Anda di halaman 1dari 32

Laporan kasus

BRONKOPNEUMONIA

oleh
Siti Hartini

Pembimbing :
Dr. Inggrit Anggraini, M. BIOMED, Sp.A

Pendamping
Dr. Sri Wulan Sari

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP PERIODE II


RUMAH SAKIT PERTAMINA DUMAI
TAHUN
2022
DAFTRA ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................2

KATA PENGANTAR...................................................................................4

BAB I : PENDAHULUAN........................................................................... 5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA................................................................7

A. Bronkopneumonia

2.1 Definisi............................................................................................11

2.2 Epidemiologi...................................................................................11

2.3 Faktor Resiko...................................................................................11

2.4 Etiologi............................................................................................10

2.5 Patogenesis......................................................................................11

2.6 Diagnosis.........................................................................................14

2.7 Tatalaksanaan..................................................................................17

BAB III : STATUS PASIEN......................................................................34

BAB IV : PEMBAHASAN.........................................................................39

BAB V:KESIMPULAN..............................................................................40

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................41

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, Segala puji syukur atas rahmat dan nikmat


Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul
“Bronkopneummonia”. Laporan Kasus diajukan sebagai persyaratan untuk
mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum
Daerah Dumai.
Dalam penyelesaian Laporan Kasus ini penulis banyak mendapat bantuan
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak hingga akhirnya Laporan Kasus ini
dapat selesai tepat pada waktunya. Oleh karena itu sepantasnya penulis
mengucapkan terimakasih kepada dokter pembimbing dr. Inggrit Anggraini,
M.BIOMED, Sp.A atas bimbingan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Ilmu Kesehatan Anak dan dapat menyelesaikan penulisan dan pembahasan
Laporan Kasus ini semoga Allah membalas kebaikan dan memberkahinya.
Dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa Laporan Kasus ini jauh
dari kesempurnaan, penulis memohon maaf atas segala kesalahan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan Laporan Kasus Berikutnya. Semoga
dengan adanya Laporan Kasus ini dapat memberikan manfaat dan menambah
pengetahuan semua pihak.

Dumai, Juli 2022

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

Di tengah munculnya new-emerging disease, penyakit infeksi tetap


menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di seluruh belahan dunia.
Penyakit infeksi masih menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian,
khususnya pada anak-anak1.
Batuk atau kesulitan bernapas merupakan penyakit yang biasa ditemukan
pada anak yang dapat sembuh sendiri, namun dapat pula menyebabkan kematian 2.
Insidensi penyakit infeksi meningkat pada usia 1-5 tahun3. Di Indonesia sendiri
berdasarkan data Survei Kesehatan Nasional tahun 2005, 28% kematian anak
masih disebabkan oleh infeksi yakni infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). Data
Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001 juga menyebutkan bahwa 23% penyebab
kematian balita Indonesia disebabkan oleh ISPA yakni penyakit infeksi
pneumokokus. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penyakit infeksi khususnya
ISPA masih menjadi permaslahan serius1.
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut
yang banyak menyebabkan kematian pada anak di Indonesia. Pneumonia
membunuh anak lebih banyak daripada penyakit lain apapun, mencakup hampir 1
dari 5 kematian anak-balita, membunuh lebih dari 2 juta anak-balita setiap tahun
yang sebagian besar terjadi di negara berkembang. Oleh karena itu pneumonia
disebut sebagai pembunuh anak nomor satu (the number one killer of children)3.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bronkopneumonia
2.1.1 Definisi

Pneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru dengan konsolidasi ruang


alveolar. Istilah infeksi respiratori bawah seringkali digunakan untuk mencakup
penyakit bronchitis, bronkiolitis, pneumonia atau kombinasi ketiganya1.
Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia, yaitu salah satu penyakit
yang menyerang saluran nafas. Bronkopneumoni disebut juga pneumonia
lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir biasanya
mengenai bronkiolus dan alveoulus sekitarnya.4 Bronkopneumonia lebih sering
dijumpai pada anak kecil dan bayi, biasanya sering disebabkan oleh bakteri
streptokokus pneumonia dan Hemofilus influenza yang sering ditemukan pada
dua pertiga dari hasil isolasi4.

21.2 Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak
di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di
Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada
anak di bawah umur 2 tahun.Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 influenza
dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia, nomor 9 di
Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di Thailand dan
nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab

5
kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas
akut termasuk bronkopneumonia dan influenza6.

2.1.3 Faktor Resiko


a. Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai
anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahum.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada balita lebih
rentan terkena penyakit bonkopneumonia dibandingkan orang
dewasa dikarenakan kekebalan tubuhnya masih belum sempurna.
b. Penyakit terdahulu yang sering muncul dan bertambah parah
karena penumpukan sekresi yang berlebih yaitu influenza.
c. Pemasangan selang NGT yang tidak bersih dan tertular berbagai
mikrobakteri dapat menyebakan terjadinya bronkopneumonia.
2.1.4 Etiologi
Menurut Leung et al (2016) pneumonia disebabkan oleh :
1) Bakteri
a. Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Mycoplasma
pneumonia, Staphylococcus aureus
2) Virus
Respiratory syntical virus, Influenza A or B virus, Human
rhinovirus, Human merapneumovirus, Adenovirus, parainfluenza virus.
Penelitian yang dilakukan pada 10 negara besar sejak 25 tahun lalu
menunjukkan bahwa penyebab utama pneumonia akibat virus pada masa
anak-anak adalah respiratory synctical virus, sedangkan untuk pneumonia

6
yang disebabkan oleh bakteri paling banya disebabkan oleh bakteri
streptococcus pneumoniae dan haemophillus influenzae
Bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi,
biasanya sering disebabkan oleh bakteri streptokokus pneumonia dan
Hemofilus influenza yang sering ditemukan pada dua pertiga dari hasil
isolasi4.
2.1.5 Patogenesis
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat
melalui berbagai cara, antara lain inhalasi langsung dari udara; aspirasi
dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring; perluasan
langsung dari tempat lain; dan penyebaran secara hematogen. Dalam
keadaan sehat, pada paru tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru.
Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien
untuk mencegah infeksi dan terdiri dari:
1. Susunan anatomis rongga hidung
2. Jaringan limfoid di naso-oro-faring.
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius
dan sekret liat yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
4. Refleks batuk
5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang
terinfeksi.
6. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe
regional.

7
7. Fagositosis, aksi enzimatik, dan respon immuno-humoral terutama
dari immunoglobilin A (IgA).
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme penyebab
terhisap ke paru perifer melalui saluran napas menyebabkan reaksi
jaringan berupa edema yang mempermudah proliferasi dan penyebaran
kuman. Bronkhopneumonia dalam perjalanan penyakitnya akan menjalani
beberapa stadium, yaitu:
1. Stadium kongesti (4-12 jam pertama)
Mengacu pada peradangan permulaan yang berlangsung pada
daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran
darah dan permeabilitas kapiler. Ini terjadi akibat pelepasan mediator
peradangan dari sel mast. Mediator tersebut mencakup histamin dan
prostagladin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen
bekerjasama dengan histamin dan prostagladin untuk melemaskan otot
polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini
menyebabkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang
interstitialinterstitial sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar
kapiler dan alveolus, yang meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh
oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini paling berpengaruh
dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
2. Stadium hepatisasi merah (48 jam berikutnya).
Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat tidak mengandung
udara, warna menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam
alveolus didapatkan fibrin, leukosit netrofil, eksudat, dan banyak sekali
eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.

8
3. Stadium hepatisasi kelabu (3-8 hari)
Lobus masih tetap padat dan warna merah berubah menjadi pucat
kelabu terjadi karena sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang
terinfeksi. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin. Alveolus
terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis pneumococcus, kapiler
tidak lagi kongestif.
4. Stadium resolusi (7-11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun
dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan dan eksudasi lisis. Eksudat
berkurang. Dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit mengalami
nekrosis dan degenerasi lemak. Fibrin diresorbsi dan menghilang. Proses
kerusakan yang terjadi dapat di batasi dengan pemberian antibiotik sedini
mungkin agar sistem bronkopulmonal yang tidak terkena dapat
diselamatkan2.
2.1.6 Manifestasi klinis 8
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran napas
bagian atas selama beberapa hari.
Gejala awal berupa
a. Suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 39-40C dan
mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi.
b. Anak bisa menjadi sangat gelisah.
c. Pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung
d. Sianosis di sekitar hidung dan mulut.

9
2.1.7 Diagnosis
a) Anamnesis
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran napas
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik secara
mendadak sampai 39-40C dan mungkin disertai kejang karena demam
yang tinggi.Selain itu, anak bisa menjadi sangat gelisah, pernapasan
cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis di
sekitar hidung dan mulut. Sedangkan, batuk biasanya tidak dijumpai
pada awal penyakit, seorang anak akan mendapat batuk setelah
beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian
menjadi produktif. Keluhan lainnya seperti nyeri kepala, letargi, mual
dan muntah.8
b) Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi: Pernafasan cuping hidung (+), sianosis sekitar hidung
dan mulut, retraksi sela iga.
2. Palpasi: Stem fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit.
3. Perkusi: Sonor memendek sampai beda.
4. Auskultasi: Suara pernapasan mengeras (vesikuler mengeras)
disertai ronki basah gelembung halus sampai sedang.
Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada
luasnya daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai
adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah
gelembung halus sampai sedang.
Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin
pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara pernapasan pada

10
auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat
terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya proses penyembuhan dapat
terjadi antara 2-3 minggu.8
c) Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala klinis berikut:
TRIAS BRONKOPNEUMONIA:
1. Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan
retraksi dada.
2. Demam dengan suhu 39-40c
3. Ronkhi basah, halus, nyaring
 Gambaran darah menunjukkan leukositosis.
 Foto thoraks menunjukkan gambaran infiltrat difus.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Foto rontgen thoraks 9
Gambaran yang dapat ditemukan pada foto x-ray toraks antara lain
infiltrat ,konsolidasi dengan air bronchogram,gambaran kavitas, infiltrat
bilateral atau gambaran bronkopneumonia. Foto rontgen dapat juga
menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, atelektasis, abses
paru, pneumotoraks atau perikarditis.
b. Pemeriksaan darah rutin 9
Pemeriksaan darah rutin, didapati leukositosis yang bermakna dan
pergeseran ke kiri (shift to the left) pada hitung jenis leukosit terutama
pada infeksi oleh S. pneumoniae, H. influenzae, dan bakteri batang
gram negatif. Leukopenia dapat terjadi pada infeksi masif oleh
pneumokokus dan bakteri batang gram negatif.

11
2.1.8 Diagnosis Banding

Pneumonia dapat terjadi pada segala usia, meskipun lebih sering


terjadi pada anak-anak yang lebih muda. Kelompok usia yang berbeda
cenderung terinfeksi oleh patogen yang berbeda, yang mempengaruhi
keputusan diagnostik dan terapeutik.9

Banyak pasien yang dirujuk untuk evaluasi pneumonia berulang


didiagnosis dengan asma. Dalam studi gawat darurat, 35% anak-anak
dengan eksaserbasi asma memiliki kelainan yang terlihat pada foto
thoraks. Pada anak yang belum didiagnosis asma, kelainan ini sering
ditafsirkan sebagai pneumonia. Peradangan, sering dipicu oleh infeksi
virus, adalah bagian dari respons asma. Mengi yang responsif terhadap
bronkodilator, riwayat atopi, riwayat keluarga asma, dan riwayat batuk
atau mengi saat berolahraga dapat membantu mengidentifikasi pasien-
pasien ini.9

Tabel 1. Diagnosis Banding Bronkopneumonia9


Penyakit Etiologi
Bronkopneumonia -Bakteri - Batuk (Mukoid atau purulen)
-Virus - Sesak nafas
-Aspirasi Cairan - Demam
-Jamur -Rhonki Basah Halus
(Crackles)
- Nafas Cuping Hidung
- Rertraksi dinding dada
Rontgen:
Infiltrat bilateral difus

12
Asma -Faktor Presdiposisi - Serangan episodik asma
-Faktor Presipitasi - Sesak nafas berulang
- Keluhan berkurang dengan
pemberian bronkodilator .
-Mengi
Bronkiolitis -Virus : Respiratory - Di awali oleh ISPA 
Syncytial Virus (RSV) Wheezing, grunting, rewel.
-Wheezing tidak membaik
dengan 3 kali bronkodilator
-Hipersonor
-Retraksi
-Sesak nafas

2.1.9 Tatalaksana
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada
anak terdiri dari 2 macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus.14,15
1. Penatalaksaan Umum
a.Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang
atau PaO2 pada analisis gas darah ≥ 60 torr.
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
d. Terapi Simptomatis pada pasien: Sesak nafas, demam, dan batuk.
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Mukolitik, ekspektoran sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam
pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti
awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu
tinggi,takikardi, atau penderita kelainan jantung.
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis.

13
Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan terapi :
a. Kuman yang dicurigai atas dasar data klinis, etiologis, dan
epidemiologi.
b. Berat ringan penyakit.
c. Riwayat pengobatan selanjutnya serta respon klinis.
d. Ada tidaknya penyakit yang mendasari.
Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak
harus dipertimbangkan berdasakan pengalaman empiris, yaitu bila tidak
ada kuman yang dicurigai, berikan antibiotik awal (24-72 jam pertama)
menurut kelompok usia:
1. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :
a. ampicillin + aminoglikosid
b. amoksisillin - asam klavulanat
c. amoksisillin + aminoglikosid
d. sefalosporin generasi ke-3
2. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bulan-5 tahun)
a. beta laktam amoksisillin
b. amoksisillin - asam klavulanat
c. golongan sefalosporin generasi ke-3
d. kotrimoksazol
e. makrolid (eritromisin)
Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan perbaikan
yang nyata dalam 24-72 jam ganti dengan antibiotik lain yang lebih tepat
sesuai dengan kuman penyebab yang diduga (sebelumnya perlu

14
diyakinkan dulu ada tidaknya penyulit seperti empyema, absesparu yang
menyebabkan seolah-olah antibiotik tidak efektif)
Jika anak wheezing berikan bronkodilator. Bronkodilator kerja
cepat. Berikan dengan salah satu cara berikut: 16
a. Salbutamol nebulisasi: Salbutamol nebulisasi 1 ampul 2,5 mg /
2,5 ml Tambahkan NaCl hingga memenuhi volume isi biasanya
sekitar 5 ml
b. Salbutamol dengan MDI (metereddoseinhaler) dengan spacer
c. Jika kedua cara tidak tersedia, beri suntikan epinefrin
(adrenalin) secara subkutan.
Pemberian Oksigen Alat yang direkomendasikan untuk pemberian
oksigen pada bayi/anak adalah melalui selang hidung (nasalprong). Laju
aliran maksimum melalui kanul nasal tanpa humidifikasi adalah:
- 0/5 liter/menit pada bayi muda (0-2 bulan)
- 1 liter / menit pada bayi (2-12 bulan)
- 2 liter/menit pada anak Balita (12 – 59 bulan)
- 4 liter/menit pada usia sekolah.
Kriteria rawat inap:
Pada bayi:
 Saturasi O2 ≤92%, sianosis
 Frekuensi napas >60 x/menit
 Distress pernapasan, apnea intermitten, atau grunting
 Tidak mau minum/menyusu24
 Keluarga tidak bisa merawat dirumah

15
Pada anak:
 Saturasi O2 ≤92%, sianosis
 Frekuensi napas >50 x/menit
 Distress pernapasan
 Grunting
 Terdapat tanda dehidrasi
 Keluarga tidak bisa merawat
di rumah Kriteria pulang:
 Gejala dan tanda pneumonia menghilang
 Asupan per oral adekuat
 Pemberian antibiotik dapat diteruskan di rumah (per oral)
 Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan
rencana kontrol
 Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan di rumah
2.1.9 Komplikasi
Penyakit bronkopneumonia ini selain terjadi pada dewasa,
seringkali juga terjadi bronkopneumonia pada anak. Berikut beberapa
komplikasi dari penyakit bronkopneumonia yaitu:
- Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru akibat kurangnya mobilisasi atau reflek batuk hilang.
- Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang.
- Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.

16
- Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
- Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. - Infeksi sitemik.

17
BAB III

STATUS PASIEN

Nama : An. ZF
No. RM : 47.34.51
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Masuk : 2 Juni 2022
Tanggal Keluar : 7 Juni 2022
Tanggal Lahir : 22 September 2021
Umur : 9 bulan
Anak ke : Pertama
Berat Badan : 12 kg
Agama : Islam
Alamat : Dumai

I. IDENTITAS ORANGTUA
Ayah Ibu
Nama Novendri Sherly
Umur 20 Tahun 20 Tahun
Pekerjaan wiraswasta IRT
Agama Islam Islam
Perkawinan Pertama Pertama

18
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Alloanamnesis dengan Ibu pasien pada Kamis, 2
Juni 2022
1. Keluhan Utama : Sesak napas sejak 3 hari SMRS
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami sesak napas sejak ± 3 hari
SMRS, sesak nafas terus menerus makin lama makin bertambah berat terutama
1 hari SMRS,pasien rewel dan tidak bisa tidur nyenyak karena sesak. Pasien
tidak memiliki riwayat tersedak sebelum sesak, sesak tidak di pengaruhi waktu
dan posisi, sesak tidak di sertai suara ngik ngik, saat sesak ibu pasien
mengatakan tidak ada bibir maupun ujung jari yang membiru. Ibu pasien juga
mengatakan anaknya batuk sejak 1 minggu SMRS. Batuk berdahak (+) dengan
dahak berwarna putih dan cair, darah (-). Pasien juga mengalami mengalami
demam tinggi (38°C) sejak 2 hari SMRS. Deman naik turun, sudah minum
obat penurun panas, namun demam tidak turun. Keluhan lain lemah (+), nafsu
makan berkurang (+), pilek (-), mual (-), muntah (-). Ayah pasien merupakan
perokok. BAB dan BAK biasa.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien sebelumnya tidak pernah menderita penyakit seperti ini.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien tidak ada punya keluhan yang sama.
5. Riwayat Alergi : tidak ada.
6. Riwayat imunisasi
Imunisasi Tidak pernah
19
7. Riwayat Keluarga
No Tanggal Jenis Keadaan Penyakit Jenis Persalinan
Lahir Kelamin Bayi Waktu
Hamil
1. 22 Perempuan Normal - Per Abdominal,
September BBL:3300 gr
2021

8. Riwayat Kehamilan
G1P1A0H0. Ibu rutin kontrol kehamilan ke rumah sakit dan dokter
kandungan, tidak ada riwayat penyulit seperti tekanan darah tinggi, gula
darah tinggi, demam, dan keputihan. Anak lahir per abdominal dengan
dokter kandungan

Riwayat Persalinan

- BB ibu :-
- Persalinan di : Rumah sakit
- Jenis persalinan : Perabdominal
- Lama ketuban pecah :-
- Kondisi :-
- Dipimpin : dokter kandungan
- Indikasi : partus tak maju

20
9. Keadaan Bayi saat Lahir
Lahir tanggal 22 September 2021 pukul 02.30 (dini hari), jenis kelamin
Perempuan dengan kondisi lahir normal.
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum
- Keadaan umum : Tampak sakit berat
- Kesadaran : Komposmentis
- Tekanan Darah :-
- Frekuensi Nadi : 120 x/menit
- Frekuensi Nafas : 40 x/menit
- Suhu : 37,80C
- SpO2 : 98%

2. Status Gizi
- Berat Badan : 12 kg
- Tinggi Badan : 70 cm
- Lingkar Kepala : 48 cm
- Lingkar Lengan Atas :-
- TB/U : 2 sampai -2 SD normal
- BB/U : 2 sampai -2 SD normal
- TB/BB : 2 sampai -2 SD gizi baik

21
3. Status Generalisata
- Kepala : Normocephali
- Mata : Sklera ikterik (-/-), Konjungtiva Anemis (-/-)
- Telinga : Sekret (+/+)
- Hidung : sekret (+/+), Deviasi septum (-/-), Nafas Cuping Hidung (+)
- Mulut : Mukosa bukal merah muda, lidah kotor (-)
- Leher : Trakea ditengah, tidak teraba pembesaran kelenjar getah
bening

4. Pemeriksaan Fisik Thorax


Paru
Inspeksi : Bentuk dan gerakan dinding dada simetris, retraksi (+)
Palpasi : Vokal fremitus simeteris, ictus cordis teraba di SIC 5 linea
mid clavicula sinistra.
Perkusi : sonor
Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-) BJ I dan II
reguler, tidak ditemukan murmur
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis terlihat pada linea midclavicularis sinistra
setinggi SIC V
Palpasi : Ictus cordis teraba pada linea midclavicularis sinistra
setinggi SIC V
Perkusi : Sukar dinilai
Auskultasi : Bunyi jantung I-II irama reguler, murmur (-), gallop (-)

22
5. Pemeriksaan Fisik Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, simetris
Palpasi : Tidak teraba massa, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani pada empat kuadran abdomen
Auskultasi : Bunyi Usus (+) dalam batas normal

6. Pemeriksaan Fisik Genitalia


- Tidak ada kelainan

7. Pemeriksaan Fisik Ekstremitas


- Atas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema (-), pucat (-)
- Bawah : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-), pucat (-)
- Refleks fisiologis : Dalam batas normal
- Refleks patologis : Tidak ada
- Tanda meningeal : Tidak ada
- Tonus : Normotonus
- Sensitibilitas : sensorik dalam batas normal
IV. PEMERIKSAAN
PENUNJANG Pemeriksaan
Laboratorium Darah Lengkap
- HB : 10,2 gr/dL
- Leukosit : 17.000 mm3 (4.000-11.000 mm3)
- Trombosit : 443.000 mm3

23
- Eritrosit : 4.000.000 mm3
- MCH : 25 PG
- MCV : 66.1 fl
- MCHC : 37,9%
- Hematokrit : 26,6 %

Pemeriksaan Rontgen

24
V. DIAGNOSIS KERJA
Bronkopneumonia
VI. DIAGNOSIS BANDING
1. Bronkiolitis
2. Asma bronkhial
VII. PENATALAKSANAAN

NON MEDIKAMENTOSA : Tirah baring

25
MEDIKAMENTOSA
• IVFD RL 18 tpm makro
• Inj. Ceftriaxone 500 mg / 24 jam
• Parasetamol syrup 3x ½
• Inj. Dexamethasone 1mg/8jam
• Nebu ventolin 1 cc + 22cc NaCl 0,9%/8 jam
• Cetirizine syrup 2x1mg

VIII. PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

Prognosis baik pada pasien ini karena diberikan terapi yang adekuat
sehingga ada perbaikan dan tidak terjadi komplikasi.

Follow up

Hari/Tanggal Anamnesis Pemeriksaan.Fisik Penatalaksanaan

Jumat Sesak napas (+), batuk Kesadaran : Composmentis  O2 1L/I nasal


3 juni 2022 berdahak (+), demam(-), KU : Tampak Sakit Sedang  IVFD Asering 8 tpm (makro)
pilek (-), muntah (-), Nadi : 110x /menit  Inj. Ceftriaxone 500 mg/ 24jam
BAB dan BAK dalam Hidung : nafas cuping  Inj. Dexametasone 1mg/ 8
batas normal, hidung(+) jam
Pernafasan : 32x / menit  Paracetamol Syr jika demam
Suhu : 37,0°C  Cetirizine 2x1mg
Thorax: retraksi (+)  Nebu ventolin 1cc = 2cc NaCl
Jantung: irama teratur, BJ1
0,9%/8 jam
BJ2 reguler
 Cetirizine syr 1x1 cth
Pulmo: vesicular, rhonki
(+/+), wheezing (-/-)
Abdomen: distensi(-), supel
(-)
Ekstremitas: CRT < 2detik

26
Sabtu, Sesak napas berkurang, Kesadaran : Composmentis  O2 1L/I nasal
4 Juni 2022 batuk kuat dan berdahak KU : Tampak Sakit Sedang  IVFD Asering 6 tpm (makro)
(+), demam(-), muntah Nadi : 97x /menit  Inj. Ceftriaxone 500 mg/ 24jam
berisi lendir (+), BAB Hidung : nafas cuping  Inj. Dexametasone 1mg/ 8
dan BAK dalam batas hidung(-) jam
normal Pernafasan : 30x / menit  Paracetamol Syr jika demam
Suhu : 36,8°C  Cetirizine 2x1mg
Thorax: retraksi ↓  Nebu ventolin 1cc = 2cc NaCl
Jantung: irama teratur
0,9%/8 jam
Pulmo: vesicular,
 Cetirizine syr 1x1 cth
rhonki(+/+) ↓, wheezing (-/-)
Abdomen: distensi(-), supel
(-)
Ekstremitas: CRT < 2detik
Minggu, Sesak napas berkurang, Kesadaran : Composmentis  O2 1L/I nasal
5 Juni 2022 batuk kuat dan berdahak KU : Tampak Sakit Sedang  IVFD Asering 6 tpm (makro)
(+), demam(-), muntah Nadi : 97x /menit  Inj. Ceftriaxone 500 mg/ 24jam
berisi lendir (+), BAB dan Hidung : nafas cuping  Inj. Dexametasone 1mg/ 8
BAK dalam batas normal hidung(-) jam
Pernafasan : 30x / menit  Paracetamol Syr jika demam
Suhu : 36,8°C  Cetirizine 2x1mg
Thorax: retraksi ↓  Nebu ventolin 1cc = 2cc NaCl
Jantung: irama teratur
0,9%/8 jam
Pulmo: vesicular,
 Cetirizine syr 1x1 cth
rhonki(+/+) ↓, wheezing (-/-)
Abdomen: distensi(-), supel
(+)
Ekstremitas: CRT < 2detik
Senin, Sesak nafas (-)batuk ↓, Kesadaran : Composmentis  Aff O2
6 Juni 2022 demam (-), makan minum KU : Tampak Sakit Sedang  IVFD Asering 6 tpm (makro)
mau, BAB dan BAK Nadi : 96x /menit  Inj. Ceftriaxone 500 mg/ 24jam
biasa Pernafasan : 24x / menit  Inj. Dexametasone 1mg/
Suhu : 36,5°C 8jam
Thorax: retraksi (-)  Paracetamol Syr jika demam
Jantung: irama teratur  Cetirizine 2x1mg
Pulmo: vesicular, rhonki  Nebu ventolin 1cc = 2cc NaCl
(+/+) ↓, wheezing (-/-)
0,9%/8 jam
Abdomen: distensi(-), supel
 Cetirizine syr 1x1 cth
(+)
Ekstremitas: CRT < 2detik  Ketricin Orabase zalf oleskan 2
kali sehari di bibir
Selasa, 7 Juni Demam (-) batuk Kesadaran : Composmentis  Pulang
2022 sesekali, sesak nafas (-) KU : Tampak Sakit Sedang  Obat pulang : Cetirizine pulv
makan minum manu, Nadi : 94x /menit 1 dd 1mg
BAB dan BAK biasa Pernafasan : 24x / menit
Suhu : 36,5°C
Thorax: retraksi (-)
Jantung: irama teratur
Pulmo: vesicular, rhonki
(-/-) ↓, wheezing (-/-)
Abdomen: distensi(-), supel
(+)
Ekstremitas: CRT < 2detik

27
BAB V
KESIMPULAN
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau
beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat
yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing6. Bronkopenumonia
merupakan radang dari saluran pernapasan yang terjadi pada bronkus sampai
dengan alveolus paru. Bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil
dan bayi, biasanya sering disebabkan oleh bakteri streptokokus pneumonia dan
Hemofilus influenza yang sering ditemukan pada dua pertiga dari hasil isolasi4.
Bronkopneumonia ditegakkan berdasarkan gejala klinik. Gejala-gejala
klinis tersebut antara lain4: Adanya retraksi epigastrik, interkostal, suprasternal,
Adanya pernapasan yang cepat dan pernapasan cuping hidung. Biasanya didahului
infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari, demam, dispneu,
kadang disertai muntah dan diare. Batuk biasanya tidak pada permulaan penyakit,
mungkin terdapat batuk, beberapa hari yang mula-mula kering kemudian menjadi
produktif, Pada auskultasi ditemukan ronkhi basah halus nyaring, Pada
pemeriksaan darah tepi ditemukan adanya leukositosis dengan predominan PMN,
dan Pada pemeriksaan rontgen thoraks ditemukan adanya infiltrat interstitial dan
infiltrat alveolar serta gambaran bronkopneumonia. Terapi suportif berupa
pemberian O2 1 L/menit sudah tepat. Oksigen diberikan untuk mengatasi
hipoksemia, menurunkan usaha untuk bernapas, dan mengurangi kerja
miokardium.

30
DAFTAR PUSTAKA

[1] D. RI, “Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan,” in Depkes,


Jakarta, 2002.

[2] WHO, “Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit: Pedoman
Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama,” in WHO Indonesia, Jakarta,
2008.

[3] K. K. RI, “Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015,” in kementrian


kesehatan, Jakarta, 2016.

[4] A. Samuel, “BRONKOPNEUMONIA ON PEDIATRIC PATIENT,” j


agromed unila, vol. 1, no. 2, pp. 185–189, 2014.

[5] K. Moore, anatomi klinis dasar. Jakarta, 2002.

[6] B. Pada, P. Bayi, and L. B. Bulan, “Penegakan diagnosis dan


penatalaksanaan bronkopneumonia pada pasien bayi laki-laki berusia 6
bulan,” Fak. Kedokt. Univ. Lampung, vol. 1, no. 2, pp. 1–10, 2013.

[7] F. Kedokteran, U. Islam, I. Virus, and J. Kedokteran, “198


BRONKOPNEUMONIA PADA ANAK USIA 20 BULAN I Putu
Suartawan,” vol. 05, no. 01, pp. 198–206, 2019.

[8] PDPI, 2003, Pneumonia Komuniti: Pedoman Diagnosis &


Penatalaksanaan di Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

31
[9] Bennet, N.J., Domachowske, J. 2018. Pediatric Pneumonia. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/967822-overview#a3 [Accessed 5 April
2019]
[10] Wunderink RG, Waterer GW. Community-Acquired Pneumonia. N Engl J
Med. 2014 Feb 5;370(6):543-51.Avaible from:
http://dx.doi.org/10.1056/NEJMcp1214869

32

Anda mungkin juga menyukai