Anda di halaman 1dari 23

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT DM


A. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002 dalam
www.ilmukeperawatan.com).
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Noer, 2003 dalam
www.trinoval.web.id). Diabetes mellitus adalah penyakit dimana penderita tidak
bisa mengontrol kadar gula dalam tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun
kelebihan gula sehingga mengganggu system kerja tubuh secara keseluruhan (FKUI,
2001)
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan
dalam kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau
tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh pancreas. Kondisi ini mengarah pada
hiperglikemia, yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi metabolic akut
seperti ketoasidosis diabetic. Hiperglikema jangka panjang dapat menunjang
terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) serta
komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan kejadian penyakit
makrovaskuler, termasuk infark miokard, stroke, dan penyakit vaskuler perifer.
(brunner and suddarth, 2002: 109)

B. Etiologi
Sesuai dengan klasifikasi yang telah disebutkan sebelumnya maka penyebabnyapun
pada setiap jenis dari diabetes juga berbeda. Berikut ini merupakan beberapa
penyebabdari penyakit diabetes mellitus:
1. Diabetes Melitus tipe 1 ( IDDM )
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-
sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
selbeta. (Price,2005)
2. Diabetes Melitus tipe 2 ( NIDDM )
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor resiko:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
Sekitar 90% dari kasus diabetes yangdidapati adalah diabetes tipe 2. Pada awlanya,
tipe 2 muncul seiring dengan bertambahnya usia dimana keadaan fisik mulai
menurun.
b. Obesitas
Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosa yang menyebabkan
diabetes tipe 2. Hala ini jelas dikarenakan persediaan cadangan glukosa dalam
tubuh mencapai level yang tinggi. Selain itu kadar kolesterol dalam darah serta
kerja jantung yang harus ekstra keras memompa darah keseluruh tubuh menjadi
pemicu obesitas. Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan dengan perbaikan
dalam sensivitas insulin dan pemulihan toleransi glukosa.
c. Riwayat keluarga
Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hamper 100%. Resiko
berkembangnya diabetes tipe 3 pada sausara kandubg mendekati 40% dan 33%
untuk anak cucunya. Jika orang tua menderita diabetes tipe 2, rasio diabetes dan
nondiabetes pada anak adalah 1:1 dan sekitar 90% pasti membawa carer diabetes
tipe 2.( Martinus,2005)
3. Diabetes gestasional (GDM )
Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
a. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b. ibu mengalami/menderita DM saat hamil
c. Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:
1) Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil
dan menghilang setelah melahirkan.
2) Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil
dan berlanjut setelah hamil.
3) Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah
panggul dan pembuluh darah perifer.
Pada saat seorang wanita hamil, ada beberapa hormon yang mengalami
peningkatan jumlah. Misalnya, hormon kortisol, estrogen, dan human placental
lactogen (HPL). Ternyata, saat hamil, peningkatan jumlah hormon-hormon
tersebut mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin dalam mengatur kadar gula
darah (glukosa). Kondisi ini menyebabkan kondisi yang kebal terhadap insulin
yang disebut sebagai insulin resistance.
Saat fungsi insulin dalam mengendalikan kadar gula dalam darah terganggu,
jumlah gula dalam darah pasti akan naik. Hal inilah yang kemudian menyebabkan
seorang wanita hamil menderita diabetes gestasional.
4. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
a. Kelainan genetic dalam sel beta
Pada tipe ini memiliki prevalensi familial yang tinggi dan bermanifestasi sebelum
usia 14 tahun. Pasien seringkali obesitas dan resisten terhadap insulin.
b. Kelainan genetic pada kerja insulin sindrom resistensi insulin berat dan akantosis
negrikans
c. Penyakit endokrin seperti sindrom Cushing dan akromegali
d. Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta
e. Infeksi

C. Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek
utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan
terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada
dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien – pasien yang mengalami
defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang
normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi
ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ),
akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa.

D. Tanda dan Gejala


Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis
yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan
kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine)
penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering
dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini
meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

B. HIPOGLIKEMIA
1. Pengertian
Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas normal kadar
glukosa darah (Kedia, 2011).
Dan menurut McNaughton (2011), hipoglikemia merupakan suatu keadaan dimana
kadar glukosa darah <60 mg/dl. jadi dapat disimpulkan bahwa hipoglikemia
merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita diabetes mellitus.
Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula darah yang merupakan
keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi
karena ketidak seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-
obatan yang digunakan.
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa
pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak
jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia)
(Nabyl, 2009).

2. Patofisiologis
Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relative ataupun
absolute dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma glukosa.
Mekanisme pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar glukosa darah,
baik darah, baik pada penderita diabetes tipe pada penderita diabetes tipe I ataupun
pada penderita diabetes tipe II. Glukosa sendiri merupakan bahan bakar metabolisme
yang harus ada untuk otak. Efek hipoglikemia terutama berkaitan dengan sistem saraf
pusat, sistem pencernaan dan sistem peredaran darah (Kedia, 2011).
Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Selain itu
otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya menyimpan cadangan glukosa (dalam
bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang
normal sangat tergantung pada konsentras pada konsentrasi asupan glukosa upan
glukosa dan sirkulas dan sirkulasi. Gangguan i. Gangguan pasokan glukosa pasokan
glukosa dapat menimbulkan dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga
terjadi penurunan suplay glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan penurunan suplay
glukosa glukosa ke otak dapat menyebabkan menyebabkan terjadinya p terjadinya
penurunan enurunan suplay oksigen oksigen ke otak sehingga akan menyebabkan
pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL. Penurunan kosentrasi
glukosa darah akan memicu respon tubuh, akan memicu respon tubuh, yaitu
penurunan kosentras yaitu penurunan kosentrasi insulin secara fisiologi i insulin secara
fisiologis seiring dengan s seiring dengan turunnya kosentrasi glukosa darah,
peningkatan kosentrasi glucagon dan epineprin sebagai respon neuroendokrin pada
kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal, dan timbulnya gejala gejala
neurologic (autonom) dan penurunan gejala gejala neurologic (autonom) dan
penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di sadaran pada kosentrasi
glukosa darah di bawah batas normal (Setyohadi, (Setyohadi, 2012). Penurunan
Penurunan kesadaran kesadaran akan mengakibatkan mengakibatkan depresan
depresan pusat pernapasan sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidak efektif
(Carpenito, 2007).

3. Etiologi
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada
penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
d. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu :


1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang
anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang
pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga
dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang
sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor
atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja
lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar
insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika
makanan yang anda konsumsi kurang maka yang anda konsumsi kurang maka
keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan
insulin. Saat anda berolah berolah raga, anda akan menggunakan menggunakan
glukosa glukosa darah yang banyak sehingga sehingga kadar glukosa glukosa
darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk
menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
4. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa
darah akan menurun.
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda
mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara
lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat
insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan mengalami
hipoglikemia.
6. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah
lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada
lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan
menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang
dianjurkan. Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat
sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi
seimbang.
8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan
glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran
darah dibandingan

dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar
glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
9. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon.
Hormon ini berguna berguna untuk meningkatkan meningkatkan kadar gula
darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian pengendalian kadar gula darah
menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila Aspirin dapat menurunkan
kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg. nsumsi melebihi dosis
80 mg.
11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa
dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi
belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.

4. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain:
1. Adrenergik seperti: pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar, cemas,
gelisah, sakit kepala, mengantuk.
2. Neuroglikopenia Neuroglikopenia seperti seperti bingung, bingung, bicara
tidak jelas, perubahan perubahan sikap perilaku, perilaku, lemah, disorientasi,
penurunan kesadaran, kejang, penurunan terhadap stimulus bahaya.

