Anda di halaman 1dari 21

ASKEP HYDRONEPHROSIS

MAKALAH KEPERAWATAN PERKEMIHAN


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OTHER URINARY TRACT
DISORDERS (HYDRONEPHROSIS)

Oleh :
Kelompok 3 Kelas A1
1. Yessy Dian Anggraini 131311133014
2. Sri Kurniawati 131311133017
3. Nourma Aulia Ulfa 131311133045
4. Marita Selvia 131311133060
5. Dewi Permata Lestari 131311133075
6. Lady Claudinie 131311133081
7. Medho Patria H. 131311133126

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis berbentuk makalah yang
berjudul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Other Urinary Tract Disorders
(Hydronephrosis) pada mata kuliah Keperawatan Perkemihan dengan lancar dan sesuai
waktu yang telah ditentukan.
Untuk itulah kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Praba Diyan R.,S.Kep.,Ns.,
M.Kep yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Dan teman-teman
mahasiswa yang memberikan konstribusinya baik secara langsung maupun tidak dalam
pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi kita semua.
Kami menyadari dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Kami sangat berterima kasih
apabila ada pihak–pihak yang berkenan memberikan kritik dan saran pada makalah ini.

Surabaya, Maret 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................................... i
Kata Pengantar...................................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................................ iii
BAB I Pendahuluan.............................................................................................................. 1
1. 1Latar Belakang........................................................................................................... 1
1. 2Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
1. 3Tujuan........................................................................................................................ 2
1.3.1 Tujuan Umum.................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus....................................................................... ........... 2
BAB II Tinjauan Pustaka...................................................................................................... 3
2.1 Definisi hidronefrosis................................................................................................ 3
2.2 Klasifikasi hidronefrosis............................................................................................ 3
2.3 Etiologi hidronefrosis................................................................................................ 4
2.4 Patofisiologi hidronefrosis......................................................................................... 5
2.5 Manifestasi Klinis hidronefrosis................................................................................ 7
2.6 WOC hidronefrosis.................................................................................................... 8
2.7 Pemeriksaan Diagnostik hidronefrosis....................................................................... 9
2.8 Penatalaksanaan hidronefrosis................................................................................... 9
2.9 Komplikasi hidronefrosis........................................................................................... 11
2.10 Prognosishidronefrosis........................................................................................... 11
BAB III Asuhan Keperawatan.............................................................................................. 12
3.1 Asuhan Keperawatan Umum.................................................................................... 12
3.2 Asuhan Keperawatan Kasus..................................................................................... 17
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atay kedua ginjal
akibat obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga tekanan
diginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi
kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu
ginjal saja yang rusak. (Smeltzer & Bare, 2002). Penyebab umum Hydronephrosis termasuk
ureteroceles, katup uretra posterior dan batu ginjal. Jika USG bayi Anda menunjukkan tanda-
tanda masalah ini, Anda akan diberikan informasi tentang kondisi dan bagaimana hal itu
dapat diobati.
Penyakit ginjal masih merupakan penyakit yang sering ditemui di Indonesia. Menurut PERNEFRI
Perhimpunan Nefrologi Indonesia), penduduk Indonesia yang menderita Penyakit Ginjal Kronik (PGK)
adalah sebanyak 8,6%. Penyakit ginjal sendiri bermanifestasi dalam 2 bentuk yaitu Penyakit Ginjal
Kronik dan Gangguan Ginjal Akut atau Acute Kidney Injury (AKI).
Prognosis dari Hydronephrosis sangat bervariasi, dan tergantung dari kondisi yang mengawali
terjadinya Hydronephrosis, unilateral atau bilateral dari ginjal yang terserang Hydronephrosis, fungsi
ginjal yang tersisa, durasi terjadinya Hydronephrosis, dan apakah Hydronephrosis terjadi pada ginjal
yang sedang masih dalam masa pertumbuhan pada bayi atau pada ginjal yang sudah matang. Kasus
bilateral Prenatal Hydronephrosis pada prenatal atau bayi yang ginjalnya masih berkembang dapat
menghasilkan prognosis buruk jangka panjang, yang berakibat pada kerusakan ginjal permanen
meskipun obstruksinya sembuh pada saat postnatal (Onen, 2007).
Berdasarkan uraian di atas kelompok kami membuat makalah ini untuk dapat mengetahui dan
memahami gangguan Hydronephrosis serta agar dapat memberikan pencegahan dan asuhan
keperawatan yang tepat bagi klien dengan gangguan hidronefrosis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah definisi dari hydronephrosis?
2. Apakah etiologi dari hydronephrosis?
3. Apakah patofisiologi hydronephrosis?
4. Apakah manifestasi klinis hydronephrosis ?
5. Apakah macam-macam pemeriksaan diagnostik dari hydronephrosis?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan pada pasien hydronephrosis?
7. Apakah komplikasi hydronephrosis?
8. Apakah prognosis dari hydronephrosis?
9. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien dengan hydronephrosis?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah proses pembelajaran mata kuliah Keperawatan Perkemihan 1 diharapkan mahasiswa
semester 6 dapat mengerti dan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan
hidronefrosis dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui definisi Hideronefrosis.
2) Untuk mengetahui etiologi Hideronefrosis.
3) Untuk mengetahui patofisiologi Hideronefrosis.
4) Untuk mengetahui manifestasi klinis Hideronefrosis.
5) Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik Hideronefrosis
6) Untuk mengetahui penatalaksanaan Hideronefrosis.
7) Untuk mengetahui tentang Web of Cause Hideronefrosis.
8) Untuk mengetahui komplikasi Hideronefrosis
9) Untuk mengetahui prognosis Hideronefrosis
10) Untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien dengan Hideronefrosis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hidronefrosis
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua ginjal
akibatadanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga
tekanan di ginjal meningkat. Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap
kandung kemih dapatmengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan
ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal.Apabila obstruksi ini
terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi
jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu
ginjal yang rusak.
Hidronefrosis merupakan suatu keadaan pelebaran dari pelvis ginjal dan kalises.
Adanya hidronefrosis harus dianggap sebagai respons fisiologis terhadap gangguan aliran
urine. Meskipun hal ini sering disebabkan oleh proses obstruktif, tetapi dalam beberapa
kasus, seperti megaureter sekunder untuk refluks pralahir, sistem pengumpulan mungkin
membesar karena tidak adanya obstruksi (Arif Muttaqin dan Kumala Sari, 2012).
Hidronefrosis adalah dilatasi pelvis ureter yang dihasilkan oleh obstruksi aliran keluar
urin oleh batu atau kelainan letak arteria yang menekan ureter sehingga pelvis membesar dan
terdapat destruksi progresif jaringan ginjal (Gibson, 2003).

2.2 Klasifikasi Hidronefrosis


Dari hasil pemeriksaan radiologis hidronefrosis terdapat 4 grade hidronfrosis,
diantaranya (Beetz dkk, 2001) :
a. Hidronefrosis Derajat 1
Hasil yang ditemukan berupa dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks berbentuk Blunting
alias tumpul
b. Hidronefrosis Derajat 2
Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor, kaliks berbentuk flattening, alias mendatar
c. Hidronefrosis derajat 3
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya penipisan korteks.
Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol. Adanya tanda minor atrofi ginjal (papilla datar
dan forniks tumpul)
d. Hidronefrosis derajat 4
Dilatasi pelvis renalis,
kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya penipisan korteks batas antara pelvis ginjal dan
kaliks hilang. Tanda signifikan adanya atrofi ginjal (parenkis tipis). Calices berbentuk
ballooning alias menggembung.

Gambar.Grade Hidronefrosis
2.3 Etiologi Hidronefrosis
Menurut Parakrama & Clive (2005) penyebab yang bisa mengakibatkan hidronefrosis
adalah sebagai berikut:
a. Hidronefrosis Unilateral
Obstruksi pada salah satu sisi saluran kemih pada umumnya disebabkan oleh proses
patologik yang letaknya proksimal terhadap kandung kemih. Keadaan ini berakibat
hidronefrosis dan dapat menyebabkan atrofi serta kehilangan fungsi salah satu ginjal tanpa
menyebabkan gagal ginjal. Penyebab obstruksi unilateral adalah:
1) Obstruksi sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureterdan pelvis renalis)
a) Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis terlalu tinggi
b) Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah
c) Batu di dalam pelvis renalis
d) Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang letaknya abnormal, dan
tumor
2) Obstruksi adanya penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik
a) Batu di dalam ureter
b) Tumor di dalam atau di dekat ureter
c) Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran atau pembedahan
d) Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
e) Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat pembedahan, rontgen
atau obat-obatan (terutama metisergid)
f) Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)
g) Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya
h) Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke uretra akibat
pembesaran prostat, peradangan atau kanker
i) Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera
j) Infeksi saluran kemih yang berat yang untuk sementara waktu menghalangi kontraksi ureter
3) Penyakit ureter kongenital
4) Penyakit ureter yang didapat didapat
b. Hidronefrosis Bilateral
1) Hyperplasia prostat pada usia lanjut
2) Adanya katup uretra posterior congenital
3) Pasien paraplegia dengan kandung kemih neurogenik
4) Fibrosis retroperitoneum dan keganasan
5) Disfungsi otot ureter yang timbul pada masa kehamilan

Menurut Kimberly (2011) penyebab dari hidronefrosis adalah sebagai berikut:


