B. Etiologi
Sesuai dengan klasifikasi yang telah disebutkan sebelumnya maka penyebabnyapun
pada setiap jenis dari diabetes juga berbeda. Berikut ini merupakan beberapa
penyebabdari penyakit diabetes mellitus:
1. Diabetes Melitus tipe 1 ( IDDM )
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-
sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
selbeta. (Price,2005)
2. Diabetes Melitus tipe 2 ( NIDDM )
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam
proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor resiko:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
Sekitar 90% dari kasus diabetes yangdidapati adalah diabetes tipe 2. Pada awlanya,
tipe 2 muncul seiring dengan bertambahnya usia dimana keadaan fisik mulai
menurun.
b. Obesitas
Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosa yang menyebabkan
diabetes tipe 2. Hala ini jelas dikarenakan persediaan cadangan glukosa dalam
tubuh mencapai level yang tinggi. Selain itu kadar kolesterol dalam darah serta
kerja jantung yang harus ekstra keras memompa darah keseluruh tubuh menjadi
pemicu obesitas. Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan dengan perbaikan
dalam sensivitas insulin dan pemulihan toleransi glukosa.
c. Riwayat keluarga
Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hamper 100%. Resiko
berkembangnya diabetes tipe 3 pada sausara kandubg mendekati 40% dan 33%
untuk anak cucunya. Jika orang tua menderita diabetes tipe 2, rasio diabetes dan
nondiabetes pada anak adalah 1:1 dan sekitar 90% pasti membawa carer diabetes
tipe 2.( Martinus,2005)
3. Diabetes gestasional (GDM )
Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
a. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b. ibu mengalami/menderita DM saat hamil
c. Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:
1) Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil
dan menghilang setelah melahirkan.
2) Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil
dan berlanjut setelah hamil.
3) Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah
panggul dan pembuluh darah perifer.
Pada saat seorang wanita hamil, ada beberapa hormon yang mengalami
peningkatan jumlah. Misalnya, hormon kortisol, estrogen, dan human placental
lactogen (HPL). Ternyata, saat hamil, peningkatan jumlah hormon-hormon
tersebut mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin dalam mengatur kadar gula
darah (glukosa). Kondisi ini menyebabkan kondisi yang kebal terhadap insulin
yang disebut sebagai insulin resistance.
Saat fungsi insulin dalam mengendalikan kadar gula dalam darah terganggu,
jumlah gula dalam darah pasti akan naik. Hal inilah yang kemudian menyebabkan
seorang wanita hamil menderita diabetes gestasional.
4. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
a. Kelainan genetic dalam sel beta
Pada tipe ini memiliki prevalensi familial yang tinggi dan bermanifestasi sebelum
usia 14 tahun. Pasien seringkali obesitas dan resisten terhadap insulin.
b. Kelainan genetic pada kerja insulin sindrom resistensi insulin berat dan akantosis
negrikans
c. Penyakit endokrin seperti sindrom Cushing dan akromegali
d. Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta
e. Infeksi
C. Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek
utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan
terjadinya metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada
dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien – pasien yang mengalami
defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang
normal atau toleransi sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi
ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ),
akan timbul glikosuria karena tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa.
B. HIPOGLIKEMIA
1. Pengertian
Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas normal kadar
glukosa darah (Kedia, 2011).
Dan menurut McNaughton (2011), hipoglikemia merupakan suatu keadaan dimana
kadar glukosa darah <60 mg/dl. jadi dapat disimpulkan bahwa hipoglikemia
merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita diabetes mellitus.
Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula darah yang merupakan
keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi
karena ketidak seimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-
obatan yang digunakan.
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa
pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak
jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia)
(Nabyl, 2009).
2. Patofisiologis
Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relative ataupun
absolute dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma glukosa.
Mekanisme pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar glukosa darah,
baik darah, baik pada penderita diabetes tipe pada penderita diabetes tipe I ataupun
pada penderita diabetes tipe II. Glukosa sendiri merupakan bahan bakar metabolisme
yang harus ada untuk otak. Efek hipoglikemia terutama berkaitan dengan sistem saraf
pusat, sistem pencernaan dan sistem peredaran darah (Kedia, 2011).
Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Selain itu
otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya menyimpan cadangan glukosa (dalam
bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang
normal sangat tergantung pada konsentras pada konsentrasi asupan glukosa upan
glukosa dan sirkulas dan sirkulasi. Gangguan i. Gangguan pasokan glukosa pasokan
glukosa dapat menimbulkan dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga
terjadi penurunan suplay glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan penurunan suplay
glukosa glukosa ke otak dapat menyebabkan menyebabkan terjadinya p terjadinya
penurunan enurunan suplay oksigen oksigen ke otak sehingga akan menyebabkan
pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL. Penurunan kosentrasi
glukosa darah akan memicu respon tubuh, akan memicu respon tubuh, yaitu
penurunan kosentras yaitu penurunan kosentrasi insulin secara fisiologi i insulin secara
fisiologis seiring dengan s seiring dengan turunnya kosentrasi glukosa darah,
peningkatan kosentrasi glucagon dan epineprin sebagai respon neuroendokrin pada
kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal, dan timbulnya gejala gejala
neurologic (autonom) dan penurunan gejala gejala neurologic (autonom) dan
penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di sadaran pada kosentrasi
glukosa darah di bawah batas normal (Setyohadi, (Setyohadi, 2012). Penurunan
Penurunan kesadaran kesadaran akan mengakibatkan mengakibatkan depresan
depresan pusat pernapasan sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidak efektif
(Carpenito, 2007).
