Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 DEFINISI ANTEPARTUM BLEEDING (APB)


- Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 20
minggu (Kapita Selekta, 276)
- Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang bersumber pada kelamin
plasenta yang biasanya dibatasi pada perdarahan jalan lahir setelah 22
minggu (Sarwono, 362)
- Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan
28 minggu, biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada
perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu. (Mochtar, 269).
- Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada kehamilan setelah 22
minggu sampai bayi belum dilahirkan (Maternal dan Neonatal, M 18)
Perdarahan ante partum yang berbahaya pada umumnya bersumber pada kelainan
plasenta secara klinis di klasifikasikan menjadi plasenta previa dan solusio
plasenta yaitu perdarahan ante partum yang belum jelas sumbernya.

1.2 RumusanMasalah
Dalam penulisan makalah yang telah dibuat dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut :
1.2.1 Apa yang dimaksud denganAPB?
1.2.2 Bagaimana etiologi dan patofisiologi APB ?
1.2.3 Apa manifestasi klinisAPB?
1.2.4 Bagaimana pemeriksaan laboratorium dan penatalaksanaan APB?
1.2.5 Bagaimana komplikasi dan prognosis APB?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini terdapat beberapa tujuan. Adapun beberapa
tujuannya adalah sebagai berikut :

1.3.1 Ingin mengetahui tentang APB.

1
1.3.2 Ingin mengetahui etiologi dan patofisiologi APB.
1.3.3 Ingin mengetahui manifestasi klinis APB.
1.3.4 Ingin mengetahui pemeriksaan laboratorium dan penatalaksanaan APB.
1.3.5 Ingin mengetahui komplikasi dan prognosis APB.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI ANTEPARTUM BLEEDING (APB)


Ante Partum Bleding (APB) adalah pendarahan yang terjadi setelah
kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak berbahaya dari pada kehamilan
sebelum 28 minggu.
Perdarahan Antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada trimester
terakhir dari kehamilan. Pada hamil muda sebab-sebab perdarahan adalah
abortus, kemahilan ektopik, dan mola hidatidosa. Sedangkan perdarahan pada
trimester terakhir sebab-sebab perdarahan yaitu plasenta previa dan solusio
plasenta .Pengertian antepartum bleeding menurut literature :
- Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan
20 minggu (Kapita Selekta, 276)
- Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang bersumber pada kelamin
plasenta yang biasanya dibatasi pada perdarahan jalan lahir setelah 22
minggu (Sarwono, 362)
- Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan
28 minggu, biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada
perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu. (Mochtar, 269).
- Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada kehamilan setelah 22
minggu sampai bayi belum dilahirkan (Maternal dan Neonatal, M 18)
Perdarahan ante partum yang berbahaya pada umumnya bersumber pada kelainan
plasentase cara klinis di klasifikasikan menjadi plasenta previa dan solusio
plasenta yaitu perdarahan ante partum yang belum jelas sumbernya.

2
2.2. Klasifikasi Perdarahan Antepartum
Perdarahan Antepartum dikelompokkan sebagai berikut:
1. Plasenta previa

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal,


yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian
atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta
terletak dibagian atas uterus.

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu


pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau
seluruhnya pembukaan jalan lahir, sedangkan pada keadaan normal
plasenta terletak pada bagian atas uterus.

Plasenta Previa adalah suatu kesulitan kehamilan yang terjadi


pada trimesters kedua dan ketiga kehamilan. Dapat mengakibatkan
kematian bagi ibu dan janin. Ini adalah salah satu penyebab
pendarahan vaginal yang paling banyak pada trimester kedua dan
ketiga. Plasenta Previa biasanya digambarkan sebagai implantation
dari plasenta di dekat ostium interna uteri (didekat cervix uteri).
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang
endometriumnya yang kurang baik misalnya karena atrofi
endometrium / kurang baiknya vaskularisasi desidua.

Ada 4 jenis plasenta previa :

1 Placenta previa totalis, seluruh ostium internum tertutup oleh


placenta, bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir. Pada posisi
ini, jelas tidak mungkin bayi dilahirkan per-vaginam
(normal/spontan/biasa), karena risiko perdarahan sangat hebat.

2 Placenta previa lateralis, hanya sebagian dari ostium tertutup oleh


placenta, bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi

3
jalan lahir. Pada posisi inipun risiko perdarahan masih besar,
dan biasanya tetap tidak dilahirkan melalui per-vaginam.

