Anda di halaman 1dari 14

Laporan kasus

Fibroadenoma mamae

oleh
Rahmani Shofi

Pembimbing :
Dr. Weldy Rishki Chaiyar Sp.B

Pendamping
Dr. Sri Wulan Sari

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP PERIODE II


RUMAH SAKIT PERTAMINA DUMAI
TAHUN
2022
DAFTRA ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................2

KATA PENGANTAR........................................................................................................4

BAB I : PENDAHULUAN................................................................................................5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................7

A. Bronkopneumonia

2.1 Definisi............................................................................................11

2.2 Epidemiologi...................................................................................11

2.3 Faktor Resiko...................................................................................11

2.4 Etiologi............................................................................................10

2.5 Patogenesis......................................................................................11

2.6 Diagnosis.........................................................................................14

2.7 Tatalaksanaan..................................................................................17

BAB III : STATUS PASIEN...........................................................................................34

BAB IV : PEMBAHASAN..............................................................................................39

BAB V:KESIMPULAN...................................................................................................40

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................41

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, Segala puji syukur atas rahmat dan nikmat Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul “fibroadenomamamae”. Laporan
Kasus diajukan sebagai persyaratan untuk mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu
Kesehatan Bedah Rumah Sakit pertamina Daerah Dumai.
Dalam penyelesaian Laporan Kasus ini penulis banyak mendapat bantuan bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak hingga akhirnya Laporan Kasus ini dapat selesai tepat pada
waktunya. Oleh karena itu sepantasnya penulis mengucapkan terimakasih kepada dokter
pembimbing dr. Weldy , Sp.B atas bimbingan selama menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Ilmu Kesehatan Bedah dan dapat menyelesaikan penulisan dan pembahasan Laporan Kasus ini
semoga Allah membalas kebaikan dan memberkahinya.
Dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa Laporan Kasus ini jauh dari kesempurnaan,
penulis memohon maaf atas segala kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat membangun sangat dibutuhkan untuk kesempurnaan Laporan
Kasus Berikutnya. Semoga dengan adanya Laporan Kasus ini dapat memberikan manfaat dan
menambah pengetahuan semua pihak.

Dumai, september 2022

Penulis

3
BAB I PENDAHULUAN

Di tengah munculnya new-emerging disease, penyakit infeksi tetap menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang penting di seluruh belahan dunia. Penyakit infeksi masih menjadi penyebab
utama kesakitan dan kematian, khususnya pada anak-anak1.
Batuk atau kesulitan bernapas merupakan penyakit yang biasa ditemukan pada anak yang dapat
sembuh sendiri, namun dapat pula menyebabkan kematian2. Insidensi penyakit infeksi
meningkat pada usia 1-5 tahun3. Di Indonesia sendiri berdasarkan data Survei Kesehatan
Nasional tahun 2005, 28% kematian anak masih disebabkan oleh infeksi yakni infeksi saluran
pernafasan atas (ISPA). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga 2001 juga menyebutkan bahwa
23% penyebab kematian balita Indonesia disebabkan oleh ISPA yakni penyakit infeksi
pneumokokus. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penyakit infeksi khususnya ISPA masih
menjadi permaslahan serius1.
Pneumonia merupakan salah satu penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang banyak
menyebabkan kematian pada anak di Indonesia. Pneumonia membunuh anak lebih banyak
daripada penyakit lain apapun, mencakup hampir 1 dari 5 kematian anak-balita, membunuh
lebih dari 2 juta anak-balita setiap tahun yang sebagian besar terjadi di negara berkembang.
Oleh karena itu pneumonia disebut sebagai pembunuh anak nomor satu (the number one killer
of children)3.

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bronkopneumonia
2.1.1 Definisi

Pneumonia adalah inflamasi pada parenkim paru dengan konsolidasi ruang alveolar. Istilah
infeksi respiratori bawah seringkali digunakan untuk mencakup penyakit bronchitis,
bronkiolitis, pneumonia atau kombinasi ketiganya1. Bronkopneumonia adalah salah satu jenis
pneumonia, yaitu salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas. Bronkopneumoni disebut
juga pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir
biasanya mengenai bronkiolus dan alveoulus sekitarnya.4 Bronkopneumonia lebih sering
dijumpai pada anak kecil dan bayi, biasanya sering disebabkan oleh bakteri streptokokus
pneumonia dan Hemofilus influenza yang sering ditemukan pada dua pertiga dari hasil
isolasi4.

