LAPORAN PENDAHULUAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL
a) Vitamin D
Berfungsi meningkatkan jumlah kalsium dalam darah dengan
meningkatkan penyerapan kalsium dari saluran pencernaan.
Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan deficit mineralisas,
deformitas dan patah tulang.
b) Horman parathyroid dan kalsitonin
Merupakan hormone utama pengatur homeostasis kalsium.
Hormon parathyroid mengatur konsentrasi kalsium dalam darah,
sebagian dengan cara merangsang perpindahankalsium dari
tulang. Sebagian respon kadar kalsiumdarah yang rendah,
peningkatan hormone parathyroid akan mempercepat mobilisasi
kalsium, demineralisasi tulang, dan pembentukan kista tulang.
Kalsitonin dari kelenjar tiroid meningkatkan penimbunan kalsium
dalam tulang.
c) Peredaran darah
Pasokan darah juga mempengaruhi pembentukan tulang. Dengan
menurunnya pasokan darah / hyperemia (kongesti) akan tejadi
penurunan osteogenesis dan tulang mengalami osteoporosis
(berkurang kepadatannya). Nekrosis tulang akan terjadi bila
tulang kehilangan aliran darah. Pada keadaaan normal tulang
mengalami pembentukan dan absorpsi pada suatu tingkat yang
konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak diman
lebih banyak terjadi pembentukan dari pada absorpsi tulang.
Proses ini penting untuk fungsi normal tulang. Keadaan ini
membuat tulang dapat berespon terhadap tekanan yang meningkat
dan untuk mencegah terjadi patah tulang. Perubahan tesebut
membantu mempertahankan kekuatan tulang pada proses
penuaan. Matrik organic yang sudah tua berdegenerasi, sehingga
membuat tulang relative menjadi lemah dan rapuh. Pembentukan
tulang baru memerlukan matrik organic baru, sehingga memberi
tambahan kekuatan tulang. (Price,S.A,1995 : 1179)
50
b) Tulang Pendek
Tulang ini sering didapat pada tulang-tulang karpalia di
tangan dan tarsalia di kaki. Fungsinya pendukung seperti
tampak pada pergelangan tangan. Bentuknya tidak teratur
dan inti dari konselus (spongi) dengan suatu lapisan luar dari
tulang yang padat.
c) Tulang Pipih
Tulang ini sering terdapat di tengkorak, panggul / koxa,
sternum, dan iga-iga, serta scapula (tulang belikat).
Fungsinya sebagai pelindung organ vital dan menyediakan
50
b) Kolumna Vertebralis
Kolumna vertebralis terdiri atas 26 tulang berbentuk tidak
teratur, terbentang antara tengkorak dan pelvis. Juga
merupakan tempat melekatnya iga dan otot punggung.
Kolumna vertebralis dibagi dalam 7 vertebra sevikalis, 12
vertebra torakalis, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sacrum dan
4 vertebra koksigius.
c) Thoraks tulang
Thorak tulang terdiri tulang dan tulang rawan. Thoraks
berupa sebuah rongga berbentuk kerucut terdiri dari 12
vertebra torakalis dan 12 pasang iga yang melingkar dari
tulang belakang sampai ke sternum. Pada sternum terdapat
beberapa titik penting yaitu supra sternal notch dan angulus
sterni yaitu tempat bertemunya manubrium dan korpus sterni.
Bagian-bagian tersebut merupakan penunjang kepala, leher,
dan badan serta melindungi otak, medulla spinalis dan organ
dalam thoraks.
50
d) Kerangka Apendikular
Kerangka apindikuler terdiri atas :
1) Bagian bahu (Singulum membri superioris)
Singulum membri superior terdiri atas klavikula dan
scapula. Klavikula. mempunyai ujung medial yang
menempel pada menubrium dekat suprasternal notch dan
ujung lateral yang menempel pada akronion.
2) Bagian panggul (Singulum membri inferior )
Terdiri dari ileum, iskium, pubis yang bersatu disebut
tulang koksae. Tulang koksae bersama sacrum dan
koksigeus membentuk pelvis tulang. Ekstremitas bawah
terdiri dari femur, patella, tibia, fibula, tarsus,
metatarsus.
e) Ligamen (simplay)
Ligamen adalah suatu susunan serabut yang terdiri dari
jaringan ikat keadaannya kenyal dan fleksibel. Ligament
mempertemukan kedua ujung tulang dan mempertahankan
stabilitas. Contoh ligamen medial, lateral, collateral dari lutut
yang mempertahankan diolateral dari sendi lutut serta
ligament cruciate anterior dan posterior di dalam kapsul lutut
yang mempertahankan posisi anteriorposterior yang stabil.
