Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.

“A”
DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DI PUSKESMAS LABUAN BAJO, KAB. MANGGARAI BARAT
PROV. NUSA TENGGARA TIMUR

OLEH :
SUCI ISLAMIATY S. MALIK
P07120419030

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN MATARAM
MATARAM
2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan laporan kasus ini telah disahkan dan disetujui oleh
pembimbing lahan dan pembimbing akademik pada :

Hari/Tanggal :
Bangsal/Ruangan :

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan


LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

I. Konsep Dasar
A. Pengertian
Kebutuhan cairan elektrolit merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh. Dalam pemenuhan diatur oleh sistem atau organ didalam tubuh
seperti ginjal, kulit, paru dan gastrointestinal. Sedangkan dalam pertukaran,
keseimbangan cairan diatur oleh sistem dan mekanisme rasa haus, hormonal yakni ADH
(Anti Diuretic Hormonal), si se aldesteron, prostaglandin dan glukokortiroid.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikelpartikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke tubuh
melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan di distribusikan ke seluruh
tubuh (Haswita, Reni Sulistyowati, 2017).
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan salah satu faktor yang diatur dalam
homeostatis. Keseimbangan cairan sangat penting karena diperlukan untuk
kelangsungan hidup organisme. Keseimbangan diperlukan oleh tubuh adalah dimana
input dan output. (jurnal f.k unad, 2017).
Menurut Hierarki Maslow kebutuhan cairan merupakan kebutuhan dasar manusia yang
pertama yang harus dipenuhi. Masalah ini harus segera diatasi karena kelebihan volume
cairan apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan beban sirkulasi berlebihan,
edema, hipertensi dan gagal jantung kongestif (Herdman, T. Heather, 2015).
B. Etiologi
Tubuh manusia pada kelahiran mengandungi sekitar 75% berat cairan. Diusia 1 bulan,
nilai ini menurun menjadi 65% dan pada saat dewasa berat cairan dalam tubuh manusia
bagi pria adalah 60% dan wanita pula sekitar 50%. Selain itu, factor kandugan lemak
juga mengkontribusi kepada kandungan cairan dalam tubuh. Semakin tinggi jumlah
lemak yang terdapat dalam tubuh, seperti pada wanita maka semakin kurang kandungan
cairan yang ada. Nilai normal pengambilan cairan dewasa adalah sekitar 2.500 ml,
termasuk 300ml hasio metabolism tenaga substrat.
Rata-rata kehilangan cairan adalah sebanyak 2.500ml dimana terbagi kepada 1,500 ml
hasil urine, 400 ml terevaporasi lewat respiratori, 400 ml lewat evaporasi kulit, 100 ml
lewat peluh dan 100 ml melalui tinja. Kehilangan cairan lewat evaporasi 5 adalah
penting karena ia memainkan peran sebagai thermoragulasi. Dimana ia mengkontrol
sekitar 20-25% kehilangan haba tubuh. Perubahan pada keseimbangan cairan dan
volume sel bias menyebabkan impak yang serius seperti kehilangan fungsi pada sel,
terutama pada otak. Bentuk gangguan yang sering terjadi adalah kelebihan atau
kekurangan cairan yang mengakibatkan perubahan volume.
1) Overdehidrasi
Overdehidrasi air, seperti subtrat lain berubah menjadi toksik apabila dikonsumsi
secara berlebihan dalam jangka waktu tertentu. Intoksikasi sering terjadi bila cairan di
konsumsi tubuh dalam kadar tinggi tanpa mengambil sumber elektrolit yang
menyeimbangi kemasukan cairan tersebut. Overdehidrasi terjadi jika asupan cairan lebih
besar daripada pengeluaran cairan. Kelebihan cairan dalam tubuh menyebabkan
konsentrasi natrium dalam aliran darah menjadi sangat rendah. Penyebab overdehidrasi
meliputi, adanya ganggua ekskresi air lewat ginjal (gagal ginjal akut), masukan air yang
berlebihan pada terapi cairan, masuknya cairan irigator pada tindakan reseksi prostat
transuretra dan korban tenggelam. Gejala overhidrasi meliputi sesak napas, edema
peningkatan tekanan vena jugular, edema paru akut dan gagal jantung. Dari pemeriksaan
lab di jumpai hiponatremi dalam plasma. Terapi terdiri dari pemberian diuretic (bila
fungsi ginjal baik), ultrafiltrasi atau dialisis (fungsi ginjal menurun), dan flebotomi pada
kondisi yang darurat.
2) Dehidrasi
Dehidrasi merupakan suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat masukan yang
kurang atau keluaran yang berlebihan. Kondisi dehidrasi bisa terdiri dari 3 bentuk, yaitu:
isotonik (bila air hilang bersama garam, contoh: GE akut, overdosis diuretik), hipotonik
(Secara garis besar terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak dibandingkan air yang
hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di kompartemen intravaskular berpindah
ke ekstravaskular, sehingga menyebabkan penurunan volume intravaskular), hipertonik
(Secara garis besar terjadi kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang
hilang. Karena kadar natrium tinggi, air di kompartemen ekstravaskular berpindah ke
kompartemen intravaskular, sehingga penurunan volume intravaskular minimal).
C. Manifestasi tanda dan gejala
Gejala gangguan elektrolit bisa berbeda-beda pada setiap orang dan tergantung pada
seberapa berat gangguan yang dialami. Jika kadar elektrolit hanya meningkat atau
berkurang sedikit dari kondisi normal, biasanya pengidapnya tidak akan merasakan
gejala apapun. Namun, bila kadarnya berubah cukup signifikan, maka berbagai gejala
dapat terjadi.
Tidak semua jenis gangguan elektrolit menimbulkan gejala yang sama, tetapi
umumnya banyak gejala serupa yang terjadi, seperti:
 Gangguan irama jantung yang dapat berupa denyut jantung terlalu lambat (bradikardia),
denyut jantung terlalu cepat (takikardia), ataupun denyut jantung tidak teratur.
 Lemas dan mudah lelah.
 Mual dan muntah.
 Kejang
 Diare.
 Sembelit.
 Kram perut.
 Kelemahan otot hingga tangan dan kaki jadi sulit digerakkan.
 Sakit kepala.
 Penurunan kesadaran, bahkan hingga tingkat koma.
 Baal atau kesemutan.
D. Patofisiologi
a) Gangguan osmotik, kondisi ini berhubungan dengan asupan makanan atau zat yang
sukar diserap oleh mukosa intestinal dan akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga
usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare.
b) Respons inflamasi mukosa, terutama pada seluruh permukaan intestinal akibat produksi
enterotoksin dari agen infeksi memberikan respons peningkatan aktivitas sekresi air dan
elektrolit oleh dinding usus ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus.
c) Gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperistaltik usus akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare,
sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan
yang selanjutnya dapat menimbulkan diare. Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan
masalah keperawatan sebagai berikut :
 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diare dan muntah
 Diare berhubungan dengan peningkatan motilitas usus
 Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik usus
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubbuh berhubungan dengan mual dan
muntah e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan defekasi yang sering.
E. Pathway