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien diabetes melitus yang
mengalami hipoglikemia antara lain (Black dan Hawks, 2021) :
a. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75
gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
b. Pemeriksaan AGD
Bisanya masih dalam batas normal namun dapat terjadi asidosis respiratorik sedang.
c. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
normal < 140 mg/dl/2 jam
d. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula
darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam
waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjuk bulan. HBA1c menunjukkan kadar
hemoglobin kan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang terglikosilasi
yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan
bahwa orang tersebut bahwa orang tersebut menderita menderita DM dan beresiko
terjadinya komplikasi.
e. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
f. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi.
6. Pathway

Reaksi autoimun Usia, obesitas, genetik

Diabetes militus tipe 1 Diabetes militus tipe 2

Sel beta pancreas hancur Sel beta pancreas menurun

Anabolisme proses Defisiensi insulin Penurunan glukosa

Kerusakan pada Liposis meningkat hiperglikemia


antibody

Kekebalan tubuh anteroskerosis Gliserol asam Polifagia Viskolita darah


lemak bebas

Neuropati sensori polidipsi Aliran darah


perifer melambat

Makro
veskuler

Klien merasa sakit


pada luka ketoasidosis
Ketidakstabilan kadar
Gagal ginjal glukosa darah
Makro Nyeri abdomen,
vaskuler

jantung selebral retina ginjal Deficit nutrisi


infark mbatan penglihatan neuropati
pada otak

Nyeri akut

*Pathway Diabetes Mellitus (Smeltzel dan Bare 2015)

7. Komplikasi
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah
selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga dapat
mengakibatkan kerusakan otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan
dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan neu
uan neuropsikologis berat karena efek ropsikologis berat karena efek hipoglikemia
berkaitan dengan system saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola
bicara yang abnormal abnormal (Jevon, (Jevon, 2010) dan menurut menurut Kedia
(2011) hipoglikemia hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan
kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai
kematian.

8. Penatalaksanaan
a. Glukosa 40% IV, atau glukosa 10% IV setalah 6 jam.
b. Glucagon 1-3 mg IM/SC namun jarang dilakukan.
c. TKTP
d. Bila tidak ada gangguan system syaraf pusat, diberi minuman cairan yang
mengandung karbohidarat
e. Monitor gula darah tiap jam jika perlu

9. Pencegahan
Beberapa cara untuk mencegah munculnya gejala Hipoglikemia dan tips agar
gejala Hipoglikemia yang muncul tidak memburuk adalah sebagai berikut :
a. Makan sesuai dengan aktivitas yang kita lakukan.
b. Batasi konsumsi minuman keras atau hidari sama sekali
c. Pantau kadar gula anda secara berkala
d. Kenali gejala-gejala hipoglikemia yang muncul
e. Selalu siapkan makanan atau obat-obatan Pereda gejala dimanapun anda berada.

C. Dampak Penyakit Terhadap Kebutuhan Manusia


1. Kebutuhan Oksigenasi
Mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai control servikal
jika dicurigai adanya fraktur servical atau basis cranii. Ukur frekuensi nafas pasien dan
dengarkan jika ada nafas tambahan. Kaji adanya sumbatan jalan napas, karena adanya
penurunan kesadaran/koma sebagai akibat dari gangguan transport oksigen ke otak
(Harmono, 2016).
Mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi kuat.
Jika pasien merasa sesak segera berikan terapi oksigen sesuai indikasi. Gambaran
klinik yang penting diperhatikan pada pasien hipoglikemia adalah sesak napas
(tachypnea, hyperpnea) dan asidosis metabolik (Mansyur, 2018).
2. Kebutuhan Nutrisi
Tindakan keperawatan utama yang dilakukan untuk mengatasi hipoglikemia
adalah pemberian karbohidrat sederhana. karbohidrat adalah nutrisi makro
(macronutrient) yang berfungsi sebagai energi untuk sel-sel tubuh terutama dalam
bentuk glukosa (Firani, 2017). Karbohidrat tersusun atas unsur-unsur karbon,
hydrogen dan oksigen yang terdiri dari beberapa ukuran yaitu monosakarida,
disakarida dan polisakarida. Monosakarida dan disakarida merupakan karbohidrat
sederhana misalnya gula pasir putih, roti putih dan beras giling (Lingga, 2012).

D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan Langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan. Sehingga
kelemahan pada tahap ini akan berdampak sangat besar. Pada tahap-tahap berikutnya.
(Nikmatura Rahman & Saeful Walid. 2019 hal-2).
a. Identitas Klien
1) Identitas klien Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk
rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, serta status hubungan dengan pasien
b. Keluhan Utama
Sering tidak jelas tapi biasanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemia
merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti
astifksia, dan sepsis. Namun biasanya klien yang mengidap hipoglikemia akan
merasakan lemas, sulit

berkonsentrasi, merasa Lelah seluruh badan, pusing kadang di sertai keringat


dingin dan jantung berdebar.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST)

P : Penyebab hal-hal yang mendahului sebelum terjadi keluhan utama.


Misal: klien mengeluh nyeri akan dirasakan Ketika klien sedang
beraktivitas yang
berat badan akan lemas dan keringat dingin
Q : Seberapa berat keluhan dirasakan, bagaimana rasanya dan seberapa
sering terjadi. Missal : klien mengatakan tubuhnya lemas sampai terasa
tidak
sadarkan diri
R : Keluhan utama tersebut dirasakan/ditemukan di daerah/area
penyebaran sampai kemana. Missal: klien merasa lemas sekujur
tubuh dan keringat
dingin Ketika sedang beraktivitas
S : Skala keperawatan/tingkat kegawatan sampai seberapa jauh. Missal:
klien

mengatakan skala yang dirasakan pada skala 7 (berat)


T : Kapan keluhan tersebut mulai dirasakan/ditemukan. Missal: 7 hari
sebelum

masuk rumah sakit


d. Riwayat Kesehatan Dahulu

Riwayat penyakit yang pernah dialami, pengobatan saat lalu & masa kini, Riwayat
alergi dan kondisi tempat tinggal.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat penyakit keturunan dari keluarga atau generasi sebelumnya.

f. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher,


telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata
keruh.

2. Sistem integument

Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit dan suhu kulit di daerah di daerah sekitar ulkus
sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit dan gangren, kemerahan pada
kulit sekitar sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3. Sistem pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
4. Sistem kardiovaskuler

Perfusi Perfusi jaringan jaringan menurun, menurun, nadi perifer perifer


lemah atau berkurang, berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi,
aritmia, kardiomegalis.
5. Sistem gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,


perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
6. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
berkemih.

7. Sistem musculoskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat


lelah, lemah dan nyeri, adan lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
ya gangren di ekstrimitas.
8. Sistem neurologis

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk,


reflek lambat, kacau mental, disorientasi

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon klien


terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial (PPNI, 2016). Diagnosa keperawatan berfokus
pada respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan (Siregar
dkk., 2021). Diagnosa keperawatan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pemilihan
intervensi yang menjadi tanggung gugat perawat (Hidayat, 2021).
Setelah dilakukan pengkajian, dapat ditemukan beberapa diagnosa keperawatan
kegawatdaruratan antara lain penurunan kadar glukosa darah berhubungan dengan
penurunan produksi energi metabolik, risiko penurunan perfusi jaringan perifer
berhubungan dengan penurunan kadar glukosa darah (Herdman, 2010). Selain itu
dapat juga ditemukan diagnosa keperawatan nyeri akut b.d penurunan suplay oksigen
ke otak, pola nafas tidak efektif b.d depresan pusat pernafasan, nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d penurunan kadar glukosa darah (Carpenito, 2007).
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan hiperglikemi

2. Nyeri akut berhubungan dengan Neuropati sensori perififer.


3. Intervensi Keperawatan
N SDKI SLKI SIKI
O
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hiperglikemia
Darah Definisi: Variasi Kadar Glukosa selama x 24 jam kadar gula dalam darah Observasi :
darah naik/turun dari rentang normal. stabil a) Identifikasi kemungkinan
Penyebab: Luaran utama : penyebab hiperglikemia
1. Disfungsi pankreas kestabilan kadar glukosa darah b) Monitor kadar glukosa
2. Resistensi insulin Luaran tambahan : darah
3. Gangguan toleransi glukosa kontrol resiko Perilaku mempertahankan c) Monitor tanda dan gejala
darah berat badan Perilaku menurunkan berat hiperglikemia (mis,
4. Gangguan glukosa badan Status atepartum Status intrapartum poliurs, polidipsia,
darah puasa Status nutrisi Status pasca partum Tingkat polifagia, kelemahan
Gejala dan tanda mayor pengetahuan pandangan kabur, sakit
Subjektif: Dengan kriteria hasil: kepala)
Hipoglikemia a) Kesadaran meningkat d) Identifikasi situasi
a) Mengantuk b) Mengantuk menurun yang menyebabkan
b) Pusing c) Perilaku aneh menurun kebutuhan insulin
Hiperglikemia meningkat (mis,
d) Keluhan lapar menurun
a) Lelah atau lesu penyakit kambuhan).
e) Kadar glukosa dalam darah
Objektif: membaik Terapeutik:
Hipoglikemia
a) Berikan asupan cairan oral
a) Gangguan koordinasi Luaran utama : perfusi perifer
b) Konsultasi dengan medis
b) Kadar glukosa dalam Luaran tambahan:
jika tanda dan gejala
darah/urin rendah Fungsi sensori hiperglikemia tetap ada
Hiperglikemia Mobilitas fisik atau memburuk
a) kadar glukosa dalam Penyembuhan Edukasi:
darah/urin tinggi luka Status
a) Anjurkan menghindari
sirkulasi Tingkat
Gejala dan tanda minor olahraga saat kadar glukosa
cedera Tingkat
Subjektif: darah lebih dari 250 mg/dL
perdarahan
Hipoglikemia Dengan kriteria b) Anjurkan kepatuhan
a) Palpitasi hasil : terhadap diet dan olahraga
b) Mengeluh lapar a) Denyut nadi perifer meningkat c) Ajarkan pengelolaan
Hiperglikemia b) Penyembuhan luka meningkat diabetes (mis, penggunaan
a) Mulut kering c) Sensasi meningkat insulin, obat oral).
b) Haus meningkat
d) Warna kulit pucat minangkat
Objektif:
e) Edema perifer meningkat
Hipoglikemia
f) Nyeri esktremitas
a) Gemetar
g) Parastesia meningkat
b) Kesadaran menurun
Kelemahan otot meningkat
c) Perilaku aneh
d) Sulit bicara
e) Berkeringat
Hiperglikemia
a) Jumlah urin meningkat

Risiko perfusi perifer tidak efektif


Definisi : Beresiko
mengalami penurunan sirkulasi
darah pada level kapiler yang
dapat mengganggu metabolisme
tubuh
Faktor resiko :
1) Hiperglikemia
2) Gaya hidup kurang gerak
3) Hipertensi
4) Merokok
5) Prosedur endovaskuler
6) Trauma
7) Kurang terpapar informasi
tentang faktor pemberat (mis.
Merokok, gaya hidup kurang
gerak, obesitas, imobilitas)
Kondisi klinis terkait:
1) Arterosklerosis
2) Raynaud’s disease
3) Trombosis arteri
4) Atritis rheumatoid
5) Leriche’s syndrome
6) Aneurisma
7) Varises
Diabetes mellitus
2. Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup Status nutrisi Intervensi utama :
untuk memenuhi kebutuhan Luaran tambahan : Manajemen nutrisi
metabolisme Observasi :
Penyebab : Berat badan
Eliminasi a) Identifikasi status nutrisi
1) Kurangnya asupan makanan fekal
b) Identifikasi alergi dan
2) Ketidakmampuan menelan Fungsi gastrointestial
intoteransi makanan
makanan Nafus makan
c) Indentifikasi makanan
3) Ketidakmampuan mencerna Perilaku meningkatkan berat
makanan badan Status menelan disukai
4) Ketidakmampuan Tingkat d) Identifikasi kebutuhan
mengabsorsi nutrien depresi kalori dan jenis nutrision
5) Peningkatan kebutuhan Tingkat nyeri e) Identifikasi perlunya
metabolisme Dengan kriteria hasil : penggunaan selang
6) Faktor ekonomi (mis. Finansial a) Porsi makanan yang dihabiskan nasogastrik
tidak mencukupi) f) Moitor asupan makanan
menurun
Faktor psikologis (mis. stress,
keenggangan untuk makan) b) Kekuatan otot pengunyah menurun g) Monitor berat badan
Gejala dan tanda mayor: c) Kekuatan otot menelan menurun h) Monitor hasil
Subjektif : (Tidak tersedia) pemeriksaan laboraturium
Objektif : d) Nafsu makan memburuk. Terapeutik :
Berat badan menurun,minimal 10% a) Lakukan oral hygine
dibawah rentang ideal
sebelum makan, jika perlu
b) Sajikan makanan secara
Gejala dan tanda minor: menarik dan suhu yang
Subyektif sesuai
1. Cepat kenyang setalah makan c) Fasilitasi menentukan
2. Kram/nyeri abdomen pedoman diet
3. Nafsu makan menurun d) Berikan makanan tinggi
Objektif: serat untuk mencegah
1. Bising Usus Hiperaktif konstipasi
e) Berikan makanan tinggi
2. Otot Pengunyah Melemah
kalori dan tinggi protein
3. Membran Mukosa Pucat f) Berikan suplemen
4. Sariawan makanan, jika perlu
g) Hentikan pemberian makan
5. Serum Albumin Turun melalui selang nasogratik
6. Rambut Rontok Berlebihan jika asupan oral dapat di
toleransi
7. Diare Edukasi :
a) Anjurkan posisi duduk, jika
Kondisi klinis: perlu
Ajarkan diet yang di programkan
1. Stroke
2. Parkinson
3. Mobiussyndrom
4. Cerebral Palsy
Cleft Lip
1. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana keperawatan oleh
perawat dan pasien (Riyadi,2019). Menurut Setiadi (2017) implementasi keperawatan
adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun dan
ditetapkan pada tahap perencanaan. Adapun format dari pembuatan implementasi
keperawatan yaitu :

No tanggal Tindakan dan respon Tanda tangan

2. Evaluasi dan Catatan Perkembangan


Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi
keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan. (Deswani,
2019). Menurut Marunung (2016) evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus
menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan
bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan
rencana.
Sedangakan catatan perkembangan merupakan rangkaian proses untuk melakukan
apa yang sudah menjadi intervensi keperawatan, yang didalamnya terdapat tanggal
dan waktu untuk melakukan implementasi atau pelaksanaan intervensi keperawatan
yang dimana terdapat pula evaluasi untuk menilai bagaimana respon dari klien
terhadap masalah atau diagnosa yang telah diatasi sesuai dengan implementasi
keperawatan. Catatan perkembangan dapat terus berlanjut atau dihentikan sesuai
dengan yang terdapat saat evaluasi atau sesuai dari hasil evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA

AmArma, R.A. 2011. Diagnosis dan manajemen koma hipoglikemik pada pasien dengan
hipertensi dan anemia. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2018. http://www.fkumyecase.net

Briscoe, V.J., & Stephen N.D. 2006. Hypoglycemia in type 1 and type 2 diabetes:

physiology, pathophysiology, pathophysiology, and management. management. American


American Diabetes Diabetes Association Association Journal: Journal: Clinical Clinical
Diabetes.

Carpenito, Lynda Juall. 2016. Diagnosis Keperawatan: Diagnosis Keperawatan: Aplikasi


Pada Aplikasi Pada Praktik.

Naughton, C.D., Wesley Naughton, C.D., Wesley H.S, & Corey H.S, & Corey S. 2011.
Diabetes in S. 2011. Diabetes in the emergency department: the emergency department: acute
care acute care of diabetes patients. American Diabetes Association Journal: Clinical Diabetes.

Ernawati. 2015. Asuhan keperawatan Ny S dengan diabetes mellitus di Instalasi gawat darurat
Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Mansjoer, A. 2001. Kapita selekta kedokteran Mansjoer, A. 2001. Kapita selekta kedokteran jilid
2. Jakarta: Media Aesculspius.

Anda mungkin juga menyukai