21.2 Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di bawah umur 5
tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan
angka 13% dari seluruh penyakit infeksi pada anak di bawah umur 2 tahun.Dari data SEAMIC
Health Statistic 2001 influenza dan pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di
Indonesia, nomor 9 di Brunei, nomor 7 di Malaysia, nomor 3 di Singapura, nomor 6 di
Thailand dan nomor 3 di Vietnam. Laporan WHO 1999 menyebutkan bahwa penyebab

5
kematian tertinggi akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran napas akut termasuk
bronkopneumonia dan influenza6.

2.1.3 Faktor Resiko


a. Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai
anak usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahum.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak pada balita lebih
rentan terkena penyakit bonkopneumonia dibandingkan orang
dewasa dikarenakan kekebalan tubuhnya masih belum sempurna.
b. Penyakit terdahulu yang sering muncul dan bertambah parah
karena penumpukan sekresi yang berlebih yaitu influenza.
c. Pemasangan selang NGT yang tidak bersih dan tertular berbagai
mikrobakteri dapat menyebakan terjadinya bronkopneumonia.
2.1.4 Etiologi
Menurut Leung et al (2016) pneumonia disebabkan oleh :
1) Bakteri
a. Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Mycoplasma pneumonia,
Staphylococcus aureus
2) Virus
Respiratory syntical virus, Influenza A or B virus, Human rhinovirus, Human
merapneumovirus, Adenovirus, parainfluenza virus. Penelitian yang dilakukan pada 10 negara
besar sejak 25 tahun lalu menunjukkan bahwa penyebab utama pneumonia akibat virus pada
masa anak-anak adalah respiratory synctical virus, sedangkan untuk pneumonia

6
yang disebabkan oleh bakteri paling banya disebabkan oleh bakteri streptococcus pneumoniae
dan haemophillus influenzae
Bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi, biasanya sering disebabkan
oleh bakteri streptokokus pneumonia dan Hemofilus influenza yang sering ditemukan pada dua
pertiga dari hasil isolasi4.
2.1.5 Patogenesis
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara,
antara lain inhalasi langsung dari udara; aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring
dan orofaring; perluasan langsung dari tempat lain; dan penyebaran secara hematogen. Dalam
keadaan sehat, pada paru tidak terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini disebabkan
oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian
bawah sangat efisien untuk mencegah infeksi dan terdiri dari:
1. Susunan anatomis rongga hidung
2. Jaringan limfoid di naso-oro-faring.
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius
dan sekret liat yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
4. Refleks batuk
5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang
terinfeksi.
6. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe
regional.

7
7. Fagositosis, aksi enzimatik, dan respon immuno-humoral terutama
dari immunoglobilin A (IgA).
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme penyebab terhisap ke paru perifer
melalui saluran napas menyebabkan reaksi jaringan berupa edema yang mempermudah
proliferasi dan penyebaran kuman. Bronkhopneumonia dalam perjalanan penyakitnya akan
menjalani beberapa stadium, yaitu:
1. Stadium kongesti (4-12 jam pertama)
Mengacu pada peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal
ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler. Ini terjadi akibat
pelepasan mediator peradangan dari sel mast. Mediator tersebut mencakup histamin dan
prostagladin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen bekerjasama dengan
histamin dan prostagladin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan
permeabilitas kapiler paru. Hal ini menyebabkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang
interstitialinterstitial sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus,
yang meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka
perpindahan gas ini paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen
hemoglobin.
2. Stadium hepatisasi merah (48 jam berikutnya).
Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat tidak mengandung udara, warna menjadi merah
dan pada perabaan seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan fibrin, leukosit netrofil, eksudat,
dan banyak sekali
eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.

8
3. Stadium hepatisasi kelabu (3-8 hari)
Lobus masih tetap padat dan warna merah berubah menjadi pucat kelabu terjadi karena sel-sel
darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Permukaan pleura suram karena
diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis pneumococcus,
kapiler tidak lagi kongestif.
4. Stadium resolusi (7-11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda,
sisa-sisa sel fibrin dan dan eksudasi lisis. Eksudat berkurang. Dalam alveolus makrofag
bertambah dan leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak. Fibrin diresorbsi dan
menghilang. Proses kerusakan yang terjadi dapat di batasi dengan pemberian antibiotik sedini
mungkin agar sistem bronkopulmonal yang tidak terkena dapat diselamatkan2.
2.1.6 Manifestasi klinis 8
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran napas bagian atas selama beberapa
hari.
Gejala awal berupa
a. Suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 39-40C dan
mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi.
b. Anak bisa menjadi sangat gelisah.
c. Pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung
d. Sianosis di sekitar hidung dan mulut.

