaborasi
pertahan tubuh 5 : Membaik Kolaborasi pemberian
sekunder: imunisasi, jika perlu
- Penurunan
Hemoglobin
- Imunosupresi
- Leukopenia
- Supresi Respon
Inflamasi
- Faksinasi tidak
adekuat
1. Implementasi

Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan adalah

kategori dari prilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk

mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan

dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan

keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan.

Namun demikian, di banyak lingkungan perawatan kesehatan, implementasi

mungkin dimulai secara langsung setelah pengkajian. (Potter & Harry, 2005)

2. Evaluasi

Evaluasi adalah langkah terakhir dalam asuhan keperawatan, evaluasi

dilakukan dengan pendekatan SOAP (data subjektif, data objektif, analisa dan

planning). Dalam evaluasi ini dapat ditemukan sejauh mana keberhasilan

rencana tindakan keperawatan yang harus dimodifikasi.


DAFTAR PUSTAKA

Berman, A., Synder, S. & Fradsen, G.. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of

Nursing (10th ed.). USA: Pearson Education.

Boyd, M. A. (2011). Psychiatric Nursing : Contemporary Practice (5th ed.)

Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins.

Burns, S. M. (2014). AACN Essentials of Critical Care Nursing (3th ed). New

York: McGraw-Hill Education

Derr, P., McEvoy, M., & Tardiff, J. (2014). Emergency & Critical Care (8th ed.).

USA: Jones & Barlett Learning.

Donadini, M.P ., Ageno, W. & Douketis, J.D (2012). Management of bleeding in

patients receiving conventional or new anticoagulants: A practical and

case-based approach. Drugs, 72(15), 1965-1975.

Dougherty, L. & Lister, S. (2015). Manual of Clinical Nursing Procedures (9th

ed.). UK: The Royal Marsden NHS Foundation Trust.

Hockenberry, Marilyn J, Wilson, David. (2014). Wong’s Nursing Care of Infants

and Children. Elsevier Health Sciences.

Hurwitz, A., Massone, R. & Lopez, B.L. (2014). Acquired Bleeding Disoders.

Emergency Medicine Clinics of North America, 32(3), 691-713.

Keough, M. E., & Schmidt, N. B. (2012). Refinement of a brief anxiety sensitivity

reduction intervention. Journal of Consulting and Clinical Psychology,

80(5), 766-772. Doi:http://dx.doi.org/10.1037/a0027961.


Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., Bucher, L. & Harding, M. M.

(2014). Medical-surgical nursing: Assessment and management of clinical

problems (9th ed.). St. Loius, Missouri: Mosby Elsevier.

Makmun, et al (2009). Konsensus Penatalaksanaan Diare Akut pada Dewasa di

Indonesia. Jakarta: Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia.

Nurarif.A.H. dan Kusuma.H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Perry, A. G. & Potter, P. A. (2014). Nursing Skills & Procedures (8th ed.). St Louis:

Mosby Elsevier

Song, Y., & Lindquist, R. (2015) Effects of mindfulness-based stress reduction on

depression, anxiety, stress and mindfulness in Korean nursing students.

Nurse Education Today, 35(1), 86.

Townsend, M. (2014). Psychiatric Nursing : Assesment, Cares Plans, and

Medications. (9th ed.). Philadelphia: F. A. Davis Company.

Wilkinson, J. M., Treas, L. , Barnett, K. & Smith, M. H. (2016). Fundamentals of

Nursing (3th ed.). Philadelphia: F.A Davis Company.


