Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. A DENGAN DIAGNOSA BRONKOPNEUMONIA


DI RUANG RAWAT INAP ANAK
RSU HERMINA ARCAMAIK

DISUSUN OLEH :

DINDA AUDRIA RAMADINA G 2023091613

RUMAH SAKIT UMUM HERMINA ARCAMANIK


KOTA BANDUNG
2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................3


1.1 Latar Belakang...............................................................................................................................3

1.2 Tujuan..............................................................................................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI..........................................................................................................5


2.1 Konsep Asuhan Medis (PPK)......................................................................................................5

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan (PAK)......................................................................................11

BAB III APLIKASI KASUS.........................................................................................................23


3.1 Pengkajian.....................................................................................................................................23

BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................................................39
4.1 Pembahasan..................................................................................................................................39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................................................47


5.1 Kesimpulan..................................................................................................................................47

5.2 Saran..............................................................................................................................................48
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Menurut studi World Health Organization (WHO), Pneumonia adalah penyebab kematian

penyakit menular yang terbesar pada anak-anak di seluruh dunia. Pneumonia adalah penyakit Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang berupa inflamasi yang mengenai parenkim paru. Penyakit ini

sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus,bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal

lain (aspirasi, radiasi , dll). Di negara berkembang, pneumonia pada anak anak biasanya disebabkan oleh

bakteri. Bakteri yang pada umumnya sering menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus Pneumoniae,

Haemophilus Influenzae, dan Staphylococcus Aureus. Berdasar atas Studi World Health Organization

(WHO), pada tahun 2021 penyakit pneumonia membunuh 808.694 anak di bawah usia 5 tahun, terhitung

15% dari semua kematian anak di bawah usia lima tahun. Pneumonia menyerang anak-anak dan keluarga

di manapun, tetapi paling umum di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara. dan sanitasi yang buruk, polusi

udara di dalam ruangan yang buruk dan juga akses yang tidak memadai ke perawatan kesehatan. Saat ini,

32 % anak-anak dengan dugaan pneumonia tidak dibawa ke fasilitas kesehatan di seluruh dunia, jumlah

itu meningkat menjadi 40 % untuk anak-anak yang miskin di negara berpenghasilan rendah dan

menengah.

Berdasar atas data The United Nations Children's Fund (UNICEF) Pneumonia adalah penyakit

menular yang membunuh lebih banyak anak daripada penyakit menular lainnya, nyawa lebih dari 800.000

anak balita setiap tahun, atau sekitar 2.200 setiap hari. Ini termasuk lebih dari 153.000 bayi baru lahir.

Relatif pada tahun 2018, sebanyak 437.000 anak balita meninggal karena diare dan 272.000 karena

malaria. Secara global, ada lebih dari 1.400 kasus pneumonia per 100.000 anak, atau 1 kasus per 71 anak

setiap tahun, dengan insiden terbesar terjadi di Asia Selatan (2.500 kasus per 100.000 anak) dan Afrika

Barat dan Tengah (1.620 kasus per 100.000 anak). Menurut Profil Dinas Kesehatan Kota Bandung, pada

tahun 2021 ditemukan sebanyak 10.525 kasus pneumonia balita yang ditangani sepanjang tahun 2021 di
Kota Bandung. Dengan target penemuan pneuomonia balita sebanyak 4,6% dari populasi balita atau

sebanyak 9.225 balita pneuomonia, maka didapat cakupan penemuan dan penanganan balita pneumonia

sebesar 114,09%. Cakupan penemuan ini menurun tipis sebesar 0,51 % bandingkan tahun 2020. Gejala

awal pneumonia pada anak seperti batuk dan flu disertai demam. Gejala khas pneumonia adalah adanya

napas cepat. Angka kejadian pneumonia pada balita yang sangat tinggi di jawa barat yaitu sebanyak

223.125 kasus dan juga merupakan penyakit menular yang paling sering menyebabkan kematian.

Peneliti memilih kasus bronkopnemoni di RS Hermina Arcamanik Bandung yang merupakan

salah satu rumah sakit umum yang berada di pertengahan kota bandung dan bronkopneumoni merupakan

diagnosa yang paling banyak di ruang rawat inap anak RSU Hermina Arcamanik dimana berdasarkan

data bulan oktober-november terdapat 240 kasus bronkopneumonia. Berdasar atas alasan tersebut,

penelitian mengenai kelolaan kasus bronkopneumonia di ruang rawat inap anak RSU Hermina Arcamanik

perlu dilakukan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1) Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Asuhan Keperawatan pada klien

anak dengan bronkopneumonia.

2) Tujuan Khusus

a. Mengkaji klien anak dengan bronkopneumonia.

b. Menegakkan diagnosis keperawatan klien anak dengan bronkopneumonia.

c. Menyusun perencanaan keperawatan klien anak dengan bronkopneumonia.

d. Melaksanakan intervensi keperawatan klien anak dengan bronkopneumonia.

e. Mengevaluasi klien anak dengan bronkopneumonia


BAB II

LANDASAN TEORI

1.3 Konsep Asuhan Medis (PPK)

a. Definisi

Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang biasanya terjadi pada anak-anak

tetapi terjadi lebih sering pada bayi dan awal masa kanak-kanak dan secara klinis pneumonia

dapat

terjadi sebagai penyakit primer atau komplikasi lain (PAK RS Hermina, 2023)

Bronkopneumonia adalah istilah medis yang digunakan untuk menyatakan peradangan

yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan paru di sekitarnya. Bronkopeumonia dapat

disebut sebagai pneumonia lobularis karena peradangan yang terjadi pada parenkim paru bersifat

terlokalisir pada bronkiolus berserta alveolus di sekitarnya (Muhlisin, 2017). Bronkopneumonia

adalah peradangan umum dari paru-paru, juga disebut sebagai pneumonia bronkial, atau

pneumonia lobular. Peradangan dimulai dalam tabung bronkial kecil bronkiolus, dan tidak teratur

menyebar ke alveoli peribronchiolar dan saluran alveolar (PDPI Lampung & Bengkulu, 2017).

b. Etiologi

Pneumonia sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, mikoplasma,

jamur) dan sebagian disebabkan hal lain (aspirasi, radiasi, dan lain-lain). Beberapa faktor

meningkatkan risiko kejadian dan derajat pneumonia, antara lain : defek anatomi bawaan, defisit

imunologi, polusi, refluks gastroesofagal, aspirasi, gizi buruk, berat lahir rendah, tidak mendapat

ASI, imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah yang menderita batuk, dan tempat tinggal

yang terlalu padat penghuninya (PAK RS Hermina, 2023)

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) secara umum bronkopneumonia diakibatkan

penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan

sehat memiliki mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas reflek
glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari

organ dan sekresi humoral setempat.

Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri virus dan jamur, antara lain :

a. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella

b. Virus : Legionella Pneumoniae

c. Jamur : Aspergillus Spesies, Candida Albicans

d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam paru

e. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus

penyebab Bronkopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan

bronkus dan alveolus. Inflamasi bronkus ini ditandai dengan adanya penumpukan sekret,

sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah

mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan

atelektasis.

Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas

ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan

sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya

cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis

mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi

sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas (PDPI Lampung

& Bengkulu, 2017)

c. Manifestasi Klinis

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran napas bagian atas selama

beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 37,6-40°C dan kadang disertai

kejang karena demam yang tinggi. Selain itu, anak bisa menjadi sangat gelisah, pernapasan cepat

dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut.
Sedangkan, batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit, seorang anak akan mendapat

batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi

produktif. Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

a. Inspeksi: Pernafasan cuping hidung (+), sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi sela

iga.

b. Palpasi: Stem fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit.

c. Perkusi: Sonor memendek sampai beda.

d. Auskultasi: Suara pernapasan mengeras (vesikuler mengeras) disertai ronki basah

gelembung halus sampai sedang.

Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah yang

terkena. Pada perkusi thoraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin

hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang. Bila sarang bronkopneumonia

menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara

pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi.