3 Placenta previa marginalis, hanya pada pinggir ostium terdapat


jaringan placenta, bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi
jalan lahir. Bisa dilahirkan per-vaginam tetapi risiko perdarahan
tetap besar.

2. SolusioPlasenta

Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya


normal pada korpus uteri sebelum janin lahir. Biasanya terjadi
dalam triwulan ketiga, walaupun dapat pula terjadi setiap saat
dalam kehamilan. Apabila terjadi sebelum kehamilan 20 minggu,
mungkin akan dibuat diagnosis abortus imminens. Plasenta dapat
terlepas seluruhnya, solusio plasenta totalis, atau sebagian, solusio
plasenta parsialis, atau hanya sebagian kecil pinggir plasenta yang
sering disebut ruptura sinus marginalis. Perdarahan yang terjadi
karena terlepasnya plasenta dapat menyelundup keluar dibawah
delaput ketuban yaitu pada solusio plasenta dengan perdarahan
keluar atau tersembunyi di belakang plasenta yaitu pada solusio
plasenta dengan perdarahan tersembunyi atau kedua-duanya atau
pada perdarahannya menembus selaput ketuban masuk ke dalam
kantong ketuban.

Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya


normal dikorpus uteri yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu
dan sebelumnya janin dilahirkan. Definisi yang lain dari Solusio
Plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada
fundus atau korpus uteri sebelum janin lahir.

Solusio Plasenta dibagi menjadi 3 menurut Trijatmo


Rachimhadhi dan Pritchard JA, yaitu:

4
a) Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut
derajat pelepasan plasenta:
1. Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seluruhnya.
2. Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas sebagian.
3. Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta
yang terlepas.
b) Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk
perdarahan:
1. Solusio plasenta dengan perdarahan keluar.
2. Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke dalam
kantong amnion.
3. Perdarahan tersembunyi / perdarahan ke dalam adalah darah
tidak keluar, tetapi berkumpul di belakang plasenta
membentuk hematom retroplasenta dan kadang-kadang
darah masuk ke dalam ruang amnion.

Dengan perdarahan tersembunyi Dengan perdarahan keluar


- Pelepasan biasanya komplit - Biasanya inkomplit

- Sering disertai toxoemia - Jarang disertai toxaemia

- Hanya merupakan 20% dari - Merupakan 80% dari solutio


solutio plasenta plasenta

2.3 Etiologi

a) Plasenta previa

Menurut Holmes (2011) penyebab plasenta previa tidak diketahui, namun


diketahui terkait dengan hal-hal berikut:

1. Multiparitas
2. Usia ibu yang semakin lanjut

5
3. Kehamilan kembar
4. Konsepsi dibantu
5. Jaringan parut pada uterus, seksio sesaria pada persalinan
sebelumnya
6. Abnormalitas plasenta
7. Anomali struktur uterus
8. Kebiasaan merokok

b) Solusio plasenta

Menurut Holmes (2011) etiologi solusio plasenta hingga kini belum


diketahui dengan jalas, dan pada 40% kasus tidak pernah dikatahui apa
penyebabnya. Meskipun demikian, faktor resiko berikut ada kaitannya
dengan kondisi tersebut:

1. Multiparitas
2. Dekompresi uterus tiba-tiba
3. Ketuban pecah dini sebelum persalinan
4. Trauma akibat versi sefalik eksterna, kecelakaan lalu lintas, jatuh
atau benturan pada abdomen
5. Merokok
6. Penggunasalahan obat terlarang

6
2.4 Patofisiologi
hipertensi kronik, trauma eksternal, tali pusat pendek,
defisiensi gizi, merokok, konsumsi alkohol,umur ibu yang
lanjut , abnormalitas plasenta

Pendarahan Antepartum

Kelainan Plasenta Kelainan Serviks

Solusio Plasenta Plasenta Previa Pendarahan yang belum jelas sumbernya

Totalis Lateris Plasenta letak rendah Marginalis

Bertambagh Usia kehamilan 20 minggu

SBR terbentuk dan mulai melebar dan menipis, serviks mulai membuka bila plasenta serviks tidak dapat diikuti
oleh placenta yang melekat disit, tanpa terlepasnya sebagian dari dinding uterus.

