Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. P G3P1A1


UMUR KEHAMILAN 40 MINGGU + 6 HARI
DENGAN PERSALINAN SPONTAN
DI RUANG BERSALIN
RSUD WATES

Oleh :
SUDARNO
2620152754
AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan ini dibuat untuk memenuhi tugas Praktik Klinik


Keperawatan (PKK) Maternitas Semester V

Kamis , 30 November 2017

Mahasiswa

Sudarno
( 2620152754 )

Mengetahui,

Pembimbing Klinik Rumah Sakit Pembimbing Klinik Akademik


Eni Purwantini, A. Md. Keb Etik Pratiwi, S. Kep., Ns, M. Kep

BAB I
KONSEP DASAR MEDIK

A. Definisi
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prossnya terjadi pada
usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi
uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks (Depkes RI, 2008).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun janin (Saifuddin, 2006).
Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi
uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran
bayi, dan kelahiran plasenta, dan proses tersebut merupakan proses alamiah
(Rohani, 2011).

B. Penyebab Persalinan
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
1. Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone p
rogesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot-
otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah
sehingga timbul his bila progesterone turun.

2. Teori placenta menjadi tua


Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss).
Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan
timbul kontraksi uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus
frankenhauser, amniotomi (pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu
pemberian oksitosin perinfus.

C. Tanda-tanda persalinan
1. Tanda persalinan menurut Mochtar tahun 2011 adalah
a. Ligtening atau setting atau dropping, yaitu kepala turun
memaski pintu atas panggul.
b. Perut terlihat lebih melebar dan fundus uteri turun
c. Sering buan air kecil atau sulit berkemih (polakisuria)
karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin
d. Perasaan nyeri di perut dan di pinggang oleh adanya
kontraksi-kontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut “false
labor pains”.
e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya
bertambah, mungkin bercampur darah (bloody show)
2. Tanda pasti persalinan:
a. Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering
dan teratur
b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya
d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada
pembukaan

D. Macam-macam His
1. Definisi
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada bulan
terakhir dari masa kehamilan sebelum persalinan sudah ada kontraksi
yahg disebut his pendahuluan atau his palsu. His pendahuluan ini tidak
teratur dan menyebabkan nyeri perut bagian bawah dan lipat paha tidak
menyebabkan nyeri yang memencar dari pinggang ke perut bagian bawah
dan lipat paha tidak tidak menyebabkan nyeri yang memancar dari
pinggang ke perut bagian bawah seperti his persalinan. Lamanya
kontraksi pendek dan tidak bertambah kuat bahkan serig berkurang. His
pendahuluan tidak mempunyai pengaruh pada serviks.
His persalinan disebabkan oleh anoxia dari sel-sel otot waktu
kontraksi, tekanan pada ganglia dalam serviks dan segmen bahwa rahim
oleh serabut-serabut otot-otot yang berkontraksi. Kontraksi rahim bersifat
otonom tidak dipengaruhi oleh kemaunan, walau begitu dapat
dipengaruhi dari luar misalnya rangsangan jari-jari tangan dapt
menimbulkan kontraksi.
2. Macam-macam his
a. His pembukaan adalah his yang menimbulkan pembukaan
dari serviks
b. His pengeluaran adalah his yang mendorong anak keluar
dan biasanya disertai dengan keinginan untuk mengejan

E. Faktor yang mempengaruhi proses persalinan


1. Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul dasar, serviks, dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat
melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus
normal.
2. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his
atau kontraksi uterus dengan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan
tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya
kontraksi dan retraksi otot-otot rahim
3. Passanger
Passanger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan passangger
utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian
yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan
besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan. Kelainan – kelainan
yang sering menghambat dari passangger adalah kelainan ukuran dan
bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus,
kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan
anak seperti kedudukan lintang atau letak sungsang.
4. Psikis
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-
benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga
bisa melahirkan. Mereka seolah-olah mendapatkan kepastian bahwa
kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “keadaan yang belum
pasti” sekarang menjadi hal yang nyata.
5. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu
dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan
penolong dalam menghadapi proses persalinan.
F. Proses Persalinan
1. Kala I
Dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10
cm). proses ini berlangsung antara 18-24 jam, terbagi dalam 2 fase
yaitu:
a. Fase laten: berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi
sangat lambat sampaimencapai ukuran diameter 3 cm.
b. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu:
1. Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3
cm tersebut menjadi 4 cm
2. Fase dilatasi maksimal: dalamwaktu2 jam
pembukaan berlangsungsangat cepat dan 4 cm menjadi
9 cm
3. Fase deselerasi: pembukaan menjadi lambat
kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm
menjadi lengkap.
Kala I selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap.
Pada primigravida kala berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan
pada multigravida kira-kira 7 jam.
2. Kala II
Pada kala II HIS menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira
2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini janin sudah
masuk ruang panggul, maka pada HIS dirasakan tekanan pada otot-
otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan. Wanita merasa pula tekanan pad rectum dan hedak
buang air besar. Kemudian perenium menjadi menonjol menjadi
lebar dengan anus menbuka, labia mulai membuka dan lam
kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu HIS. Bila
dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala tidak masuk lagi diluar
HIS, dengan HIS dan kekuatan mengejan maksimal kepalajanin
dilahirkan dengan supoksiput dibawah simpisis dan dahi, muka, dan
dagu melewati prinium. Setelah istirahat sebentar, HIS mulai lagi
untuk mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primigravida
kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5
jam.
3. Kala III
Setelah bai lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak
diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus kontraksi lagi untuk
melepas plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6
sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan
pengeluaran darah.
4. Kala IV
Dimulai saat plasenta lahir sampai 2 jam pertama post
partum. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar
biasa. Rata-rata perdarahan normal adalah 250 cc. perdarahan
persalinan yang lebih dari 500 cc adalah perdarahan abnormal
(Prawirohardjo, 2007).