Ligament pada daerah tertentu melengket pada jaringna
lunak untuk mempertahankan struktur. Contoh ligament
ovarium yang melalui ujung tuba ke peritoneum.
50
f) Tendon
Tendon adalah ikatan jaringan fibrous yang padat yang
merupakan ujung dari otot yang menempel pada tulang.
Tendon merupakan ujung dari otot dan menempel kepada
tulang. Tendon merupakan ekstensi dari serabut fibrous yang
bersambungan dengan aperiosteum. Selaput tendon
berbentuk selubung dari jaringan ikat yang menyelubungi
tendon tertentu terutama pada pergelangan tangan dan tumit.
Selubung ini bersambungn dengan membrane sinovial yang
menjamin pelumasan sehinggga mudah bergerak.
g) Fascia
Fascia adalah suatu permukan jaringan penyambung longgar
yang didapatkan langsung di bawah kulit, sebagai fascia
superficial atau sebagai pembungkus tebal, jaringan
penyambung fibrous yang membungkus otot, saraf dan
pembuluh darah. Yang demikian disebut fascia dalam.
h) Bursae
Bursae adalah kantong kecil dari jaringna ikat di suatu
tempat dimana digunakan di atas bagian yang bergerak.
Misalnya antara tulang dan kulit, tulang dan tendon, otot-
otot. Bursae dibatasi membrane sinovial dan mengandung
caiaran sinovial. Bursae merupakan bantalan diantara bagian-
50
a) Sendi peluru
Sendi peluru adalah persendian yang
memungkinkan gerakan yang lebih bebas. Sendi ini
terjadi apabila ujung tulang yang satu berbentuk
bonggol, seperti peluru masuk ke ujung tulang lain
yang berbentuk cekungan. Contoh sendi peluru
adalah hubungan tulang panggul dengan tulang
paha, dan tulang belikat dengan tulang atas.
b) Sendi engsel
Memungkinkan gerakan melipat hanya satu arah,
Persendian yang menyebabkan gerakan satu arah
karena berporos satu disebut sendi engsel. Contoh
sendi engsel ialah hubungan tulang pada siku, lutut,
dan jari-jari.
c) Sendi pelana
Sendi pelana adalah persendian yang membentuk
sendi, seperti pelana, dan berporos dua. Contohnya,
50
d) Sendi pivot
Memungkinkan rotasi untuk melakukan aktivitas
untuk memutar pegangan pintu, misal persendian
antara radius dan ulna.
e) Sendi peluncur
Memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah.
Contoh adalah sendi-sendi tulang karpalia di
pergelangan tangan
j) Jaringan Penyambung
Jaringan yang ditemukan pada sendi dan daerah-daerah yang
berdekatan terutama adalah jaringan penyambung, yang
tersususn dari sel-sel dan subtansi dasar. Dua macam sel
yang ditemukan pada jaringan penyambung sel-sel yang
tidak dibuat dan tetap berada pada jaringan penyambung,
seperti sel mast, sel plasma, limfosit, monosit, leukosit
polimorfonuklear. Sel-sel ini memegang peranan penting
pada reaksi-reaksi imunitas dan peradangan yang terlihat
pada penyakit-penyakit reumatik. Jenis sel yang kedua dalam
sel penyambung ini adalah sel yang tetap berada dalam
jaringan seperti fibroblast, kondrosit, osteoblas. Sel-sel ini
mensintesis berbagai macam serat dan proteoglikan dari
50
Patofisiologi :
1) Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% -
80%menginfeksi tulang.
2) Awitan osteomylitis ortopedi dapt terjadi dalam 3 bulan
pertama ( akut fulminan staduim I ) dan sering
berhubungan dengan hematomaatau infeksi superfisial.
Infeksi awitan lambat ( stadium II) terjadi antara 4-24
bulansetelah pembedahan. Osteomylitis lama ( stadium III
)biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi dua
tahun atau lebih setelah pembedahan.
3) Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari
inflamasi, peningkatan vaskularisasi dan edema. Setelah
2-3 hari trombus pada pembulu darah terjadi pada tempat
tersebut. Sehingga mengakibatkan iskemia dengan
nekrotis tulang. Seiringan dengan peningkatan dan dapat
menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya.
c. Skoliosis
Skoliosis adalah penyimpangan tulang belakang ke lateral dari
garis tengah. Skoliosis merupakan deformitor tulang belakan
yang menggambarkan deviasi vertebrata ke arah lateral. Bentuk
dan tiap-tiap ruas tulang manusia pada umumnya adalah sama
hanya ada perbedaan sedikit tergantung pada kerja yang di
tanganinya.
Etiologi :
1) faktor heriditas
yaitu yang di turunkan secara auotsomal dominan, kelainan
ini dapat terjadi karena akibat adanyaabnormalitas tulang
bawahyang mengenai vertebra atauipun struktur-strukturnya.
2) Kongenital
Yaitu didapat sejak lahir. Adapula yang tidak didapat sejak
lahir tetapi berkembang pada masa berikutnya.
50
3) Idiopatik
Tidak di ketahui penyebabnya, tetapi jenis ini lebih umum
biasanya berkembang pada masa remaja.
Struktural :
Perubahan pada steruktur tulang belakang karena sebab yang
bervariasi
Klasifikasi Skoliosis :
1) Skoliosis non struktural ( reversible )
a) Skoliosis postural
b) Nyeri dan spasme otot
c) Tungkai bawah yang tidak sama panjang
2) Skoliosis struktural ( ireversble )
a) Skoliosis idoptik
b) Skoliosis osteopatik
c) Skoliosis neuropatik
d) Skoliosis miopatik
Patofisiologi :
Skoliosis dapat terjadi hanya pada daerah tulang spinalis
termasuk rongga tulang spinal. Lengkungan dsapat berbentuk S
atau C. Derajat lengkungan penting untuk di ketahui karena hal
dapat menentukan jumlah tulang rusuk yang mengalami
pergeseran. Pada tingkat rootasi lengkungan yang cukup besar
mungkin dapat menekan dan menimbulkan keterbatasan pada
organ penting yaitu paru-paru dan jantung. Aspek paling penting
terjadinya deformitas adalah progresivitas pertumbuhan tulang.
Dengan terjadinya pembengkokan tulang vertebra ke arah
lateraldi sertai dengan rotasi tulang belakang. Maka akan diikutio
dengan perkembangan sekunder pada tulang vertebra dan iga.
Oleh karena adanya gangguan pertumbuhan yang bersifat
progresif, di samping terjadi perubahan pada vertebra, juga
terdapt perubaahan pada tulang iga. Dimana bertambahnya kurva
50
eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh
tulang. Pernyataan ini sama yang diterangkan dalam buku
Luckman and Sorensen’s Medical Surgical Nursing.
Etiologi :
a) Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering
bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau
miring.
b) Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang
ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang
patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur
hantaran vektor kekerasan.
c) Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.
Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan
dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
Patofisiologi :
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan
gaya pegas untuk menahan tekanan (Apley, A. Graham, 1993).
Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang
dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang
(Carpnito, Lynda Juall, 1995). Setelah terjadi fraktur, periosteum
dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan
jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan
terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di
rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke
bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn
50
e) Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke
tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis
tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.
f) Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan
menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.
1) Amputasi
Amputasi berasal dari kata amputare yang kurang lebih
diartikan pancung. Amputasi dapat pula diartikan sebagai
memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian
ekstremitas. Dalam ilmu kedokteran diartikan
“membuang” sebagian atau seluruh anggota gerak,
sesuatu yang menonjol atau tonjolan alat (organ
tubuh).Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan
dalam kondisi pilihan terakhir manakala organ yang
terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin mendapat
diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau
manakala organ mendapat membahayakan tubuh klien
secara utuh atau merusak argon tubuh yang lain separti
dapat menimbulkan komplikasi infeksi. Kegiatan
amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa
sistem tubuh seperti sistem intigumen, sistem persyarafan,
sistem muskuloskeletal, dan sistem kardiovaskuler. Lebih
lanjut dia dapat menimbulkan masalah psikologis bagi
klien atau keluarga berupa penurunan harga diri dan
produktifitas. Penyebab atau faktor perediosposisi
terjadinya amputasi. Tindakan amputasi dapat dilakukan
pada kondisi:
50
pada umur 20-30 tahun, lebih sering pada wanita daripada pria
dengan perbandingan 3:1. Penyakit ini menyerang sendi-sendi
kecil pada tangan, pergelangan kaki dan sendi-sendi besar pada
lutut, panggul serta pergelangan tangan.
Etiologi :
Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Ada beberapa teori
yang dikemukakan mengenai penyebab artritis reumatoid, yaitu :
1) Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-
hemolitikus
2) Endokrin
3) Autoimun
4) Metabolik
5) Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.
Pada saat ini, artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor
autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen
tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan
organisme mikoplasma atau grup difterioid yang menghasilkan
antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.
h. Arthritis Gout
Artritis gout adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena
deposisi kristal asam urat pada jaringan sekitar sendi (tofi). Gout
juga merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan
metabolik yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat
(hiperurisemia). Serta Artritis gout suatu penyakit autoimun
dimana persendian secara simetris mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
1) Insidens dan Patogenesis
Gout dapat bersifat primer maupun sekunder. Gout primer
merupakan akibat langsung pembentukan asam urat tubuh
yang berlebihan atau ekskresi asam urat yang berkurang
50
d) Atrofi
Atrofi adalah penurunan ukuran suatu sel atau jaringan. Atrofi
suatu otot dapat terjadi akibat tidak di gunakannya otot atau
terjadi pemutusan saraf yang menpersarafi otot tersebut. Pada
atrofi otot ukuran miofibril berkurang, atau walaupun tidak
mengalami atrofi kepadatan tulang dapat berkurang akibat tidak
digunakannya tulang tersebut atau adanya penyakit desiensi
metababolik.
D. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar – X
Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi dan perubahan
hubungan tulang. Sinar-X multipel diperlukan untuk pengkajian
paripurna struktur yang sedang diperiksa. Sinar-X korteks tulang
dapat menunjukkan adanya pelebaran, penyempitan dan tanda
iregularitas. Sinar – X sendi dapat menunjukkan adanya cairan,
iregularitas, penyempitan, dan perubahan struktur sendi.
2. CT Scan (Computed Tomografi Scan)
Menunjukkan rincian bidang tertentu dan dapat memperlihatkan
tumor jaringan lunak atau cedera ligamen atau tendon. CT Scan
digunakan untuk mengindentifikasi lokasi dan panjangnya patah
tulang di daerah yang sulit dievaluasi, seperti asetabulum.
Pemeriksaan dilakukan bisa dengan atau tanpa kontras dan
berlangsung sekitar satu jam.
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Teknik pencitraan khusus, non invasif yang menggunakan medan
magnet, gelombang radio, dan komputer untuk memperlihatkan
abnormalitas, misal tumor atau penyempitan jaringan lunak. Klien
yang mengenakan implant logam atau pacemaker tidak bisa menjalani
pemeriksaan ini. Perhiasaan harus dilepas, klien yang klaustrofobia
biasanya tidak mampu menghadapi ruangan tertutup tanpa penenang.
50
4. Angiografi
Pemeriksaan sisitem arteri. Suatu bahan kontras radiopaque
diinjeksikan ke dalam arteri tertentu, dan diambil foto sinar-X serial
sistem arteri yang dipasok oleh arteri tersebut. Pemeriksaan ini sangat
baik untuk mengkaji perfusi arteri dan bisa digunakan untuk indikasi
tindakan amputasi yang akan dilaksanakan. Perawatan setelah
dilakukan prosedur yaitu klien dibiarkan berbaring selama 12-24 jam
untuk mencegah perdarahan pada tempat penusukan untuk melihat
adanya pembengkakan, perdarahan dan hematoma serta nya pantau
ekstremitas bagian distalnya untuk menilai apakah sirkulasinya
adekuat.
5. Digital Substraction Angiography (DSA)
Menggunakan teknologi komputer untuk menggambarkan sistem
arteri melalui kateter vena. Sedangkan, venogram adalah pemeriksaan
sistem vena yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya
trombosis vena dalam
6. Mielografi
Suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam
rongga subarakhnoid spinalis lumbal, dilakukan untuk melihat adanya
herniasi diskus, stenosis spinal (penyempitan kanalis spinalis) atau
adanya tumor. Sementara, diskografi adalah pemeriksaan diskus
vertebralis dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam diskus dan
dilihat distribusinya
7. Arthrografi
Penyuntikkan bahan radiopaque atau udara ke dalam rongga sendi
untuk melihat struktur jaringan lunak dan kontur sendi. Sendi
diletakkan dalam kisaran pergerakannya sementara diambil gambar
sinar-X serial. Pemeriksaan ini sangat berguna untukmengidentifikasi
adanya robekan akut atau kronik kapsul sendi atau ligamen penyangga
lutut, bahu, tumit, pinggul dan pergelangan tangan. Bila terdapat
robekan bahan kontras akan mengalami kebocoran keluar sendi dan
50
11. Termografi
Mengukur derajat pancaran panas dari permukaan kulit. Kondisi
inflamasi seperti artritis dan infeksi, neoplasma harus dievakuasi.
Pemeriksaan serial berguna untuk mendokumentasikan episode
inflamasi dan respons klien terhadap terapi pengobatan antiinflamasi.
12. Elektromiografi
Memberi infoemasi mengenai potensial listrik otot dan saraf yang
menyarafi. Tujuannya adalah menentukan abnormalitas fungsi unit
motor end. Setelah tindakan berikan kompres hangat untuk
mengurangi ketidaknyamanan.
13. Absorpsiometri foton tunggal dan ganda
Uji noninvasif untuk menentukan kandungan mineral tulang pada
pergelangan tangan atau tulang belakang. Osteoporosis dapat
dideteksi dengan menggunakan alat densitometri.
14. Biopsi
Dilakukan untuk menentukan struktur dan komposisi tulang, otot, dan
sinovium serta untuk membantu menentukan penyakit tertentu.
Tindakan yang dilakukan setelah pelaksanaan prosedur adalah
memantau adanya edema, perdarahan dan nyeri. Kompres es dapat
diberikan untuk mengurangi edema, bahkan pemberian analgetik
untuk mengatasi nyeri.
A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan
keterlibatan organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ),
tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama
bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres
pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan
50
b. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur
sesuai kebutuhan
R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada
sendi yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan
pada sendi yang terinflamasi/nyeri
c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan
trokhanter, bebat, brace.
R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan
posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat
mengurangi kerusakan pada sendi.
d. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di
tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari
gerakan yang menyentak.
R/ Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan
sendi.Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi.
e. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada
waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat
untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau
suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya.
R/ Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa
sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari.Sensitivitas pada panas
dapat dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan.
f. Berikan masase yang lembut
R/meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri.
g. Dorong penggunaan teknik manajemen stres, misalnya relaksasi
progresif,sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman
imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas.
R/ Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin
meningkatkan kemampuan koping.
h. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.
50
Kriteria Hasil :
a. Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/ prognosis, perawatan.
b. Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi
gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan
aktivitas.
Intervensi dan Rasional:
a. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.
R/ Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.
b. Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit
melalui diet,obat-obatan, dan program diet seimbang, l;atihan dan
istirahat.
R/ Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri/
jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah
deformitas.
c. Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang
realistis,istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi
fisik, dan manajemen stres.
R/ Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu
menangani proses penyakit kronis kompleks.
d. Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.
R/ Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan
dosis.
e. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida
pada waktu tidur.
R/ Membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan
meningkatkan tidur dan m,engurangi kekakuan di pagi hari.
f. Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, mis: tinitus,
perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik.
50
m. Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya
dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan pemberian bantalan
yang tepat.
R: mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit.
n. Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan/ pemeriksaan
laboratorium, mis: LED, Kadar salisilat, PT.
R/ Terapi obat obatan membutuhkan pengkajian/ perbaikan yang terus
menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah takar lajak, efek
samping yang berbahaya.
o. Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan.
R/ Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan tehnik atau
pilihan lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan
hubungan pribadi dan perasaan harga diri/ percaya diri.).
p. Identifikasi sumber-sumber komunitas, mis: yayasan arthritis (bila
ada).
R/ bantuan/ dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan
pemulihan maksimal.
50
DAFTAR PUSTAKA
http://askepdankesehatan.blogspot.co.id/2009/03/patofisiologi-
moskuloskletal.html
http://ayoncrayon5.blogspot.co.id/2012/11/anatomi-fisiologi-
muskuloskeletal.html
http://my-beautifulhome.blogspot.co.id/2012/06/pemeriksaan-diagnostik
pada.html
Lukman, Ningsih Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika.