DISUSUN OLEH :
1.2 Tujuan..............................................................................................................................................4
BAB IV PEMBAHASAN..............................................................................................................39
4.1 Pembahasan..................................................................................................................................39
5.2 Saran..............................................................................................................................................48
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut studi World Health Organization (WHO), Pneumonia adalah penyebab kematian
penyakit menular yang terbesar pada anak-anak di seluruh dunia. Pneumonia adalah penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang berupa inflamasi yang mengenai parenkim paru. Penyakit ini
sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus,bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal
lain (aspirasi, radiasi , dll). Di negara berkembang, pneumonia pada anak anak biasanya disebabkan oleh
bakteri. Bakteri yang pada umumnya sering menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus Pneumoniae,
Haemophilus Influenzae, dan Staphylococcus Aureus. Berdasar atas Studi World Health Organization
(WHO), pada tahun 2021 penyakit pneumonia membunuh 808.694 anak di bawah usia 5 tahun, terhitung
15% dari semua kematian anak di bawah usia lima tahun. Pneumonia menyerang anak-anak dan keluarga
di manapun, tetapi paling umum di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara. dan sanitasi yang buruk, polusi
udara di dalam ruangan yang buruk dan juga akses yang tidak memadai ke perawatan kesehatan. Saat ini,
32 % anak-anak dengan dugaan pneumonia tidak dibawa ke fasilitas kesehatan di seluruh dunia, jumlah
itu meningkat menjadi 40 % untuk anak-anak yang miskin di negara berpenghasilan rendah dan
menengah.
Berdasar atas data The United Nations Children's Fund (UNICEF) Pneumonia adalah penyakit
menular yang membunuh lebih banyak anak daripada penyakit menular lainnya, nyawa lebih dari 800.000
anak balita setiap tahun, atau sekitar 2.200 setiap hari. Ini termasuk lebih dari 153.000 bayi baru lahir.
Relatif pada tahun 2018, sebanyak 437.000 anak balita meninggal karena diare dan 272.000 karena
malaria. Secara global, ada lebih dari 1.400 kasus pneumonia per 100.000 anak, atau 1 kasus per 71 anak
setiap tahun, dengan insiden terbesar terjadi di Asia Selatan (2.500 kasus per 100.000 anak) dan Afrika
Barat dan Tengah (1.620 kasus per 100.000 anak). Menurut Profil Dinas Kesehatan Kota Bandung, pada
tahun 2021 ditemukan sebanyak 10.525 kasus pneumonia balita yang ditangani sepanjang tahun 2021 di
Kota Bandung. Dengan target penemuan pneuomonia balita sebanyak 4,6% dari populasi balita atau
sebanyak 9.225 balita pneuomonia, maka didapat cakupan penemuan dan penanganan balita pneumonia
sebesar 114,09%. Cakupan penemuan ini menurun tipis sebesar 0,51 % bandingkan tahun 2020. Gejala
awal pneumonia pada anak seperti batuk dan flu disertai demam. Gejala khas pneumonia adalah adanya
napas cepat. Angka kejadian pneumonia pada balita yang sangat tinggi di jawa barat yaitu sebanyak
223.125 kasus dan juga merupakan penyakit menular yang paling sering menyebabkan kematian.
salah satu rumah sakit umum yang berada di pertengahan kota bandung dan bronkopneumoni merupakan
diagnosa yang paling banyak di ruang rawat inap anak RSU Hermina Arcamanik dimana berdasarkan
data bulan oktober-november terdapat 240 kasus bronkopneumonia. Berdasar atas alasan tersebut,
penelitian mengenai kelolaan kasus bronkopneumonia di ruang rawat inap anak RSU Hermina Arcamanik
perlu dilakukan.
1.2 Tujuan
1) Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Asuhan Keperawatan pada klien
2) Tujuan Khusus
LANDASAN TEORI
a. Definisi
Pneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang biasanya terjadi pada anak-anak
tetapi terjadi lebih sering pada bayi dan awal masa kanak-kanak dan secara klinis pneumonia
dapat
terjadi sebagai penyakit primer atau komplikasi lain (PAK RS Hermina, 2023)
yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan paru di sekitarnya. Bronkopeumonia dapat
disebut sebagai pneumonia lobularis karena peradangan yang terjadi pada parenkim paru bersifat
adalah peradangan umum dari paru-paru, juga disebut sebagai pneumonia bronkial, atau
pneumonia lobular. Peradangan dimulai dalam tabung bronkial kecil bronkiolus, dan tidak teratur
menyebar ke alveoli peribronchiolar dan saluran alveolar (PDPI Lampung & Bengkulu, 2017).
b. Etiologi
jamur) dan sebagian disebabkan hal lain (aspirasi, radiasi, dan lain-lain). Beberapa faktor
meningkatkan risiko kejadian dan derajat pneumonia, antara lain : defek anatomi bawaan, defisit
imunologi, polusi, refluks gastroesofagal, aspirasi, gizi buruk, berat lahir rendah, tidak mendapat
ASI, imunisasi tidak lengkap, adanya saudara serumah yang menderita batuk, dan tempat tinggal
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang normal dan
sehat memiliki mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas reflek
glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari
Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri virus dan jamur, antara lain :
bronkus dan alveolus. Inflamasi bronkus ini ditandai dengan adanya penumpukan sekret,
sehingga terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah
mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema dan
atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas
ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan
sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya
cairan atau pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis
mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori, pada klien terjadi
sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal napas (PDPI Lampung
c. Manifestasi Klinis
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran napas bagian atas selama
beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 37,6-40°C dan kadang disertai
kejang karena demam yang tinggi. Selain itu, anak bisa menjadi sangat gelisah, pernapasan cepat
dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut.