G. Mekanisme Persalinan
1. Engagement
Bila diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul, kepala
dikatakan telah menancap (engaged) pada pintu atas panggul.
2. Penurunan
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul.
Penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan
amnion, tekanan langsung kontraksi fundus pada janin dan kontraksi
diafragma serta otot-otot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan.
3. Fleksi
Segera setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding
panggul, atau dasar panggul dalam keadaan normal fleksi terjadi dan
dagu didekatkan kearah dada janin.
4. Putaran paksi dalam
Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika.
Setiap kali terjadi kontraksi kepala janin diarahkan ke bawah
lengkungan pubis dan kepala hampir selalu berputar saat mencapai
otot panggul.
5. Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah
anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan
bawah simfisis pubis, kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi.
6. Restitusi dan putaran paksi luar
Restitusi adalah gerakan berputar setelah kepala bayi lahir hingga
mencapai posisi yang sama dengan saat ia memasuki pintu atas
panggul. Putaran paksi luar terjadi saat bahu engaged dan turun dengan
gerakan mirip dengan gerakan kepala.
7. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu
dan badan bayi di keluarkan dengan gerakan fleksi lateral kearah sifisis
pubis.

H. Partus Set
Peralatan untuk pertolongan persalinan harus tersedia dalam keadaan baik,
bersih dan desinfeksi tingkat tinggi atau steril pada setiap kelahiran, yaitu:
1. Partus set
c. Dua klem Kelly atau 2 klem kocher
d. Gunting tali pusat
e. Benang tali pusat atau klem plastik
f. Kateter nelaton
g. Gunting episiotomi
h. Klem ½ kocher
i. Dua pasang sarung tangan DTT atau steril
j. Kassa atau kain steril (untuk membersihkan jalan nafas)
k. Spuit 3 cc
l. Penghisap lendir bayi

I. Pengkajian fokus
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat
kesehatan, kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam
proses membuat keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan
mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang sesuai, meliputi:
1. Nama, umur, dan alamat
2. Gravid dan para
3. Hari pertama haid terakhir
4. Kapan bayi akan lahir (menurut tafsiran ibu)
5. Riwayat alergi obat-obatan tertentu
6. Riwayat kehamilan sekarang dan sebelumnya
7. Riwayat medis lainnya (masalah pernafasan, hipertensi,
gangguan jantung, berkemih, dan lain-lain).
8. Riwayat medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan,
pusing atau nyeri epigastrum bagian atas)
Tujuan pemeriksaaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan
ibu dan bayinya serta kenyamanan fisik ibu bersalin, meliputi:
pemeriksaan abdomen. Pemeriksaan abdomen digunakan untuk:
1. Menentukan tinggifundus uteri
2. Memantaiu kontraksi usus
3. Memantau denyut jantung janin
4. Menentukan presentasi
5. Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Menurut Prawiroharjo tahun 2007 bahwa pemeriksaan diperlukan
untuk menilai:
1. Vagina, terutama dindingnya, apakah ada bagian yang
menyempit
2. Keadaan serta pembukaan serviks
3. Kapasitas panggul
4. Ada atau tidak adanya penghalang (tumor) pada jalan lahir
5. Sifat fluor albus dan apakah ada alat yang sakit umpanya
bartholimistis, urethritis, sistitis, dan sebagainya
6. Pecah tidaknya ketuban
7. Presentasi kepala janin
8. Turunnya kepala dalam ruang panggul
9. Penilaian besarnya kepala terhadap panggul
10. Apakah partus telah mulai atausampai dimakah partus telah
berlangsung
Mendokumentasi hasil anamnesa, pemeriksaan fisik kedalam
patograf meliputi: informasi tentang ibu, kondisi janin, kemajuan
persalinan, jam dan waktu, kontraksi uterus, obat-obatan dan cairan yang
diberikan, kondisi ibu dan asuhan serta pengamatan klinik, mencatat dan
mengkaji hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik (Waspodo, 2007).