ASUHAN KEPERAWATAN

NY. F DENGAN DENGAN HEMOROID

Diruang Cempaka RSU MITRA DELIMA

DEPARTEMEN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Oleh:

Ananda Nicola Hidayat (1720003)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

STIKes KEPANJEN

2021
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN HEMOROID

Diruang Cempaka RSU MITRA DELIMA

Nama Mahasiswa : Ananda Nicola Hidayat

Tempat Praktik : R. Cempaka 4

NIM : 1720003 Tgl. Praktik : 8 April 2021

A. Identitas Klien

Keterangan Pasien
Nama Ny. F
Jenis kelamin Perempuan
Usia 38 tahun
Status Menikah
Agama Islam
Suku Bangsa Indonesia
Pendidikan SMA
Bahasa yang digunakan Bahasa Jawa / Imdonesia
Pekerjaan IRT
Alamat Wajak

Diagnosis Medis Hemoroid

b. Identitas penanggung jawab

Keterangan Pasien
Nama Tn. M
Jenis kelamin Laki-laki
Usia 44 tahun
Hubungan dengan pasien Suami
Pendidikan SMA
Pekerjaan Wiraswasta

B. Status kesehatan Saat Ini

1. Keluhan utama : Pasien mengatakan ambein disertai rasa nyeri

2. Keluhan Penyerta :-

3. Diagnosa medis : Hemoroid interna dan externa

C. Riwayat Kesehatan Saat Ini

Pasien MRS tgl 7 April 2021 jam 20.00 mengatakan keluhan awal terdapat
ambein sudah sejak satu bulan yang lalu disertai dengan rasa nyeri dan sudah
direncanakan akan dilakukan tindakan operasi oleh dokter

P = Pasien mengatakan nyeri disebabkan oleh benjolah pada dubur ( Hemoroid)

Q = Pasien mengatakan seperti tertusuk tusuk jarum

R= Pasien mengatakan rasa sakit berada pada satu titik yaitu di benjolan tersebut

S= Pasien mengatakan skala nyeri sampai 6 dibuktikan dengan scale face 6 yaitu
nyeri sedang dan sampai menggangu aktifitas

T= Pasien mengatakan nyeri ketika mengejan pada saat bab, tidur dalam posisi
terlentang nyeri, atau ketika tersentuh sesuatu benjolan tersebut

D. Riwayat Kesehatan Terdahulu

1. Penyakit yg pernah dialami:

b. Kecelakaan (jenis & waktu) : Tidak pernah

c. Operasi (jenis & waktu) : Tidak pernah

d. Penyakit : Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat


penyakit apapun.
e. Terakhir masuki RS :-

2. Alergi (obat, makanan, plester, dll): -

3. Imunisasi:

( )BCG ( ) Hepatitis

( ) Polio ( ) Campak

( ) DPT (√ )Imunisasi lengkap

4. Kebiasaan:

Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya


Merokok - - -
Kopi - - -
Alkohol - - -

E. Riwayat Keluarga
Keterangan Genogram
GENOGRAM
: Perempuan

: Laki-laki

: Meninggal

klien : Pernikahan

: Pasien

Pola Aktifitas-Latihan

Rumah Rumah sakit

Makan/minum (0) (0)


Mandi (0) (2)

Berpakaian/berdandan (0) (0)

Toileting (0) (2)

Mobilitas di tempat tidur (0) (2)

Berpindah (0) (2)

Berjalan (0) (2)

Naik tangga (0) (2)

Pemberian Skor: 0 = mandiri, 1 = alat bantu, 2 = dibantu orang lain, 3 = dibantu


orang lain, 4 = tidak mampu

F. Pola Makan dan Minum

Rumah Rumah sakit


Jenis diit/makaan Nasi, sayur, lauk pauk Diet tinggi serat

Frekuensi/pola 3x sehari (sedang) 3x sehari (porsi RS)


Porsi yang dihabiskan 2 setengah porsi 2 porsi
Komposisi menu Nasi, sayur, lauk pauk Makanan tinggi serat
Pantangan Tidak ada Tidak ada
Nafsu makan Menurun Menurun
Berat badan ±68kg ±66 kg
Jenis minuman Air putih Air putih
Frekuensi/pola minum 1500 ml 1300 ml
Berapa gelas yang 6 gelas 5 gelas
dihabiskan
Sukar menelan Tidak ada Tidak ada
(padat/cair)
Pemakaian gigi palsu Tidak ada Tidak ada
G. Pola Eliminasi

Rumah Rumah sakit

BAB

Frekuensi pola 1x/hari 1x selama di RS

Konsistensi Padat feses terkadang Padat feses


disertai dengan darah terkadang disertai
dengan darah

Warna & bau Kuning kadang Kuning disertai


disertai dengan dengan kemerahan
kemerahan

Kesulitan Terasa nyeri ketika Terasa nyeri ketika


BAB BAB

Upaya mengatasi Mengkonsumsi obat Mengkonsumsi obat


pereda nyeri dari pereda nyeri dari
dokter dokter

BAK

Frekuensi pola 5-6x kali/hari 4-5x kali/hari

Konsistensi Cair (cairan urin Cair (cairan urin


normal) normal)

Warna bau Kuning (khas urin) Kuning (khas urin)

Kesulitan Tidak ada Tidak ada

Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada

H. Pola Tidur-Istirahat

Rumah Rumah sakit


Tidur siang 1 - 2 jam 1 – 3 jam sering
lamanya: terbagun

Jam s/d Antara jam 1 – jam 3 Antara jam 12


sore sampai jam 3 sore

Kenyamanan setelah Nyaman Badan masih terasa


tidur lemas

Tidur malam Kurang lebih 6-7 Kurang lebih 4-5 jam


lamanya: jam Sering terbangun

Jam s/d Antara 11malam – 5 Antara 11malam – 5


pagi pagi

Kenyamanan setelah Nyaman seperti Masih terasa ngantuk


tidur biasa karna tidur sering
terbangun

Kebiasaan sebelum Bermain hp Tidak ada


tidur

kesulitan Tidak ada Sering terbangun


malam

I. Pola Kebersihan Diri

Rumah Rumah sakit

Mandi: frekuensi 2x sehari Diseka 1 kali sehari

Keramas: frekuensi 2 hari 1 kali Belum keramas

Gosok gigi : frekuensi 2 kali sehari 2 kali sehari

Ganti baju : frekuensi 2 kali sehari 1 kali sehari

Memotong kuku: 1 minggu sekali Belum potong kuku


frekuensi

kesulitan Tidak ada Dibantu keluarga

Upaya yang Tidak ada Dibantu keluarga


dilakukan

J. Pola Toleransi – Koping Stress

1. Pengambilan keputusan: ( ) sendiri (√ ) dibantu orang lain, sebutkan Keluarga


2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya, perawatan diri,
dll): Kesulitan tidur karena tidak terbiasan dengan rumah sakit

3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: Bercerita dengan keluarga

4. Harapan setelah menjalani perawatan: semakin sehat dan membaik

5. Perubahan yang dirasa setelah sakit: Badan lemas dan nyeri di anus

K. Pola Nilai & Kepercayaan

1. Apakah Tuhan, agama, kepercayaan penting untuk Anda, Ya/Tidak

2. Kegiatan agama/kepercayaan yg dilakukan dirumah (jenis & frekuensi):

Setiap hari pasien rajin untuk beribadah solat 5 waktu

3. Kegiatan agama/kepercayaan tidak dapat dilakukan di RS: -

4. Harapan klien terhadap perawat untuk melaksanakan ibadahnya: -

L. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : lemah


a. Kesadaran : 4,5,6 Composmentis
b. Tanda-tanda vital : - Tekanan darah : 116/71 mmHg Suhu : 36.4 º
C

- Nadi : 100 x/menit Tinggi badan : -


- Pernafasan : 20x/menit
- Berat badan : 66 kg
- SpO2 : 98% roomair
Keadaan Fisik Head to Toe

1. Kepala : Bentuk mesochepal, kulit kepala bersih, pertumbuhan rambut normal,


warna rambut hitam, tidak ada lesi atau benjolan, klien tampak gelisah, ekspresi
wajah tegang.

2. Mata : Bentuk simetris, pupil isokor, konjungtiva merah muda, Sklera unikterik,
pergerakan mata terkoordinasi, terdapat lingkar hitam pada mata

3. Hidung : Bentuk hidung simetris, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat lumen,
penciuman baik, mukosa hidung lembab, tidak ada pernafasan cuping hidung.

4. Mulut : Bentuk mulut simetris, mukosa bibir lembab, gigi bersih rapih, dan lidah
bersih, tidak ada stomatitis, meringis kesakitan.

5. Telinga : Bentuk telinga simetris, tidak terdapat nyeri tekan dan pendengaran baik.

6. Leher : Tidak ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan .

7. Thorax : Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi otot/dinding dada, terdengar suara
redup pada area jantung, sonor pada area paru, suara paru vesikuler.

8. Abdomen : Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan dengan empat tahap inspeksi,


auskultasi, palpasi dan perkusi. Inspeksi didapat abdomen klien bersih. Auskultasi
abdomen klien didapat bising usus klien aktif di empat kuadran dengan frekuensi 12
kali/ menit.Palpasi yang dilakukan yaitu pemeriksaan pada area kanan bawah tidak
terdapat nyeri tekan dan tidak distendit. Perkusi yang dilakukan terdapat bunyi
timpani.

9. Genitalia : Jenis kelamin perempuan kelainan tidak terkaji

10. Anus : Terdapat benjolan di sebagian anus disertai dengan nyeri tekan

11. Ekstremitas :

Atas : Tangan kanan terpasang infus set dengan cairan RL 20 tpm

Bawah : Tidak ada nyeri tekan dan edema


5. Hasil pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium

Hasil Laboratorium Nn. A (Dx Medis : Abdomial Pain Susp. Apendisitis)


Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin 11.6 g/dL 11.4-15.1
Hematokrit 35.8 % 38-42
Indeks Eritrosit
MCV 80,7 fL 80-92
MCH 26,1 Pg 27-31
MCHC 32,4 g/dL 32-36
RDW-CV 11,6 % 11-17
RDW-SD 35.3 fL 37.0-49.0
Eritrosit 4,4 Juta/cmm 4.0-5.0
Leukosit 5,100 Sel/cmm 4,700-11,300
Trombosit 374.000 Sel/cmm 142,000-
424,000
Hitung jenis
leukosit
Easinofil 1,2 % 0-4
Basofil 1.1 % 0-1
Neutrofil 51.6 % 51-67
Limfosit 37.2 % 25-33
Monosit 8.9 % 4-12
Hemostatis
PT Pasien 16.2 detik 11-18
INR 1.00 detik 0.8-1.2
APTT Pasien 32.7 detik 27-42
Kimia Klinik
Glukosa Darah 75 Mg/dl <200
Sewaktu
SARS COV 2 Negatif NEGATIF
Rapid Antigen

b. Radiologi
c. Terapi Pengobatan
1. Infus Rl (20tpm)
2. Ceftriaxone 2x1 gr
3. Ranitidin 2x50 mg
4. Fetororac 3x30 mg

ANALISIS DATA

N DATA ETIOLOGI SDKI


O
1. Ds: Agen cedera Nyeri akut
fisik
P = Pasien mengatakan nyeri
disebabkan oleh benjolah pada
dubur
Q = Pasien mengatakan seperti
tertusuk tusuk jarum
R= Pasien mengatakan rasa sakit
berada pada satu titik yaitu di
benjolan tersebut
S= Pasien mengatakan skala nyeri
sampai 6 dibuktikan dengan
scale face 6 yaitu nyeri sedang
dan sampai menggangu aktifitas
T= Pasien mengatakan nyeri ketika
mengejan pada saat bab, tidur
dalam posisi terlentang nyeri,
atau ketika tersentuh sesuatu
benjolan tersebut

Do:
- Pasien tampak ada benjolan di anus nya
- Pasien tampak gelisah
TD : 116/71 mmHg
S : 36.7 º C
- N : 124 x/menit
-RR : 21x/menit
- SpO2 : 97%
DIAGNOSA KEPERAWATAN (SDKI)

N SDKI
O

1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d mengeluh nyeri


INTERVENSI KEPERAWATAN

Nyeri Akut (D.0077) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan SIKI: menejemen nyeri
Definisi: Pengalaman keperawatan 3x24 jam diharapkan (I.08238)
sensorik atau tingkat nyeri menurun. Dengan kriteria Observasi
emosional yang hasil: 8. Identifikasi lokasi,
berkaitan dengan karakteristik, durasi,
kerusakan jaringan SLKI: Tingkat Nyeri (L.08066) frekuensi, kualitas,
aktual atauNo Indikator intensitas nyeri
fungsional, dengan1A Kemampuan 9. Identifikasi skala
onset mendadak menunt nyeri
atau lambat dan askan 10. Identifikasi respons
berintensitas aktivita nyeri non verbal
ringan hingga berat s 11. Identifikasi faktor
yang berlangsung2B Keluhan yang memperberat
kurang dari 3 bulan Nyeri dan memperingan
Penyebab: 3B Meringis nyeri
- Agen pencedera4B Sikap 12. Identifikasi
fisiologis (mis. Protekt pengetahuan dan
infarmasi, lakemia, if keyakinan tentang
neoplasma) 5B Gelisah nyeri
- Agen pencedera6B Kesulitan 13. Identifikasi pengaruh
kimiawi (mis. tidur nyeri pada kualitas
terbakar, bahan7C Frekuensi hidup
kimia iritan) nadi 14. Monitor efek
- Agen pencedera Keterangan: samping penggunaan
fisik (mis.abses, A: analgetik
amputasi, terbakar, 1 : Menurun
terpotong, 2 : Cukup menurun Terapeutik
mengangkat berat, 3 : Sedang 5. Berikan teknik
4 : Cukup meningkat nonfarmakologi
prosedur operasi,
5 : Meningkat untuk mengurangi
trauma, latihan rasa nyeri
fisik berlebihan) B: 6. Kontrol lingkungan
1 : Meningkat yang memperberat
Gejala dan tanda 2: Cukup meningkat rasa nyeri
mayor: 3 : Sedang 7. Fasilitasi istirahat dan
c. Subyektif: 4 : Cukup menurun tidur
- Mengeluh Nyeri 5 : Menurun 8. Pertimbangkan jenis
d. Obyektif: dan sumber nyeri
- Tampak meringis C: dalam pemilihan
- Bersikap protektif 1 : Memburuk
(mis. waspada, strategi meredakan
2 :Cukup memburuk
posisi menghindari nyeri
3 : Sedang
nyeri) 4 : Cukup membaik
- Gelisah Edukasi
5 : Membaik
- Frekuensi nadi 4. Jelaskan penyebab,
meningkat periode, dan pemicu
- Sulit tidur nyeri
5. Jelaskan strategi
Gejala dan tanda meredakan nyeri
minor: 6. Ajarkan teknik
c. Subyektif: nonfarmakologis
2) Mengeluh nyeri untuk mengurangi
d. Obyektif: rasa nyeri
6) Tampak meringis
Kolaborasi
7) Bersikap protektif
Kolaborasi pemberian
8) Gelisah analgetik, jika perlu

9) Nadi meningkat

10) Slit tidur


IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO SDKI IMPLEMENTASI EVALUASI


1. D.0077 SIKI: menejemen nyeri S: Pasien mengatakan
Nyeri akut b.d agen (I.08238) skala nyeri sudah
9/4/21 pencedera fisiologis Observasi berkurang
d.d mengeluh nyeri 15. Identifikasi lokasi, O:Pasien tampak lebih
karakteristik, durasi, baik
frekuensi, kualitas, intensitas A: Masalah teratasi
nyeri sebagian
16. Identifikasi skala nyeri TD : 117/71 mmHg
17. Identifikasi respons nyeri non S : 36.7 º C
verbal N : 100 x/menit
18. Identifikasi faktor yang RR : 20x/menit
memperberat dan SpO2 : 97%
memperingan nyeri P: lanjutkan intervensi
19. Identifikasi pengetahuan dan manajemen nyeri akut
keyakinan tentang nyeri
20. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
21. Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik
9. Berikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
10. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
11. Fasilitasi istirahat dan tidur
12. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri

Edukasi
7. Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
8. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
9. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

Anda mungkin juga menyukai