Anda di halaman 1dari 37

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. S DENGAN BRONKOPENOMONI


DIRUANG ANAK DIPUSKESMAS TANJUNG MAKMUR

KEPERAWATAN ANAK

Disusun Oleh:
Neneng Tarmil
Didi Yudha Permana
Indrayati
Elva Murni
Elva Murni
Dwi mucranto
Atra Desita

CI AKADEMIK CI KLINIK

( ) ( )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESI
TAHUN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan seminar kasus berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An. S Dengan
Bronkopenomoni Diruang Anak Dipuskesmas Tanjung Makmur
”. seminar ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Anak. “
Seminar kasus ilmiah ini telah kami susun dengan semaksimalnya. Terlepas dari
semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini dengan baik dan benar.
Akhir kata kami berharap semoga seminar kasus tentang keperawatan Anak
yang telah kami susun dapat memberikan manfaat.
        

Silaut, 25 Desember 2022

Mahasiswa

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..........................................................................................................................


i

Daftar Isi...................................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................................4


B. Tujuan...............................................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKAN DAN PEMBAHASAN

A. Materi Bronkopenomoni .................................................................................................6

BAB III TINJAUN KASUS

A. Format Pengkajian pada anak ..........................................................................................17


BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................................................29
B. Saran..................................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................30

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan pada parenkim paru yang
meluas sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada
jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau
melalui hematogen sampai ke bronkus (Riyadi, 2009). Jika bronkopneumonia
terlambat ditangani atau tidak diberikan antibiotik secara cepat akan
menimbulkan komplikasi yaitu empiema, otitis media akut. Mungkin juga
komplikasi lain yang dekat dengan atelektasis, emfisema atau komplikasi jauh
seperti meningitis(Ngastiyah, 2005).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2007 memperkirakan terdapat 1,8
juta kematian pada anak dibawah usia 5 tahun akibat bronkopneumonia.
Bronkopneumonia membunuh anak lebih banyak dari pada penyakit lain
apapun, mencakup hampir 1 dari 5 kematian anak dan balita, membunuh lebih
dari 2 juta anak dan balita setiap tahun yang sebagian besar terjadi di negara
berkembang (Said, 2010). Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2011,
jumlah penderita bronkopneumonia pada balita di Provinsi Jawa Timur
menduduki peringkat kedua di Indonesia sedangkan angka kematian balita di
Jawa Timur akibat bronkopneumonia menduduki peringkat ke-6 di Indonesia.
Masalah yang sering muncul pada anak bronkopneumonia yang dirawat di
rumah sakit yaitu distress pernafasan yang ditandai dengan nafas cepat, retraksi
dinding dada, nafas cuping hidung, dan disertai stidor. Distress pernafasan
merupakan kompensasi tubuh terhadap kekurangan oksigen karena konsentrasi
oksigen yang rendah. Penurunan konsentrasi oksigen ke jaringan sering
disebabkan karena adanya obstruksi jalan nafas atas atau bawah pada anak
dengan bronkopneumonia yaitu karena peningkatan produksi sekret sebagai
salah satu manifestasi adanya inflamasi pada saluran napas (Hockenberry,
2012) dalam (Paramanindi, 2014).
Melihat keluhan yang tampak pada anak dengan bronkopneumonia
seperti adanya retraksi dinding dada, frekuensi nafas yang

4
cepat, adanya suara nafas tambahan, belum mampu batuk efektif menimbulkan
masalah bersihan pada jalan nafasnya (Paramanindi, 2014).
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal disertai
pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Batuk
biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari
mula-mula kering kemudian menjadi produktif(Ngastiyah, 2005). Pada perkusi
sering ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi
basah nyaring halus dan sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu
(konfluens) mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara
pernafasanpada auskultasi terdengar mengeras(Riyadi, 2009). Kumpulan gejala
tersebut mengakibatkan anak mengalami masalah keperawatan bersihan jalan
nafas tidak efektif dimana anak mengalami ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau obstruksi dari seluruh pernapasan untuk
mempertahankan kebersihan jalan nafas (Wilkinson,2011).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah
bagaimana mengeksplorasi Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia pada An. S
dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif dipuskesmas

C. TUJUAN
Studi kasus ini bertujuan utnuk mengekplorasi Asuhan Keperawatan
Bronkopneumonia pada An. S dengan Masalah Keperawatan Bersihan
Jalan Nafas Tidak Efektif dipuskesmas

5
BAB II
KONSEP TEORITIS
2.1 KONSEP PENYAKIT
A. DEFINISI BRONKOPNEUMONIA
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer &
Suzanne C,2012).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oelh bakteri, virus, jamur, atau benda asing dengan manifestasi klinis
panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah, diare, serta
btuk kering dan produktif (Hidayat, 2018)
Bronkopnemonia disebut juga pneumonia lobularis, yaitu peradangan
parenkim paru yang melibatkan bronkus /bronkiolus yang berupa distribusi
bercak-bercak (patchy distribution. Konsolidasi bercak ini biasanya berpusat di
sekitar bronkus yang mengalami peradangan multifocal atau bilateral (Putri,
2010).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang meluas
sampai bronkioli atau dengan kata lain peradangan terjadi pada jaringan paru
melalui cara penyebaran langsung dari saluran pernapasan atau hematogen
sampai ke bronkus )Sujono dan Sukarmin 2009 dalam Rufaedah 2010).
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang merupakan
inflamasi akut pada parenkim paru yang dimulai pada ujung bronkiolus dan
mengenai ,lobuslus terdekat (Muscari, 2005).
Bronkopneumonia merupakan infeksi bacterial atau varial yang
disebbakan baik mikroorganisme gram-positif ataupun gram-negatif yang
ditandai dengan bercak-bercak konsolidasi eksudatif pada parenkim paru
(Mitchell et al, 2009).
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya
menyerang di bronkeoli terminal. Bronkopneumonia termasuk jenis infeksi paru
yang disebabkan agen infeksius dan terdapat pada daerah bronkus dan sekitar
alveoli (Nurarif dan Kusuma, 2013).

6
Jadi bronkopneumonia adalah salah satu jenis infeksi atau inflamasi pada
paru (pneumonia) yang meluas ke daerah bronkus dan disebabkan oleh bakteri
atau virus.

B. ETIOLOGI
Menurut perantaranya, bronkopneumonia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut :
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan  streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
3.  Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2010).
Bronkopneumonia dapat juga dikatakan sebagai suatu peradangan pada
parenkim paru yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur. Penyebab paling
sering adalah stafilokokus, streptococcus, H. influenza, Proteus sp dan
pseudomonas aeruginosa (Putri, 2011).

C. MANIFESTASI KLINIS
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktusrespiratoris
bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh naik sangat mendadak sampai 39-40
derajat celcius dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak
sangat gelisah, dispenia pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping

7
hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang juga disertai muntah dan
diare. Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit tapi setelah
beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik
tetapi dengan adanya nafs dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan
sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil
pemeriksaan fisik tergantung luas daerah auskultasi yang terkena, pada perkusi
sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar
ronchi basah nyaring halus dan sedang. (Ngastiyah, 2015).
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, ronki,
3. Gerakan dada tidak simetris
4. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
5. Diafoesis
6. Anoreksia
7. Malaise
8. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
9. Gelisah
10. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
11. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

D. PEMERIKSAAN FOKUS
Pengkajian fokus
a. Demografi meliputi : nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak nafas,
disertai batuk ada secret tidak bisa keluar.

8
c. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk menetap
dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama
minimum 3 bulan berturut turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum
(hijau, putih/kuning) dan banyak sekali.
Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat
hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels, warna kulit
pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
d. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita
kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat
memicu terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi
kima dalam jangka panjang misalnya debu/ asap.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan merupakan
faktor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang tidak sehat seperti
merokok.
f. Pola pengkajian
1) Pernafasan
Gejala : Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk menetap
dengan produksi sputum setiap hari ( terutama pada saat bangun) selama
minimum 3 bulan berturut- turut) tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi
sputum (Hijau, putih/ kuning) dan banyak sekali. Riwayat pneumonia
berulang, biasanya terpajanpada polusi kimia/ iritan pernafasan dalam
jangka panjang (misalnya rokok sigaret), debu/ asap (misalnya : asbes
debu, batubara, room katun, serbuk gergaji) Pengunaaan oksigen pada
malam hari atau terus menerus.
Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik ( tripot) untuk bernafas,
penggunaan otot bantu pernafasan ( misalnya : meninggikan
bahu, retraksi supra klatikula, melebarkan hidung)
Dada : Dapat terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP
( bentuk barel), gerakan difragma minimal.
Bunyi : crackels lembab, kasar

9
Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu
keseluruhan.
2) Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan ekstremitas bawah
Tanda : Peningkatan tekanan darah. Peningkatan frekuensi jantung /
takikardi berat, disritmia Distensi vena leher (penyakit berat) edema
dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
Bunyi jantung redup ( yang berhubungan dengan peningkatan diameter
AP dada).
Warna kulit / membrane mukosa : normal atau abu-abu/ sianosis perifer.
Pucat dapat menunjukan anemia.
3) Makanan / cairan
Gejala : Mual / muntah
Nafsu makan buruk / anoreksia ( emfisema)
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
Tanda : Turgor kulit buruk
Berkeringat
Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali.
4) Aktifitas / istirahat
Gejala : Keletihan, keletihan, malaise, Ketidakmampuan melakukan
aktifitas sehari- hari karena sulit bernafas. Ketidakmampuan
untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi . Dispnea
pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat
Tanda : Keletihan, Gelisah/ insomnia, Kelemahan umum / kehilangan
masa otot
5) Integritas ego
Gejala : Peningkatan faktor resiko
Tanda : Perubahan pola hidup, Ansietas, ketakutan, peka rangsang
6) Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan / peningkatan kebutuhan melakukan
aktifitas sehari- hari
Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
7) Keamanan

10
Gejala : riwayat alergi atau sensitive terhadap zat / factor lingkungan.
Adanya infeksi berulang.

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif dan Hardhi (2013), untuk dapat menegakkan diagnosa
keperawatan dapat dilakukan pemeriksaan :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
b. Pemeriksaan sputum
c. Analisa gas darah
d. Kultur darah
e. Sampel darah, sputum dan urin
2. Pemeriksaan Radiologi
a. Rontgen Thorax
b. Laringoskopi/ bronkoskopi
Sedangkan menurut Muscari (2015), temuan yang sering muncul pada saat
pemeriksaan diagnostik dan laboratorium antara lain sebagai berikut :
1. Foto sinar-x dada akan menunjukkan infiltrasi difus atau bercak, konsolidasi,
infiltrasi menyebar luas atau bercak berkabut, bergantung jenis pneumonia.
2. HDL dapat menunjukkan peningkatan SDP.
3. Kultur darah, pewarnaan Gram, dan kultur sputum dapat menentukan
organisme penyebab.
4. Titer antistreptolisin-O (ASO) positif merupakan pemeriksaan diagnostik
pneumonia streptokokus.