Plasenta letak rendah

Sinus uterus robek/robekan sinus marginalis (karena terlepasnya placenta ke dinding uterus)

Pendarahan

Masalah Keperawatan
Tidak Bisa Diatasi Bisa diatasi (tunggu sampai
1. Gangguan rasa nyaman
usia kehamilan 37 minggu)
nyeri
2. Kekurangan cairan
3. Gangguan pertukaran gas
Usia Prematur
pada fetus Kehamilan diakhiri
kehamilan
4. Gangguan perfusi jaringan
Aterm
5. Distress janin
6. Potensial terjadi shock Ke
Partus hipofolemik
7
Partus aterm Premature
2.5 Manifestasi klinis
1. Manifestasi Klinis Dari Plasenta Previa

a. Perdarahan terjadi tanpa rasa sakit pada trimester III.

b. Sering terjadi pada malam hari saat pembentukan SBR.

c. Perdarahan dapat terjadi sedikit atau banyak sehingga menimbulkan

gejala.

d. Perdarahan berwarna merah.

e. Letak janin abnormal.

2. Manifestasi Klinis Dari Solusio Plasenta

a. Perdarahan disertai rasa sakit.

b. Jalan asfiksia ringan sampai kematian intrauterin.

c. Gejala kardiovaskuler ringan sampai berat.

d. Abdomen menjadi tengang.

e. Perdarahan berwarna kehitaman.

f. Sakit perut terus menerus.

2.6 Tanda Dan Gejala


- Gejala plasenta previa adalah:

a. Perdarahan tanpa nyeri


Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan ke
tujuh.
Hal ini disebabkan karena :

8
- Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang tidak
berbeda dari abortus
- Perdarahan pada plasenta previa disebabkan karena pergerakan
antara plasenta dan dinding rahim

b. Perdarah berulang
Setelah terjadi pergeseran antara plasenta dan dinding rahim maka
regangan dinding rahim dan tarikan pada serviks berkurang, tapi dengan
majunya kehamilan regangan bertambah lagi dan menimbulkan
perdarahan baru, kejadian ini berulang-ulang
c. Kepala anak sangat tinggi
Karena plasenta terletak pada katub bawah rahim, kepala tidak dapat
mendekati pintu atas panggul. Karena hal tersebut juga karena ukuran
panjang rahim berkurang, maka pada plasenta previa lebih sering
terdapat kelainan letak.
d. Warna perdarahan merah segar
e. Adanya anemia dan rejatan yang sesuai dengan keluarnya darah
f. Timbulnya perlahan-lahan
g. Waktu terjadinya saat hamil
h. Rasa tidak tegang saat palpasi
i. Denyut jantung janin ada
j. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina

- Gejala Solusio plasenta

Gambaran klinis solusio plasenta (Wiknjosastro,2005) :

Solusio plasenta ringan

a. Ruptura sinus marginalis atau terlepasnya sebagian plasenta yang tidak


berdarah banyak
b. Terjadi perdarahan per vagina warnanya kehitam-hitaman dan sedikit
sekali
c. Perut mungkin terasa agak sakit, terus-menerus akan tegang

9
Solusio plasenta sedang

a. Plasenta terlepas lebih dari seperempatnya, tetapi belum sampai dua


pertiga luas permukaannya
b. Sakit perut terus-menerus
c. Perdarahan per vagina yang mungkin tampak sedikit
d. Ibu mungkin telah syok
e. Bila janin masih hidup dalam keadaan gawat
f. Uterus teraba tegang terus-menerus dan nyeri tekan sehingga bagian
janin sukar diraba
g. Bila janin hidup bunyi jantung sukar bisa didengar dengan stetoskop
biasa
h. Mungkin terjadi kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal
Solusio berat

a. Plasenta terlepas lebih dari dua pertiga permukaan terjadi sangat tiba-tiba
b. Ibu jatuh dalam ke dalam syok dan janin meninggal
c. Uterus sangat tegang seperti papan
d. Keadaan pervagina tampaknya tidak sesuai dengan keadaan syok ibunya,
malah perdarahan pervagina mungkin belum sempat terjadi
Kemungkinan besar terjadi kelainan pembekuan darah dan kelaian ginjal

2.7 Faktor Resiko Plasenta-Previa


1. Wanita lebih dari 35 tahun, 3 kali lebih berisiko.
2. Multiparitas, apalagi bila jaraknya singkat. Secara teori plasenta yang
baru berusaha mencari tempat selain bekas plasenta sebelumnya.
3. Kehamilan kembar.
4. Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim sehingga
mempersempit permukaan bagi penempelan plasenta.
5. Adanya jaringan parut pada rahim oleh operasi sebelumnya.