J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis tentang respon
individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang aktual
dan potensial, atau proses kehidupan (NANDA Internasional, 2015).
1. Kala I
b. Nyeri akut berhubungan dengan cedera biologis (tekanan
mekanik pada bagian presentasi, dilatasi atau regangan,
tegangan emosional)
c. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive,
pemeriksaan vagina berulang
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
2. Kala II
a. Nyeri akut berhubungan dengan cedera biologis (tekanan
mekanik pada bagian presentasi, dilatasi/peregangan jaringan,
kompresi syaraf, pola kontraksi semakin intensif).
b. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan factor
mekanik (epiostomi, rupture prinium)

1. Kala III
a. Nyeri akut berhubungan agen cidera biologis trauma
jaringan, respon isiologis setelah melahirkan
2. Kala IV
a. Nyeri akut berhubungan dengan agencidera fisik (luka
epiostomi)
b. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan
(luka piostomi)
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan
dalam regulasi
K. Perencana dan Tindakan Keperawatan
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan tindakan NIC: Pain Management 1. Mengetahui kualitas nyeri pasien
cedera biologis keperawatan selama…. jam 1. Melakuakan pengkajian secara 2. Dapat mengurangi rasa cemas dan
diharapkan pasien dapat komprehensif mengenai takut sehingga mampu mengurangi
mengontrol nyerinya, nyeri lokasi, karakteristik, lamanya, rasa sakit
berkurang dengan criteria hasil: rekuensi, kualitas nyeri dan 3. Menurunkan nyeri
4. Komunikasi terapeutik mampu
1. Pasien mampu mengendalikan factor presipitasi.
2. Mengobservasi penyebab menurunkan kecemasan
factor penyebab nyeri
5. Mengeahui kondisi
2. Mengenali skal nyeri ketidaknyamanan klien secara
3. Membreikan analagesik ketidaknyamanan klien yang
verbal dan nonverbal
(kolaborasi dengan tim 3. Meyakinkan klien akan kemungkinan mampu mengganggu
kesehatan lain) pemberian analgesic kualitas hidupnya
4. Melaporkan control nyeri 4. Menggunakan komunikasi 6. Meminimalkan nyeri dengan
5. Pasien mampu melaporkan terapeutik untuk mengetahui menciptakan lingkungan nyaman
nyerinya 7. Meningkatkan relaksasi
pengalaman nyeri pasien
6. Klien mengetahui frekuensi 5. Mengkaji dampak dari
nyeri pengalaman nyeri (gangguan
tidur dan gangguan hubungan)
6. Mengontrol factor lingkungan
yang menyebabkan klien
merasa tidak nyaman
(ruangan, temperature,
cahaya)
7. Instruksikan pasien untuk
melakukan teknik relaksasi
seperti bimbingan imajinasi,
nafas dalam

Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien untuk 1. Mengurangi penekanan daerah luka
jaringan b.d faktor keperawatan selama … jam mengguankan pakaian yang 2. Mengurangi kelembaban
mekanik diaharapkan integritas jaringan longgar 3. Menjaga kebersihan luka
2. Hindari kerutan pada tempat 4. Untuk meepercepat penyembuhan
baik dengan kriteria hasil:
tidur luka
1. Integritas kulit yang baik bisa
3. Jaga kebersihan kulitagar 5. Memungkinkan infeksi
dipertahankan (sensasi, 6. Mengetahui sejauh mana klien dapat
elastisitas, temperature, hidrasi, tetap bersih dan kering
4. Anjurkan pasien untuk melakukan mobilisasi
pigmentasi) 7. Protein menyebabkan percepatan
melakukan mobilisasi
2. Perfusi jaringan baik penyembuhan luka
5. Monitor kulit akan adanya
3. Menunjukan proses perbaikan 8. Mengetahui kondisiluka untuk
kemerahan
kulit perbaikan luka
6. Monitor aktivitas dan
4. Mempertahankan kelembaban 9. Mempercepat granulasi luka
mobilitas pasien
kulit 7. Monitor status nutrisi pasien
5. Menunjukkan proses terjadinya 8. Observasi luka: lokasi,
penyembuhan luka dimensi, kedalaman luka,
karakteristik, warna cairan,
granulasi, jaringan nekrotik,
tanda-tanda infeksi local
9. Ajarkan pada keluarga tetang
luka dan perawaataan luka
10. Lakuakan teknik perawatan
luka