Sedangkan, batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit, seorang anak akan mendapat
batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi
a. Inspeksi: Pernafasan cuping hidung (+), sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi sela
iga.
Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah yang
terkena. Pada perkusi thoraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin
hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang. Bila sarang bronkopneumonia
menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara
pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi.
Tanpa pengobatan biasanya proses penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.
d. Patofisiologi
virus) awalnya mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat masuk
kesaluran pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari tubuh. reaksi ini
menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh menyesuaikan diri maka
timbulah gejala demam pada penderita. Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret,
semakin lama sekret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi semakin
sempit dan pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul dibronkus lama-kelamaan sekret
dapat sampai ke alveolus paru dan mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat menginfeksi saluran cerna
ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat membuat flora normal dalam usus menjadi agen
patogen sehingga timbul masalah pencernaan. Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi
Terdapatnya bakteri didalam paru menunjukkan adanya gangguan daya tahan tubuh, sehingga
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara
lain inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring
serta perluasan langsung dari tempat-tempat lain, penyebaran secara hematogen (Nurarif &
Kusuma, 2015). Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas
sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya.
Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi
Pada stadium I, disebut hiperemia karena mengacu pada respon peradangan permulaan
yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun
Pada stadium II, disebut hepatitis merah karena terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel
darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari
reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan
leukosit, eritrosit dan cairan sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan
seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga
orang dewasa akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu
selama 48 jam.
mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di
seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit
di alveoli mulai di reabsorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
Pada stadium IV/resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda,
sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan
Komplikasi bronkopneumonia umumnya lebih sering terjadi pada anak-anak, orang dewasa yang
lebih tua (usia 65 tahun atau lebih), dan orang-orang dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti
diabetes (Akbar Asfihan, 2019). Beberapa komplikasi bronkopneumonia yang mungkin terjadi,
termasuk :
a. Infeksi Darah
Kondisi ini terjadi karena bakteri memasuki aliran darah dan menginfeksi organ lain.
b. Abses Paru-paru
Abses paru-paru dapat terjadi ketika nanah terbentuk di rongga paruparu. Kondisi ini
untuk menyingkirkannya.
c. Efusi Pleura
Efusi pleura adalah suatu kondisi di mana cairan mengisi ruang di sekitar paru-paru dan
rongga dada. Cairan yang terinfeksi biasanya dikeringkan dengan jarum atau tabung tipis.
Dalam beberapa kasus, efusi pleura yang parah memerlukan intervensi bedah untuk
d. Gagal Napas
Kondisi yang disebabkan oleh kerusakan parah pada paru-paru, sehingga tubuh tidak
dapat memenuhi kebutuhan oksigen karena gangguan fungsi pernapasan. Jika tidak
segera diobati, gagal napas dapat menyebabkan organ tubuh berhenti berfungsi dan
berhenti bernapas sama sekali. Dalam hal ini, orang yang terkena harus menerima
f. Penatalaksanaan
a. Pemberian obat antibiotik penisilin ditambah dengan kloramfenikol 50- 70 mg/kg BB/hari
atau diberikan antibiotic yang memiliki spectrum luas seperti ampisilin, pengobatan ini
diberikan sampai bebas demam 4-5 hari. Antibiotik yang direkomendasikan adalah
b. Pemberian terapi yang diberikan pada pasien adalah terapi O2, terapi cairan dan,
antipiretik. Agen antipiretik yang diberikan kepada pasien adalah paracetamol. Paracetamol
dapat diberikan dengan cara di tetesi (3x0,5 cc sehari) atau dengan peroral/ sirup. Indikasi
pemberian paracetamol adalah adanya peningkatan suhu mencapai 38ºC serta untuk
c. Terapi nebulisasi menggunakan salbutamol diberikan pada pasien ini dengan dosis 1
respul/8 jam. Hal ini sudah sesuai dosis yang dianjurkan yaitu 0,5 mg/kgBB. Terapi
nebulisasi bertujuan untuk mengurangi sesak akibat penyempitan jalan nafas atau
bronkospasme akibat hipersekresi mukus. Salbutamol merupakan suatu obat agonis beta- 2
adrenegik yang selektif terutama pada otot bronkus. Salbutamol menghambat pelepas
mediator dari pulmonary mast cell 9,11 Namun terapi nebulisasi bukan menjadi gold
a. Pengkajian
mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien, dan membuat catatan
tentang respons kesehatan klien. Dengan demikian hasil pengkajian dapat mendukung untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan klien dengan baik dan tepat. Tujuan dari dokumentasi pada
intinya untuk mendapatkan data yang cukup untuk menentukan strategi perawatan. Dikenal dua
jenis data pada pengkajian yaitu data objektif dan subjektif. Perawat perlu memahami metode
memperoleh data. Dalam memperoleh data tidak jarang terdapat masalah yang perlu diantisipasi
oleh perawat. Data hasil pengkajiian perlu didokumentasikan dengan baik (Yustiana & Ghofur,
2016)
a. Usia :
Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada anak berusia
di bawah 3 tahun.
b. Keluhan utama :
d. Pada penderita bronkopneumonia biasanya merasakan sulit untuk bernafas, dan disertai
dengan batuk berdahak, terlihat otot bantu pernafasan, adanya suara nafas tambahan,
penderita biasanya juga lemah dan tidak nafsu makan, kadang disertai diare.
Anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas, memiliki riwayat
penyakit campak atau pertussis serta memiliki faktor pemicu bronkopneumonia misalnya
riwayat terpapar asap rokok, debu atau polusi dalam jangka panjang.
f. Pemeriksaan fisik :
1) Inspeksi
abdomen, batuk semula non produktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada saat
menarik nafas.Batasan takipnea pada anak 2 bulan-12 bulan adalah 50 kali/menit atau
lebih, sementara untuk anak berusia 12 bulan-5 tahun adalah 40 kali/menit atau lebih.
Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada
2) Palpasi
Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian yang terdapat cairan atau secret, getaran
3) Perkusi
Normalnya perkusi pada paru adalah sonor, namun untuk kasus bronkopneumonia
4) Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung atau
mulut bayi. Pada anak pneumonia akan terdengar stridor, ronkhi atau wheezing.
Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara nafas akan berkurang, ronkhi halus
pada posisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernafasan bronkial,
g. Penegakan diagnosis
1) Riwayat kehamilan: penyakit injeksi yang pernah diderita ibu selama hamil, perawatan
i. Riwayat social
Siapa pengasuh klien, interaksi social, kawan bermain, peran ibu, keyakinan
agama/budaya
j. Kebutuhan dasar
1) Makan dan minum : penurunan intake, nutrisi dan cairan, diare, penurunan BB, mual
dan muntah
1) Motorik kasar: setiap anak berbeda, bersifat familiar, dan dapat dilihat dari
2) Motorik halus: gerakkan tangan dan jari untuk mengambil benda, menggengggam,
l. Data psikologis
1) Anak
Krisis hospitalisasi, mekanisme koping yang terbatas dipengaruhi oleh: usia, pengalaman
2) Orang tua
b. Pengalaman sebelumnya
c. Prosedur medis yang akan dilakukan pada anaknya
b. Diagnosa Keperawatan
manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu atau kelompok,
secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan
atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual
Peningkatan produksi sekret pada jalan nafas, kemampuan batuk kurang, sekresi
2. Pola nafas tidak efektif (RM 02.02.005) Berhubungan dengan : Hambatan upaya
napas (mis. nyeri saat bernapas kelemahan otot pernapasan, sindrom hipoventilasi
cairan/sekret pada jaringan paru dan ventilasi tidak adekuat sekunder dari
kerusakan jaringan
7. Resiko defisit nutrisi (RM 02.02.023) Faktor resiko : Kurangnya asupan makanan,
10. Anxietas (RM 02.02.044) Berhubungan dengan : Kurang terpapar informasi dan
c. Intervensi Keperawatan
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (PPNI, 2019). Adapun intervensi yang
Observasi :
Terapeutik:
Kolaborasi :
a. Observasi :
b. Terapeutik :
a. Observasi :
b. Terapeutik :
1) Atur posisi tidur untuk memfasilitasi ventilasi yang adekuat (semi fowler)
c. Observasi : Monitor keadaan umum, periksa tanda- tanda vital dan monitor keadaan
umum,
d. Terapeutik :
2) Ganti linen setiap hari atau jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebihan)
a. Observasi :
skala
nyeri
b. Terapeutik :
mekanik, jika
a. Observasi :
kulit
dan TD)
3) Monitor intake dan output cairan
teraba lemah, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa
kering,
meningkat,
b. Terapeutik:
a. Observasi :
b. Terapeutik :
1) Berikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering dan dalam kondisi hangat
c. Kolaborasi :
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
b. Terapeutik:
a. Observasi :
1) Monitor keadaan umum TTV sebelum dan sesudah aktivitas dan monitor frekuensi
dan
irama jantung
b. Terapeutik:
1) Tingkatkan istirahat
a. Observasi :
b. Terapeutik :
mendengarkan
musik atau bermain
BAB III
APLIKASI KASUS
1.5 Pengkajian
Pemeriksaan Fisik
1) Kepala Kepala :
Muka Simetris, rambut berwarna hitam dan sulit
dicabut, ubun ubun besar menutup
Telinga :
Telinga tidak terdapat serumen, bersih Mata:
Sklera putih, tidak cekung, pupil isokor, refleks cahaya (+),
konjungtiva tidak anemis
Hidung :
Tidak terdapat rinorea, terdapat pernafasan cuping hidung
Rongga Mulut dan Lidah
: Bibir sedikit kering, tidak pucat, Lidah tidak tremor
/kotor, gigi tidak mengalami caries, ukuran tonsil normal
2) Leher Kelenjar getah bening teraba, tiroid tidak teraba, posisi
trakea letak ditengah tidak ada kelainan
3) Dada Keluhan :
Anak A mengalami batuk berdahak
Inspeksi :
Bentuk dada simetris, frekuensi nafas 31 kali/menit, irama
nafas teratur cepat
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan, getaran lemah pada kedua paru
Perkusi :
Redup pada kedua paru
Auskultasi :
Suara nafas ronki
4) Jantung Inspeksi
- Tidak terlihat adanya pulsasi iktus kordis
- CRT < 2 detik
- Tidak ada sianosis
Palpasi
- Ictus Kordis teraba di ICS 5
- Akral Hangat
Perkusi
- Batas atas : ICS II line
sternal dekstra
- Batas bawah : ICS V line midclavicula sinistra
- Batas kanan : ICS III line sternal dekstra
- Batas kiri : ICS III line sternal sinistra Auskultasi
- BJ II Aorta : Dub, reguler dan intensitas kuat
- BJ II Pulmonal : Dub, reguler dan intensitas kuat
- BJ I Trikuspid : Lub, reguler dan intensitas kuat
- BJ I Mitral : Lub, reguler dan intensitas kuat
- Tidak ada bunyi jantung tambahan
Tidak ada kelainan
5) Punggung Tidak ada data
6) Perut Inspeksi :
Bentuk perut datar, mengikuti gerak saat bernafas, tidak
terdapat bekas luka operasi Auskultasi
Peristaltik usus 6 x/menit
Palpasi :
Tidak terdapat massa ataupun juga tumor, nyeri tekan
tidak ada
Perkusi
Timpani, tidak ada nyeri ketuk ginjal
7) Genetalia Anak A Kebersihan genetalia
bersih, tidak mengalami kelainan pada alat kelamin
8) Anus dan Rektum Tidak ada kelainan pada anus
Usia 2
3-7 Tahun 3
7-13 Tahun 2
≥13 Tahun 1
Laki-Laki 2
Jenis Kelamin 2
Perempuan 1
Diagnosa Neurologi 4
Diagnosis 1
Perubahan Oksigenasi (Diagnosis
respiratorik, 3
dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop,
pusing, dsb)
Gangguan Perilaku /Psikiatri 2
Diagnosis Lainnya 1
Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3
Gangguang Kognitif 1
Lupa akan adanya keterbatasan 2
Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Riwayat Jatuh/bayi diletakkan di tempet tidur
4
Dewasa
Faktor Lingkungan 2
Pasien menggunakan alat bantu/ bayi
3
diletakkan dalam tempat tidru bayi/perabot
rumah
Pasien diletakkan di tempat tidur 2
Area diluar rumah sakit 1
Dalam 24 jam 3
Pembedahan/Sedasi/Ane
0
stesi
Dalam 48 jam 2
>48 jam atau tidak menjalani 1
pembedahan/sedasi/anestesi
Penggunaan multiple : sedatif, obat
hipnosis, barbiturat, fenotiazin, anti 3
Penggunaan depresan, pencahar,
diuretik, narkose 0
Medikamentosa
Penggunaan salah satu obat diatas 2
Penggunaan medikasi lainnya/tidak ada
1
Medikasi
Jumlah Skor Humpty Dumpty 8
a. Diagnosa Keperawatan
NO P E S
1. DS : Jamur,virus, bakteri, protozoa Bersihan jalan
Ibu An.A nafas tidak
mengatakan anaknya Menginfeksi saluran pernafasan efektif b.d
batuk berdahak atas peningkatan
An. A mengatakan produksi
dada terasa sesak Kuman berlebuh di brinkus sputum
DO :
Suara nafas ronki Proses peradangan
pada kedua lapang
paru Eksudat dan serosa masuk
Pernafasan cepat
kedalam alveoli
dan dangkal Infeksi
Anak tidak mampu
mengeluarkan
dahaknya secara Kerja sel gobet meningkat
mandiri
Produksi sputum meningkat
Frekuensi nafas 31x/i
Proses peradangan
Hiperterma
3. Jamur virus, bakteri, protozoa Resiko
Hipovolemia
Saluran pernafasan atas b.d kehilangan
cairan secara
Kuman terbawa disaluran cerna aktif
menurunnya
Infeksi saluran pencernaan volume cairan
Mual,muntah
Malabsorpsi
Resiko Hipovolemia
b. Perencanaan Keperawatan
NO TANGGAL DIAGNOSA KEP TUJUAN DAN HASIL INTERVENSI KEP
DITEMUKAN
1 17/11/2023 (D.0001) Setelah dilakukan
Bersihan jalan nafas tindakan keperawatan 3 x Observasi
tidak efektif 72 jam diharapkan bersihan
berhubungan dengan jalan nafas membaik dengan Monitor frekuensi, irama,
peningkatan produksi kriteria hasil : kedalaman dan upaya napas
sputum 1. Suara nafas bersih, Monitor pola napas (seperti
tidak ada dypsnoe. bradypnea, takipnea,
2. Jalan nafas bersih, hiperventilasi, kussmaul,
pasien tidak merasa
sesak
Cheyne-stokes, biot, ataksik)
3. Irama nafas teratur, Monitor kemampuan batuk
frekuensi nafas dalam efektif
rentang normal (20- Monitor adanya produksi
30x/i) sputum
Monitor adanya sumbatan
jalan napas
Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
Auskultasi bunyi napas
Monitor saturasi oksigen
Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik
Kolaborasi
pemberian bronkodilator, eks
pektoran, mukolitik, jika
perlu
2. 16/11/2023 (D.0130) Setelah dilakukan tindakan
Hipertermi berhubungan keperawatan 3 x 72 jam Observasi
dengan proses inflamasi diharapkan Suhu tubuh
menurun dengan kriteria
hasil :
1. suhu tubuh anak dalam Identifikasi penyebab
rentang normal (36- hipertermia
370C) Monitor suhu tubuh
2. tidak ada
Monitor haluaran urin
perubahan warna
kulit Monitor komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik
Kolaborasi pemberian
antipiretik jika perlu.