9
2.1.7 Diagnosis
a) Anamnesis
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran napas bagian atas selama beberapa
hari. Suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 39-40C dan mungkin disertai kejang
karena demam yang tinggi.Selain itu, anak bisa menjadi sangat gelisah, pernapasan cepat dan
dangkal disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut.
Sedangkan, batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit, seorang anak akan mendapat
batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi
produktif. Keluhan lainnya seperti nyeri kepala, letargi, mual dan muntah.8
b) Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi: Pernafasan cuping hidung (+), sianosis sekitar hidung
dan mulut, retraksi sela iga.
2. Palpasi: Stem fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit.
3. Perkusi: Sonor memendek sampai beda.
4. Auskultasi: Suara pernapasan mengeras (vesikuler mengeras)
disertai ronki basah gelembung halus sampai sedang.
Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah yang terkena.
Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya
terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang.
Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin
pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara pernapasan pada

10
auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi. Tanpa
pengobatan biasanya proses penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.8
c) Diagnosis ditegakkan bila ditemukan 3 dari 5 gejala klinis berikut:
TRIAS BRONKOPNEUMONIA:
1. Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan
retraksi dada.
2. Demam dengan suhu 39-40c
3. Ronkhi basah, halus, nyaring
 Gambaran darah menunjukkan leukositosis.
 Foto thoraks menunjukkan gambaran infiltrat difus.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Foto rontgen thoraks 9
Gambaran yang dapat ditemukan pada foto x-ray toraks antara lain infiltrat ,konsolidasi dengan
air bronchogram,gambaran kavitas, infiltrat bilateral atau gambaran bronkopneumonia. Foto
rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, atelektasis, abses paru,
pneumotoraks atau perikarditis.
b. Pemeriksaan darah rutin 9
Pemeriksaan darah rutin, didapati leukositosis yang bermakna dan pergeseran ke kiri (shift to
the left) pada hitung jenis leukosit terutama pada infeksi oleh S. pneumoniae, H. influenzae,
dan bakteri batang gram negatif. Leukopenia dapat terjadi pada infeksi masif oleh
pneumokokus dan bakteri batang gram negatif.

11
2.1.8 Diagnosis Banding

Pneumonia dapat terjadi pada segala usia, meskipun lebih sering terjadi pada anak-anak yang
lebih muda. Kelompok usia yang berbeda cenderung terinfeksi oleh patogen yang berbeda,
yang mempengaruhi keputusan diagnostik dan terapeutik.9

Banyak pasien yang dirujuk untuk evaluasi pneumonia berulang didiagnosis dengan asma.
Dalam studi gawat darurat, 35% anak-anak dengan eksaserbasi asma memiliki kelainan yang
terlihat pada foto thoraks. Pada anak yang belum didiagnosis asma, kelainan ini sering
ditafsirkan sebagai pneumonia. Peradangan, sering dipicu oleh infeksi virus, adalah bagian dari
respons asma. Mengi yang responsif terhadap bronkodilator, riwayat atopi, riwayat keluarga
asma, dan riwayat batuk atau mengi saat berolahraga dapat membantu mengidentifikasi
pasien- pasien ini.9

Tabel 1. Diagnosis Banding Bronkopneumonia9


Penyakit Etiologi
Bronkopneumonia -Bakteri - Batuk (Mukoid atau purulen)
-Virus - Sesak nafas
-Aspirasi Cairan - Demam
-Jamur -Rhonki Basah Halus
(Crackles)
- Nafas Cuping Hidung
- Rertraksi dinding dada
Rontgen:
Infiltrat bilateral difus

12
Asma -Faktor Presdiposisi - Serangan episodik asma
-Faktor Presipitasi - Sesak nafas berulang
- Keluhan berkurang dengan
pemberian bronkodilator .
-Mengi
Bronkiolitis -Virus : Respiratory - Di awali oleh ISPA 
Syncytial Virus (RSV) Wheezing, grunting, rewel.
-Wheezing tidak membaik
dengan 3 kali bronkodilator
-Hipersonor
-Retraksi
-Sesak nafas

2.1.9 Tatalaksana
Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2 macam,
yaitu penatalaksanaan umum dan khusus.14,15
1. Penatalaksaan Umum
a.Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang
atau PaO2 pada analisis gas darah ≥ 60 torr.
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.
c. Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat intravena.
d. Terapi Simptomatis pada pasien: Sesak nafas, demam, dan batuk.
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Mukolitik, ekspektoran sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam
pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibioti
awal.
b. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu
tinggi,takikardi, atau penderita kelainan jantung.
c. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis.

13

Anda mungkin juga menyukai