F. Patofisiologi
Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-paru
melaui saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman masuk ke dalam
alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn, sehingga terjadi peradangan
pada dinding bronchus atau bronchiolus dan alveolus sekitarnya.
Kemudian proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang menyebar
secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Dimana proses peradangan ini
dapat dibagi dalam empat (4) tahap, antara lain :

11
1. Stadium Kongesti (4 – 12 jam)
Dimana lobus yang meradang tampak warna kemerahan, membengkak, pada
perabaan banyak mengandung cairan, pada irisan keluar cairan kemerahan
(eksudat masuk ke dalam alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi)
2. Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya)
Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel darah
merah fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi alveoli (pleura yang
berdekatan mengandung eksudat fibrinosa kekuningan).
3. Stadium Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)
Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa terjadi
konsolidasi di dalam alveolus yang terserang dan eksudat yang ada pada
pleura masih ada bahkan dapat berubah menjadi pus.
4. Stadium Resolusi (7 – 11 hari)
Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali
pada struktur semua (Sylvia Anderson Pearce, 1995 dalam putri 2011).
Menurut Muscari (2005) Bronkopneumonia berasal dari pneumonia yang
meluas peradangannya sampai ke bronkus. Bronkopneumonia biasanya diawali
dengan infeksi ringan pada saluran pernapasan atas, seiring dengan perjalanan
penyakit maka hal itu akan menyebabkan peradangan parenkim.

12
G. Pathway Kognitif terganggu
immbilitas
Jamur, virus, bakteri, protozoa Gangguan

- Penderita yang dirawat di RS Defisiansi stimulus Gangguan


- Penderita yang mengalami supresi Gangguan neurologis Tumbuh Kembang Ketegangan
sistem pertahanan tubuh peran
- Kontaminasi peralatan RS pemberi
- Lahir dengan kebutuhan khusus asuhan
Saluran pernapasan atas Gangguan Aspirasi

Kuman berlebih di bronkus Kuman masuk melalui Stimulasi leukosit oleh Penge- Naiknya
peredaran darah pirogen eksogen luaran termo-
(bakteri/virus/jamur) pirogen stat
Pelepasan histamin endogen
Kuman terbawa di saluran cerna
Hipertermia
(36,4-37,50 C)
Proses peradangan Peningkatan peristaltic
Peningkatan flora normal dalam usus Usus  Malabsorbsi

Rangsangan pada mukosa untuk memproduksi mukus


Peningkatan metabolisme

Diare
Akumulasi secret di bronkus

Mucus bronkus meningkat


Kehilangan cairan aktif
Bersihan Jalan nafas
Tidak efektif Bau mulut tidak sedap
Suara napas tambahan (+) Resiko luka tekan Infeksi saluran
(Ronkhi, crackles.) pernapasan bawah
Anoreksia
Intake kurang

Eksudat plasma masuk Dilatasi pembuluh darah


alveoli
Defisit Nutrisi
Gangguan pertukaran gs
Gangguan difusi dalam plasma PaO2 pada bayi: 45-95 mmHg
PaCO2 normal pada bayi : 27-40 mmHg

Edema paru Iritan PMN eritrosit pecah


Edema antara kapiler dan alveoli

Pergeseran dinding paru Penurunan capiliance paru

Suplai O2 menurun

Hiperventilasi Hipoksia

Dispneu Metabolic anaerob meningkat

Retraksi dada/ napas cuping hidung Akumulasi asam laktat


H. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan
Ketidakefektifan pola napas Kelemahan otot
RR normal : 40-60 x/menit
1. Oksigen 1-2 liter per menit
Resiko jatuh
(Nurarif dan Hardhi, 2013)
13
2. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makan eksternal bertahap melaui
selang nasogastrik dengan feeding drip
3. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk transport muskusilier
4. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa elektrolit
Sedangkan penatalaksanaan umum keperawatan pada klien
bronkopneumonia adalah sebagai berikut menurut Hidayat (2018):
1. Latihan batuk efektif atau fisioterapi paru
2. Pemberian oksigenasi yang adekuat
3. Pemenuhan dan mempertahankan kebutuhan cairan
4. Pemberian nutrisi yang adekuat
5. Penatalaksanaan medis dengan medikasi, apabila ringan tidak perllu
antibiotic. Tetapi, apabila penyakit masuk stadium berat klien harus dirawat
inap. Makah al yang perlu diperhatikan adalah pemilihan antibiotic
berdasarkan usia, keadaan umum, dan kemungkinan penyebab. Antibiotic
yang mungkin diberikan adalah penosolin prokain dan kloramfenikol atau
kombinasi ampisilin dan kloksasilin atau eritromisin dan kloramfenikol dan
sejenisnya.

14
2.2 ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN BRONKOPENOMONI
1. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017)
yaitu sebagai berikut:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif.
b. Defisit Nutrisi
c. Hipovolemi
d. Intoleransi aktivitas
e. Gangguan rasa nyaman
2. Intervensi Keperawatan
Adapun intervensi keperawatan menurut Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018)
yaitu sebagai berikut:
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
NO Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi (SIKI)
keperawatan hasil ( SLKI)
(SDKI)
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilkukan tindakan Manajemen jalan nafas
tidak efekstif x24 jam diharapkan Observasi
berhubungan dengan bersihan jalan nafas paten  Monitor pola nafas
sekresi yang tertahan dengan kriteri hasil  Memonitor bunyi
dtandai dengan batuk 1. Produksi sputum nafas tambahan
tidak efektif, batuk cukup menurun  Memonotor sputum
yang tertahan, gelisah 2. Frekuensi nafas Edukasi
membaik  Posisikan semi
3. Pola nafas fowler atau fowler
membaik  Berikan oksigen
Kalaborasi
 Ajarkan teknik batuk
efektif
 Anjurkan asupan
cairan
2. Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
berhubungan dengan tindakan keperawatan (I.03116)
cairan aktif ditandai 3x8 jam diharapkan Observasi
dengsn membrane Status cairan membaik  Periksa tanda dan
mukosa kering (L.03116) dengan kriteria gejala hipovolemia
hasil : (mis. frekuensi nadi
1. Kekuatan nadi meningkat, nadi
meningkat (5) teraba lemah,
2. Turgor kulit tekanan darah
meningkat (5) menurun, tekanan
3. Outputu rin e nadi

15
meningkat (5) menyempit,turgor
kulit menurun,
membrane mukosa
kering, volume urine
menurun, hematokrit
meningkat, haus dan
lemah)
 Monitor intake dan
output cairan
Terapeutik
 Hitung kebutuhan
cairan
 Berikan posisi
modified
trendelenburg
 Berikan asupan
cairan oral
Edukasi
 Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
 Anjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian cairan IV
issotonis (mis.
cairan NaCl, RL)
 Kolaborasi
pemberian cairan IV
hipotonis (mis.
glukosa 2,5%,
3. Deficit nutrisi Setelah dilkukan tindakan Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan tatus Observasi
ketidak mampuan nutrisi membaik dengan  Identifikasi status
untuk menelan kriteri hasil nutrisi
 Identifikasi alergi
makanan di tandai 1. porsi makan dihabiskan
dan intoleransi
dengan nafsu makan meningkat makanan
menurun  Porsi makan yang  Identifikasi makanan
dihabiskan yang disukai
meningkat  Identifikasi
 Berat badan kebutuhan kalori dan
membaik jenis nutrient
 IMT Membak  Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastric
 Monitor asupan

16
makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
 Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
 Fasilitasi
menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
 Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
 Berikan makan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan
 tinggi kalori dan
tinggi protein
 Berikan suplemen
makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian
 makan melalui
selang nasigastrik
jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu

4. Intolerasi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen energi


berhubungn dengan tindakan 3x24 jam Observasi
kelemahan diharapakan toleransi  Identifikasi
aktivitas dengan kriterial menggunakan fungsi
hasi tubuh yang
1. Keluhan lelah mengakibatkan
menurun kelelahan
2. Perasaan lemah  Monitor pola dan
menurun jam tidur

17
3.  Monitor lokasi dan
tidak nyamanan
selama melakukan
aktivitas
Tarapeutik
 Sediakan lingkungan
yang nyaman
Edukasi
 Anjurkan tirah
baring
 Ajarkan strategi
koping

5. Gangguan rasa Setelah melakukan Pengaturan posisi


nyaman berhubungan tindakan 3x24 jam Observasi
dengan Gejala diharapkan masalah status  Monitor status
penyakit kenyamanan teratasi oksigen
dengan kriteria hasil  Monitor alat traksi
1. Kesejahteraan fisik Tarapeutik
membaik  Tempatkan pada
2. Kesejahteraan matras
psikologis  Tempatkan pada
meningkat posisi tarapeuti
3. Keluhan tidak Edukasi
nyaman menurun  Informasi saat akan
dilakukan perubahan
posisi

3.IMPLENTASI
Menurut PPNI (2018) Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan oleh perawat untuk membantu kliendari masalah status kesehatan
yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan. Tindakan yang dikerjakan oleh perawat sebagai bentuk
pengimplementasian dari Intervensi keperawatan yaitu terdiri atas Observasi,
terapeutik, edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2018)

4. EVALUASI
kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya. Tujuannya adalah untuk
mengetahui perawatan yang diberikan dapat dicapai dan memberikan umpan
balik terhadap perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap
asuhan keperawatan yang diberikan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur,

18
proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif adalah hasil dari umpan
balik selama proses keperawatan berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif
adalah evaluasi yang dilakukan setelah proses keperawatan selesai dilaksanakan
dan memperoleh informasi efektifitas pengambilan keputusan.

19
BAB III

TINJAUAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN ANAK DALAM KONTEKS KELUARGA

Nama Kelompok : KELOMPOK 3


Tempat Praktek : Puskesmas Tanjung Mkamur
Tanggal Praktek :

I. Identitas Data
Inisial Klien : An. S
Alamat : Silaut
TTL :-
Agama : Islam
Usia : 10 Bulan
Suku Bangsa : Indonesia
Nama Ayah/Ibu : Tn.T/ Ny.I
Pendidikan Ayah : SMP
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pendidikan Ibu : SMA
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

II. Keluhan Utama :


Ibu An. S mengatakan anak batu sekali-sekali tetapi sering

III. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran:


a. Prenatal :
Jumlah kunjungan : 2 Kali
Bidan/dokter : Bidan
Penkes yang didapat : penyuluhan Anemia pada ibu hamil
HPHT : -
Kenaikan BB selama hamil : 60 Kg, saat hamil 70 Kg
Komplikasi kehamilan : Tidak Ada
Komplikasi obat : Tidak Ada
Riwayat hospitalisasi : Tidak Ada
Gol. Darah ibu :-
Maternal screening : Rubella, hepatitis, CMV, herpes, HIV, dll sebutkan
: Tidak ada mengalami penyakit yang tertera diatas

20
b. Intranatal :
Awal persalinan : Kontraksi
Lama persalinan :-
Komplikasi persalinan : Tidak ada komplikasi
Terapi yang diberikan :-
Cara melahirkan : Normal
Tempat melahirkan : Bidan

c. Pos Natal :
Usaha napas (dengan bantuan/tanpa bantuan) : Tanpa Bantuan
Kebutuhan resusitasi (jenis & lamanya) :-
APGAR Score :-
Obat yang diberikan pada neonates :-
Interaksi orang tua dan bayi (kualitas, lamanya) :-
Trauma lahir (ada/tidak) : Tidak Ada
Keluar urine/feses (ada/tidak) : Tidak Ada

IV. Riwayat Masa Lalu:


a. Penyakit waktu kecil
Ibu An. S mengatak anak sering batuk-batuk pada saat ayahnya merokok
b. Pernah dirawat dirumah sakit
Ibu klien mengatakan An.S belum pernah dirawat dirumah sakit 1 bulan
yang lalu
c. Obat-obat yang digunakan
Ibu klien mengatakan An. S pernah menggunakan obat paracitamol
karena demam
d. Tindakan/operasi
Ibu klien mengatakan An.S belum pernah mengalami tindakan operasi
e. Alergi
Ibu klien mengatakan An. S belum pernah mengalami alergi
f. Kecelakaan
Ibu klien mengatakan An.S pernah mmengalami jatu pada saat bediri
g. Imunisasi
Ibu klien mengatakan imunisasi ada
 Usia 0-1 bulan: Polio 0 dan BCG
 Usia 2 bulan: DP-HiB 1, polio 1, hepatitis 2, rotavirus, PCV
 Usia 3 bulan: DPT-HiB 2, polio 2, hepatitis 3
 Usia 4 bulan: DPT-HiB 3, Polio 3 (IPV atau polio suntik), hepatitis
4, dan rotavirus 2
 Usia 6 bulan: PCV 3, influenza 1, rotavirus 3 (pentavalen)
 Umur 9 bulan: Campak atau MR

21
V. Riwayat Keluarga (disertai genogram):

: Laki-Laki

: Perempuan

: klien/ pasien

Ibu mengatakan anak terkahir dari 4 bersaudara, orang tua suami dan masih
hidup, ayah klien memiliki saudara laki-laki dan orang perempuan klien
merukapakan anak tunggal

VI. Riwayat Sosial:


a. Yang mengasuh
Ibu klien mengatakan yang megasuh anak adalah dirinya dan suami
b. Hubungan dengan anggota keluarga
Klien mengatakan hubungan dengan kelurga baik dan anak dapat
berinteraksi dengan ayah dan ibunya begitupun sebaliknya
c. Hubungan dengan teman sebaya
Ibu klien mengatakan hubungan klien dengan teman sebaya sangat baik
dan saat dirumah klien bermian aktif dengan teman sebayanya.
d. Pembawaan secara umum
Ibu klien mengatakan anak kurang terlihat kooperatif dikarnakan kondisi
pasien
e. Lingkungan rumah
Orang tua klien tiggal dirumah sendiri

22
VII. Kebutuhan Dasar:
No Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Makanan yang  Semua makanan Asi
disukai/ yang yang diberikan
tidak disukai orang tua dimakan
oleh by. K
2. Alat makan  Piring Asi
yang dipakai  Disuapin dengan
orang tua
3. Pola makan/ Selera makan sangat Selera makan menurun/
jam baik, makan kali 3 kali tidak baik. Hanyak
sehari habis mengabiskan set porsi
makan
4. Pola tidur 8-9 jam sehari Tidak teratur

5. Kebiasaan Meminum asi Anak rewel dan sering


sebelum tidur mengis

6. Tidur siang Teratur tidur siang Tidak teratur tidue siang


7. Mandi  Frejuensi mandi 2x -
sehari
 Cuci rambut setiap -
mandi pagi
 Gunting kuku 1x -
dalam 2 minggu
8. Aktivitas Bermain dengan teman -
bermain sebaya ketika main ke
rumah tetangga
9. Eliminasi  BAB  BAB
Frekuensi 1x sehari, Frekuensi 3-4x sehari,
konsistensi padat konsistensi cair dan
dan lembek, ampas, encer,
kesulitan tidak ada  BAK
jesulitan saar BAB, 2-3 X Ssehari, warna
obta pencegah tida jenih kuning pekat Bau
ada. khas amoniak
 BAK
3-4 X Ssehari,
warna jenih
kekuningan
Bau khas amoniak

23
VIII. Keadaan Kesehatan Saat ini:
a. Diagnose medis
bronkopenomoni
b. Tindakan operasi
Tiidak ada tindakan operasi
c. Status nutrisi
Dirumah: selera makan anak baik, makan 3 kali sehari denga 1 porsi
dihabiskan
Dirumah sakit: selera makan tidak ada atau menuru
d. Status cairan
Cairan pasien RL
e. Obat-obatan
 IUFD 1 per 2 20 tpm (mikro)
 Zinc 1x20 mg
 Amoxicillin
f. Aktivitas
Dirumah : anak aktif
Dirumah sakit: anak hanya terbaring lemas ditempat tidur
g. Tindakan keperawatan
Mengajurkan banyak minum air putih
h. Hasil laboratorium
-
i. Hasil ronsen
Tidak ada ronsen
j. Data tambahan
Tidak ada suara tambahan

IX. Pemeriksaan Fisik:


a. Keadaan umum
Baik (kompesmentis)
b. TB/BB
67 cm/ 5 kg = IMT = 11,3
c. Lingkar kepala
50 cm
d. Mata
Inspeksi : simetris, ukuran pupil normal mata cekung, kojung
tiva anemis
Palpasi : tidak ada pembesaran dan tidak ada nyeri
e. Hidung
Inspeksi : bersih, tidak ada sekter
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tampak pakai osogen
f. Mulut

24
Inspeksi : bibir tampak pucat dan kering
Palpasi : tidak ada pembekakan
g. Telinga
Inspeksi : simtris kiri dan kanan
Palpasi : tidak ada pembekakan
h. Tengkuk
Inspeksi : tidka ada pembekakan
Palpasi : tidka ada pembekakan
i. Dada
Inspeksi : bentuk dada simetri, pernafasan 20x/menit
Palpasi : semetris kiri dan kakan
j. Jantung
Inspeksi : tidak dilakukan pemeriksaan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : suaru jatung lup-dup
k. Paru-paru
Normal
l. Perut
Peristaltic usus 24/menit
m. Punggung
Normal
n. Genatalia
Inspeksi : tidak dilakukan
Palpasi : tidak dilakukan
o. Extremitas
Terpasang infus ditangan kanan
p. Kulit
Kulit pasien tampak kering
q. Tanda vital
TD: -
N: 95X/Menit
P: 20 x/Menit
S: 37 C

X. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (penilaian berdasarkan format


DDST):
a. Kemandirian dan bergaul
An.k sudah bisa makan sendiri
b. Motorik halus
An.k belum hisa untuk mencermai sesuatu seperit memijir dan menulis
c. Kognitif dan bahasa
An.k sudah bisa bicara sedikit-sedikit contoh menggail orang tua nya

25
d. Motorik kasar
An.k sudah bisa duduk dan melakukan penggerakan dengan sikap tubuh
melibatkan otot-otot
e. Data tambahan
Tidak ada data tambahan

26
ANALISIS DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1. DS Bersihan jalan Sekresia yang
 Ibu klien mengatakan klien nafas tidak efektif tertahan
batuk sekali-kali

DO
 Klien tampak batuk
 Klien tampak batu tetapi
tidak berdahak
 Td=
 Nadi = 90x/m
 Rr = 22 x/m
 Pernafasan tampak cepat
 Terpasang oksogen 3 liter
2. DS Hipovolemia cairan aktif ditandai
 Ibu mengatakan anaknya dengsn membrane
merasa lemas mukosa kering
 ibu mengatakan anak haus
secara terus menerun
DO
 nadi anak teraba lemah
 Membaran mukosa kering
2. DS Deficit nutrisi ketidak mampuan
 Ibu mengatakan anaknya untuk menelan
cepat kenyang makanan di tandai
 ibu mengatakan nafsu makan dengan nafsu
anak menurun makan menurun
DO
 Anak mengalam berat badan
menurun karena imt 11,3

PROIRITAS DIAGNOSE KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efekstif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
dtandai dengan batuk tidak efektif, batuk yang tertahan, gelisah
2. Hipovolemia cairan aktif ditandai dengsn membrane mukosa kering
3. Deficit nutrisi ketidak mampuan untuk menelan makanan di tandai dengan
nafsu makan menurun