Kecemasan b.d Setelah dialakuakan tindakan 1. Jelaskan semua prosedur dan 1. Mengurangi kecemasan selama
perubahan peran dan keperawatan selama … jam apa yang dirasakan selama tindakan untuk kesehatan klien
status kesehatan diharapkan kecemasan menurun prosedur 2. Mengalihkan perhatian dengan
dengan kriteria hasil: 2. Temani pasin untuk berbincang-bincang
1. Klien mampu mengidentifikasii memberikan keamanan dan 3. Mengurangi kecemasan
dan mengungkapkan gejala mengurangi takut 4. Keluarga dapat memberikan
cemas 3. Berikan informasi factual kenyamanan pada pasien
2. Mengidentifikasi, mengenai diagnosis, tindakan 5. Untuk meningkatkan kenyamanan
mengungkapkan dan prognosis dan mengurangi kecemasan
menunjukkan teknik untuk 4. Libatkan keluarga untuk
mengontrolcemasx mendampingi klien
3. Vital sign dalam batas normal 5. Instruksikan pada pasien
4. Postur tubuh, kspresi wajah, untuk menggunakan teknik
bahasa tubuh dan tingkat relaksasi
aktivitas menunjukkan 6. Dengarkan dengan penuh
berkurangnya kecemasan perhatian
7. Identifikasi tingkat kecemasan
8. Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
9. Dorong pasien untuk
mengungkapakan perasan,
ketakutan, persepsi

Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Mencuci tangan sebelum 1. Mencegah terjadinya infeksi
kerusakan jaringan keperawatan selama … jam dan sesudah tindakan melalui tangan
diharapkan risiko infeksi dapat 2. Menyediakan 2. Mencegah infeksi
teratasidengan kriteria hasil: lingkungan yang bersih dan 3. Mencegah kontak pasien dengan
1. Pemberian antibiotic kenyamanan tempat tidur dunia luar
2. Tidak terdapat demam, 3. Batasi pengunjung 4. Mencegah infeksi demi
kemerahan, cairan purulen, 4. Petugas kesehatan kesehatan klien dan petugas
memakai sarung tangan kesehatan
bengkak disekitar luka sebagai bentukuniversal 5. Membunuh bakteri
3. Mengetahui tanda dan precaution 6. Peralatan sterildapatmencegah
gejala infeksi 5. Memberikan antibiotic kondisi infeksi
4. Asupan nutris 6. Menggunakan peralatan 7. Mensterilkan alat untuk dipakai
5. Robeknya kulit steril dalam melakukan ulang sebagai betuk pencegahan
6. Luasnya tepi luka tindakan yang membutuhkan infeksi antar klien
peralatan steril 8. Mengetahui luka sebelum
7. Bersihkan dan sterilakan tindakan dan sesudah
alat yang telah dipakai 9. Meningkatkan stamina klien
8. Observasiluka klien 10. Klien dapat melakukan
9. Kolaborasi dengan ahli perawatan perineum di rumah
gizi dalam memberikan diet
10. Membantu dan
mengajari klien dalam
melakukan perawatan
perineum

Kekuranagn volume Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang pembalut 1. Untuk mengetahui perdarahan
cairan b.d kegagalan keperawatan selama … jam 2. Pertahankan catatan 2. Untukmengetahui keseimbangan
dalam regulasi diharapkan terjadi keseimbangan intake dan output cairan
cairan dengan batas karakteristik 3. Monitor status hidrasi 3. Mengetahui status kesehatan
(kelembaban mukosa, nadi 4. Memberikan masukan cairan
sebagai berikut:
adekuat, TD ortostastik) 5. Mendorong pemulihan
1. TD dbn
4. Monitor vital sign keseimbangan output
2. Nadi perifer teraba jelas
5. Pantau terapi IV line 6. Dukungan keluarga
3. Tidak ada hipotensi
6. Monitor status nutrisi
ortostastik
7. Berikan cairan adekuat
4. Intake dan output
8. Berikan masukan oral
seimbang 9. Meminta keluarga
5. Tidak ada asites untukmemberi tawaran
6. Tidak pusing makanan dan minuman
7. Membrane mukosa lembab
DAFTAR PUSTAKA

Adriaansz, Wiknjosastro dan Waspodo. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan


Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjdo.

Depkes RI. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

Hafifah. 2011. Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan


Normal. Dimuat dalam http:///D:/MATERNITY%20NURSING/LP
%20PERSALINAN/laporan-pendahuluan-pada-pasien-dengan.html.
(Diakses tanggal 13 Deseember 2016)

Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10


editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC.

Prawiroharjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawiroharjo.

Prawirohardjo. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Rohani.dkk.2011. Asuhan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba


Medika.Rukiyah; Ai yeyeh; dkk, 2009

Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.

Anda mungkin juga menyukai