10
6. Adanya endometriosis (adanya jaringan rahim pada tempat yang
bukan seharusnya, misalnya di indung telur) setelah kehamilan
sebelumnya.
7. Riwayat plasenta previa sebelumnya, berisiko 12 kali lebih besar.
8. Adanya trauma selama kehamilan.
9. Kebiasaan tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol.

2.8 Penatalaksanaan
1. Pada Plasenta Previa
a. Terapi Ekopektif
Tujuan terapi ekopektif ialah supaya janin tidak terlahir
premature, penderita dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam
melalui kanalis servikalis. Upaya diagnosis dilakukan secara non-
infansif pemantauan klinis dipantau secara ketat dan baik.

- Syarat-syarat terapi ekopektif:


a. Kehamilan preterm dan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
a. Belum ada tanda-tanda inpartu.
b. Keadaan umum ibu cukp baik.
c. Janin masih hidup.
d. Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotic profilaksis.
e. Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui inplantasi
plasenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak dan
presentasi janin.
f. Berikan tokolitik jika ada kontaraksi.
g. MgSO4 4 grm iv dosis awal dilanjutkan 4grm setiap 6
jam.

11
h. Betametason 24 mg iv dosis tunggal untuk pematangan
paru janin.
i. Uji pematangan paru janin dengan tes kocok(bubble tes)
dan hasil amniosentesis.
j. Bila setelah usia kehamilan diatas 24 minggu, plasenta
masuh berada disekitar ostium uteri internum, maka
dugaan plasenta previa menjadi jelas, sehingga perlu
dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi
kemungkinan keadaan gawat janin.
b. Terapi aktif
a. Wanita hamil diatas 2 minggu dengan perdarahan pervaginam
yang aktif dan banyak, harus segera ditatalaksanakan secara
aktif tanpa memandang maturnitas janin.
b. Untuk diagnosis plasenta previa dan menetukan cara
menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan
terpenuhi, lakukan PDMO jika Infuse atau tranfusi telah
terpasang, kamar dan tim operasi telah siap.
c. Kehamilan ≥ 37 minggu (BB 2500 grm) dan inpartu.
d. Janin telah meniggal atau terdapat anomaly kongenital mayor
(misal: anensefali).
e. Perdarahan dengan bagian bawah janin telah jauh melewati
pintu atas panggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar).
f. Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera
berkontraksi dan menghentikan perdarahan.
g. Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks
uteri, jika janin dilahirkan pervaginam.
h. Lakukan perawatan lanjut paska bedah termaksud pemantauan
perdarahan, infeksi dan keseimbangan cairan masuk, keluar.

2. Pada Solusio Plasenta

12
1) Penanganan solusio plasenta harus dilakukan rawat inap di rumah
sakit yang memadai.ketika masuk segera dilakukan pemeriksaan
darah lengkap termasuk kadar Hb dan golongan darah serta
gambaran pembekuan darah. Jika diagnosis belum jelas dan janin
masih hidup tanpa tanda-tanda gawat janin observasi ketat dengan
kesiagaan dan fasilitas yang bisa segera diaktifkan untuk
intervensi jika sewaktu-waktu muncul kegawatan.
2) Persalinan mungkin pervaginam atau juga mungkin perabdominal
tergantung pada banyaknya perdarahan, telah ada tanda-tanda
persalinan spontan atau belum, dan tanda-tanda gawat janin.
Penanganan terhadap solusio plasenta bisa bervariasi sesuai berat
ringannya penyakit, usia ibu, serta keadaan ibu dan janinnya. Jika
janin masih hidup dan cukup bulan serta belum ada tanda-tanda
persalinan pervaginam maka dilakukan bedah caesar. Pada
perdarahan yang cukup banyak segera lakukan resusitasi dengan
pemberian transfusi darah dan kristaloid yang cukup diikuti
persalinan yang cepat untuk mengendalikan perdarahan dan
menyelamatkan ibu dan janin. Bedah caesar dilakukan pada kasus
yang berat atau telah terjadi gawat janin.
3) Jika janin telah mati dalam rahim maka lebih sering dipilih
persalinan pervaginam kecuali jika ada perdarahan berat yang
tidak teratasi dengan transfusi darah atau ada indikasi obstetrik
untuk melakukan persalinan perabdominal. Pada persalinan
pervaginam diperlukan upaya stimulasi miometrium secara
farmakologikatau masase agar kontraksi miometrium baik. Hal ini
untuk mencegah terjadinya perdarahan sekalipun masih terjadi
gangguan pembekuan darah.

13
2.9 KOMPLIKASI
1. Komplikasi pada ibu
a. Perdarahan
Perdarahan merupakan komplikasi yang paling awal yang harus segera
ditangani, penyebab perdarahan ini adalah :

 Atonia uteri
Sumber perdarahan ini bisa berasal dari tempat implantasi
placenta.

 Ruptur Uteri
Sering terjadi dengan tambah meningkatnya penggunaan seksio
karena itu bekas SC tidak boleh cepat hamil lagi untuk
memberikan kesempatan luka dapat sembuh.

 Gangguan pembekuan darah


Kematian janin dalam rahim melebihi 6 minggu, pada solutio
placenta dan emboli air ketuban.

 Retensio placenta
Gangguan pelepasan placenta menimbulkan perdarahan dari
tempat implantasi placenta.

b. Infeksi
Infeksi pada seksio cesarea bisa meningkat bila didahului oleh :

 Keadaan umum yang rendah, anemia saat hamil, sebelum


pembedahan sudah ada gejala infeksi intra partum.
 Perlukaan operasi yang menjadi jalan masuk bakteri
 Terdapat retensio placenta
 Pelaksanaan operasi persalinan yang kurang steril.

14
c. Trauma tindakan operasi persalinan
 Perluasan luka episiotomi
 Perlukaan pada vagina
 Perlukaan pada servik
 Perlukaan pada furnik kolpoporeksis
 Terjadi ruptur uteri lengkap atau tidak lengkap
 Terjadi fistula dan inkontinentia
Trauma tindakan operasi paling berat adalah ruptur uteri.

2. Komplikasi pada bayi


Terjadi trias komplikasi yaitu :

a. Asfiksia
- Tekanan langsung pada kepala menekan pusat-pusat vital
dan medula oblongata
- Asipirasi air ketuban, mekonium dan cairan lambung.
- Perdarahan atau oedem jaringan syaraf pusat.
b. Trauma langsung pada bayi
- Fraktur ekstremitas
- Dislokasi persendian
- Peralis esb
- Ruptur alat vital, hati bayi, robekan pada usus
- Fraktur tulang kepala bayi
- Perdarahan atau oedem jaringan otak
- Trauma langsung pada mata, hidung, telinga, dll.
c. Infeksi
Infeksi ringan sampai sepsis dapat menyebabkan kematian

15
2.10 Tabel perbedaan plasenta previa dan solusio plasenta

No. Ciri-ciri plasenta previa Ciri-ciri solusio plasenta


1. Perdarahan tanpa nyeri Perdarahan dengan nyeri
2. Perdarahan berulang Perdarahan tidak berulang
3. Warna perdarahan merah segar Warna perdarahan merah coklat
4. Adanya anemia dan renjatan Adanya anemia dan renjatan yang
yang sesuai dengan keluarnya tidak sesuai dengan keluarnya darah
darah
5. Timbulnya perlahan-lahan Timbulnya tiba-tiba
6. Waktu terjadinya saat hamil Waktu terjadinya saat hamil inpartu
7. His biasanya tidak ada His ada
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat Rasa tegang saat palpasi
palpasi
9. Denyut jantung janin ada Denyut jantung janin biasanya tidak
ada
10. Teraba jaringan plasenta pada Teraba ketuban yang tegang pada
periksa dalam vagina periksa dalam vagina
11. Penurunan kepala tidak masuk Penurunan kepala dapat masuk pintu
pintu atas panggul atas panggul
12. Presentasi mungkin abnormal. Tidak berhubungan dengan
presentasi

16
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
3.2
A. Data Subjektif
a. Identitas pasien
Mencakup nama, umur, tanggal lahir, alamat, pendidikan, lamanya
menikah dll.
a. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Biasanya keluar darah segar dari jalan lahir sebelum dibawa
kebidan atau kerumah sakit dan tidak ada mules atau dengan
mules.
2. Riwayat penyakit sekarang
Adanya pendarahan, nyeri dan bisa tidak nyeri, ibu dalam
keadaan lemas.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pernahkah ibu melakukan abortus sebelumnya dan pernahkah
mengalami pendarahan pada semester 1 dan 2. Dan apakah ibu
memiliki riwayat penyakit jantung, asma DM.
4. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menahun,
seperi : DM, Hipertensi dll. Dan penyakit menular seperti :
Hepatitis dan HIV.
5. Riwayat Haid terdiri dari :
Menarche, Siklus haid, lamanya haid, warna dan bau, keluhan
saat menstruasi, dan hari pertama haid terakhir (HPHT).
6. Riwayat Pendidikan :
Menikah, lamanya menikah, umur pada saat menikah istri dan
suami.
7. Riwayat persalinan

17
Cara persalinan, nifas kehamilan sebelumnya, jumlah dan jenis
kelaminan anak hidup, berat badan lahir, cara pemberian
asupan bagi bayi yang dilahirkan, informasindan saat
persalinan atau keguguran terakhir.

b. Pengkajian Pola
1) Pola Nutrisi Metabolik
Kaji pola makan pasien berapa kali pasien makan dalam sehari
berapa porsinya, jenis makanan dan minuman apa yang biasa di
konsumsi.
2) Pola Eliminasi
Kali pola eliminasi baik BAK maupun BAB meliputi warna,
ketajaman bau konsistensi, jumlah serta
3) Pola Istirahat Tidur
Kaji berapa lama pasien tidur, kualitas tidur, kebiasaan tidur
siang, dan ataupun sering mengalami gangguan istirahat tidur,
apakah pasien menggunakan obat tidur atau sejenis.
4) Pola Persepsi Terhadap Kesehatan
Apakah pasien dapat menjaga kebersihan walaupun sedang
sakit.
5) Pola Aktivitas-Latihan
Pasien yang sakit aktivitasnya menjadi berkurang karena
adanya lemas dan perlu di tanyakan pada pasien tentang
kemampuan dalam menata apabila tingkat kemampuannya :
0 = Mandiri.
1 = Menggunakan alat bantu.
2 = Di bantu dengan orang lain.
3 = Di bantu orang dan peralatan.
4 = Ketergantungan, tidak mampu.

18
6) Pola Kognitif dan Perseptual
Apakah daya panca indra pasien mengalamin gangguan atau
tidak.
P : Penyebab Yang memperberat dan memperingat, misal :
memperberrat aktivitas, memperingat ; distraksi dan
relaksasi.
Q : sejauh mana pasien merasakan sekarang.
R : Lokasi atau tempat.
S : Seberapa peran yang dirasakan.
T : kapan gejala dirasakan.
7) Pola Persepsi Diri atau Konsep Diri
Adakah perubahan seputar peran ketika sebelum sakit dan saat
mengalami sakit.
8) Pola Seksualitas-Reproduksi
Seberapa besar pengaruh sakit pasien terhadap pola ini sedikit
banyak pasti mengalami perubahan.
9) Pola Koping
Pasien yang sedang sakit mengalaim stress, seberapa stress
yang dialami dan bagaimana cara pasien mengatasinya.
10) Pola Nilai kepercyaan
Bagaimana kegiatan keagamaan sebelum mengalami sakit dan
pada saat sakit.
11) Pola hubungan dan Peran
Interaksi dengan keluarga atau oarang lain.
B. Data Objektif
1. Kondisi Umum
Pertama kali yang harus diperhatikan yaitu, keadaan umum,
seperti : TTV, pendarahan, urin.
2. Pemeriksaan fisik umum meliputi :
- Kepala : Rambut, warna, penyebaran, kebersihan
kulit kepala, adanya ketombe atau tidak.

19
- Mata : Kesimetrisan, konjungtiva, pupil dan
sklera.
- Mulut : Kebersihan, kesadaran membran mukosa.
- Hidung : Kesimetrisan, kebersihan.
- Leher : Pembesaran kelenjarlimfe, pembesaran
kelenjar tyroid.
- Telinga : kesimetrisan, kebersihan pinna, heliks, dan
Lobulla.
- Dada
Inspeksi : Bentuk dada.
Palpasi : Taktus fremitus (N : vokal fremitus ka/ki
sama).
Perkusi : Mengetahui apakah dada konsolidasi cairan
dalam paru (sonor).
Auskultasi : bunyi nafas untuk mengkaji udara, adanya
sumbatan udara (N : suara vesikuler).