Tanpa pengobatan biasanya proses penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.

d. Patofisiologi

Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah mikroorganisme (jamur, bakteri,

virus) awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat masuk

kesaluran pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari tubuh. reaksi ini

menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh menyesuaikan diri maka

timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret,

semakin lama sekret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin

sempit dan pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul dibronkus lama-kelamaan sekret

dapat sampai ke alveolus paru dan mengganggu sistem pertukaran gas di paru.

Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran cerna

ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi agen
patogen sehingga timbul masalah pencernaan. Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi

pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan paru.

Terdapatnya bakteri didalam paru menunjukkan adanya gangguan daya tahan tubuh, sehingga

mikroorganisme dapat berkembang biak dan mengakibatkan timbulnya infeksi penyakit.

Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara

lain inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring

serta perluasan langsung dari tempat-tempat lain, penyebaran secara hematogen (Nurarif &

Kusuma, 2015). Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas

sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya.

Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi

empat stadium, yaitu (Bradley, 2011):

a. Stadium I/Hiperemia (4-12 jam pertama atau stadium kongesti).

Pada stadium I, disebut hiperemia karena mengacu pada respon peradangan permulaan

yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan

aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat

pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun

dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin.

b. Stadium II/Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)

Pada stadium II, disebut hepatitis merah karena terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel

darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari

reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan

leukosit, eritrosit dan cairan sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan

seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga

orang dewasa akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu

selama 48 jam.

c. Stadium III/ Hepatisasi Kelabu (3-8 hari berikutnya)


Pada stadium III/hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel- sel darah putih

mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di

seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit

di alveoli mulai di reabsorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit,

warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.

d. Stadium IV/Resolusi (7-11 hari berikutnya)

Pada stadium IV/resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda,

sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan

kembali ke strukturnya semula


e. Komplikasi

Komplikasi bronkopneumonia umumnya lebih sering terjadi pada anak-anak, orang dewasa yang

lebih tua (usia 65 tahun atau lebih), dan orang-orang dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti

diabetes (Akbar Asfihan, 2019). Beberapa komplikasi bronkopneumonia yang mungkin terjadi,

termasuk :

a. Infeksi Darah

Kondisi ini terjadi karena bakteri memasuki aliran darah dan menginfeksi organ lain.

Infeksi darah atau sepsis dapat menyebabkan kegagalan organ.

b. Abses Paru-paru

Abses paru-paru dapat terjadi ketika nanah terbentuk di rongga paruparu. Kondisi ini

biasanya dapat diobati dengan antibiotik. Tetapi kadang-kadang diperlukan pembedahan

untuk menyingkirkannya.

c. Efusi Pleura

Efusi pleura adalah suatu kondisi di mana cairan mengisi ruang di sekitar paru-paru dan

rongga dada. Cairan yang terinfeksi biasanya dikeringkan dengan jarum atau tabung tipis.

Dalam beberapa kasus, efusi pleura yang parah memerlukan intervensi bedah untuk

membantu mengeluarkan cairan

d. Gagal Napas

Kondisi yang disebabkan oleh kerusakan parah pada paru-paru, sehingga tubuh tidak

dapat memenuhi kebutuhan oksigen karena gangguan fungsi pernapasan. Jika tidak

segera diobati, gagal napas dapat menyebabkan organ tubuh berhenti berfungsi dan
berhenti bernapas sama sekali. Dalam hal ini, orang yang terkena harus menerima

bantuan pernapasan melalui mesin (respirator).

f. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan bronkopneumonia yaitu:

a. Pemberian obat antibiotik penisilin ditambah dengan kloramfenikol 50- 70 mg/kg BB/hari

atau diberikan antibiotic yang memiliki spectrum luas seperti ampisilin, pengobatan ini

diberikan sampai bebas demam 4-5 hari. Antibiotik yang direkomendasikan adalah

antibiotik spectrum luas seperti kombinasi beta laktam/klavulanat dengan aminoglikosid

atau sefalosporin generasi ketiga (Ridha, 2014)

b. Pemberian terapi yang diberikan pada pasien adalah terapi O2, terapi cairan dan,

antipiretik. Agen antipiretik yang diberikan kepada pasien adalah paracetamol. Paracetamol

dapat diberikan dengan cara di tetesi (3x0,5 cc sehari) atau dengan peroral/ sirup. Indikasi

pemberian paracetamol adalah adanya peningkatan suhu mencapai 38ºC serta untuk

menjaga kenyamanan pasien dan mengontrol batuk.

c. Terapi nebulisasi menggunakan salbutamol diberikan pada pasien ini dengan dosis 1

respul/8 jam. Hal ini sudah sesuai dosis yang dianjurkan yaitu 0,5 mg/kgBB. Terapi

nebulisasi bertujuan untuk mengurangi sesak akibat penyempitan jalan nafas atau

bronkospasme akibat hipersekresi mukus. Salbutamol merupakan suatu obat agonis beta- 2

adrenegik yang selektif terutama pada otot bronkus. Salbutamol menghambat pelepas

mediator dari pulmonary mast cell 9,11 Namun terapi nebulisasi bukan menjadi gold

standar pengobatan dari bronkopneumonia. Gold standar pengobatan bronkopneumonia

adalah penggunaan 2 antibiotik (Alexander & Anggraeni, 2017)


1.4 Konsep Asuhan Keperawatan (PAK)

a. Pengkajian

Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang dilaksanakan untuk

mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien, dan membuat catatan

tentang respons kesehatan klien. Dengan demikian hasil pengkajian dapat mendukung untuk

mengidentifikasi masalah kesehatan klien dengan baik dan tepat. Tujuan dari dokumentasi pada

intinya untuk mendapatkan data yang cukup untuk menentukan strategi perawatan. Dikenal dua

jenis data pada pengkajian yaitu data objektif dan subjektif. Perawat perlu memahami metode

memperoleh data. Dalam memperoleh data tidak jarang terdapat masalah yang perlu diantisipasi

oleh perawat. Data hasil pengkajiian perlu didokumentasikan dengan baik (Yustiana & Ghofur,

2016)

a. Usia :

Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada anak berusia

di bawah 3 tahun.

b. Keluhan utama :

Saat dikaji biasanya penderita bronkopneumonia mengeluh sesak nafas.

c. Riwayat penyakit sekarang :

d. Pada penderita bronkopneumonia biasanya merasakan sulit untuk bernafas, dan disertai

dengan batuk berdahak, terlihat otot bantu pernafasan, adanya suara nafas tambahan,

penderita biasanya juga lemah dan tidak nafsu makan, kadang disertai diare.

e. Riwayat penyakit dahulu :

Anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas, memiliki riwayat

penyakit campak atau pertussis serta memiliki faktor pemicu bronkopneumonia misalnya

riwayat terpapar asap rokok, debu atau polusi dalam jangka panjang.

f. Pemeriksaan fisik :
1) Inspeksi

Perlu diperhatikannya adanya sianosis, dispneu, pernafasan cuping hidung, distensi

abdomen, batuk semula non produktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada saat

menarik nafas.Batasan takipnea pada anak 2 bulan-12 bulan adalah 50 kali/menit atau

lebih, sementara untuk anak berusia 12 bulan-5 tahun adalah 40 kali/menit atau lebih.

Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada

pneumonia berat, tarikan dinding dada ke dalam akan tampak jelas.

2) Palpasi

Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian yang terdapat cairan atau secret, getaran

hanya teraba pada sisi yang tidak terdapat secret.

3) Perkusi

Normalnya perkusi pada paru adalah sonor, namun untuk kasus bronkopneumonia

biasanya saat diperkusi terdengar bunyi redup.

4) Auskultasi

Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung atau

mulut bayi. Pada anak pneumonia akan terdengar stridor, ronkhi atau wheezing.

Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas akan berkurang, ronkhi halus

pada posisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernafasan bronkial,

egotomi, bronkoponi, kadang- kadang terdengar bising gesek pleura.

g. Penegakan diagnosis

Pemeriksaan laboratorium : Leukosit meningkat dan LED meningkat, X-foto dada :

Terdapat bercak-bercak infiltrate yang tersebar (bronkopneumonia) atau yang meliputi

satu atau sebagian besar lobus.

h. Riwayat kehamilan dan persalinan:

1) Riwayat kehamilan: penyakit injeksi yang pernah diderita ibu selama hamil, perawatan

ANC, imunisasi TT.


2) Riwayat persalinan: apakah usia kehamilan cukup, lahir prematur, bayi kembar,

penyakit persalinan, apgar score.

i. Riwayat social

Siapa pengasuh klien, interaksi social, kawan bermain, peran ibu, keyakinan

agama/budaya

j. Kebutuhan dasar

1) Makan dan minum : penurunan intake, nutrisi dan cairan, diare, penurunan BB, mual

dan muntah

2) Aktifitas dan istirahat : Kelemahan, lesu, penurunan aktifitas, banyak berbaring

3) BAK : Tidak begitu terganggu

4) Kenyamanan : Malgia, sakit kepala

5 Higiene : Penampilan kusut, kurang tenaga

k. Pemeriksaan tingkat perkembangan

1) Motorik kasar: setiap anak berbeda, bersifat familiar, dan dapat dilihat dari

kemampuan anak menggerakkan anggota tubuh.

2) Motorik halus: gerakkan tangan dan jari untuk mengambil benda, menggengggam,

mengambil dengan jari, menggambar, menulis dihubungkan dengan usia.

l. Data psikologis

1) Anak

Krisis hospitalisasi, mekanisme koping yang terbatas dipengaruhi oleh: usia, pengalaman

sakit, perpisahan, adanya support, keseriusan penyakit.

2) Orang tua

Reaksi orang tua terhadap penyakit anaknya dipengaruhi oleh :

a. Keseriusan ancaman terhadap anaknya

b. Pengalaman sebelumnya
c. Prosedur medis yang akan dilakukan pada anaknya

d. Adanya suportif dukungan

e. Agama, kepercayaan dan adat

f. Pola komunikasi dalam keluarga

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons

manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau kelompok,

dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi

secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan

merubah. Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga,

atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual

atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan rencana

tindakan asuhan keperawatan, sangat perlu untuk didokumentasikan dengan baik

(Yustiana & Ghofur, 2016)

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (RM 02.02.001) Berhubungan dengan :

Peningkatan produksi sekret pada jalan nafas, kemampuan batuk kurang, sekresi

yang tertahan, proses infeksi

2. Pola nafas tidak efektif (RM 02.02.005) Berhubungan dengan : Hambatan upaya

napas (mis. nyeri saat bernapas kelemahan otot pernapasan, sindrom hipoventilasi

(kadar oksigen lebih rendah daripada karbondioksida dalam


3. Gangguan pertukaran gas (RM 02.02.003) Berhubungan dengan : Akumulasi

cairan/sekret pada jaringan paru dan ventilasi tidak adekuat sekunder dari

akumulasi udara pada area alveolar

4. Hipertermi (RM 02.02.056) Berhubungan dengan : Proses infeksi (mis. Infeksi)

5. Nyeri akut (RM 02.02.042) Berhubungan dengan : Adanya proses inflamasi /

kerusakan jaringan

6. Resiko hipovolemia (RM 02.02.024) Faktor resiko : Evaporasi (mis : demam)

7. Resiko defisit nutrisi (RM 02.02.023) Faktor resiko : Kurangnya asupan makanan,

faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk makan)

8. Gangguan pola tidur (RM 02.02.035) Berhubungan dengan : Kurangnya kontrol

tidur dan kondisi sesak

9. Intoleransi aktivitas (RM 02.02.036) Berhubungan dengan : Ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan

10. Anxietas (RM 02.02.044) Berhubungan dengan : Kurang terpapar informasi dan

krisis situsional (PAK RSU Hermina,2023)

c. Intervensi Keperawatan

Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang

dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk

mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (PPNI, 2019). Adapun intervensi yang

sesuai dengan penyakit bronkopneumonia adalah sebagai berikut :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (RM 02.02.001)

Observasi :

a) Monitor tanda-tanda vital dan monitor kesadaran pasien


b) Monitor status pernafasan seperti frekuensi, bunyi nafas, kecepatan, irama dan

c) kedalaman serta penggunaan otot bantu nafas

d) Identifikasi kemampuan pasien untuk batuk dan mengeluarkan sputum

e) Auskultasi bunyi nafas, catat adanya suara nafas tambahan

f) Catat karakter dan jumlah sputum dan adanya hemoptisis

Terapeutik:

a) Atur posisi tidur senyaman mungkin/semi fowler

b) Lakukan suction bila perlu

c) Libatkan keluarga untuk memberikan minum air hangat

Kolaborasi :

Kolaborasi dengan DPJP untuk pemberian therapi mukolitik dan ekspectoran,

kolaborasi dengan DPJP untuk tindakan suction bila diperlukan.

2. Pola nafas tidak efektif (RM 02.02.005)

a. Observasi :

1) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)

2) Monitor adanya kelelahan otot bantu nafas

3) Monitor status respirasi dan oksigenasi

b. Terapeutik :

1) Pertahankan kepatenan jalan nafas

2) Posisikan semi fowler atau fowler

3) Bantu untuk merubah posisi jika diperlukan

4) Analisa efek perubahan posisi pada pernafasan


c. Kolaborasi : Kolaborasi pemberian therapi oksigen

3. Gangguan pertukaran gas (RM 02.02.003)

a. Observasi :

1) Monitor pola nafas (frekuensi dan kedalaman)

2) Monitor status neurologis (tingkat kesadaran, status mental)

3) Monitor warna kulit dan saturasi oksigen

4) Monitor hasil analisa gas darah bila perlu

b. Terapeutik :

1) Atur posisi tidur untuk memfasilitasi ventilasi yang adekuat (semi fowler)

2) Pertahankan hidrasi sesuai kebutuhan

3) Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pasien

4. Hipertermi (RM 02.02.056)

c. Observasi : Monitor keadaan umum, periksa tanda- tanda vital dan monitor keadaan

umum,

monitor cairan masuk dan keluar

d. Terapeutik :

1) Atur suhu ruangan

2) Ganti linen setiap hari atau jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebihan)

3) Berikan kompres/surface cooling jika diperlukan

4) Berikan pakaian yang tipis dan menyerap keringat

5) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

6) Libatkan keluarga pada saat memberikan kompres


7) Libatkan keluarga untuk memberikan banyak minum

5. Nyeri Akut (RM 02.02.042)

a. Observasi :

1) Monitor keadaan umum dan periksa tanda – tanda vital

2) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan

skala

nyeri

3) Identifikasi respon nyeri non verbal

4) Identifikasi faktor yang memperberat rasa nyeri

5) Identifikasi pengetahuan tentang nyeri

b. Terapeutik :

1) Atur posisi tidur/duduk yang nyaman

2) Kurangi aktivitas yang dapat meningkatkan nyeri

3) Kolaborasi : Pemberian cairan parenteral

c. Kolaborasi : Kolaborasi pemberian therapi oksigen, penggunaan alat ventilasi

mekanik, jika

perlu dan pemeriksaan AGD

6. Resiko hipovolemia (RM 02.02.024)

a. Observasi :

1) Monitor KU tingkat kesadaran, tanda- tanda vital dan CRT

2) Monitor status hidrasi (frekuensi/kekuatan nadi, akral, kelembaban mukosa, turgor

kulit

dan TD)
3) Monitor intake dan output cairan

4) Identifikasi tanda- tanda hipovolemia (mis.takikardi, tekanan darah menurun, nadi

teraba lemah, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa

kering,

volume urin menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi urine

meningkat,

berat badan menurun dalam waktu singkat)

b. Terapeutik:

1) Timbang berat badan tiap hari

2) Hitung balance cairan dan diuresis

3) Berikan hidrasi yang adekuat sesuai kebutuhan tubuh

4) Libatkan keluarga untuk pemberian intake oral

c. Kolaborasi : pemberian cairan isotonis (NaCl, RL) untuk rehidrasi cairan

7. Resiko defisit nutrisi (RM 02.02.023)

a. Observasi :