1) Hiperplasia Prostat Benigna (BPH)
2) Striktur uretra
3) Batu ginjal
4) Striktur atau stenosis ureter atau saluran keluar kandung kemih
5) Abnormalitas kongenital
6) Tumor kandung kemih, ureter, atau pelvis
7) Bekuan darah
8) Kandung kemih neurogenik
9) Ureterokel
10) Tuberkulosis
11) Infeksi gram negatif
2.4 Patofisiologis Hidronefrosis
Obstruksi total akut ureter pada binatang percobaan menyebabkan pelebaran mendadak
dan peningkatan tekanan lumen bagian proksimal tempat obstruksi. Filtrasi glomerulus tetap
berlangsung dengan peningkatan filtrasi pada tubulus dan penumpukan cairan di ruang
interstisium. Peningkatan tekanan interstisium menyebabkan disfungsi tubulus. Kerusakan
nefron ireversibel terjadi dalam waktu kira-kira 3 minggu. Pada obstruksi parsial, kerusakan
ireversibel terjadi dalam waktu yang lebih lama dan bergantung pada derajat obstruksi.
Sebagian besar penyebab obstruksi saluran kemih yang diuraikan diatas menyebabkan
obstruksi parsial lambat terhadap aliran urine. Keadaan ini menyebabkan hidronefrosis dan
atrofi korteks ginjal progresif akibat kerusakan nefron yang berlangsung selama berbulan-
bulan atau bahkan tahunan. Hanya hidronefrosis bilateral yang dapat menyebabkan gagal
ginjal. Statis urine akibat obstruksi meningkatakan insidensi pielonefritis akut dan
pembentukan batu saluran kemih yang keduanya dapat memperberat obstruksi.
Obstruksi ureter akut oleh batu, bekuan darah, atau kerak papila renalis akan
menyebabkan kolik ureter akibat peningkatan peristalsis ureter. Kolik ureter merupakan nyeri
intermitten yang sering kali sangat berat pada sudut ginjal posterior dan menjalar disekitar
pinggang (flank) menuju daerah pubis. obstruksi unilateral kronis biasanya asimtomatik
bahkan pada obstruksi total dan umumnya berlanjut dengan kerusakan ginjal permanen
sebelum terdeteksi. Obstruksi parsial bilateral kronis memberikan gambaran gagal ginjal
kronis progresif, meliputi hipertensi, kegagalan fungsi tubulus (poliuria, asidosis tubulus
renalis, dan hiponatremia), dan timbulnya batu saluran kemih atau pielonefritis akut.
Penanganan pasien tersebut dapat mengembalikan fungsi tubulus menjadi normal bila
dilakukan secara dini. Obstruksi bilateral total meneyebabkan gagal ginjal akut tipe
pascaginjal dan selanjutnya dengan cepat menuju ekmatian bila tidak segera dikoreksi. Oleh
karena itu, keadaan ini termasuk kegawatdaruratan medis(Kimberly, 2011).
Sedangkan menurut Vinay Kumar, dkk (2007) Obstruksi bilateral total menyebabkan
anoria, yang menyebabkan pasien segera berobat. Apabila obstruksi terletak dibawah
kandung kemih, gejala dominant adalah keluhan peregangan kandung kemih. Secara
paradoks, obstruksi bilateral inkomplit menyebabkan poliuria bukan oliguria, akibat
terganggunya kemampuan tubulus memekatkan urin dan hal ini dapat menyamarkan sifat asli
kelainan ginjal. Sayangnya, hidronefrosis unilateral dapat tetap asintomatik dalam jangka
lama, kecuali apabila ginjal yang lain tidak berfungsi karena suatu sebab. Ginjal yang
membesar sering ditemukan secara tidak sengaja pada pemerksaan fisik rutin. Kadang-
kadang penyebab dasar hidronefrosis, seperti kalkulus ginjal atau tumor obstruktif,
menimbulkan gejala yang secara tidak langsung menimbulkan perhatian ke hifronefrosis.
Dihilangkanya obstruksi dalam beberapa minggu biasanya memungkinkan pemulihan total
fungsi, namun seiring dengan waktu perubahan menjadi ireversibel.

2.5 Manifestasi Klinis


Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi
akutdapatmenimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terdapat infeksi akan terjadi
disuria,menggigil,demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan
piuriamungkin juga ada. Jikakedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik
akan muncul, seperti:
1) Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
2) Gagal jantung kongestif.
3) Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
4) Pruritis (gatal kulit).
5) Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
6) Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
7) Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang
Manifestasi klinis yang sering muncul pada hidronefrosis unilateral, diantaranya
(smeltzer dan Bare,2002):
1) Aliran urin berkurang
2) Jika infeksi, gejala yang muncul yaitu disuria, menggigil dan nyeri tekan serta pyuria
3) Nyeri kolik pada sisi ginjal yang terkena
4) Mual, muntah, abdomen terasa penuh
5) Nyeri hebat ginjal atau nyeri samar dibagian dipanggu dan pinggang
6) Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis
7) Air kemih dari 10% penderita mengandung darah
2.6 WOC Hidronefrosis

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


1) Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik dapat menunjukkan
adanya batu atau tumor. Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosis mungkin
menunjukkan infeksi akut. Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat
mengakibatkan peningkatan kadar BUN dan kreatinin. Selain itu, hiperkalemia dapat menjadi
kondisi yang mengancam kehidupan.
2) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup akurat untuk mendeteksi
hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi dapat bergantung pada pengguna.
Ultrasonografi umumnya berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk menetapkan diagnosis
dan hidronefrosis.
3) Pyelography Intravena (IVP)
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab
hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan penyebab paling mudah yang dapat
diidentifikasi berdasarkan temuan IVP
4) CT Scan
CT Scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan hidroureter. Proses
retroperitoneal menyebabkan obstruksi ekstrinsik dari ureter dan kandung kemih dapat
dievaluasi dengan sangat baik pada CT Scan.

2.8 Penatalaksanaan Medis


a. Hidronefrosis akut
1) Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka air kemih
yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan(biasanya melalui sebuah jarum yang
dimasukkan melalui kulit).
2) Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka bisa dipasang
kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu
b. Hidronefrosis kronik
Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan
air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan
ujung-ujungnya disambungkan kembali.
1) Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskanureter dari jaringan fibrosa.
2) Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk
melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda.
3) Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
a) Terapi hormonal untuk kanker prostat
b) Pembedahan dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa. Jika
sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk
melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang berbeda.
Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya jika infeksi dapat dikendalikan dan ginjal
berfungsi dengan baik.
c) Pelebaran uretra dengan dilator
Adapun penanganan medis yang diberikan kepada klien hidronefrosisi, diantaranya :
1) Nefrotomi
Hal ini dilakukan jika hidronefrosisyng disebabkan karena adnya obstruksi saluran urin
bagian atas yang tidak memungkinkan ginjal mengalirkan urin ke system urinaria bagian
bawah dikarenakan adanya batu, infeksi, tumor, atau kelainan anatomi. Hidronefrosis yang
terjadi pada transplantasi ginjal. Tindakan ini dilakukan dengan memasukkan sebuah kateter
melalui kulit bagian belakang (panggul) ke dalam ginjal. Tujuan dari tindakan ini untuk
mengatasi penumpukan atau pengumpulan urin pada ginjal yang terjadi karena obstruksi
yang menghalangi keluarnya urin.
2) Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Merupakan suatu tindakan medis yang menangani renal kalkuli yang menghancurkan batu
ginjal menggunakan getaran dari luar tubuh ke area ginjal. ESWL bekerja melalui
gelombang kejut yang dihantarkan melalui tubuh ke ginjal. Gelombang ini akan memecahkan
batu ginjal menjadi ukuran lebih kecil untuk selanjutnya dikeluarkan sendiri melalui air
kemih. Gelombnag yang dipakai berupa gelombang ultrasonic, elektrohidrolik atau sinar
laser.
3) Nefrolitotomi
Perkutanaous Nephrolithotomi merupakan salah satu tindakan minimal invasive dibidang
urologi yang bertujuan mengangkat batu ginjal dengan menggunakan akses perkutan untuk
mencapai system pelviokalises yang memberikan angka bebas batu yang tinggi.
4) Stent Ureter
Tindakan ini merupakan alat berbentuk pipa yang dirancang agar dapat ditempatkan di ureter
untuk mempertahankan aliran urin pada penderita obstruksi ureter, memulihakan fungsi
ginjal yang terganggu, dan memperthankan caliber atau patensi ureter sesudah pembedahan.
Stent ini terbuat dari silicon yang bersifat lunak dan lentur.

2.9 Komplikasi Hidronefrosis


Menurut Kimberly (2011) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan komplikasi sebagai
berikut:
1) Batu ginjal
2) Sepsis
3) Hipertensi renovaskuler
4) Nefropati obstruktif
5) Infeksi
6) Pielonefritis
7) Ileus paralitik