- Jantung
Inspeksi : mengetahui adanya ketidak normalan
denyutan.
Palpasi : (N : PMI teraba, ictus cordis tidak terlihat).
Perkusi : mengetahui ukuran dan bentuk jantung
secara kasar (N : pekak).
Auskultasi : Mendengarkan bunyi jantung (N : S1, S2
bunyi tunggal).
- Abdomen
Inspeksi : Bentuk perut
Auskultasi : Mendengarkan bising usus, frekuensinya
(N : 30x/menit).
Perkusi : Adanya cairan gas atau massa dalam perut.
Palpitasi : mengetahui bentuk.

20
- Genetalia
Genetalia inguinal genetalia / kotor atau tidak simetris
Genetalia perempuan : vulva, cairan vagina.
- Kulit dan kuku
Kebersihan kulit
Akral
Warna
Tekstur
Capilary Refil time : (N : < 2 detik kembali).
- Khusus
Tinggi fundus uteri.
Posisi dan persentasi janin.
Panggul dan janin lahir.
Denyut jantung janin
3. Pemeriksaan penunjang :
a. Analisa urin rutin.
b. Analisa tinja rutin.
c. Hb, MCV.
d. Golongan darah.
e. Hitung jenis sel darah.
f. Kadar gula darah.
g. Antigen hepatitis B virus.
h. Antibodi Rubela.
i. HIV/VDRL
j. Ultrasonografi- Rutin pada kehamilan 18-22 minggu untuk
identifikasi kelainan janin.

21
3.2 DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan
dan spasme otot perut
2. Kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang
berlebihan
3. Gangguan perfusi jaringan pada janin berhubungan dengan adanya
pendarahan

3.3 RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan & Rencana Keperawatan Rasional


Keperawtan Kriteria Hasil
Gangguan rasa Tujuan : Setelah 1. Lakukan pendekatan 1. Menjalin hubungan
nyaman nyeri dilakukan pada pasien dan kerjasama yang baik.
berhubungan tindakan keluarga. 2. Deteksi dini adanya
dngan trauma keperawatan 1x24 2. Observasi TTV (N, S, perubahan skala nyeri.
jaringan dan jam diharapkan RR). 3. Mengetahui
spasme otot nyeri berkurang. perkembangan nyeri
perut. Kriteria Hasil : 3. Observasi skala nyeri pasien.
1. Nyeri pasien. 4. Menyebutkan pencetus
berkurang atau faktor pemberat.
skala = 1-3 4. Kaji ulang faktor
2. TTV dalam yang meningkatkan
batas normal, nyeri atau 5. Menurunkan tegangan
TD = 120/90, menghilangkan nyeri. otot dan mengurangi
N=80xmenit, 5. Ajarkan teknik nyeri.
S=36° c, relaksasi saat nyeri. 6. Nyeri pasien dapat
RR=20x/menit berkurang.
. 6. Kolaborasi dengan
3. Wajah pasien tim medis dalam
tampak rileks. pemberian obat

22
analgesik (anti nyeri,
antibiotik)

2. Kekurangan Tujuan : setelah 1.Obsevasi tanda –tanda 1. Dengan mengukur


cairan dan dilakukan vital tanda-tanda vital dapat
elektrolit tindakan selama diketahui secara dini
berhubungan 1 x 2 jam kemunduran atau
dengan output kebutuhan cairan kemajuan keadaan klien.
yang terpenuhi di 2. Istirahatakan
berlebihan buktikan 2.Istirahatkan klien di menurunkan kebutuhan
dengan : tempat yang nyaman energi.Kerja metabolisme
Kriteria hasil : tidak meningkat sehingga
 Turgor kulit tidak merangsang untuk
membaik tidak terjadinya mual dan
 Dehidrasi muntah
berkurang 3. Dengan mengobservasi
 Membrane tanda-tanda kekurangan
mukosa 3.Monitor vital sign cairan dapat diketahui
lembab sertatanda – tanda keadaan umum klien dan
dehidrasi sejauh mana kekurangan
cairan pada klien.Tekanan
darah menurun, suhu
meningkat dan nadi
meningkat merupakan
tanda-tanda dehidrasi dan