1) Identifikasi adanya alergi makan, anoreksia, mual dan muntah

2) Monitor keadaan abdomen, bising usus dan distensi abdomen

b. Terapeutik :

1) Berikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering dan dalam kondisi hangat

2) Berikan makanan dalam bentuk lunak/ cair bila perlu

3) Berikan oral hygiene secara teratur

4) Timbang berat badan setiap hari


5) Berikan makanan yang terpilih (seseuai program pengobatan)

6) Libatkan keluarga untuk memberikan suasana menyenangkan pada saat makan

c. Kolaborasi :

1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan

2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang

dibutuhkan pasien

3) Pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi

8. Gangguan pola tidur (RM 02.02.035)

a. Observasi : Identifikasi resiko ketidakseimbangan cairan dan adanya tanda dehidrasi

1) Identifikasi pola dan kebiasaan tidur pasien

2) Identifikasi faktor pengganggu tidur

3) Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi pasien

4) Catat kebutuhan tidur pasien setiap hari

b. Terapeutik:

1) Bantu pasien mengurangi hambatan sebelum tidur

2) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang

3) Berikan posisi yang nyaman agar dapat tidur

4) Libatkan keluarga untuk membawa benda kesayangan yang mempermudah tidur

5) Libatkan keluarga untuk mendampingi pasien saat tidur

c. Kolaborasi : Kolaborasi pemberian terapi bila di perlukan

9. Intoleransi aktivitas (RM 02.02.036)

a. Observasi :
1) Monitor keadaan umum TTV sebelum dan sesudah aktivitas dan monitor frekuensi

dan

irama jantung

2) Identifikasi kemampuan pasien dalam beraktivitas

3) Identifikasi penyebab kelelahan

b. Terapeutik:

1) Tingkatkan istirahat

2) Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari – hari

3) Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sehari – hari

4) Libatkan pasien/ keluarga untuk meningkatkan istirahat pasien

5) Berikan lingkungan yang tenang

6) Batasi jumlah pengunjung

c. Kolaborasi : Kolaborasi pemberian oksigen bila perlu

10. Ansietas (RM 02.02.044)

a. Observasi :

1) Identifikasi tingkat ansietas pasien

2) Identifikasi faktor penyebab dan faktor yang mempengaruhi ansietas

3) Identifikasi kemampuan keluarga mengatasi ansietas

b. Terapeutik :

1) Ciptakan lingkungan yang tenang dan kurangi kebisingan

2) Pahami situasi yang membuat ansietas

3) Libatkan keluarga untuk mengalihkan ansietas melalui menonton TV,

mendengarkan
musik atau bermain
BAB III

APLIKASI KASUS
1.5 Pengkajian

Identitas Klien Klien


Nama An. A
Nomor Registrasi 11303371**
Tanggal Lahir/Umur 20 November 2015 (8 tahun)
Jenis Kelamin Laki-laki
Nama
 Ayah Tn. HR
 Ibu
Ny. RR
Umur
 Ayah Tidak ada data
 Ibu
Pekerjaan
 Ayah Wiraswasta
 Ibu
RT
Pendidikan
 Ayah SLTA
 Ibu
SLTA
Alamat Jl. Jati Handap
No. Telp/HP 083176858964
Agama Islam
Suku/Bangsa
 Ayah Sunda
 Ibu Sunda
Masuk RS Tanggal 16 November 2023
Tanggal Pengkajian 17 November 2023
Di Rawat di ruangan Ruang Perawatan Anak
Keluhan Utama Orang tua mengatakan anaknya demam
Masa Prenatal Ibu mengatakan hamil Anak I selama 39 minggu dan
Anak I merupakan
anak ke 3
Natal Ibu mengatakan selama hamil, Anak I tidak ada
keluhan kesehatan
Post Natal Ibu mengatakan melahirkan Anak I secara Normal
dengan Berat 3300 gram
Masa Neonatal Tidak ada data
Riwayat Penyakit Sekarang OT pasien mengatakan terdapat demam sejak 5 hari
smrs, keluhan disertai mual (+), muntah +1x, batpil
+ dan nyeri pada ulu hati. bab dan bak tidak ada
keluhan, nafsu makan berkurang, pasien terlihat
lemas +, pasien terlihat lebih haus dr biasanya,
terlihat mudah mengantuk,
Riwayat Penyakit Dahulu Ibu pasien mengatakan anaknya belum pernah
dirawat dirumah sakit.
Pasien tidak ada riwayat alergi, penyakit menular/
kronik, penggunaan obat,dan operasi riwayat
Riwayat Kesehatan Keluarga Ibu pasien mengatakan tidak ada keluarga yang
memiliki penyakit serupa
Riwayat Sosial Orang tua Anak A mengatakan anak sering bermain
dengan teman-temannya seperti bermain
bola,bersepeda dengan teman lingkungan dirumah
dan disekolah
Lain-lain Ibu klien mengatakan di rumah menggunakan obat
nyamuk bakar dan ayahnya adalah perokok aktif.

Hasil Pemeriksaan Fisik Klien Anak dengan Bronkopneumonia


Pemeriksaan Umum Klien
Keadaan Umum KU: Sedang
Kesadaran Kes: Composmentis (GCS: E4M6V5)
Tanda-tanda vital S : 38,1℃
N :106x/menit. RR : 31x/menit
Status Gizi Ibu mengatakan anaknya makan 1- 2x sehari dengan jenis
makanan seperti nasi, lauk pauk, sayur. Ibu mengatakan
tidak ada pantangan dan alergi makanan anak A menyukai
nugget. Untuk minuman ibu mengatakan anak A minum air
putih, teh. Ibu mengatakan sejak sakit anak tidak nafsu
makan hanya makan 1-2 sendok.

Pemeriksaan Fisik
1) Kepala Kepala :
Muka Simetris, rambut berwarna hitam dan sulit
dicabut, ubun ubun besar menutup

Telinga :
Telinga tidak terdapat serumen, bersih Mata:
Sklera putih, tidak cekung, pupil isokor, refleks cahaya (+),
konjungtiva tidak anemis
Hidung :
Tidak terdapat rinorea, terdapat pernafasan cuping hidung
Rongga Mulut dan Lidah
: Bibir sedikit kering, tidak pucat, Lidah tidak tremor
/kotor, gigi tidak mengalami caries, ukuran tonsil normal
2) Leher Kelenjar getah bening teraba, tiroid tidak teraba, posisi
trakea letak ditengah tidak ada kelainan

3) Dada Keluhan :
Anak A mengalami batuk berdahak
Inspeksi :
Bentuk dada simetris, frekuensi nafas 31 kali/menit, irama
nafas teratur cepat
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, getaran lemah pada kedua paru
Perkusi :
Redup pada kedua paru
Auskultasi :
Suara nafas ronki
4) Jantung Inspeksi
- Tidak terlihat adanya pulsasi iktus kordis
- CRT < 2 detik
- Tidak ada sianosis
Palpasi
- Ictus Kordis teraba di ICS 5
- Akral Hangat
Perkusi
- Batas atas : ICS II line
sternal dekstra
- Batas bawah : ICS V line midclavicula sinistra
- Batas kanan : ICS III line sternal dekstra
- Batas kiri : ICS III line sternal sinistra Auskultasi
- BJ II Aorta : Dub, reguler dan intensitas kuat
- BJ II Pulmonal : Dub, reguler dan intensitas kuat
- BJ I Trikuspid : Lub, reguler dan intensitas kuat
- BJ I Mitral : Lub, reguler dan intensitas kuat
- Tidak ada bunyi jantung tambahan
Tidak ada kelainan
5) Punggung Tidak ada data
6) Perut Inspeksi :
Bentuk perut datar, mengikuti gerak saat bernafas, tidak
terdapat bekas luka operasi Auskultasi
Peristaltik usus 6 x/menit
Palpasi :
Tidak terdapat massa ataupun juga tumor, nyeri tekan
tidak ada
Perkusi
Timpani, tidak ada nyeri ketuk ginjal
7) Genetalia Anak A Kebersihan genetalia
bersih, tidak mengalami kelainan pada alat kelamin
8) Anus dan Rektum Tidak ada kelainan pada anus

9) Ekstermitas Anak A Pergerakan sendi bebas, tidak ada kelainan


ekstermitas, tidak ada kelainan tulang belakang, kulit
normal, turgor kulit baik, Kekuatan otot :
5 5
5 5

Hasil Pemeriksaan Laboratorium An A dengan Bronkopnemonia

Hasil Pemeriksaan Rongent Thorax An.A dengan Bronkopneumonia


YTH TS, PEMERIKSAAN FOTO THORAX PA
Soft tissue dan skeletal tampak normal.
Cor tidak membesar.
Sinuses dan diafragma normal.
Pulmo :
Hili normal.
Corakan bronkhovaskuler normal.
Tampak infiltrat kiri.
Kesan :
- Bronchpneumonia kiri.
- Tidak tampak kardiomegali.