3. 17/11/2023 ( D.0034) Setelah dilakukan
Resiko Hipovolemi tindakan keperawatan 2 x
Observasi
berhubungan dengan
kehilangan cairan secara 24 jam diharapkan resiko
Periksa tanda dan gejala
aktif hipovelemia membaik hipovolemia (mis:
dengan kriteria hasil : frekuensi nadi meningkat,
1. Membran mukosa nadi teraba lemah,
lembab meningkat tekanan darah menurun,
2. Frekuensi nadi membaik tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun,
membran mukosa kering,
volume urin menurun,
hematokrit meningkat,
haus, lemah)
Monitor intake dan output
cairan
Terapeutik
Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis:
NaCL, RL)
c. Implementasi Keperawatan
15.06 WIB Memberikan obat antipiretik Obat telah diberikan Zr. Dinda
paracetamol syrup sesuai advice tidak ada reaksi negative
7,5ml prn demam
15.10 WIB Memberikan kompres di area An.A mengatakan Zr. Dinda
dahi,aksilla,leher dan dada setelah dikompres rasa
panas sedikit berkurang
Masih terdapat kulit
memerah akibat panas
17/11/2023 Melakukan pememeriksaan Zr. Dinda
Pukul TTV (Suhu, nadi, respirasi, An.A mengatakan nafas
08.00 WIB SpO2) dan memonitor keadaan terasa batuk
umum
OT mengatakan anaknya
batuk
OT mengatakan anaknya
muntah 3x berisi cairan
dan makanan
Suhu : 37,2
RR : 31x
Nadi : 51x/mnt
SpO2 : 96%
Suara nafas ronkhi
08.30 WIB Memberikan Posisi semi fowler Anak mengatakan masih Zr.Dinda
mengeluh sesak dan
batuk.
Anak tampak sesak dan
batuk dengan dahak yang
sulit dikeluarkan
Anak tampak nyaman
setelah diberikan posisi
semi fowler.
09.00 WIB Melakukan pemeriksaan tanda An.A mengatakan sudah Zr. Dinda
tanda resiko hipovemia muntah 3x
OT mengatakan anaknya
merasa haus terus
menerus
Akral dingin
Nadi teraba lemah :
51xmnt
Mukosa bibir kering
09.10 WIB Melakukan tindakan delegatif Zr. Dinda
pemberian ranitidine inject ½ Anak bersedia saat
ampul diberikan obat
09.20 WIB Menganjurkan untuk minum OT Nampak selalu Zr. Dinda
yang banyak memberikan banyak
minum
09.20 WIB Melakukan maintenance cairan Zr. Dinda
IVFD RL 3cc/kgbb/jam Tetesan cairan infus
lancar tidak ada
hambatan
10.00 WIB Mengantarkan pasien untuk OT mengatakan merasa Zr. Dinda
melakukan pemeriksaan rontgen senang ketika hendak
thorax dilakukan pemeriksaan
dikarenakan agar tahu
lebih lanjut tentang
penyakit yang diderita
anaknyaDO :
Pasien tampak tenang
11.00 WIB Mengajarkan cara batuk efektif Pasien mengatakan Zr. Dinda
mengerti cara
melakukan batuk
efektif
Dapat
mendemonstrasikan tata
cara batuk efektif
12.00 WIB Melakukan tindakan delegatif Anak mengatakan Zr. Dinda
pemberian nebulizer combivent bersedia untuk
1 respul + pulmicort 1 respul diberikan obat inhalasi
Anak tampak
kooperatif
Anak tampak nyaman
12.20 WIB Melakukan tindakan delegative Anak bersedia saat Zr. Dinda
obat minum diberikan obat
Racikan Batuk Pulvus P.O Reaksi alergi tidak ada
12.20 WIB Melakukan tindakan delegative Anak bersedia saat Zr. Dinda
Pemberian antibiotic : diberikan obat
Cefotaxime 3 x 700 mg Reaksi alergi tidak ada
13.00 WIB Memonitor keadaan umum Anak mengatakan sesak Zr. Dinda
anak, vital sign, ,pola nafas nafas sudah berkurang
dan bunyi nafas tambahan dan dahak saat batuk
sudah bisa dikeluarkan
An A mengatakan mual
berkurang, dan tidak
muntah
OT mengatakan An.A
demam sudah mulai
membaik
Anak tampak tenang
Nadi: 98 x/menit
TD: 110/70 mmHg
RR: 26 x/ mnt
Sa02: 99%
18/11/2023 Melakukan pememeriksaan An.A mengatakan batuk Zr. Dinda
Pukul TTV (Suhu, nadi, respirasi, masih ada namun
08.00 WIB SpO2) dan memonitor keadaan berkurang
umum
OT mengatakan anaknya
tidak ada demam selama
24 jam
Suhu : 36,7
RR : 21x
Nadi : 81x/mnt
SpO2 : 98%
12.00 WIB Melakukan tindakan delegatif Zr. Dinda
pemberian nebulizer combivent Anak mengatakan
1 respul + pulmicort 1 respul bersedia untuk
diberikan obat inhalasi
Anak tampak
kooperatif
Anak tampak nyaman
12.20 WIB Melakukan tindakan delegative Anak bersedia saat Zr. Dinda
obat minum diberikan obat
Racikan Batuk Pulvus P.O Reaksi alergi tidak ada
12.20 WIB Melakukan tindakan delegative Zr. Dinda
Pemberian antibiotic : Anak bersedia saat
Cefotaxime 3 x 700 mg diberikan obat
Reaksi alergi tidak ada
13.00 WIB Memonitor keadaan umum Zr. Dinda
anak, vital sign, ,pola nafas Anak mengatakan sesak
dan bunyi nafas tambahan nafas sudah berkurang
dan dahak saat batuk
sudah bisa dikeluarkan
An A mengatakan mual
berkurang, dan tidak
muntah
OT mengatakan An.A
demam sudah mulai
membaik
Anak tampak tenang
Nadi: 98 x/menit
TD: 110/70 mmHg
RR: 26 x/ mnt
Sa02: 99%
d. Evaluasi
NO Tanggal & Evaluasi Keperawatan Paraf
Jam
1. Kamis, S: Zr. Dinda
16/11/2023 - ibu mengatakan anak A demam mulai turun
14.00 WIB
O:
- KU Sakit sedang
- Kesadaran composmentis, akral hangat, nadi teraba kuat,
dan teratur, PEWS 0, resiko jatuh sedang (8)
- TTV : Nadi 87x/mnt Suhu 37,7’C, SpO2 97%
A : Masalah Hipertermi
belum teratasi
P : Hipertermia menurun dalam 72 jam
Lanjutkan intervensi
1. Monitor suhu tubuh sesering mungkin
2. Monitor warna kulit dan nadi
3. Berikan kompres pada lipatan paha dan aksila
4. Selimuti pasien untuk mencegah
hilangnya kehangatan tubuh
5. Kolaborasi pemberian obat antipiretik
untuk menurunkan panas
2. Jum’at, S : Zr.Dinda
17/11/2023 - OT mengatakan os demam sudah menurun
14.00 WIB - OT mengatakan anaknya batuk berdahak
- Pasien mengatakan mual muntah berkurang
O:
- KU Sakit sedang
- Kesadaran composmentis, akral hangat, nadi teraba kuat,
dan teratur, PEWS 0, resiko jatuh sedang (8)
- Batuk berdahak, terdapat sputum
- Suara nafas ronchi +/-
- TTV : Nadi 87x/mnt Suhu 36,7’C, SpO2 98%
- Hasil Rontgen Thorax : Bronkopneumonia kiri
A:
DX 1 Hipertermia belum teratasi
DX 2 Bersihan jalan nafas tidak efektif belum teratasi
DX 3 Resiko Hipovolemi teratasi sebagian
P:
Hipertermi menurun dalam 48 jam
Lannjutkan Intervensi :
1. Atur posisi tidur senyaman mungkin/semi fowler
2. Libatkan keluarga untuk memberikan minum air hangat
3. Berikan kompres/surface cooling jika diperlukan
4. Berikan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
5. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
6. Libatkan keluarga pada saat memberikan kompres
7. Libatkan keluarga untuk memberikan banyak minum
Bersihan jalan nafas efektif dalam 48 jam
Lanjutkan Intervensi :
1. Monitor tanda-tanda vital dan monitor kesadaran pasien
2. Monitor status pernafasan seperti frekuensi, bunyi nafas,
kecepatan, irama dan kedalaman serta penggunaan otot
bantu nafas
3. Identifikasi kemampuan pasien untuk batuk dan
mengeluarkan sputum
4. Atur posisi tidur senyaman mungkin/semi fowler
5. Libatkan keluarga untuk memberikan minum air hangat
Resiko Hipovemia teratasi dalam 24 jam
Lanjutkan Intervensi :
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
2. Pertahankan cairan IVFD RL
Advice dr.Endah SpA :
Cek HR 1 Besok Pagi
Terapi Lanjut
3. Sabtu S : Zr.Dinda
18/11/2023 - OT mengatakan os demam sudah tidak ada selama 24 jam
- OT mengatakan anaknya batuk berdahak masih ada
- Pasien mengatakan tidak ada mual muntah
- Pasien mengatakan sudah tidak ada perasaan haus
O:
- KU Sakit sedang
- Kesadaran composmentis, akral hangat, nadi teraba kuat,
dan teratur, PEWS 0, resiko jatuh sedang (8)
- Batuk berdahak, terdapat sputum
- TTV : Nadi 97x/mnt Suhu 36,2’C, SpO2 97%
- Mukosa bibir lembab
- Turgor kulit baik
- Keluhan malaise tidak ada
- An. A sudah mulai aktif bermain
A:
DX 1 Hipertermia teratasi sebagaian
DX 2 Bersihan jalan nafas tidak efektif belum teratasi
DX 3 Resiko Hipovolemi teratasi
P:
Hipertermi menurun dalam 24 jam
Lannjutkan Intervensi :
1. Atur posisi tidur senyaman mungkin/semi fowler
2. Libatkan keluarga untuk memberikan minum air hangat
3. Berikan kompres/surface cooling jika diperlukan
4. Berikan pakaian yang tipis dan menyerap keringat
5. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
6. Libatkan keluarga pada saat memberikan kompres
7. Libatkan keluarga untuk memberikan banyak minum
Bersihan jalan nafas efektif dalam 24 jam
Lanjutkan Intervensi :
1. Monitor tanda-tanda vital dan monitor kesadaran pasien
2. Monitor status pernafasan seperti frekuensi, bunyi nafas,
kecepatan, irama dan kedalaman serta penggunaan otot
bantu nafas
3. Identifikasi kemampuan pasien untuk batuk dan
mengeluarkan sputum
4. Atur posisi tidur senyaman mungkin/semi fowler
5. Libatkan keluarga untuk memberikan minum air hangat
Resiko Hipovemia teratasi intervensi dihentikan
PEMBAHASAN
1.6 Pembahasan
kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan pada anak A dengan kasus
1. Pengkajian
untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar tentang klien, dan
membuat catatan tentang respons kesehatan klien. Dengan demikian hasil pengkajian
dapat mendukung untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien dengan baik dan
tepat. Tujuan dari dokumentasi pada intinya untuk mendapatkan data yang cukup
2023 ,terdapat keluhan utama yaitu batuk berlendir dan sesak. Hal ini sesuai dengan
teori Nurarif dan Kusuma (2015) bahwa terjadinya proses peradangan dari proses
bersihan jalan napas tidak efektif. Masalah bersihan jalan nafas ini jika tidak
ditangani secara cepat maka bisa menimbulkan masalah yang lebih berat seperti
pasien akan mengalami sesak yang hebat bahkan bisa menimbulkan kematian.
Berdasarkan hasil pengkajian pada kedua klien dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital pada klien 1 yaitu nadi 106 x/menit, respirasi 31 x/menit, suhu 38,1’C.
Sedangkan klien 2 : nadi 106 x/menit. Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan kedua
klien suara pernafasan ronchi, dispnea, tampak penggunaan otot bantu pernafasan,
suara sonor (redup). Hal ini menurut teori Nurarif dan Kusuma (2015) peradangan
ditandai dengan adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi demam, batuk produktif,
Menurut analisa peneliti terdapat kesamaan serta kesenjangan teori dan kasus
yaitu pada klien mengalami demam pada awal sebelum masuk rumah sakit, kemudian
gelisah. Pada riwayat penyakit keluarga, klien tidak memiliki penyakit keturunan. Hal
ini menurut teori Nurarif dan Kusuma (2015) pada penderita bronkopneumonia
biasanya merasakan sulit untuk bernafas, dan disertai dengan batuk berdahak, terlihat
otot bantu pernafasan, adanya suara nafas tambahan, penderita biasanya juga lemah
nyamuk bakar dan ayahnya merupakan perokok aktif. Menurut Sofia (2017) faktor
risiko infeksi saluran pernapasan pada anak yaitu kebiasaan merokok, kebiasaan
penggunaan obat nyamuk bakar dan kelembaban udara. Kemudian udara yang buruk
akan dihasilkan dari asap pembakaran obat nyamuk dan perlahan merusak mekanisme
Pada riwayat imunisasi, ibu mengatakan riwayat imunisasi lengkap. Hal ini
sesuai dengan teori Sunarti (2012) bahwa imunisasi adalah kekebalan pada anak
dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh membuat zat untuk mencegah penyakit
tertentu. Imunisasi merupakan kekebalan aktif yang dibuat tubuh sendiri akibat
terpajan dengan antigen. Sedangkan kedua anak terdapat imunisasi yang kurang dan
didalam tubuh.
Menurut teori Sunarti (2012) bahwa ASI berpengaruh pada sumber kekebalan tubuh
pada bayi pada masa pertumbuhannya, melindungi bayi dari infeksi, dan menghambat
pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen. Sehingga anak tidak rentan terkena
penyaki tertentu.
2. Diagnosa Keperawatan
atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
minor tidak harus ditemukan, namun jika ditemukan dapat mendukung penegakkan
SDKI adalah Bersihan jalan napas tidak efektif, Pola nafas tidak efektif, Gangguan
pertukaran gas, Hipertermia, Defisit nutrisi, Intoleransi aktifitas, Ansietas, Defisit
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data terdapat 3 diagnosa keperawatan yang
ditegakkan pada klien 1 yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif, hipertermi, dan
resiko hipovolemi Berikut ini pembahasan diagnosa yang muncul sesuai dengan teori
nafas tetap paten (PPNI, 2017). Menurut analisa saya, peneliti menegakkan
diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif pada klien 1 belum menggunakan
SDKI.
Berdasarkan buku SDKI, gejala dan tanda mayor yang muncul yaitu batuk
tidak efektif atau tidak mampu batuk, sputum berlebih, dan adanya suara
nafas tambahan. Gejala dan tanda minornya yaitu dyspnea, sulit bicara,
gelisah, sianosis, bunyi nafas menurun, frekuensi nafas berubah dan pola
nafas berubah. Dari hasil pengkajian ditemukan tanda dan gejala mayor dan
minor pada klien yaitu batuk tidak efektif, sputum berlebih, ronkhi kering,
dispnea, frekuensi nafas berubah dan gelisah. membawa anak kerumah sakit
batuk ± 3 hari, demam dan kesulitan bernafas lalu dibawa ke klinik, kemudian
Alasan peneliti menegakkan diagnosa tersebut yaitu kasus ini sesuai dengan
penyakit, seorang anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana
sedangkan gejala dan tanda minornya yaitu Kulit merah, Kejang, Takikardi,
anaknya rewel dan badan teraba hangat. Suhu tubuh pasien ialah 38,1°C
melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat masuk kesaluran pernafasan
atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari tubuh. reaksi ini menyebabkan
peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh menyesuaikan diri
maka timbulah gejala demam pada penderita (Nurarif & Kusuma, 2015).
3. Intervensi Keperawatan
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis
untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (PPNI, 2019). Tahap perencanaan
dapat disebut sebagai inti atau pokok dari proses keperawatan sebab perencanaan
merupakan keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal
yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan, dan siapa yang akan melakukan
klien, keluarga dan orang terdekat perlu dilibatkan secara maksmial (Asmadi, 2008).
4. Implementasi Keperawatan
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk
s/d 18 november implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat dan di
telah disusun sebelumnya untuk mengatasi masalah bersihan jalan nafas tidak efektif
yaitu melakukan latihan batuk efektif. Rencana tindakan yang tidak dilakukan oleh
peneliti pada klien 1 ialah Motivasi klien duduk semi fowler, kelola pemberian
nebulizer.
yaitu memonitor suhu tubuh, memberikan kompres pada lipatan paha atau axila dan
5. Evaluasi Keperawatan
yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai
menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu
pada komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala
Hasil evaluasi yang sudah didapatkan setelah perawatan selama 3 hari, yaitu masalah
bersihan jalan nafas pada klien 1 belum teratasi pada hari ke 3 tanggal 18 November
2023 dengan hasil masih terdapat, masih ada reflek batuk, dahak tidak keluar,
Evaluasi untuk masalah hipertermia pada klien teratasi sebagian pada hari ke 2
tanggal 17 November 2023 dengan hasil ibu mengatakan tadi pagi anaknya mendapat
obat paracetamol, ibu mengatakan badan anaknya sudah tidak panas lagi, saat diraba
badan anak sudah tidak panas lagi, T : 36,60C N : 78x/menit, dan tidak ada tanda-
tanda sianosis.
Evaluasi untuk masalah resiko hipovolemi pada an.a teratasi pada hari ke 2 tanggal
17 November 2023 dengan hasil mual muntah tidak ada ,rasa haus berlebihan tidak
Berdasarkan hasil asuhan review kasus penerapan asuhan keperawatan pada An. A
dengan penyakit Bronkopneumonia. Pengambilan data pada klien dilakukan RSU Hermina
Arcamanik. Pada kasus ditemukan data bahwa klien mengalami keluhan utama sesuai
dengan teori yaitu klien batuk produktif, dispnea, pernafasan cepat dan bunyi pernafasan
ronchi.
a. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut teori terdapat pada bab dua di temukan kesenjangan
dengan kasus nyata yang didapat pada klien dengan Bronkopneumonia. Kesenjangan
dari tiga diagnosa keperawatanberdasarkan teori yang dikemukakan oleh para ahli
sesuai dengan Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI) dan Standar Luaran
b. Intervensi Keperawatan
keperawatan indonesia.
c. Implementasi Keperawatan
susun. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah direncanakan berdasarkan teori yang ada dan disesuai
d. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi pada klien berdasarkan kriteria yang peneliti susun dari tiga diagnosa
keperawatan yang ditegakkan, terdapat 1 diagnosa yang belum teratasi pada hari ke 3
yaitu diagnosa bersihan jalan nafas tidak efektif. Pada dua diagnosa lainnya tidak
ditemukan data.
1.8 Saran
1. Bagi Peneliti
ilmiah khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan pada klien anak dengan
Bronkopneumonia. Hasil penelitian yang peneliti dapatkan bisa menjadi acuan dan
menjadi bahan pembandingan dalam melakukan penelitian pada klien anak dengan
bronkopneumonia.
Studi literature yang dilakukan oleh penelitian ini menjadi acuan bagi perawat dalam
Hasil penelitian ini diharapkan menambah keluasan ilmu pengetahuan dalam bidang
Diharapkan dapat mengetahui bagaimana proses dan tanda gejala serta factor