“HIDRONEFROSIS”
Guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Perkemihan
Dosen Pembimbing: Ns. Ana Fitria Nusantara S,Kep.
KELOMPOK 5
Anggota Kelompok:
1. MOH. KHOLIL SIDIK (14201.05.13014)
2. MOH INDRA WIBAWA (14201.05.13015)
3. NUR HIDAYATI (14201.05.13021)
4. KHUSWATUN KHASANAH (14201.05.13011)
5. RADHA NIKMATUL MAULA(14201.05.13025)
6. SAIFUL BAHRI (14201.05.13033)
7. SULI ASTRIA NUNGSIH (12.01.030)
HALAMAN JUDUL..................................................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................
1.2 Rumusan Masalah.................................................................
1.3 Tujuan ....................................................................................
1.4 Manfaat ..................................................................................
BAB 2. TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian...............................................................................
2.2 Etiologi....................................................................................
2.3 Klasifikasi...............................................................................
2.4 Tanda dan Gejala...................................................................
2.5 Patofisiologi ...........................................................................
2.6 Pemeriksaan Penunjang dan Dignostik...............................
2.7 Penatalaksanaan....................................................................
2.8 Komplikasi .............................................................................
2.9 Pencegahan ............................................................................
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian..............................................................................
3.2 Diagnosa .................................................................................
3.3 Perencanaan ..........................................................................
3.5 Evaluasi ..................................................................................
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan ............................................................................
4.2 Saran.......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu agar
mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien
hidronefrosis.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Definisi hidronefrosis.
2. Untuk mengetahui Etiologi hidronefrosis.
3. Untuk mengetahui Patofisiologi hidronefrosis.
4. Untuk mengetahui Manifestasi klinis hidronefrosis.
5. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang hidronefrosis.
6. Untuk mengetahui Penatalaksanaan hidronefrosis.
7. Untuk mengetahui Komplikasi Hidronefrosis
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Dapat di jadikan salah satu refrensi untuk belajar, selain itu makalah ini
dapat di jadikan sebagai salah satu refrensi dalam melakukan asuhan
keperawatan dalam ruang lingkup Hidronefrosis
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat di jadikan salah satu karya tulis ilmiah dapat di jadikan referensi
dalam acuan belajar.
1.4.3 Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai pedoman dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan di klinik
pada pasien dengan kasus Hidronefrosis
1.4.4 Bagi Pembaca
Sebagai buku acuan belajar dan memahami tentang penyakit Hidronefrosis
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada satu atau kedua
ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin
mengalir balik sehingga tekanan di ginjal meningkat (Smeltzer dan Bare,
2002).
Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung
kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks
ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim
ginjal (Sylvia,1995).
Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik
akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi di salah satu
ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak.
2.2 Etiologi
Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan
ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis):
- Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis
renalis terlalu tinggi
- Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah
- Batu di dalam pelvis renalis
- Penekanan pada ureter oleh:
jaringan fibrosa
arteri atau vena yang letaknya abnormal
tumor.
Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan di bawah
sambungan ureteropelvik atau karma arus balik air kemih dari kandung kemih:
- Batu di dalam ureter
- Tumor di dalam atau di dekat ureter
- Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi
penyinaran atau pembedahan
- Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
- Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat
pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid)
- Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)
- Kanker kandung kemih, leper rahim, rahim, prostat atau organ panggul
lainnya
- Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih ke
uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker
- Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera
- Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu
menghalangi kontraksi ureter ( Brunner & Suddarth,2001)
2.3 Klasifikasi
1. Hidronefrosis unilateral
Obstruksi pada salah satu sisi saluran kemih pada umumnya disebabkan
oleh proses patologik yang letaknya proksimal terhadap kandung kemih. Keadaan
ini berakibat hidronefrosis dan dapat menyebabkan atrofi serta kehilangan fungsi
salah satu ginjal tanpa menyebabkan gagal ginjal. Penyebab obstruksi unilateral
adalah:
1. Obstruksi ureteropelvik-kelainan ini umum ditemukan. Pada beberapa
pasien memang terdapat obstruksi anatomik-paling sering adalah
arteria renalis aberen yang menekan ureter bagian atas-sebagian besar
kasus bersifat idiopatik (hidronefrosis idiopatik). Pada pasien ini
didapatkan obstruksi fungsional pada taut ureteropelvik dengan lumen
paten. Kelainan kongenital pada inervasi atau otot ureteropelvik telah
diduga sebagai penyebab, dan kelainan ini dapat disembuhkan dengan
pengangkatan regio tersebut dan reanatomosis secara bedah. Pada
kasus ini didapatkan obstruksi berat dan dilatasi progresif pelvis ginjal
(hidronefrosis) di atas taut ureteropelvik. Ureter masih normal. Akibat
pada ginjal bervariasi. Pada pasien dengan pelvis ginjal ekstrarenal,
pelebaran masif menghasilkan massa kistik yang sangat besar pada
hilum ginjal yang dapat terlihat sebagai massa abdomen. Pada keadaan
ini, peningkatan tekanan di dalam ginjal kurang dibandingkan bila
pelvis berada intrarenal, dan distensi akan menyebabkan pembesaran
sistem pelviokalise dan selanjutnya atrofi ginjal.
2. Penyakit ureter kongenital-kelainan kongenital ureter yang lain dapat
menyebabkan hidronefrosis unilateral. Keadaan ini meliputi ureter
ganda, ureter bifida, dan kelainan otot ureter yang menyebabkan
penebalan dinding ureter (megaureter). Ureterokel merupakan
pelebaran kistik bagian terminal ureter yang disebabkan oleh stenosis
kongenital orifisium ureter pada dinding kandung kemih. Ureter
terminal kistik tersebut umumnya menonjol ke dalam lumen kandung
kemih. Walaupun kelainan ureter ini dapat terjadi pada masa anak,
sebagian besar ditemukan secara kebetulan atau menimbulkan gejala
pada usia dewasa.
3. Penyakit ureter didapat-kelainan ini umum ditemukan dan meliputi (1)
obstruksi lumen oleh batu, bekuan darah, atau kerak papila ginjal yang
nekrotik; (2) penyebab mural, seperti striktur fibrosa dan neoplasma;
(3) tekanan ekstrinsik terhadap ureter pada fibrosis retroperitoneum
dan neoplasma retroperitoneum.
Struktur fibrosa dapat terjadi setelah peradangan, tuberkulosis, atau
cedera ureter yang sebagian besar disebabkan oleh pembedahan pelvis
pada kanker genokologi. Lesi neoplasma (baik primer maupun
metastasis) jarang mengenai ureter secara primer. Yang lebih sering
terjadi adalah keganasan retroperitoneum dan pelvis yang
menginfiltrasi ureter pada saat menyebar. Ureter juga dapat
mengalami obstruksi pada bagian terminal yang masuk kedalam
kandung kemih. Kanker kandung kemih sering menimbulkan
komplikasi hidronefrosis unilateral.
2. Hidronefrosis bilateral:
1. Di sebelah distal kandung kemih, penyebab tersering adalah
hiperplasia prostat pada pria usia lanjut. Adanya katup uretra
posterior kongenital juga dapat menyebabkan hidronefrosis
bilateral pada anak usia muda. Pada pasien paraplegia dengan
kandung kemih neurogenik biasanya juga didapatkan hidronefrosis
bilateral.
2. Penyebab yang mengenai kedua ureter mencakup fibrosis
retroperitoneum dan keganasan.
3. Disfungsi otot ureter yang timbul pada masa kehamilan (mungkin
akibat efek progesteron pada otot polos) juga dapat menimbulkan
hidroureter dan hidronefrosis ringan.
2.4 Patofisiologi
Obstruksi pada aliran normal urine menyebabkan urine mengalir balik
sehingga tekanan ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau
kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal. Tetapi jika
obstruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka
hanya satu ginjal yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermitten dapat disebabkan oleh batu renal yang
terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya.
Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas
jaringan parut akibat obses atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran
tersebut. Gangguan dapat sebagai akibat dari bentuk sudut abnormal di
pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah yang menyebabkan ureter kaku.
Pada pria lansia, penyebab tersering adalah obstruksi uretra pada pintu
kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis juga dapat terjadi
pada kehamilan akibat pembesaran uterus.
Apapun penyebabnya adanya akumulasi urine di piala ginjal akan
menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini, atrofi ginjal
terjadi ketika salah satu ginjal mengalami kerusakan bertahap maka ginjal
yang lain akan membesar secara bertahap (hipertrofi komensatori) akhirnya
fungsi renal terganggu (Smeltzer, 2001:1442).
4.1 Pengkajian
a. Identitas
Identitas Klien: Hidronefrosis dapat terjadi pada klien yang mengalami
akumulasi urin di saluran kemih bagian atas.
- Ditemukan pada laki-laki di atas usia 60 tahun
- Perempuan lebih banyak terjadi daripada laki-laki
- Pekerjaan yang meningkatkan statis urine (sopir, sekretaris, dll)
b. Keluhan Utama
Klien dengan hidronefrosis dapat mengeluh nyeri yang luar biasa di daerah
tulang rusuk dan tulang panggul biasanya skala 6-8.
4.1 Kesimpulan
Hidronefrosis merupakan obstruksi aliran kemih proksimal terhadap
kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam
pelviks ginjal dan ureter yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim
ginjal. Apabila obstruksi ini terjadi di ureter atau kandung kemih, tekanan balik
akan mempengaruhi kedua ginjal tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter
akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal yang rusak. Oleh karena
itu untuk mengatasi berbagai masalah yang ditumbulkan oleh hidronefrosis perlu
adanya problem solving melalui proses keperawatan. Tujuannya dari
penatalaksanaan hidronefrosis adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki
penyebab dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan
melindungi fungsi ginjal.Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui
tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya.
4.2 Saran
Pasien harus menghindari penyebab hidronefrosis. Selain itu keluarga juga
harus berperan aktif untuk kesembuhan pasien dan mampu melakukan perawatan
mandiri kepada pasien setelah perawat mengajrkan cara perawatn mandiri di
rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Burner & Sudarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, ECG
Purnomo, B.B 2011. Dasar-dasar Urologi Edisi ketiga. Jakarta. Sagung Seto
Dongoes, M.E., Mary F.M., dan Alice C. G. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC.
Smaltzer, Suzanne C & Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah edisi 8.
Jakarta: EGC.