Hasil Analisis Skala Resiko Jatuh Humpty Dumpty pada anak


Kriteria Nilai Anak 1
No Parameter
(Skor)
38 < 3 Tahun 4

Usia 2
3-7 Tahun 3
7-13 Tahun 2
≥13 Tahun 1
Laki-Laki 2
Jenis Kelamin 2
Perempuan 1
Diagnosa Neurologi 4

Diagnosis 1
Perubahan Oksigenasi (Diagnosis
respiratorik, 3
dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop,
pusing, dsb)
Gangguan Perilaku /Psikiatri 2
Diagnosis Lainnya 1
Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3
Gangguang Kognitif 1
Lupa akan adanya keterbatasan 2
Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Riwayat Jatuh/bayi diletakkan di tempet tidur
4
Dewasa

Faktor Lingkungan 2
Pasien menggunakan alat bantu/ bayi
3
diletakkan dalam tempat tidru bayi/perabot
rumah
Pasien diletakkan di tempat tidur 2
Area diluar rumah sakit 1
Dalam 24 jam 3
Pembedahan/Sedasi/Ane
0
stesi
Dalam 48 jam 2
>48 jam atau tidak menjalani 1
pembedahan/sedasi/anestesi
Penggunaan multiple : sedatif, obat
hipnosis, barbiturat, fenotiazin, anti 3
Penggunaan depresan, pencahar,
diuretik, narkose 0
Medikamentosa
Penggunaan salah satu obat diatas 2
Penggunaan medikasi lainnya/tidak ada
1
Medikasi
Jumlah Skor Humpty Dumpty 8

Penatalaksanaan Program Terapi


RL 3cc/kgbb/jam
Cefotaxime 3x700 mg
Ondansentron 2 mg Ekstra
Ranitidine 2x1/2 ampul
PCT Syr 7.5 ml prn demam
Racikan Batuk 3x1 pulv
Nebulizer Combvent 1 amp + pulmicort 1 amp 3x

a. Diagnosa Keperawatan
NO P E S
1. DS : Jamur,virus, bakteri, protozoa Bersihan jalan
 Ibu An.A nafas tidak
mengatakan anaknya Menginfeksi saluran pernafasan efektif b.d
batuk berdahak atas peningkatan
 An. A mengatakan produksi
dada terasa sesak Kuman berlebuh di brinkus sputum
DO :
 Suara nafas ronki Proses peradangan
pada kedua lapang
paru Eksudat dan serosa masuk
 Pernafasan cepat
kedalam alveoli
dan dangkal Infeksi
 Anak tidak mampu
mengeluarkan
dahaknya secara Kerja sel gobet meningkat
mandiri
Produksi sputum meningkat
 Frekuensi nafas 31x/i

Akumulasi sputum dijalan nafas

Bersihan jalan nafas tidak efektif


2. DS : Infeksi virus, bakteri,protozoa Hipertermia
 Ibu pasien mengatakan b.d proses
anaknya rewel dan inflamasi
badan teraba hangat Menyerang saluran pernafasan atas
DO:
 T : 38,10C
badan teraba hangat
Kuman berlebih di broncus

Proses peradangan

Eksudat dan serosa masuk kedalam


alveoli

Stimulasi reseptor di hipothalamus

Set point bertambah

Peningkatan suhu tubuh

Hiperterma
3. Jamur virus, bakteri, protozoa Resiko
Hipovolemia
Saluran pernafasan atas b.d kehilangan
cairan secara
Kuman terbawa disaluran cerna aktif
menurunnya
Infeksi saluran pencernaan volume cairan

Merangsang peningkatan asam


lambung

Mual,muntah

Malabsorpsi

Resiko Hipovolemia

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum


2. Hipertemia b.d proses inflamasi
3. Resiko Hipovolemia b.d kehilangan cairan secara aktif menurunnya volume cairan

b. Perencanaan Keperawatan
NO TANGGAL DIAGNOSA KEP TUJUAN DAN HASIL INTERVENSI KEP
DITEMUKAN
1 17/11/2023 (D.0001) Setelah dilakukan
Bersihan jalan nafas tindakan keperawatan 3 x Observasi
tidak efektif 72 jam diharapkan bersihan
berhubungan dengan jalan nafas membaik dengan  Monitor frekuensi, irama,
peningkatan produksi kriteria hasil : kedalaman dan upaya napas
sputum 1. Suara nafas bersih,  Monitor pola napas (seperti
tidak ada dypsnoe. bradypnea, takipnea,
2. Jalan nafas bersih, hiperventilasi, kussmaul,
pasien tidak merasa
sesak
Cheyne-stokes, biot, ataksik)
3. Irama nafas teratur,  Monitor kemampuan batuk
frekuensi nafas dalam efektif
rentang normal (20-  Monitor adanya produksi
30x/i) sputum
 Monitor adanya sumbatan
jalan napas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik

 Atur interval pemantauan


respirasi sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi

 Jelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan
 Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu.
 Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi

 Kolaborasi
pemberian bronkodilator, eks
pektoran, mukolitik, jika
perlu
2. 16/11/2023 (D.0130) Setelah dilakukan tindakan
Hipertermi berhubungan keperawatan 3 x 72 jam Observasi
dengan proses inflamasi diharapkan Suhu tubuh
menurun dengan kriteria
hasil :
1. suhu tubuh anak dalam  Identifikasi penyebab
rentang normal (36- hipertermia
370C)  Monitor suhu tubuh
2. tidak ada
 Monitor haluaran urin
perubahan warna
kulit  Monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik

 Sediakan lingkungan yang


dingin
 Longgarkan atau lepaskan
pakaian
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis (keringat
berlebih)
 Lakukan pendinginan
eksternal (mis: selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
Edukasi

 Anjurkan tirah baring


Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
antipiretik jika perlu.
3. 17/11/2023 ( D.0034) Setelah dilakukan
Resiko Hipovolemi tindakan keperawatan 2 x
Observasi
berhubungan dengan
kehilangan cairan secara 24 jam diharapkan resiko
 Periksa tanda dan gejala
aktif hipovelemia membaik hipovolemia (mis:
dengan kriteria hasil : frekuensi nadi meningkat,
1. Membran mukosa nadi teraba lemah,
lembab meningkat tekanan darah menurun,
2. Frekuensi nadi membaik tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun,
membran mukosa kering,
volume urin menurun,
hematokrit meningkat,
haus, lemah)
 Monitor intake dan output
cairan
Terapeutik

 Hitung kebutuhan cairan


 Berikan asupan cairan
oral
Edukasi

 Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis:
NaCL, RL)

c. Implementasi Keperawatan

Tanggal/Jam Implementasi Respon Paraf


16/11/2023 Mengukur suhu tubuh  Anak A mengeluh Zr. Dinda
Pukul badannya terasa panas
15.00 WIB  Suhu 38,1’C
15.05 WIB Mediakan lingkungan yang  An.A mengatakan Zr. Dinda
dingin dengan menyalakan AC merasa nyaman setelah
Ruangan menggati pakaian dan
Melonggarkan pakaian dan AC dinyalakan
mengganti dengan pakaian yang
tipi serta menyerap keringat

15.06 WIB Memberikan obat antipiretik  Obat telah diberikan Zr. Dinda
paracetamol syrup sesuai advice tidak ada reaksi negative
7,5ml prn demam
15.10 WIB Memberikan kompres di area  An.A mengatakan Zr. Dinda
dahi,aksilla,leher dan dada setelah dikompres rasa
panas sedikit berkurang
 Masih terdapat kulit
memerah akibat panas
17/11/2023 Melakukan pememeriksaan Zr. Dinda
Pukul TTV (Suhu, nadi, respirasi,  An.A mengatakan nafas
08.00 WIB SpO2) dan memonitor keadaan terasa batuk
umum
 OT mengatakan anaknya
batuk
 OT mengatakan anaknya
muntah 3x berisi cairan
dan makanan
 Suhu : 37,2
 RR : 31x
 Nadi : 51x/mnt
 SpO2 : 96%
 Suara nafas ronkhi
08.30 WIB Memberikan Posisi semi fowler  Anak mengatakan masih Zr.Dinda
mengeluh sesak dan
batuk.
 Anak tampak sesak dan
batuk dengan dahak yang
sulit dikeluarkan
 Anak tampak nyaman
setelah diberikan posisi
semi fowler.
09.00 WIB Melakukan pemeriksaan tanda  An.A mengatakan sudah Zr. Dinda
tanda resiko hipovemia muntah 3x
 OT mengatakan anaknya
merasa haus terus
menerus
 Akral dingin
 Nadi teraba lemah :
51xmnt
 Mukosa bibir kering
09.10 WIB Melakukan tindakan delegatif Zr. Dinda
pemberian ranitidine inject ½  Anak bersedia saat
ampul diberikan obat
09.20 WIB Menganjurkan untuk minum  OT Nampak selalu Zr. Dinda
yang banyak memberikan banyak
minum
09.20 WIB Melakukan maintenance cairan Zr. Dinda
IVFD RL 3cc/kgbb/jam  Tetesan cairan infus
lancar tidak ada
hambatan
10.00 WIB Mengantarkan pasien untuk  OT mengatakan merasa Zr. Dinda
melakukan pemeriksaan rontgen senang ketika hendak
thorax dilakukan pemeriksaan
dikarenakan agar tahu
lebih lanjut tentang
penyakit yang diderita
anaknyaDO :
 Pasien tampak tenang
11.00 WIB Mengajarkan cara batuk efektif  Pasien mengatakan Zr. Dinda
mengerti cara
melakukan batuk
efektif
 Dapat
mendemonstrasikan tata
cara batuk efektif
12.00 WIB Melakukan tindakan delegatif  Anak mengatakan Zr. Dinda
pemberian nebulizer combivent bersedia untuk
1 respul + pulmicort 1 respul diberikan obat inhalasi
 Anak tampak
kooperatif
 Anak tampak nyaman
12.20 WIB Melakukan tindakan delegative  Anak bersedia saat Zr. Dinda
obat minum diberikan obat
Racikan Batuk Pulvus P.O  Reaksi alergi tidak ada
12.20 WIB Melakukan tindakan delegative  Anak bersedia saat Zr. Dinda
Pemberian antibiotic : diberikan obat
Cefotaxime 3 x 700 mg  Reaksi alergi tidak ada
13.00 WIB Memonitor keadaan umum  Anak mengatakan sesak Zr. Dinda
anak, vital sign, ,pola nafas nafas sudah berkurang
dan bunyi nafas tambahan dan dahak saat batuk
sudah bisa dikeluarkan
 An A mengatakan mual
berkurang, dan tidak
muntah
 OT mengatakan An.A
demam sudah mulai
membaik
 Anak tampak tenang
 Nadi: 98 x/menit
 TD: 110/70 mmHg
 RR: 26 x/ mnt
  Sa02: 99%
18/11/2023 Melakukan pememeriksaan  An.A mengatakan batuk Zr. Dinda
Pukul TTV (Suhu, nadi, respirasi, masih ada namun
08.00 WIB SpO2) dan memonitor keadaan berkurang
umum
 OT mengatakan anaknya
tidak ada demam selama
24 jam
 Suhu : 36,7
 RR : 21x
 Nadi : 81x/mnt
 SpO2 : 98%
12.00 WIB Melakukan tindakan delegatif Zr. Dinda
pemberian nebulizer combivent  Anak mengatakan
1 respul + pulmicort 1 respul bersedia untuk
diberikan obat inhalasi
 Anak tampak
kooperatif
 Anak tampak nyaman
12.20 WIB Melakukan tindakan delegative  Anak bersedia saat Zr. Dinda
obat minum diberikan obat
Racikan Batuk Pulvus P.O  Reaksi alergi tidak ada
12.20 WIB Melakukan tindakan delegative Zr. Dinda
Pemberian antibiotic :  Anak bersedia saat
Cefotaxime 3 x 700 mg diberikan obat
 Reaksi alergi tidak ada
13.00 WIB Memonitor keadaan umum Zr. Dinda
anak, vital sign, ,pola nafas  Anak mengatakan sesak
dan bunyi nafas tambahan nafas sudah berkurang
dan dahak saat batuk
sudah bisa dikeluarkan
 An A mengatakan mual
berkurang, dan tidak
muntah
 OT mengatakan An.A
demam sudah mulai
membaik
 Anak tampak tenang
 Nadi: 98 x/menit
 TD: 110/70 mmHg
 RR: 26 x/ mnt
 Sa02: 99%

d. Evaluasi
NO Tanggal & Evaluasi Keperawatan Paraf
Jam
1. Kamis, S: Zr. Dinda
16/11/2023 - ibu mengatakan anak A demam mulai turun
14.00 WIB
O:
- KU Sakit sedang
- Kesadaran composmentis, akral hangat, nadi teraba kuat,
dan teratur, PEWS 0, resiko jatuh sedang (8)
- TTV : Nadi 87x/mnt Suhu 37,7’C, SpO2 97%

A : Masalah Hipertermi
belum teratasi
P : Hipertermia menurun dalam 72 jam
Lanjutkan intervensi
1. Monitor suhu tubuh sesering mungkin
2. Monitor warna kulit dan nadi
3. Berikan kompres pada lipatan paha dan aksila
4. Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
5. Kolaborasi pemberian obat antipiretik
untuk menurunkan panas
2. Jum’at, S : Zr.Dinda
17/11/2023 - OT mengatakan os demam sudah menurun
14.00 WIB - OT mengatakan anaknya batuk berdahak
- Pasien mengatakan mual muntah berkurang
O:
- KU Sakit sedang
- Kesadaran composmentis, akral hangat, nadi teraba kuat,
dan teratur, PEWS 0, resiko jatuh sedang (8)
- Batuk berdahak, terdapat sputum
- Suara nafas ronchi +/-
- TTV : Nadi 87x/mnt Suhu 36,7’C, SpO2 98%
- Hasil Rontgen Thorax : Bronkopneumonia kiri
A:
DX 1 Hipertermia belum teratasi
DX 2 Bersihan jalan nafas tidak efektif belum teratasi
DX 3 Resiko Hipovolemi teratasi sebagian
P:
Hipertermi menurun dalam 48 jam
Lannjutkan Intervensi :
1. Atur posisi tidur senyaman mungkin/semi fowler
2. Libatkan keluarga untuk memberikan minum air hangat
3. Berikan kompres/surface cooling jika diperlukan
4. Berikan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
5. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
6. Libatkan keluarga pada saat memberikan kompres
7. Libatkan keluarga untuk memberikan banyak minum
Bersihan jalan nafas efektif dalam 48 jam
Lanjutkan Intervensi :
1. Monitor tanda-tanda vital dan monitor kesadaran pasien
2. Monitor status pernafasan seperti frekuensi, bunyi nafas,
kecepatan, irama dan kedalaman serta penggunaan otot
bantu nafas
3. Identifikasi kemampuan pasien untuk batuk dan
mengeluarkan sputum
4. Atur posisi tidur senyaman mungkin/semi fowler
5. Libatkan keluarga untuk memberikan minum air hangat
Resiko Hipovemia teratasi dalam 24 jam
Lanjutkan Intervensi :
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
2. Pertahankan cairan IVFD RL
Advice dr.Endah SpA :
Cek HR 1 Besok Pagi
Terapi Lanjut
3. Sabtu S : Zr.Dinda
18/11/2023 - OT mengatakan os demam sudah tidak ada selama 24 jam
- OT mengatakan anaknya batuk berdahak masih ada
- Pasien mengatakan tidak ada mual muntah
- Pasien mengatakan sudah tidak ada perasaan haus
O:
- KU Sakit sedang
- Kesadaran composmentis, akral hangat, nadi teraba kuat,
dan teratur, PEWS 0, resiko jatuh sedang (8)
- Batuk berdahak, terdapat sputum
- TTV : Nadi 97x/mnt Suhu 36,2’C, SpO2 97%
- Mukosa bibir lembab
- Turgor kulit baik
- Keluhan malaise tidak ada
- An. A sudah mulai aktif bermain
A:
DX 1 Hipertermia teratasi sebagaian
DX 2 Bersihan jalan nafas tidak efektif belum teratasi
DX 3 Resiko Hipovolemi teratasi
P:
Hipertermi menurun dalam 24 jam
Lannjutkan Intervensi :
1. Atur posisi tidur senyaman mungkin/semi fowler
2. Libatkan keluarga untuk memberikan minum air hangat
3. Berikan kompres/surface cooling jika diperlukan
4. Berikan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
5. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
6. Libatkan keluarga pada saat memberikan kompres
7. Libatkan keluarga untuk memberikan banyak minum
Bersihan jalan nafas efektif dalam 24 jam
Lanjutkan Intervensi :
1. Monitor tanda-tanda vital dan monitor kesadaran pasien
2. Monitor status pernafasan seperti frekuensi, bunyi nafas,
kecepatan, irama dan kedalaman serta penggunaan otot
bantu nafas
3. Identifikasi kemampuan pasien untuk batuk dan
mengeluarkan sputum
4. Atur posisi tidur senyaman mungkin/semi fowler
5. Libatkan keluarga untuk memberikan minum air hangat
Resiko Hipovemia teratasi intervensi dihentikan

Advice dr.Endah SpA :


Lapor KU Sore, jika kondisi baik BLPL
Terapi dirumah :
 Cefixime 2x1 cth
 Racikan Batuk 3x1 cth
 Paracetamol 2 cth bila demam
BAB IV

PEMBAHASAN
1.6 Pembahasan

Pada pembahasan peneliti akan membahas tentang adanya kesesuaian maupun

kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan pada anak A dengan kasus

Bronkopneumonia yang telah dilakukan sejak tanggal 16 November 2023 – 18 November

kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang dilaksanakan

untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien, dan

membuat catatan tentang respons kesehatan klien. Dengan demikian hasil pengkajian

dapat mendukung untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien dengan baik dan

tepat. Tujuan dari dokumentasi pada intinya untuk mendapatkan data yang cukup

untuk menentukan strategi perawatan. Data hasil pengkajiian perlu didokumentasikan

dengan baik (Yustiana & Ghofur, 2016).

Pengkajian pada klien an.A dilakukan pada hari Kamis, 16 November

2023 ,terdapat keluhan utama yaitu batuk berlendir dan sesak. Hal ini sesuai dengan

teori Nurarif dan Kusuma (2015) bahwa terjadinya proses peradangan dari proses

penyakit bronkopneumonia menimbulkan manifestasi klinis, salah satunya adalah

bersihan jalan napas tidak efektif. Masalah bersihan jalan nafas ini jika tidak

ditangani secara cepat maka bisa menimbulkan masalah yang lebih berat seperti

pasien akan mengalami sesak yang hebat bahkan bisa menimbulkan kematian.
Berdasarkan hasil pengkajian pada kedua klien dilakukan pemeriksaan tanda-tanda

vital pada klien 1 yaitu nadi 106 x/menit, respirasi 31 x/menit, suhu 38,1’C.

Sedangkan klien 2 : nadi 106 x/menit. Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan kedua

klien suara pernafasan ronchi, dispnea, tampak penggunaan otot bantu pernafasan,

suara sonor (redup). Hal ini menurut teori Nurarif dan Kusuma (2015) peradangan

ditandai dengan adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif,

ronchi positif dan mual.

Menurut analisa peneliti terdapat kesamaan serta kesenjangan teori dan kasus

yaitu pada klien mengalami demam pada awal sebelum masuk rumah sakit, kemudian

mengalami batuk produktif, dispnea, pernafasan cepat, bunyi pernafasan ronki,

gelisah. Pada riwayat penyakit keluarga, klien tidak memiliki penyakit keturunan. Hal

ini menurut teori Nurarif dan Kusuma (2015) pada penderita bronkopneumonia

biasanya merasakan sulit untuk bernafas, dan disertai dengan batuk berdahak, terlihat

otot bantu pernafasan, adanya suara nafas tambahan, penderita biasanya juga lemah

dan tidak nafsu makan.

Pengkajian riwayat penyakit sekarang ibu mengatakan di rumah menggunakan obat

nyamuk bakar dan ayahnya merupakan perokok aktif. Menurut Sofia (2017) faktor

risiko infeksi saluran pernapasan pada anak yaitu kebiasaan merokok, kebiasaan

penggunaan obat nyamuk bakar dan kelembaban udara. Kemudian udara yang buruk

akan dihasilkan dari asap pembakaran obat nyamuk dan perlahan merusak mekanisme

pertahanan paru pada anak.

Pada riwayat imunisasi, ibu mengatakan riwayat imunisasi lengkap. Hal ini

sesuai dengan teori Sunarti (2012) bahwa imunisasi adalah kekebalan pada anak
dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh membuat zat untuk mencegah penyakit

tertentu. Imunisasi merupakan kekebalan aktif yang dibuat tubuh sendiri akibat

terpajan dengan antigen. Sedangkan kedua anak terdapat imunisasi yang kurang dan

akan berpengaruh pada kekebalan tubuh terhadap perkembangbiakan infeksi bakteri

didalam tubuh.

Ibu mengatakan An. A mendapaktkan ASI eksklusif diberikan selama 6 bulan.

Menurut teori Sunarti (2012) bahwa ASI berpengaruh pada sumber kekebalan tubuh

pada bayi pada masa pertumbuhannya, melindungi bayi dari infeksi, dan menghambat

pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen. Sehingga anak tidak rentan terkena

penyaki tertentu.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang, keluarga,

atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam penyusunan

rencana tindakan asuhan keperawatan, sangat perlu untuk didokumentasikan dengan

baik (Yustiana & Ghofur, 2016).

Dalam penegakkan diagnosa keperawatan, tanda/gejala mayor harus

ditemukan sekitar 80% - 100% untuk validasi diagnosis. Sedangkan tanda/gejala

minor tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan dapat mendukung penegakkan

diagnosis (PPNI, 2017)

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien Bronkopneumonia menurut

SDKI adalah Bersihan jalan napas tidak efektif, Pola nafas tidak efektif, Gangguan
pertukaran gas, Hipertermia, Defisit nutrisi, Intoleransi aktifitas, Ansietas, Defisit

pengetahuan, Resiko ketidakseimbangan elektrolit (PPNI, 2017).

Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data terdapat 3 diagnosa keperawatan yang

ditegakkan pada klien 1 yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif, hipertermi, dan

resiko hipovolemi Berikut ini pembahasan diagnosa yang muncul sesuai dengan teori

pada kasus An. A yaitu :

 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum

Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan

membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan jalan

nafas tetap paten (PPNI, 2017). Menurut analisa saya, peneliti menegakkan

diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif pada klien 1 belum menggunakan

buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Sedangkan pada

klien 2 peneliti menegakkan diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif

berhubungan dengan peningkatan produksi sputum sudah menggunakan buku

SDKI.

Berdasarkan buku SDKI, gejala dan tanda mayor yang muncul yaitu batuk

tidak efektif atau tidak mampu batuk, sputum berlebih, dan adanya suara

nafas tambahan. Gejala dan tanda minornya yaitu dyspnea, sulit bicara,

gelisah, sianosis, bunyi nafas menurun, frekuensi nafas berubah dan pola

nafas berubah. Dari hasil pengkajian ditemukan tanda dan gejala mayor dan

minor pada klien yaitu batuk tidak efektif, sputum berlebih, ronkhi kering,

dispnea, frekuensi nafas berubah dan gelisah. membawa anak kerumah sakit

karena mengalami batuk produktif dan demam selama 2 hari di rumah,


sedangkan pada klien 2 orangtua mengatakan ketika di rumah anaknya batuk-

batuk ± 3 hari, demam dan kesulitan bernafas lalu dibawa ke klinik, kemudian

setelah dilakukan penanganan di klinik anak dirujuk tidak ada perbaikan.

Alasan peneliti menegakkan diagnosa tersebut yaitu kasus ini sesuai dengan

teori bahwa penyakit Bronkopneumonia tidak dijumpai batuk pada awal

penyakit, seorang anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana

pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif (PDPI

Lampung & Bengkulu, 2017).

 Hipertermi b.d proses infekssi

Hipertermia adalah keadaan suhu tubuh meningkat di atas rentang normal

tubuh (PPNI, 2017). Menurut analisa saya peneliti sudah menegakkan

diagnosa hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi pada klien sudah

berdasarkan buku SDKI. Berdasarkan buku SDKI, diagnosa keperawatan

hipertermia tanda/gejala mayornya ialah Suhu tubuh diatas nilai normal,

sedangkan gejala dan tanda minornya yaitu Kulit merah, Kejang, Takikardi,

Takipnea, Kulit terasa hangat.

Pada hasil penelitian klien 2 dibuktikan dengan Ibu pasien mengatakan

anaknya rewel dan badan teraba hangat. Suhu tubuh pasien ialah 38,1°C

(Febris). Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah

mikroorganisme (jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk

melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat masuk kesaluran pernafasan

atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari tubuh. reaksi ini menyebabkan
peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh menyesuaikan diri

maka timbulah gejala demam pada penderita (Nurarif & Kusuma, 2015).

3. Intervensi Keperawatan

Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang

dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis

untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (PPNI, 2019). Tahap perencanaan

dapat disebut sebagai inti atau pokok dari proses keperawatan sebab perencanaan

merupakan keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal

yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang akan melakukan

tindakan keperawatan. Dalam penyusunan rencana tindakan keperawatan untuk

klien, keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan secara maksmial (Asmadi, 2008).

Peneliti telah membuat intervensi keperawatan sesuai dengan buku Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Menurut buku SIKI, terdapat empat

tindakan dalam intervensi keperawatan yang terdiri dari observasi, teraupetik,

edukasi dan kolaborasi.

4. Implementasi Keperawatan

Menurut Yustiana & Ghofur (2016) Implementasi keperawatan adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari

masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran implementasi keperawatan

yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk

memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk

mencegah masalah kesehatan yang muncul dikemudian hari.


Pelaksanaan tindakan keperawatan pada an .a dilakukan pada tanggal 16 november

s/d 18 november implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat dan di

sesuaikan dengan masalah keperawatan yang ditemukan pada klien.

Berdasarkan perencanaan yang dibuat peneliti melakukan tindakan keperawatan yang

telah disusun sebelumnya untuk mengatasi masalah bersihan jalan nafas tidak efektif

yaitu melakukan latihan batuk efektif. Rencana tindakan yang tidak dilakukan oleh

peneliti pada klien 1 ialah Motivasi klien duduk semi fowler, kelola pemberian

nebulizer.

Tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah hipertermia pada klien an.a

yaitu memonitor suhu tubuh, memberikan kompres pada lipatan paha atau axila dan

melakukan kolaborasi pemberian antipiretik. Sedangkan rencana tindakan yang tidak

dilakukan ialah menyelimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh

Tindakan keperawatan untuk mengtasi resiko hipovolemi ada pertahankan cairan

yang adekuat dan pemberian terapi..

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan

yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai

atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan


mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang

dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap yang

menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu

pada komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala

yang spesifik (Yustiana & Ghofur, 2016)

Hasil evaluasi yang sudah didapatkan setelah perawatan selama 3 hari, yaitu masalah

bersihan jalan nafas pada klien 1 belum teratasi pada hari ke 3 tanggal 18 November

2023 dengan hasil masih terdapat, masih ada reflek batuk, dahak tidak keluar,

terdengar suara ronchi, RR: 22x/menit.

Evaluasi untuk masalah hipertermia pada klien teratasi sebagian pada hari ke 2

tanggal 17 November 2023 dengan hasil ibu mengatakan tadi pagi anaknya mendapat

obat paracetamol, ibu mengatakan badan anaknya sudah tidak panas lagi, saat diraba

badan anak sudah tidak panas lagi, T : 36,60C N : 78x/menit, dan tidak ada tanda-

tanda sianosis.

Evaluasi untuk masalah resiko hipovolemi pada an.a teratasi pada hari ke 2 tanggal

17 November 2023 dengan hasil mual muntah tidak ada ,rasa haus berlebihan tidak

ada, mukosa bibir lembab.


BAB V

KESIMPULAN & SARAN


1.7 Kesimpulan

Berdasarkan hasil asuhan review kasus penerapan asuhan keperawatan pada An. A

dengan penyakit Bronkopneumonia. Pengambilan data pada klien dilakukan RSU Hermina

Arcamanik. Pada kasus ditemukan data bahwa klien mengalami keluhan utama sesuai

dengan teori yaitu klien batuk produktif, dispnea, pernafasan cepat dan bunyi pernafasan

ronchi.

a. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut teori terdapat pada bab dua di temukan kesenjangan

dengan kasus nyata yang didapat pada klien dengan Bronkopneumonia. Kesenjangan

dari tiga diagnosa keperawatanberdasarkan teori yang dikemukakan oleh para ahli

sesuai dengan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) dan Standar Luaran

Keperawatan Indonesia (SLKI).

b. Intervensi Keperawatan

Perencanaan yang digunakan dalam kasus klien di sesuaikan dengan masalah

keperawatan yang ditegakkan berdasarkan kondisi klien. Untuk intervensi yang

digunakan klien belum menggunakan standar intervensi dan standar luaran

keperawatan indonesia.

c. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah penulis

susun. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah direncanakan berdasarkan teori yang ada dan disesuai

dengan kebutuhan anak dengan Bronkopneumonia.

d. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi pada klien berdasarkan kriteria yang peneliti susun dari tiga diagnosa

keperawatan yang ditegakkan, terdapat 1 diagnosa yang belum teratasi pada hari ke 3

yaitu diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif. Pada dua diagnosa lainnya tidak

ditemukan data.

1.8 Saran

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan, keterampilan, dan

pengalaman serta menambah wawasan peneliti sendiri dalam melakukan penelitian

ilmiah khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien anak dengan

Bronkopneumonia. Hasil penelitian yang peneliti dapatkan bisa menjadi acuan dan

menjadi bahan pembandingan dalam melakukan penelitian pada klien anak dengan

bronkopneumonia.

2. Bagi Rumah Sakit

Studi literature yang dilakukan oleh penelitian ini menjadi acuan bagi perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan secara professional dan komperhensif

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menambah keluasan ilmu pengetahuan dalam bidang

keperawatan khususnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien anak

dengan bronkopneumonia sebagai acuan literature dalam melakukan penelitian pada

klien anak dengan bronkopneumonia.


4. Bagi klien dan orang tua klien

Diharapkan dapat mengetahui bagaimana proses dan tanda gejala serta factor

penyebab terjadinya bronkopneumonia sehingga untuk kedepannya dapat

memutuskan mata rantai penyakit bronkopneumonia.

Anda mungkin juga menyukai