Anda di halaman 1dari 5

TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum
Mengetahui Pengaruh Senam Hipertensi Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia
Perempuan Di Puskesmas Kopang Tahun 2022?
2. Tujuan khusus
a. Diketahui tekanan darah pada lansia perempuan sebelum senam hipertensi di Di Puskesmas
Kopang Tahun 2022.
b. Diketahui tekanan darah pada lansia perempuan setelah senam hipertensi di Di Puskesmas
Kopang Tahun 2022
c. Diketahui pengaruh senam hipertensi terhadap penurunan tekanan darah pada lansia
perempuan di Di Puskesmas Kopang Tahun 2022

TEORI PUSTAKA
A. Lansia
1. Pengertian lansia
Perubahan- perubahan dalam proses “aging” atau penuaaan merupakan masa ketika seorang
individu berusaha untuk tetap menjalani hidup dengan bahagia melalui berbagai perubahan dalam
hidup. Secara definisi, seorang individu yang telah melewati usia 45 tahun atau 60 tahun disebut
lansia. Sebagian besar teori menjelaskan penuaan adalah perubahan fisiologis dan psikologis pada
lansia.
2. Klasifikasi lanisa
Batasan Lansia menurut WHO (2016) : Lanjut usia meliputi: usia pertengahan (middle age)
antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun , lanjut usia
tua (old) usia 75 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
3. Perubahan Fisiologi dan Psikologi Pada Lansia
Menurut Senja dan Prasetyo (2019), proses penuaan berawal dari selesainya pertumbuhan pada
usia 25 tahun. Beberapa orang menyadari bahwa proses penuaan (di luar, rambut yang menjadi
putih) dan proses ini pada awalnya tidak menimbulkan permasalahan. Selanjutnya, proses ini
pada menimbulkan permasalahan. Selanjutnya, proses penuaan terjadi semakin cepat dan
perubahan fisiologis semakin jelas. Proses penuaan ini ditandai dengan perubahan fisiologis yang
terlihat dan tidak terlihat. Perubahan fisik yang terlihat ini, seperti kulit yang mulai keriput dan
mengendur, rambut yang beruban, gigi yang ompong, serta adanya penumpukan lemak di
pinggang dan perut. Perubahan fisik yang tidak terlihat ini misalnya perubahan fungsi organ,
seperti penglihatan, pendengaran, dan kepadatan tulang.
B. Hipertensi
1. Pengertian hipertensi
Menurut American Heart Association (2017) tekanan darah tinggi (HBP atau hipertensi) adalah
kekuatan darah yang mengalir melalui pembuluh darah secara konsisten terlalu tinggi.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis ketika tekanan darah pada dinding
arteri meningkat. Kondisi ini dikenal sebagai “pembunuh diam-diam” karena jarang memiliki
gejala yang jelas. Satusatunya cara mengetahui apakah seseorang memiliki hipertensi adalah
dengan mengukur tekanan darah. Kekuatan darah dalam menekan dinding arteri ketika dipompa
oleh jantung ke seluruh tubuh menentukan ukuran tekanan darah. Tekanan yang terlalu tinggi
akan membebani arteri dan jantung sehingga pengidap hipertensi berpotensi mengalami serangan
jantung, stroke,atau penyakit ginjal. Pengukuran tekanan darah dalam tekanan merkuri per
millimeter (mmHg) dan dicatat dalam dua bilangan, yaitu tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan
sistolik adalah tekanan darah saat jantung berdetak memompa darah keluar. Sementara itu
tekanan diastolik merupakan tekanan darah saat jantung tidak berkontraksi atau fase relaksasi
(Anies, 2018).
2. Klasifikasi Hipertensi
a. Hipertensi esensial (primer)
Tipe ini terjadi pada sebagian besar kasus tekanan darah tinggi, sekitar 95%. Penyebabnya
tidak diketahui dengan jelas, walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor pola hidup seperti
kurang bergerak dan pola makan.
b. Hipertensi sekunder
Tipe ini lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh kasus tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi tipe ini disebabkan oleh kondisi medis lain (misalnya penyakit ginjal)
atau reaksi terhadap obat-obatan tertentu (misalnya pil KB).
3. Faktor Risiko
a. Usia
b. Keturunan
c. Jenis kelamin
d. Factor olahraga
e. Pola makan
f. Minum alcohol
g. Stress
4. Patofisiologis hiperetensi
Hipertensi esensial melibatkan interaksi yang sangat rumit antara faktor genetik dan lingkungan
yang dihubungkan oleh pejamu mediator neurohormonal. Secara umum hipertensi disebabkan
oleh peningkatan tahanan perifer dan atau peningkatan volume darah. Gen yang berpengaruh
pada hipertensi primer (faktor herediter diperkirakan meliputi 30% sampai 40% hipertensi
primer). Meliputi reseptor angiotensin II, gen angiotensin dan rennin, gen sintetase oksida nitrat
endothelial, gen protein reseptor kinase, gen reseptor adrenergic, gen calcium transport dan
natrium hydrogen antiporter ( mempengaruhi sensitivitas garam), dan hipertensi sebagai
kelompok bawaan.
5. Tanda dan Gejala Hipertensi
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang
dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu sakit kepala, gelisah, jantung berdebar,
perdarahan hidung, sulit tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat,
berdebar dan sering kencing di malam hari. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah
dijumpai meliputi gangguan penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral
(otak) yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan
kelumpuhan dan gangguan kesadaran hingga koma. sebagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun adalah nyeri kepala saat terjaga. Kadang - kadang disertai
mual dan muntah yang disebabkan peningkatan tekanan darah intrakranial (Khusnul Khotimah,
2018).
6. Komplikasi
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronik apabila arteri - arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah - daerah yang diperdarahinya berkurang. Arteri -
arteri otak yang mengalami arterrosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2000 dalam Manuntung, 2018).
b. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yaitu arterosklerosis tidak dapat menyuplai
cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah
melalui pembuluh darah tersebut. Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka
kebutuhan kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat
menimbulkan perubahan - perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga
terjadi distritmia. Hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan (Corwin,
2000).
c. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-
kapiler ginjal, glomerulus. Rusaknya glomerulus, mengakibatkan darah akan mengalir ke
unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada
hipertensi kronik (Corwin, 2000 ).
d. Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang kembalinya ke
jantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru, kaki dan jaringan lain sering
disebut edema. Cairan di dalam paru- paru menyebabkan kaki bengkak atau sering dikatakan
edema ( Manuntung, 2018).
e. Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang cepat). Tekanan
yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong
cairan ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Neuron - neuron
disekitarnya kolap dan terjadi koma serta kematian (Corwin, 2000 ).
7. Penatalaksanaan hipertensi
a. Obat farmakologi
a) Diuretik
b) Alpha, beta, dan alpha-beta adrenergic blocker
c) Inhibitor ACE (Angiostensin Corverting Enzym)
d) Calcium Chanel Blocker
b. Non farmakologi
a) Penurunan berat badan
b) Adopsi pola makan DASH (dietary Approaches to stop Hypertension)
c) Resistensi garam harian
d) Latihan fisik
C. Senam hipertensi
1. Pengertian
Terdapat beberapa penelitian yang menyatakan bahwa senam hipertensi dapat membantu
menurunkan tekanan darah pasien hipertensi. Semua jenis olahraga dan aktivitas ringan sangat
bermanfaat untuk menghambat proses degeneratif seperti senam hipertensi yang merupakan
olahraga ringan mudah dilakukan dan tidak memberatkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan
membantu tubuh lanjut usia agar tetap bugar dan segar, karena senam ini mampu melatih tulang
tetap kuat, mendorong jantung bekerja secara optimal dan membantu menghilangkan radikal
bebas yang berkeliaran didalam tubuh (Ibrahaim dan Zakirullah, 2013).
Hernawan dan Fahrun (2017), dalam jurnalnya mengatakan dengan senam atau
berolahraga kebutuhan oksigen dalam sel akan meningkat untuk proses pembentukan energi,
sehingga terjadi peningkatan denyut jantung, sehingga curah jantung dan isi sekuncup bertambah.
Dengan demikian tekanan darah akan meningkat. Setelah berisitirahat pembuluh darah akan
berdilatasi atau meregang, dan aliran darah akan turun. Jika melakukan olahraga secara rutin dan
terus menerus, maka penurunan tekanan darah akan berlangsung lebih lama dan pembuluh darah
akan lebih elastis. Mekanisnme penurunan tekanan darah setelah berolah raga adalah karena
olahraga dapat merilekskan pembuluh- pembuluh darah. Sehingga dengan melebarnya pembuluh
darah tekanan darah akan turun.
2. Hubungan Senam Hipertensi Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Senam atau latihan olahraga bisa menurunkan tekanan darah karena latihan itu dapat
merilekskan pembuluh - pembuluh darah. Lama - kelamaan, dapat melemaskan pembuluh-
pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun, sama halnya dengan melebarnya pipa air akan
menurunkan tekanan air. Senam atau latihan olahraga juga dapat menyebabkan aktivitas saraf,
reseptor hormon, dan hormon- hormon tertentu menurun. Bagi penderita hipertensi latihan
olahraga tetap cukup aman. Catatan khusus untuk penderita tekanan darah tinggi berat, misalnya
dengan tekanan tekanan darah sistolik lebih tinggi dari 180 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih tinggi dari 110 mmHg, sebaiknya tetap menggunakan obatobatan penurun tekanan darah
dari dokter sebelum memulai program penurunan tekanan darah dengan latihan olahraga
(Rismayanthi, 2011).

3. Hipotesis
H0: tidak tedapat pengaruh bermakna senam anti hipertensi terhadap perubahan tekanan darah
lansia di UPTD Puskesmas Kopang
Ha: terdapat pengaruh bermakna senam anti hipertensi terhadap perubahan tekanan darah lanisa
hipertensi di UPTD Puskesmas Kopang

4. Definisi oprasional
Definisi Opferasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yag
diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2018).

No variabel Definisi operasional Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Variable independen
1 Senam anti Olahraga dengan gerakan intervensi -SOP
hipertensi pada ringan untuk merilekskan -Musik
lansia pembuluh- pembuluh
darah. Sehingga dengan
melebarnya pembuluh
darah tekanan darah akan
turun.
Variable dependen
2 Tekanan darah jumlah tenaga darah Melakukan Tensimeter 1. Normal jika nilai TD Ordinal
yang ditekan terhadap Pengukuran digital =<120/80 mmHg
dinding Arteri (pembuluh Tekanan 2. Prehipertensi jika
nadi) saat Jantung darah nilai TD
memompakan darah ke >120/80mmHg-
seluruh tubuh manusia 139/89 mmHg
3. Hipertensi 1 jika nilai
Ntd 140/90-
159/99mmHg
4. Hipertensi 2 jika nilai
TD: >160/100mmHg
Variable pemicu
3 pendidikan Suatu proses untuk wawancara kuesioner 1. SD ordinal
mendapatkan ilmu 2. SMP
pengetahuan secara 3. SMA
terorganisasi dan 4. PT
berjenjang

Anda mungkin juga menyukai