27
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi (SIKI)


keperawatan hasil ( SLKI)
(SDKI)
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilkukan tindakan Manajemen jalan nafas
tidak efekstif x24 jam diharapkan Observasi
berhubungan dengan bersihan jalan nafas paten  Monitor pola nafas
sekresi yang tertahan dengan kriteri hasil  Memonitor bunyi
dtandai dengan batuk  Produksi sputum nafas tambahan
tidak efektif, batuk cukup menurun  Memonotor sputum
yang tertahan, gelisah  Frekuensi nafas Edukasi
membaik  Posisikan semi
 Pola nafas fowler atau fowler
membaik  Berikan oksigen
Kalaborasi
 Ajarkan teknik batuk
efektif
 Anjurkan asupan
cairan
2. Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen Hipovolemia
berhubungan dengan tindakan keperawatan (I.03116)
cairan aktif ditandai 3x8 jam diharapkan Observasi
dengsn membrane Status cairan membaik  Periksa tanda dan
mukosa kering (L.03116) dengan kriteria gejala hipovolemia
hasil : (mis. frekuensi nadi
4. Kekuatan nadi meningkat, nadi
meningkat (5) teraba lemah,
5. Turgor kulit tekanan darah
meningkat (5) menurun, tekanan
6. Outputu rin e nadi
meningkat (5) menyempit,turgor
kulit menurun,
membrane mukosa
kering, volume urine
menurun, hematokrit
meningkat, haus dan
lemah)
 Monitor intake dan
output cairan
Terapeutik
 Hitung kebutuhan
cairan
 Berikan posisi
modified
trendelenburg
 Berikan asupan
cairan oral

28
Edukasi
 Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
 Anjurkan
menghindari
perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian cairan IV
issotonis (mis.
cairan NaCl, RL)
 Kolaborasi
pemberian cairan IV
hipotonis (mis.
glukosa 2,5%,
3. Deficit nutrisi Setelah dilkukan tindakan Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan tatus Observasi
ketidak mampuan nutrisi membaik dengan  Identifikasi status
untuk menelan kriteri hasil nutrisi
 Identifikasi alergi
makanan di tandai 1. porsi makan dihabiskan
dan intoleransi
dengan nafsu makan meningkat makanan
menurun  Porsi makan yang  Identifikasi makanan
dihabiskan yang disukai
meningkat  Identifikasi
 Berat badan kebutuhan kalori dan
membaik jenis nutrient
 IMT Membak  Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastric
 Monitor asupan
makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
 Lakukan oral
hygiene sebelum
makan, jika perlu
 Fasilitasi
menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
 Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
 Berikan makan

29
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan
 tinggi kalori dan
tinggi protein
 Berikan suplemen
makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian
 makan melalui
selang nasigastrik
jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu

30
CATATAN PERKEMBANGAN

NO Diagnosa Hari/tanggal/ imlementasi evaluasi


jam
1. Bersihan Senin  Monitor pola nafas S=
jalan nafas  Memonitor bunyi  Ibu klien
19/12/2022
tidak efekstif nafas tambahan mengataka
berhubungan 09.00  Memonotor sputum n klien
dengan  Posisikan semi batuk
sekresi yang fowler atau fowler sekali-
tertahan  Berikan oksigen sekali
dtandai  Ajarkan teknik batuk
dengan batuk efektif O=
tidak efektif,  Klien
 Anjurkan asupan
batuk yang tampak
cairan
tertahan, batuk
gelisah  Klien
tampak
batuk tapi
tidak
berdahak
 Nadi=90x/
menit
 Rr=22x/
menit
 Terpasang
olsogen 3
liter

A=
 Bersihan
jalan nafas
belum
teratasi
P=
 Intervensi
dilanjutka
n
Hipovolemia Senin  Periksa tanda dan S
berhubungan gejala =
19/12/2022
dengan hipovolemia (mis.  Ibu
cairan aktif 11.00 frekuensi nadi mengataka
ditandai meningkat, nadi n anaknya
dengsn teraba lemah, merasa
membrane tekanan darah lemas

31
mukosa menurun, tekanan  ibu
kering nadi mengataka
menyempit,turgor n anak
kulit menurun, haus
membrane secara
mukosa kering, terus
volume urine menerun
menurun,
hematokrit O=
meningkat, haus  nadi anak
dan lemah) teraba
 Monitor intake dan lemah
output cairan Membaran
 Hitung kebutuhan mukosa
cairan kering
A=
 Manajeme
n
hipovolem
i belum
teratasi
P=
Intervensi
dilanjutkan
Deficit Senin  Identifikasi status S=
nutrisi nutrisi  Ibu
19/12/2022  Identifikasi alergi
berhubungan mengataka
dengan 13.00 dan intoleransi n anaknya
makanan
ketidak cepat
 Identifikasi
mampuan makanan yang kenyang
untuk disukai  ibu
menelan  Identifikasi mengataka
makanan di kebutuhan kalori n nafsu
tandai dan jenis nutrient makan
dengan nafsu  Identifikasi anak
makan perlunya menurun
menurun penggunaan selang
nasogastric
O=
 Monitor asupan
makanan  Anak
 Monitor berat badan mengalam
Monitor hasil berat
pemeriksaan badan
laboratorium menurun
karena imt
11,3

A=

32
 Manajeme
n nutrisi
belum
teratasi

P=
Intervensi
dilanjutkan

33
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efekstif berhubungan dengan sekresi yang


tertahan dtandai
Bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan Ketidak mampuan untuk
membersihkan sekret atau obtruksi saluran nafas guna mempertahankan jalan
nafas bersih. Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) faktor penyebab
bersihan jalan nafas tidak efektif 1) Lingkungan : Merokok, menghirup asap
rokok.2) Obstruksi Jalan Nafas : Spasme jalan nafas, retensi seckret, mukosa
berlebih, adanya jalan nafas buatan, terdapat benda asing di jalan nafas, secket
dibronchi, dan eksudat di alveoli. 3) Fisiologis : Disfungsi neuromuscular,
hyperplasia dinding bronchial, PPOK, infeksi, asma, jalan nafas
alergik(trauma).
Menurut World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden
Bronchopneumonia memperkirakan insiden broncopneumonia anak-balita pada
tahun 2010 di Negara Berkembang adalah 151,8 juta kasus Bronchopneumonia,
8,7% (131,1 juta) diantaranya merupakan Bronchopneumonia berat dan perlu
rawat inap. Di negara maju terdapat 4 juta kasus setiap tahun hingga total
diseluruh dunia ada 156 juta kasus Bronchopneuomonia balita setiap tahun.
Terdapat 15 negara dengan prediksi insiden Bronchopneuomonia anak–balita
paling tinggi, mencakup 74% (115,3juta) dari 156 juta kasus diseluruh dunia.
Menurut populasi anak–balita didunia, ke-6 negara tersebut adalah india 43 juta,
China 21juta, Pakistan 10 juta, Bangladesh, Indonesia, dan Nigeria masing–
masing 6 juta kasus pertahun (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Padatahun
2012 Bronchopneuomonia adalah no1 pembunuh menular dari anak dibawah
usia 5 tahun secara global, membunuh 935,002 anak dunia setiap tahun dan itu
juga

2. Hipovolemia berhubungan dengan cairan aktif


Hipovolemia adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan
ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena kehilangan cairan melalui kulit,

34
ginjal, gastrointestinal, perdarahan sehingga dapat menimbulkan syok
hipovolemia (Tarwoto & Wartonah, 2015).

3. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan untuk menelan


makanan di tandai
risiko deficit nutrisi adalah di dapatkan pasien mengalami penurunan nafsu
makan dikarenakan pasien tidak enak badan, saat badanya merasa idak enak
untuk makanpun hanya sedikit habis dalam 2 sendok
makan saja Ketidakmampuan Kemampuan mencerna dan mengabsorbsi
makanan dipengaruhi oleh adekuatnya fungsi organ pencernaan.Adanya
peradangan saluran cerna dapat juga menimbulkan tidak adekuatnya kebutuhan
nutrisi .(Wartonah, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, 2015)
Di lihat dari hasil pengkajian partisipan mengalami risiko defisit nutrisi karena
ketidakmmapuan mencerna dan mengabsorbsi nutrisi sehingga nutrisi dalam
tubuh pasien berkurang.

35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Smeltzer
& Suzanne C,2012).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oelh bakteri, virus, jamur, atau benda asing dengan manifestasi
klinis panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal, muntah,
diare, serta btuk kering dan produktif (Hidayat, 2018)

B. SARAN
1) Bagi Perawat
Diharapkan perawat dalam menangani pasien anak dengan
bronkopneumonia dapat melibatkan keluarga terutama pada pengaturan
posisi, sehingga keluarga memahami bagaimana posisi yang tepat untuk
pasien anak dengan bronkopneumonia.
2) Bagi Keluarga
Diharapkan keluarga harus menghindari faktor yang dapat menyebabkan
kekambuhan pada bronkopneumonia pada anak dan jika di temukan anak
pada bronkopneumonia ini terjadi sesak segara membawa ke pelayanan
kesehatan terdekat.
3) Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan penulis selanjutnya tentang masalah keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas ini terutama dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi dan hidrasinya, misal ASI yang diberikan melalui NGT
sebaiknya segera diberikan dalam keadaan hangat.

36
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Pocket Book of Hospital Care for Children: Guidelines for the
management of Common Childhood Illnesses 2th Edition. Switzerland: WHO.
http://www.ichrc.org/sites/www.ichrc.org/files/pocket%20book%20high
%20res_0.pdf
Corwin, Elisabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin Ed.3. Jakarta: EGC.
Dwijaya, A. 2012. Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Ibu dalam Pemberian
Parasetamol kepada Anak sebagai Penatalaksanaan Awal Demam di Kelurahan
Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Medan. Medan : Repository
USU. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31365/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada tanggal 05 Februari 2020 pukul 19.00 WITA
Ghofarina, Ruffaedah. 2011. Asuhan Keperawatan Anak pada An.Z dengan
Bronkopneumonia di R.Lukman RS Roemani Muhammadiyah Semarang. Digilib
Unimus: Semarang. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/126/jtptunimus-gdl-
ruffaedahg-6294-2-babii.pdf diakses pada tanggal 05 Februari 2020 pukul 19.30
WITA
Hertman, T.Heather. 2012. Nursing Diagnoses: Definitions and Classifications 2012-
2014. Jakarta: EGC.
M., Gloria Bulechek & Joanne M. Dochterman. 2008. Nursing Interventions
Classification (NIC). Ed. 5. Mosby : United States of America

Mitchell, Richard N et al. 2009. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins dan
Cotran ed.7. Jakarta : EGC.
Moorhead, Sue, dkk (ed). 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). Ed. 5 .
Mosby : United States of America.

Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik Ed.3. Jakarta : EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

37

Anda mungkin juga menyukai