2.10 Prognosis Hidronefrosis


Prognosis hidronefrosis sangat bervariasi dan tergantung pada kondisi yang berkaitan
dengan hidronefrosis itu sendiri, apakah satu ginjal (unilateral) atau keduanya (bilateral) yang
terkena, fungsi ginjal yang sudah ada sebelumnya, dan lamanya hidronefrosis (akut atau
kronis).
Pada kebanyakan bayi, hidronefrosis ringan sampai sedang membaik sejalan dengan
waktu dan mungkin tidak memerlukan pengobatan, terutama bila kaliks tidak berdilatasi.
Namun, riwayat alamiah hidronefrosis yang didiagnosis saat prenatal tidak sepenuhnya
dimengerti dan pemantauan jangka panjang dapat dianjurkan. (Nelson, 2000).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Asuhan Keperawatan Umum
3.1.1 Pengkajian
A. Anamnesa
1. Identitas Klien
a. Nama (Nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien)
b. Umur (Umur dapat mengidentifikasi penyebab dari hidronefrosis yang terjadi pada orang
dewasa)
c. Jenis kelamin (Jenis kelamin bisa untuk identifikasi penyebab misalnya pada pria lansia
penyebab tersering ialah akibat obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat
pembesaran prostat. Pada perempuan hamil bisa terjadi akibat pembesaran uterus)
d. Agama
e. Pendidikan
f. Pekerjaan (Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab klien menderita
hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang pekerjaannya banyak untuk duduk
sehingga meningkatkan statis urine)
g. Status Perkawinan
2. Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan px biasnya nyeri pada daerah perut bagian bawah tembus pinggang
3. Riwayat kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat pasien terdahulu mungkin pernah mengalami penyakit
batu ginjal, tumor, pembesaran prostat, ataupun kelainan kongenital.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini seperti klien berkemih
sedikit tergantung periode penyakit, nyeri saat berkemih, nyeri panggul.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien ada yang menderita penyakit polikistik ginjal herediter, diabetes mellitus,
serta penyakit ginjal yang lain.
4. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas dan istirahat (Kelelahan, kelemahan, malaise)
b. Integritas ego (Faktor stress, perasaan tidak berdaya, menolak cemas, marah)
c. Elimasi (Penurunan frekuensi, oliguri, anuri, perubahan warna urin)
d. Makanan/cairan (Penurunan berat badan karena malnutrisi, anoreksia, mual, muntah)
e. Nyeri/kenyamanan (Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang panggul, gelisah, distraksi
tergantung derajat keparahan)
f. Interaksi sosial (Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasa)
g. Persepsi diri Kurangnya pengetahuan, gangguan body image.
h. Sirkulasi Peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan pucat.
B. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit : pada Inspeksi didapatkan warna kulit sawo matang,palpasi turgor cukup
2) Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
3) Mata :Conjungtiva merah muda, sclera putih, pupil bulat, isokor, reflek cahaya(+/+).
4) Telinga : Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.
5) Hidung : simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
6) Mulut : gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
7) Leher : trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar tiroid tidak
membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
8) Thorax :
a. Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung dalam batas normal,
S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.
b. Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri, nyeri tekan tidak ada,
sonor seluruh lapangan paru, suara dasar vesikuler seluruh lapang paru, tidak ada suara
tambahan.
c. Abdomen :
I: Perut datar, tidak ada benjolan
A: Bising usus biasanya dalam batas normal.
P: Timpani seluruh lapang abdomen
P: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa.
Pada pasien dengan hidronefrosis berat, palpasi ginjal dapat teraba. Dengan hidronefrosis
bilateral, edema ekstremitas bawah dapat terjadi. Sudut kostovertebral pada satu sisi yang
terekena sering lembut. Adanya kembung pada kandung kemih yang teraba jelas menambah
bukti bahwa adanya obstruksi saluran kemih.
d. Ekstremitas Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot cukup. Inferior :
deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema (-), tonus otot cukup.
C. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
1) Urinalisis : Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik dapat menunjukkan
adanya batu atau tumor, Volumenya <400 ml/ hari dalam 24-28jam setelah ginjal rusak,
Warna urin Kotor, terdapat sedimen kecoklatan yang menunjukkan adanya darah, mioglobin,
dan porfirin.
2) Hitung jumlah sel darah lengkap: leukositosis mungkin menunjukkan infeksi akut.
3) Kimia serum: hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat mengakibatkan peningkatan kadar
BUN dan kreatinin. Selain itu, hiperkalemia dapat menjadi kondisi yang mengancam
kehidupan.
b. Radiodiagnostik
1) USG abdomen
Berfungsi sebagai tes skrining pilihan untuk menetapkan diagnosis dan hidronefrosis.
2) IVP
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan penyebab
hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan penyebab paling mudah yang dapat
diidentifikasi berdasarkan temuan IVP
3) Renogram / RPG
4) Poto thorax
5) ECG : untuk mengetahui elektrolit dalam tubuh

3.1.2 Analisis Data


NO DATA ETIOLOGI MASALAH
DO : Nyeri Akut
- Klien tampak Obstuksi Aliran Urin
meringis ↓
- Pernafasan klien Tekanan saluran Kemih
cepat ↓
1 - Tamnpak gelisah Kolik renalis/nyeri
- Skala nyeri klien 8 pinggang
DS : ↓
- Klien mengatakan Nyeri Akut
nyeri di bagian
pinggang
DO : Hidronefrosis Gangguan Eliminasi Urin
- Urin klien kurang ↓
dari 400 ml/ hari Refluks urin ke ginjal
dalam 24-28jam ↓
- Warna urin klien Retensi urin
2
kotor (coklat) ↓
DO : Gangguan pola eliminasi
- Klien mengatakan urin
urinnya yang keluar
sedikit
DO : Obstruksi aliran urin Ketidakseimbangan nutrisi
- Nafas klien berbau ↓ kurang dari kebutuhan
ammonia Kerusakan ginjal tubuh
- Klien hanya ↓
menghabiskan makan Kegagalan ginjal
3
¼ porsi membuang limbah
- BB klien menurun metabolic
dari 69 menjadi 50 ↓
DS : Pe ureum dalam darah
- Klien mengatakan ↓
tidak mau makan Di sis. Pencernaan
- Klien merasa mual ↓
dan muntah Anoreksia, mual, muntah
DO : Hidronefrosis unilateral
- Suhu Badan klien ↓
37,90C Terdapat obstruksi
- Hasil pemeriksaan ↓
lab darah : Refluk urin ke ginjal
peningkatan leukosit, ↓
4 keratin menurun Peningkatan jumlah urin di
- Diagnose ginjal
Hidronefrosis ↓
DS: Kontaminasi kuman
- Klien merasa demam ↓
- Klien merasa lemas Risiko Infeksi
dan lemah

3.1.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan jumlah volume urin pada ginjal
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan perubahan jumlah urin
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
mual, muntah
4. Resiko infeksi berhubungan dengan depresi pertahanan imunologi sekunder terhadap uremia
3.1.4 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut b/d Peningkatan NOC : NIC :
jumlah volume urin pada a. Pain level a) Lakukan pengkajian
ginjal b. Pain control nyeri secara komprehensif
KH : termasuk lokasi,
- Mampu mengontrol karakteristik, durasi,
nyeri frekuensi, kulitas, dan
- Melaporkan bahwa nyeri factor presipitasi
berkurang dgnb) Observasi reaksi
menggunakan manajemen nonverbal
nyeri c) Kaji kultur yang
- Mampu mengenali nyeri mempengaruhi nyeri
- Menyatakan rasa
d) Evaluasi pengalaman
nyamansetelah nyeri nyeri masa lampau
berkurang e) Control lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri
f) Kaji tipe dan sumber
nyeri
g) Berikan analgetik
h) Lakuakn pengobatan non
farmakologik
Gangguan pola eliminasi NOC NIC:
urin b/d perubahan jumlah
a) urinary elimination (a) Memenatau asupan dan
urin b) urinary continuece keluaran
kriteria hasil: (b) Memntau tingkat distensi
- intake cairan dalam kandung kemih dengan
rentang normal palpasi dan
- kantung kemih secara perkusimeransang reflex
penuh kandung kemih
- tdak ada residu urine (c) > Masukan kateter kemih
100-200cc (d) Menyediakan
- balance cairan seimbang penghapusan privasi
Intoleransi aktifitas b/d NOC NIC
penurunan aktivitas a. alergiy conservation Energy management
b. self care:ADL (a) Obserpasi adanya
Kriteria hasil: batasan klien dalam
- Berpartisipasi dalam beraktivitas
aktivitas fisik tanpa
(b) kaji adnya faktor yang
disertai peningkatan menyebabbkan kelelahan
tekanan darah nadi dan (c) monitor nutrisi dan
pernafasan sumber energi yang
- mampu melakukan adekuat
aktivitas sehari-hari (d) monitor akan adanya
kelelahan fisik dan emosi
secara berlebih
Activity terapy
(a) bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
(b) bantu untuk memilih
aktivitas konsisiten yang
sesuai dengan kemamuan
fisik dan psikologis
(c) Bantu untuk
mendapatkan alat bantuan
aktivitas
(d) Kolaborasi dengan tenaga
rehabilitasi medic dalam
merencanakan program
terapi yang tepat
Ketidakseimbangan nutrisi NIC NIC
kurang dari kebutuhan tubuh
a) Nutritional status: food Nutrition management
b/d anoreksia, mual, muntah and fluid intake (a) kaji adanya alergi
makanan
KH: (b) kaji kemampuan pasien
- adanya peningkatan berat untuk mendapatkan
badan sesuai dengan nutrisi yang dibutuhkan
tujuan (c) yakinkan diet yang
- mampu mengidentifikasi dimakan mengandung
kebutuhan nutrisi tinggi serat
- adanya keinginan untuk (d) monitor jumlah nutrisi
makan dan kandungan kalori
- yakinkan diet yang Nutrition monitring
dimakan klien (a) berikan informasi tentang
mengandung tinggi serat kebutuhan nutrisi
untuk mencegah (b) kalaborosi dengan ahli
konstipasi gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
(c) BB pasien dalam batas
normal
(d) monitor adanya
penurunan berat badan
(e) onitor lingkungan selama
makan
(f) monitor mual dan muntah
(g) Monitor kalori dan intake
nutrisi
Resiko infeksi berhubungan NOC NIC
dengan depresi pertahanan a. Risk control Knowledge Infection Control
imunologi sekunder terhadap Kriteria Hasil : (a) Pertahankan teknik
uremia - Identifikasi risiko infeksi aseptik’
- Menjaga kebersihan(b) Cuxi tangan setiap
lingkungan sebelum dan sesudah
- Menggunakan universal tindakan keperawatan
precaution dalam(c) Gunakan baju, sarung
melakukan tindakan tangan sebagai alat
keperawatan perlindung
- Melakukan strategi
(d) Gunakan kateter
control infeksi intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kemih
(e) Tingkatkan intake nutrisi
(f) Kolaborasi : Berikan
terapi antibiotik

3.2 Asuhan Keperawatan Kasus Hidronefrosis


3.2.1 Kasus
Pada tanggal 3 Maret Tn.X yang berusia 50 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan
BAK bercampur darah disertai nyeri pada daerah perut dan punggung sejak 10 hari yang lalu.
Nyeri bertambah berat saat duduk ketika mengendarai motor. Klien mengatakan tidak nafsu
makan dan minum. Klien juga mengeluh Buang Air Kecilnya sedikit dan jarang. Setelah
dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan data TB: 169 cm, BB: 49 Kg, Nadi 110 x/menit,
TD 130/90 mmHg, suhu 38,1oC, RR 24 x/menit. Klien terlihat lemah dan kesakitan. Hasil
palpasi kandung kemih terasa penuh. Pemeriksaan urinalisis: pH urin 9 dan adanya darah
dalam urin. Hasil pemeriksaan USG abdomen, nampak adanya striktur pada uretra.
Pemeriksaan darah BUN: 25 mg/dl, creatinin: 2 mg/dl, kalium: 6 mEq/L. Tn. C didiagnosis
Hidronefrosis. Keluarga klien tidak ada yang memiliki penyakit yang sama seperti klien.
3.2.2 Pengkajian
A. Anamnesa
a. Identitas Klien
Nama Klien : Tn.X
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 50 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tukang Ojek
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
b. Keluhan Utama
Keluhan utama yang dirasakan klien yaitu BAK bercampur darah
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien dibawa ke rumah sakit pada tanggal 3 maret dengan keluhan BAK bercampur
darah disertai nyeri pada daerah perut dan punggung sejak 10 hari yang lalu. Nyeri bertambah
berat saat duduk ketika mengendarai motor. Klien mengatakan tidak nafsu makan dan
minum. Klien juga mengeluh Buang Air Kecilnya sedikit dan jarang.
Skala Nyeri dari pengkajian menurut PQRST :
a) P (palliative/provocative): Nyeri kolik akibat adanya obstruksi saluran ginjal
b) Q (quality/quantity ): Klien merasa nyeri pada abdomen bagian bawah yang dirasakan
bersifat tumpul dan hilang timbul.
c) R (region): Abdomen kanan bawah
d) S (scale): Skala nyeri 6 (1-10)
e) T (time): Nyeri dirasakan hilang timbul sewaktu-waktu
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan jika klien tidak pernah menderita penyakit seperti yang diderita sekarang
dan klien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan jika tidak ada keluarga yang memiliki penyakit seperti klien dan tidak ada
penyakit keturunan.
B. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernafasan (B1)
RR: 24x/menit, vesikuler
b. Sistem kardiovaskuler (B2)
TD: 130/90 mmHg, N: 110x/menit, T : 38,1 oC
c. Sistem Persarafan (B3)
GCS 456, klien terlihat lemah dan kesakitan
d. Sistem Perkemihan (B4)
Oliguri, Hematuri (BAK bercampur darah), pH 9. Mengeluh BAK bercampur darah disertai
nyeri pada daerah perut dan punggung sejak 10 hari yang lalu. BAK sedikit dan jarang.
e. Sistem Pencernaan (B5)
BB sekarang: 49 kg, TB 169 cm, BB SMRS 2 bulan yang lalu: 59 kg. Tidak nafsu makan.
Porsi makan tidak habis, hanya habis 1/3 porsi. Belum BAB selama 5 hari. Mual +, muntah
+.
IMT = BB / (TB)2
IMT = 49 / (1,69)2 IMT = 49/2,86 = 17,13  kurus
f. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen (B6 )
Sistem Muskuloskeletal dan integumen tidak ditemukan masalah.
C. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan urinalis : pH urin 9 dan adanya darah dalam urin
2) Hasil pemeriksaan USG Abdomen :nampak adanya striktur pada uretra
3) Pemeriksaan darah
a. BUN: 25 mg/dl (N pada laki-laki : 6-24 mg/dL)
b. Creatinin: 2 mg/dl ( N : 0,6-1,3 mg/dL)
c. Kalium: 6 mEq/L (N : 3,8-5,1 mEq)
3.2.3 Analisis Data
Data Etiologi MK
DS: Obstruksi Ureter Nyeri akut
- Pasien merasakan adanya nyeri pada ↓ (00132)
daerah perut dan punggung yang Penyempitan saluran kemih
dirasakan hilang timbul sejak 10 hari ↓
yang lalu. Penumpukan urin
- Klien mengatakan jika nyeri ↓
semakin bertambah ketika duduk Penekanan ureter
saat mengendarai motor ↓
DO: Obstruksi aliran urin
- Pasien terlihat meringis menahan ↓
nyeri Kolik renalis
- Klien terlihat lemah ↓
- Hasil PQRST Nyeri
P: Nyeri kolik akibat adanya obstruksi
saluran ginjal
Q: Tumpul dan hilang timbul
R: Abdomen kanan bawah
S: Skala nyeri 6 (skala 1-10)
T: Nyeri dirasakan hilang timbul
- Tanda tanda Vital
Nadi 110 x/menit, TD 130/90
o
mmHg, suhu 38,1 C, RR 24
x/menit.
- Pemeriksaan darah BUN: 25 mg/dl,
creatinin: 2 mg/dl, kalium: 6 mEq/L.
DS: Hidronefrosis Gangguan nutrisi
a. Pasien mengatakan tidak nafsu ↓ kurang dari
makan. Kegagalan membuang kebutuhan
b. Pasien mengatakan selalu ingin limbah metabolik
muntah ketika makan ↓
DO : Ureum dalam darah
a. BB awal 59 kg, BB sekarang 49 ↓
kg. Racun dalam darah
b. Porsi makan tidak habis ↓
c. IMT : 17,13 Mual, muntah
d. Tampak lemas, nafsu makan ↓
menurun, mual, muntah Gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan
DS : Hidronefrosis Gangguan eliminasi
- Pasien mengeluh sulit untuk BAK ↓ urin
DO: Refluks urin ke ginjal
- Terjadi penurunan jumlah urin. ↓
- Pasien nampak tidak dapat mengatur Retensi urin
jadwal pengeluaran urinnya. ↓
BUN: 25 mg/dl, creatinin: 2 mg/dl, Gangguan pola eliminasi
kalium: 6 mEq/L urin

3.2.4 Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan Obstruksi Ginjal
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan
c. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penyempitan ureter
3.2.5 Intervensi Keperawatan
Diagnosa : Nyeri akut berhubungan dengan Obstruksi Ginjal
NOC NIC
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan Pain Management (1400)
keperawatan diharapkan nyeri pasien a. Lakukan pengkajian nyeri secara
berkurang dengan Kriteria Hasil NOC: komprehensif termasuk lokasi,
a. Mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
(mengetahui penyebab nyeri, dapat dan factor presipitasi
menggunakan teknik nonfarmakologi
b. Observasi reaksi nonverbal dari
untuk mengurangi nyeri) ketidaknyamanan
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik
dnegan manajemen nyeri untuk mengetahui pengalaman nyeri
c. Mampu memngenali nyeri (skala, pasien
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) d. Control lingkungan yang dapat
d. Menyatakan rasa nyaman setelah mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
nyeri berkurang
e. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
e. Tanda vital dalam rentang normal
(farmakologi, non farmakologi dan inter
personal)
f. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
(napas dalam, kompres hangat atau
dingin)
g. Memposisiskan klien untuk
memberikan rasaa nyaman
h. Tingkatkan istirahat
i. Kolaborasi : Pemberian Analgesik
sesuai indikasi
j. Monitoring vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesic pertama
kali

Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kurangnya intake makanan
NOC NIC
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan 1. Managemen Nutrisi (1100)
Keperawatan diharapkan nutrisi klien a. Identifikasi alergi makanan pada
adekuat dengan Kriteria Hasil NOC : klien.
b. Beri instruksi kepada pasien tentang
1. Klien akan mengkonsumsi secara tepat
jumlah kebutuhan kalori atau nutrisi yang kebutuhan nutrisi klien.
2. Terapi Nutrisi (1120)
di programkan.
2. Berat badan klien akan meningkat. Monitor makanan/ cairan yang
3. Klien memiliki energy yang cukup dicerna, masukan kalori dan
sehingga tidak merasa lemas. dikalkulasi setiap hari dengan tepat.
3. Managemen Mual (1450)
a. Kaji makanan yang disukai dan
tidak disukai klien
b. Beri supplement nutrisi sesuai
kebutuhan
4. Manajemen Energi (0180)
a. Monitor intake nutrisi untuk
memastikan sumber nutrisi yang
adekuat.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
kebiasaan untuk meningkatkan
intake makanan yang tinggi energi

Diagnosa : Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penyempitan ureter


NOC NIC
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan Manajemen eliminasi urin
keperawatan diharapkan klien dapat a. Monitor eliminasi urin mengenai
berkemih dengan jumlah normal dengan frekuensi, konsistensi, volume,
Kriteria Hasil NOC : warna
b. Monitor tanda dan gejala adanya
- Frekuensi urin dalam batas normal
retensi urin
- Tidak terjadi retensi urin c. Mengkaji pemasukan cairan dan
- Warna urin kuning jernih pengeluaran karakteristik urin
d. Amati keluhan kandung kemih,
- Tidak menunjukkan adanya tanda
palpasi untuk distensi suprapubik,
obstruksi
pertahanan penurunan keluaran urin
e. Kolaborasi : pemasangan nefrotomy
tube

3.2.6 Evaluasi
1. Klien mengatakan jika nyeri berkurang dalam skala 1-2
2. Intake makanan meningkat dan nutrisi klien dapat terpenuhi
3. Klien mengatakan dapat berkemih dengan jumlah nomal sekitar 1000-1500/hari
DAFTAR PUSTAKA

De Jong, Sjamsuhidayat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed. 3. Jakarta: EGC
Doenges,Marilyn E,dkk.2010.Nursing Care Plans.Ed.8.USA : Davis Plus Mitchell.2006.Buku Saku
Patologis Penyakit Ed.7.Trans:Andry Hartono.Jakarta:EGC
Kumar, Vinay, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins, Vol. 2, ed. 7. Jakarta: EGC.
Manski,Dr.med.Dirk.2015. Hydronephrosis and Upper Urinary Tract Obstruction.Available from : URL
: http://www.urology-textbook.com/hydronephrosis.html [Diakses tanggal 15 Maret 2015]
Medkes.2013.ESWL.Hancurkan Batu Ginjal Tanpa Operasi.Availabe from : URL
:http://www.medkes.com/2013/12/eswl-hancurkan-batu-ginjal-tanpa-operasi.html [Diakses
tanggal 15 Maret 2016]
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Ed. 8.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai