Anda di halaman 1dari 15

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN POST PARTUM


DI RUANG SAKINAH
RS PKU KOTA YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Maternitas

Disusun Oleh:

ASTRINA NURIHASTUTI
203203100

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS
JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2020/2021

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN POST PARTUM
DI RUANG SAKINAH
RS PKU KOTA YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Maternitas

Di Susun oleh:

ASTRINA NURIHASTUTI
203203100

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

(.......................) ( ....................... ) (...............)


LAPORAN PENDAHULUAN IBU DENGAN POST PARTUM

A. DEFINISI
Masa nifas (post partum) adalah masa sejak melahirkan sampai pulihnya alat-
alat reproduksi & anggota tubuh lainnya yang berlangsung sampai sekitar 40 hari
(Sarwono, 2008).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini
yaitu 6-8 minggu. (Mochtar, 2008)
Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar
lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami
perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan
(Suherni, 2009). Pada masa postpartum ibu banyak mengalami kejadian yang
penting, Mulai dari perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis
menghadapi keluarga baru dengan kehadiran buah hati yang sangat membutuhkan
perhatian dan kasih sayang. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa
kritis bagi kesehatan ibu, kemungkinan timbul masalah atau penyulit, yang bila
tidak ditangani segera dengan efektif akan dapat membahayakan kesehatan atau
mendatangkan kematian bagi ibu, sehingga masa postpartum ini sangat penting
dipantau oleh bidan (Syafrudin & Fratidhina, 2009).
Perdarahan postpartum menurut Prawiroharjo (2005 dalam Suryani, Ade Irma
2013) adalah perdarahan setelah bayi lahir, sedangkan tentang jumlah perdarahan,
disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal dimana telah menyebabkan
perubahaan tanda vital (pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin,
menggigil, tekanan darah sistolik <90 mmHg, nadi >100x/menit, kadar Hb <8gr%).
Menurut WHO (2002 dalam Suryani, Ade Irma 2013) Perdarahan postpartum
adalah kehilangan darah sebanyak 500 ml atau lebih dari traktus genitalia setelah
melahirkan, dan Dongoes (2001 dalam Suryani, Ade Irma 2013) menyatakan
bahwa Perdarahan postpartum adalah kehilangan darah lebih dari 500ml selama
atau setelah kelahiran.

B. Tahapan Masa PostPartum


Adapun tahapan-tahapan masa postpartum adalah:
1. Puerperium dini: Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu dibolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial: Masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital,
kira-kira 6-8 minggu.
3. Remot puerperium: Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi
(Suherni, 2009).
Periode pasca partum ialah masa enam minggu setelah bayi lahir sampai organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang disebut
puerperium atau trimester keempat kehamilan. Immediate postpartum
(Berlangsung dlm 24 jam pertama), Early postpartum (Berlangsung sampai
minggu pertama), Late postpartum (Berlangsung sampai masa postpartum
berakhir).

C. Perubahan Fisiologis pada Ibu PostPartum


1. Perubahan Sistem Reproduksi
Perubahan Uterus Terjadi kontraksi uterus yang meningkat setelah bayi
keluar. Hal ini menyebabkan iskemia pada lokasi perlekatan plasenta (plasental
site) sehingga jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus,
mengalami nekrosis dan lepas. Perubahan vagina dan perineum Pada minggu
ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan)
kembali. Terjadi robekan perineum pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Bila ada laserasi jalan lahir atau
luka bekas episiotomy (penyayatan mulut serambi kemaluan untuk
mempermudah kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan
baik (Suherni, 2009).
Involusi uteri terjadi setelah melahirkan tinggi fundus uteri adalah 2 jari
di bawah pusat, 1-3 hari TFU 3 jari di bawah pusat, 3-7 hari TFU 1 jari di atas
sympisis le bih dari 9 hari TFU tidak teraba. Macam-macam lochea
berdasarkan jumlah dan warnanya:
a) Lochea rubra: 1-3 berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel desidua,
verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mikonium, sisa darah.
b) Lochea Sanguinolenta: 3-7 hari berwarna putih campur merah kecoklatan.
c) Lochea Serosa: 7-14 hari berwarna kekuningan.
d) Lochea Alba: setelah hari ke- 14 berwarna putih.
2. Perubahan Pada Sistem Pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya
karena makan padat dan kurangnya berserat selama persalinan. Seorang wanita
dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua jam setelah
persalinan. Pengembangan defekasi secara normal lambat dalam seminggu
pertama. Hal ini disebabkan karena penurunan mortilitas usus, kehilangan
cairan dan ketidaknyamanan perineum (Saleha, 2009).
3. Perubahan Perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu, tergantung
pada keadaan/status sebelum persalinan, lamanya partus kala II dilalui,
besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan. Disamping itu,
dari hasil pemeriksaan sistokopik segera setelah persalinan tidak menunjukkan
adanya edema dan hyperemia diding kandung kemih, akan tetapi sering terjadi
exstravasasi (extravasation, artinya keluarnya darah dari pembuluh-pembuluh
darah di dalam badan) kemukosa. Biasanya ibu mengalami ketidakmampuan
untuk buang air kecil selama 2 hari post partum. Penimbunan cairan dalam
jaringan selama berkemih dikeluarkan melalui diuresis yang biasanya dimulai
dalam 12 jam setelah melahirkan (Suherni, 2009).
4. Perubahan dalam system Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada system
endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut.
Oksitosin diseklerasikan dari kelenjer otak bagian belakang. Selama tahap
ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat
merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus
kembali ke bentuk normal.
Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada
permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita
yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dalam 14-21
hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjer bawah depan otak yang
mengontrol ovarium kearah permulaan pola produksi estrogen dan progesteron
yang normal pertumbuhan folikel, ovulasi, dan menstruasi. Selama hamil
volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh belum
dimengerti. Di samping itu, progesteron mempengaruhi otot halus yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul,
perineum dan vulva, serta vagina.
5. Perubahan pada Tanda-tanda vital
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat menjadi 38ºC,
sebagai akibat meningkatnya kerja otot, dehidrasi dan perubahan hormonal jika
terjadi peningkatan suhu 38ºC yang menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan,
maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis (infeksi selama
postpartum), infeksi saluran kemih, endometritis (peradangan endometrium),
pembengkakan payudara, dan lain-lain. Dalam periode waktu 6-7 jam sesudah
melahirkan, sering ditemukan adanya bradikardia 50-70 kali permenit
(normalnya 80-100 kali permenit) dan dapat berlangsung sampai 6-10 hari
setelah melahirkan.
Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat mengalami
hipotensi orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang ditandai dengan adanya
pusing segera setelah berdiri, yang dapat terjadi hingga 46 jam pertama. Hasil
pengukuran tekanan darah seharusnya tetap stabil setelah melahirkan.
Peningkatan tekanan sisitolik 30 mmHg dan penambahan diastolik 15 mmHg
yang disertai dengan sakit kepala dan gangguan penglihatan, bisa menandakan
ibu mengalami preeklamsia dan ibu perlu dievaluasi lebih lanjut. Fungsi
pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat sebelum hamil pada bulan ke
enam setelah melahirkan (Maryunani, 2009).
6. Adaptasi Psikologis Pada Ibu PostPartum
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-
fase sebagai berikut:
a. Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu
sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali
menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.
b. Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan ketidakmampuan
dan rasa tanggung jawabnyadalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan
sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Kita perlu
berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan moril sangat
diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas
kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk
memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang
diperlukan ibu dengan masa nifas ini.
c. Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa
bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan
bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat
bpada fase ini. Ibu akan percaya diri dalam menjalani peran barunya.
7. Sistem Kardiovaskuler
a. Volume darah
Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah
biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum hamil, hipervolemia
yang diakibatkan kehamilan (peningkatan ± 40 % lebih dari volume tidak
hamil dan menyebabkan kebanyakan ibu bisa menoleransi kehilangan darah
saat melahirkan, banyk ibu yang kehilangan 300 – 400 ml darah sewaktu
melahirkan bayi tunggal pervaginam atau sekitar dua kali lipat pada saat
operasi cesarean.
b. Curah jantung
Denyut jantung, volume sekuncup dan curah jantung meningkat
selama masa hamil, stelah melahirkan keadaan ini meningkat lebih tinggi
selama 30 – 60 menit karena darah biasanya melintasi uteroplasenta tiba –
tiba kembali ke sirkulasi umum.
c. Komponen darah
Selama 72 jam pertama volume plasma yang hilang lebih besar dari sel
darah yang hilang dikaitkan dengan peningkatan hematokrit pada hari ke-3
sampai hari ke-7 postpartum. selama sepuluh sampai 12 hari pertama
setelah bayi lahir nilai leukosit antara 20000 dan 25000 /ml 3. keadaan
hiperkoagulasi yang bisa diiringi kerusakan pembuluh darah dan
immobilisasi dan mengakibatkan peningkatan resiko tromboembolisme
terutama setalah wanita melahirkan secara caesar.
D. Komplikasi Ibu PostPartum
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan. Oleh karena itu, penting bagi bidan/perawat untuk memberikan
informasi dan bimbingan pada ibu untuk dapat mengenali tanda-tanda bahaya pada
masa nifas yang harus diperhatikan. Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan
pada masa nifas ini adalah:
1. Demam tinggi hingga melebihi 38°C.
2. Nyeri perut hebat/rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung, serta
nyeri ulu hati.
3. Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam dan lain-lainya.
4. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari
perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam
setengah jam), disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau busuk.
Perdarahan postpartum adalah perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml
setelah bersalin. Perdarahan nifas dibagi menjadi dua yaitu:
1. Perdarahan dini, yaitu perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir dan dalam 24
jam pertama persalinan. Disebabkan oleh: atonia uteri, traumdan laserasi,
hematoma.
2. Perdarahan lambat/lanjut, yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24 jam. Faktor
resiko: sisa plasenta, infeksi, sub-involusi.

E. Perawatan Pasca Persalinan


1. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang
selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring kekanan dan
kekiri ubtuk mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari ke 2
diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, dan hari ke 4 atau 5 sudah
diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada
komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
2. Diet
Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori. Sebaiknya makan
makanan yang mengandung protein, banyak cairan, tinggi serat, sayur-sayuran
dan buah-buahan.
3. Miksi
Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-
kadang wanita mengalami sulit kencing, karena sfingter uretra ditekan oleh
kepala janin dan spasme oleh iritasi msphincer ani selama persalinan. Bila
kandungan kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan
kateterisasi.
4. Defekasi
Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih
sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan
obat laksans per oral atau per rektal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma.
5. Perawatan Payudara
Perawatan mammae telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting
susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
Dianjurkan sekali ibu untuk meyusukan bayinya karena sangat baik untuk
kesehatan bayi dan ibunya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan
dengan cara:
a. Pembalutan mammae sampai tertekan.
b. Pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral dan
parlodel
6. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi (menyusukan) sejak dari kehamilan
telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mammae yaitu:
a. Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli dan jaringan lemak
bertambah.
b. Keluaran cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum,
berwarna kuning putih susu.
c. Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena
berdilatasi sehingga tampak jelas.
d. Setelah persalinan, pengaruh supresiastrogen dan progesteron hilang. Maka
timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan
merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mio-
epitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan
banyak sesudah 2-3 hari pasca persalinan
7. Perawatan perineum
Dilakukan perawatan perineum pada khususnya karena adanya
epistotomi
8. Senam nifas
Ibu yang baru melahirkan mungkin tidak banyak bergerak karena
merasa letih dan sakit.

F. Proses Penyembuhan Luka


Proses penyembuhan luka sebagai berikut:
1. Hari pertama pasca bedah
Setelah lahir disambung dan dijahit, garis insisi segera terisi bekuan
darah. Permukaan bekuan darah ini mengering menimbulkan suatu kerak yang
menutupi luka.
2. Hari kedua pasca bedah
Timbul aktifitas yang terpisah yaitu reepitelisasi dan pembekuan
jembatan yang terdiri dan jaringan fibrosa yang menghubungkan kedua tepi
celah subepitalis. Jalur-jalur tipis sel menonjol, dibawah permukaan kerak dan
tepi epitel menuju ke arah sentral. Dalam waktu 48 jam tonjolan ini
berhubungan satu sama lain, dengan demikian luka telah tertutup oleh epitel
3. Hari ketiga pasca bedah
Respon radang akut mulai berkurang dan neutrofil sebagai besar diganti
oleh makrofag yang membersihkan tepi cabang.
4. Hari kelima pasca bedah
Celah insisi biasanya terdiri dan jaringan granulosa yang kaya akan
pembuluh darah dan langgar. Dapat dijumpai serabut-serabut kolagen
disekitarnya.
5. Akhir minggu pertama
Luka telah tertutup dan epidermis dengan ketebalan yang kurang dan
normal.
6. Selama minggu kedua
Kerangka fibrin sudah ienyap dan jaringan parut masih tetap berwarna
merah cerah sebagai akibat peningkatan vaskularisasi, reaksi radang hampir
hilang seluruhnya.
7. Akhir minggu kedua
Struktur jaringan dasar parut telah mantap dan terjadi suatu proses yang
panjang (menghasilkan warna jaringan parut yang lebih muda sebagai akibat
tekanan pada pembuluh darah, timbunan kolagen dan peningkatan secara
mantap dan rentang luka) sedang berjalan.

G. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan. Pengkajian
yang benar dan terarah akan mempermudah dalam merencanakan tinfakan dan
evaluasi dari tidakan yang dilakasanakan. Pengkajian dilakukan secara sistematis,
berisikan informasi subjektif dan objektif dari klien yang diperoleh dari wawancara
dan pemeriksaan fisik Pengkajian terhadap klien post meliputi:
1. Identitas klien
Data diri klien meliputi: nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik,
hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi
pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta
b. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan darah dalam
jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna merah, haus,
pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, dan mual
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang menderita
hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan
hemopilia dan penyakit menular.
d. Riwayat obstetri dan ginekologi
1) Riwayat obstetric
Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya,
baunya, keluhan waktu haid, HPHT
Riwayat perkawinan meliputi: Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia
mulai hamil
e. Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
1) Riwayat kehamilan sekarang
Hamil muda, keluhan selama hamil muda
Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi
badan, suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi
akibat mual, keluhan lain
2) Riwayat antenatal care meliputi: Dimana tempat pelayanan, beberapa
kali perawatan serta pengobatannya yang didapat
3) Pola aktifitas sehari-hari
a) Pola nutrisi: pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis
makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi,
konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum,
jumlah, frekuensi,
b) Pola istirahat dan tidur: Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak
nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu
atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan
suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum).
c) Pola eliminasi: Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah
inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya
kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine
karena rasa talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK.
Pola BAB, freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka
perineum, kebiasaan penggunaan toilet.
d) Personal Hygiene: Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi,
penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian,
tatarias rambut dan wajah.
e) Aktifitas: Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan
bekerja dan menyusui.
f) Rekreasi dan hiburan: Situasi atau tempat yang menyenangkan,
kegiatan yang membuat fresh dan relaks.
g) Aktifitas: Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan,
kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan
bekerja dan menyusui.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: Tingkat energi, self esteem, tingkat kesadaran.
b. BB, TB, LLA, Tanda Vital normal (RR konsisten, Nadi cenderung bradi
cardy, suhu 36,2-38, Respirasi 16-24)
c. Kepala: Rambut, Wajah, Mata (conjunctiva), hidung, Mulut, Fungsi
pengecapan; pendengaran, dan leher.
d. Breast: Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan areola dan
puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan,
benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar
getah bening diketiak.
e. Abdomen: teraba lembut, tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus
abdominal utuh (intact) atau terdapat diastasis, distensi, striae. Tinggi
fundus uterus, konsistensi (keras, lunak, boggy), lokasi, kontraksi uterus,
nyeri, perabaan distensi blas.
f. Anogenital
Lihat struktur, regangan, udema vagina, keadaan liang vagina (licin,
kendur/lemah) adakah hematom, nyeri, tegang. Perineum: Keadaan luka
episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia
(warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi, 1-3 hr rubra, 4-10 hr
serosa, > 10 hr alba), Anus: hemoroid dan trombosis pada anus.
g. Muskoloskeletal: Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi,
kekuatan otot.
4. Pemeriksaan Psikososial
Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orangtua dan
tugas-tugas perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan
involusi uterus, perubahan fungsi blass dan bowel. Pengetahan tentang
keadaan umum bayi, tanda vital bayi, perubahan karakteristik faces bayi,
kebutuhan emosional dan kenyamanan, kebutuhan minum, perubahan kulit.
Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal
hyhiene, payu dara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan
tali pusat, menyusui, memandikan dan mengganti baju/popok bayi, membina
hubungan tali kasih, cara memfasilitasi hubungan bayi dengan ayah, dengan
sibling dan kakak/nenek). Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan,
mengeluarkan secret dan perawatan saat tersedak atau mengalami gangguan
ringan. Pencegahan infeksi dan jadwal imunisasi.
5. Pemerilsaan Penunjang
Darah: Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb <
10g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit.

DAFTAR PUSTAKA
Dochterman, Joanne McCloskey. (2013). Nursing Interventions Classification Sixth
Edition.United State of America; Mosby Elsevier.

Moorhed, Sue, dkk. (2008). Nursing OutcomeClassification Fifth Edition.United State


of America; Mosby Elsevier.

Mochtar, Rustam. (2008). Sinopsis Obsterti: Obsterti Operatif, Obsterti Sosial Jilid 2.
Jakarta. EGC

Nanda (2015-2017).Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : Prima Medika

Nurarif, Amin Huda dkk. (2015). Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan


Profesional.Yogyakarta: Mediaction

Suherni. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta. Fitramaya

Suryani, Ade Irma. (2013). Case Study Research Pada Ibu Post Partum Hari Ke 7 di
RSUD Sleman.Yogyakarta: Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Syafrudin & Fratidhina. (2009). Promosi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kebidanan.


Jakarta. Trans Info Media

Sarwono, R. (2008). Obsterti Fisiologi. Yogyakarta. pustaka Cendekia

Anda mungkin juga menyukai