23
hipovolemia .
4.Pemberian trasfusi dan 4. tranfusi darah dapat
komponen darah membantu pengurangan
sesuai dengan indikasi factor pembekuan karena
proses pembekuan yang
abnormal
5.Kolaborasi dengan 5. Pemberian cairan infus
dokter dalam dapat menggantij umlah
pemberian infuse cairan elektrolit yang
hilang dengan cepat
6. Jumlah dantetesan
6.Monitor tetesan cairan infuse yang tidak tepat
infuse dapat menyebabkan
terjadinya kelebihan atau
kekurangan cairan pada
sistim sirkulasi.
7.Catat intek dan output 7. Dengan mengetahui
intek dan output cairan
diketahui keseimbangan
cairan dalam tubuh.
8.Setelah 24 jam 8. Minum yang sering
pertama anjurkan dapat menambah
minum tiap-tiap jam pemasukan cairan melalui
oral

3.Gangguan Tujuan 1. Monitor DJJ dan 1. gangguan perfusi


perfusi jaringan :pendarahan pergerakan janin plasenta dapat
pada janin maternal dapat di menurunkan oksigenisasi
berhubungan atasi selama 2x1 padajanin, sehingga
dengan jam sehingga pergerakan janin dan DJJ
pendarahan tidak terjadi

24
hipoksia janin. tidak normal
2. Anjurkan ibu
Kriteria hasil : 2. posisi lateral dapat
mempertahankan
memberikan sirkulasi
posisi tidur lateral
 DJJ normal
yang optimum pada uterus
(120-
dan plasenta .
160x/menit)
3. Tindakan kolaborasi
 Kebutuhan : pemberian oksigen akan
a.Pemberian Oksigen
oksigen janin 3. Tindakan kolaborasi
sesuai indikasi
terpenuhi
a. membantu sirkulasi
 Kontraksi
oksigen kejanin menjadi
uterus normal
adekuat
 Pergerakan
b.Menyiapkan klien
janin baik
b.pemeriksaan
untuk memeriksakan
amniosintesis dapat
amniosintesis jika
dijadikan indicator
diperlukan
kegawatan darurat janin.

c.Persiapkan klien
c. tindakan section
untuk dilakukan
merupakan salah satu
tindakan emergensi
alternative menghindari
seperti section caesaria
terjadinya fetal distress

25
BAB IV

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
 Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah kehamilan
20 minggu (Kapita Selekta, 276)
 Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang bersumber pada
kelamin plasenta yang biasanya dibatasi pada perdarahan jalan lahir
setelah 22 minggu (Sarwono, 362)
 Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah
kehamilan 28 minggu, biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya
daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu. (Mochtar, 269).
 Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada kehamilan setelah 22
minggu sampai bayi belum dilahirkan (Maternal dan Neonatal)
Perdarahan ante partum yang berbahay apada umumnya bersumber pad
akelainan plasenta secarak linis di klasifikasika nmenjadi plasenta previa dan
solusio plasenta yaitu perdarahan ante partum yang belum jelas sumbernya.

4.2 Saran
Untuk ibu-ibu yang sedang mengandung jagalah kehamilan anda. Jangan sampai
terjadi pendarahan. Dan untuk suami dan keluarga juga harus memberi perhatian
lebih kepada ibu yang sedang hamil. Untuk menghindari resiko terjadinya
pendarahan

26
DAFTAR PUSTAKA

Benson, Ralph C.2008.Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Ed.9.Jakarta:EGC


Chapman, Vicky.2006.Asuhan kebidanan: persalinan dan kelahiran.
Jakarta:EGC
Hollingworth, Tony.2011.Diagnosis banding dalam obsetri & ginekologi.
Jakarta:EGC
Holmes,Debbie.2011.Buku Ajar Ilmu Kebidanan.Jakarta:EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde.2003.Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri
Dan Ginekologi Ed.2.Jakarta:EGC
Medrofth, Janet.dkk.2011.Kebidanan Oxford.Jakarta:EGC
Prawirohardjo,Sarwono.2009.Ilmu Kebidanan.Jakarta:YBPS
Wiknjosastro,Hanifa.2005.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Prawirohardjo, 2005, Panduan Praktis Pelayanan Maternal Dan Neonatal,
Jakarta : TYBS-SP

27
GAMBAR ANTE PARTUM BLEDING

Plasenta Normal

Plasenta Previa

Solusio Plasenta

28

Anda mungkin juga menyukai