3. Etiologi
Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:
a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada
penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
d. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar
glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.
9. Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon.
Hormon ini berguna berguna untuk meningkatkan meningkatkan kadar gula
darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian pengendalian kadar gula darah
menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila Aspirin dapat menurunkan
kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg. nsumsi melebihi dosis
80 mg.
11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa
dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi
belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien diabetes melitus yang
mengalami hipoglikemia antara lain (Black dan Hawks, 2021) :
a. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75
gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
b. Pemeriksaan AGD
Bisanya masih dalam batas normal namun dapat terjadi asidosis respiratorik sedang.
c. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
normal < 140 mg/dl/2 jam
d. HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula
darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam
waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjuk bulan. HBA1c menunjukkan kadar
hemoglobin kan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang terglikosilasi
yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan
bahwa orang tersebut bahwa orang tersebut menderita menderita DM dan beresiko
terjadinya komplikasi.
e. Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
f. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi.
6. Pathway
Makro
veskuler
Nyeri akut
7. Komplikasi
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah
selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga dapat
mengakibatkan kerusakan otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan
dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan neu
uan neuropsikologis berat karena efek ropsikologis berat karena efek hipoglikemia
berkaitan dengan system saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola
bicara yang abnormal abnormal (Jevon, (Jevon, 2010) dan menurut menurut Kedia
(2011) hipoglikemia hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan
kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai
kematian.
8. Penatalaksanaan
a. Glukosa 40% IV, atau glukosa 10% IV setalah 6 jam.
b. Glucagon 1-3 mg IM/SC namun jarang dilakukan.
c. TKTP
d. Bila tidak ada gangguan system syaraf pusat, diberi minuman cairan yang
mengandung karbohidarat
e. Monitor gula darah tiap jam jika perlu
9. Pencegahan
Beberapa cara untuk mencegah munculnya gejala Hipoglikemia dan tips agar
gejala Hipoglikemia yang muncul tidak memburuk adalah sebagai berikut :
a. Makan sesuai dengan aktivitas yang kita lakukan.
b. Batasi konsumsi minuman keras atau hidari sama sekali
c. Pantau kadar gula anda secara berkala
d. Kenali gejala-gejala hipoglikemia yang muncul
e. Selalu siapkan makanan atau obat-obatan Pereda gejala dimanapun anda berada.
D. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan Langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan. Sehingga
kelemahan pada tahap ini akan berdampak sangat besar. Pada tahap-tahap berikutnya.
(Nikmatura Rahman & Saeful Walid. 2019 hal-2).
a. Identitas Klien
1) Identitas klien Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk
rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
2) Identitas Penanggung Jawab Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, alamat,
pekerjaan, serta status hubungan dengan pasien
b. Keluhan Utama
Sering tidak jelas tapi biasanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemia
merupakan diagnose sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti
astifksia, dan sepsis. Namun biasanya klien yang mengidap hipoglikemia akan
merasakan lemas, sulit
Riwayat penyakit yang pernah dialami, pengobatan saat lalu & masa kini, Riwayat
alergi dan kondisi tempat tinggal.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
f. Pemeriksaan Fisik
2. Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit dan suhu kulit di daerah di daerah sekitar ulkus
sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit dan gangren, kemerahan pada
kulit sekitar sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
3. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah
terjadi infeksi.
4. Sistem kardiovaskuler
7. Sistem musculoskeletal
2. Diagnosa Keperawatan
AmArma, R.A. 2011. Diagnosis dan manajemen koma hipoglikemik pada pasien dengan
hipertensi dan anemia. Diakses pada tanggal 25 Oktober 2018. http://www.fkumyecase.net
Briscoe, V.J., & Stephen N.D. 2006. Hypoglycemia in type 1 and type 2 diabetes:
Naughton, C.D., Wesley Naughton, C.D., Wesley H.S, & Corey H.S, & Corey S. 2011.
Diabetes in S. 2011. Diabetes in the emergency department: the emergency department: acute
care acute care of diabetes patients. American Diabetes Association Journal: Clinical Diabetes.
Ernawati. 2015. Asuhan keperawatan Ny S dengan diabetes mellitus di Instalasi gawat darurat
Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
Mansjoer, A. 2001. Kapita selekta kedokteran Mansjoer, A. 2001. Kapita selekta kedokteran jilid
2. Jakarta: Media Aesculspius.