Cairan dan elektrolit

Usia Iklim Diet Stres Kondisi

Difusi, fibrasi, transport aktif

Hipovolemi Hipervolemia Gangguan Gangguan


a keseimbangan elektrolit keseimbangan asam
basa:
Hiponatremia
MK: MK: Asidosis respiratorik
Hipokalemia
Kekurangan Kelebihan Asidosis metabolic
cairan cairan Hipokalsemia
Alkalosis respiratorik

Alkalosis metabolik

MK:

Ketidakseimbangan MK:
cairan dan elektrolit Gangguan
pertukaran gas
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terapi cairan meliputi dua bagian dasar yaitu ;
 Resusitasi cairan Ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan tubuh, sehingga
seringkali dapat menyebabkan syok. Terapi ini ditujukan pula untuk ekspansicepat dari
cairan intravaskuler dan memperbaiki perfusi jaringan.
 Terapi rumatan Bertujuan untuk memelihara keseimbangan cairan tub uh dan nutrisi
yang diperlukan oleh tubuh
G. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian.
Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan gangguan atau resiko
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi :
 Kaji riwayat kesehatan dan kepearawatan untuk identifikasi penyebab
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
 Kaji manifestasi klinik melalui :
- Timbang berat badan klien setiap hari.
- Monitor vital sign.
- Kaji intake output.
- Lakukan pemeriksaan fisik meliputi :
 Kaji turgor kulit, hydration, temperatur tubuh dan neuromuskuler irritability.
 Auskultasi bunyi /suara nafas.
 Kaji prilaku, tingkat energi, dan tingkat kesadaran.
 Review nilai pemeriksaan laboratorium : Berat jenis urine, PH serum, Analisa Gas
Darah, Elektrolit serum, Hematokrit, BUN, Kreatinin Urine.
b. Diagnosis Keperawatan.
Diagnosis keperawatan yang umum terjadi pada klien dengan resiko atau
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ansietas, gangguan mekanisme
pernafasan, abnormalitas nilai darah arteri.
 Penurunan kardiak output berhubungan dengan dysritmia kardio,
ketidakseimbangan elektrolit.
 Gangguan keseimbangan volume cairan : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan diare, kehilangan cairan lambung, diaphoresis, polyuria.
 Gangguan keseimbangan cairan tubuh : berlebih berhubungan dengan anuria, penurunan
kardiak output, gangguan proses keseimbangan, Penumpukan cairan
di ekstraseluler..
 Kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan kekurangan volume
cairan.
 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan dehidrasi dan atau edema.
 Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan edema.
c. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit adalah :
 Atur intake cairan dan elektrolit.
 Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter
dengan memperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan.
 Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti :diuretik, parasetamol.
 Provide care seperti : perawatan kulit, safe environment, personal hiegene.
d. Evaluasi/Kreteria hasil :
Kreteria hasil meliputi :
 Intake dan output dalam batas keseimbangan Elektrolit serum dalam batas normal.
 Vital sign dalam batas normal.
DAFTAR PUSTAKA
― Haswita, Reni Sulistyowati. (2017). Buku Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
― Herdman, T. Heather. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017. Jakarta: EGC.
― Unad f.k jurnal, 2017. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai