Disusun Oleh :
IKHWATUL FITRI
1810306124
MAKALAH
Disusun oleh :
IKHWATUL FITRI
1810306124
Tanggal :
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit
seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2
angka kematian anak. Salah satu penyebabnya utama kematian bayi dan anak
laksana anak batuk dan tau kesukaran bernapas yang tepat. Sejak tahun 1990
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pneumonia
konsolidasi dan terjadi pengisian alveoli oleh eksudat yang disebabkan oleh
B. Etiologi Pneumonia
menular melalui percikan ludah yang menyebar lewat udara saat bersin batuk,
utamanya, yaitu:
Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya, adalah orang yang paling
Begitu pertahanan tubuh menurun karena sakit, tua, atau malnutrisi, bakteri
3
2. Pneumonia oleh virus
Saat ini makin banyak saja virus yang berhasil diidentifikasi. Meski virus ini
3. Pneumonia Mikoplasma
yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering juga
1. Status Gizi
3. Lingkungan
C. Patofisiologi Pneumonia
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat
4
pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan
yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh
dan peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan
dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima
lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi
D. Klasifikasi Pneumonia
yang ada. Klasifikasi ini bukanlah merupakan diagnose medis dan hanya
untuk menentukan tindakan yang perlu diambil, sehingga anak tidak terlambat
a. Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau menetek,
5
2. Pneumonia, apabila terdapat gejala napas cepat, batasan nafas cepat adalah :
c. Batuk bukan Pneumonia, apabila tidak ada tanda – tanda atau penyakit
sangat berat
Gejala penyakit pneumonia berupa napas cepat dan sesak napas, karena
pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan
sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1
tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak
bernafas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam
pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini
dikenal juga pneumonia sangat berat, dengan gejala pneumonia sangat berat,
dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan
menggigil (onset mungkin tiba – tiba dan berbahaya ). Adanya keluhan nyeri
6
dada pleuritis, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas dan nyeri
kepala.
F. Komplikasi Pneumonia
Pada paru – paru penderita pneumonia di penuhi sel radang dan cairan
karena adanya dahak yang kental maka akibatnya fungsi paru terganggu
untuk tempat oksigen. Kekurangan oksigen membuat sel – sel tubuh tidak bisa
1. Abses kulit
3. Otitis media
4. Sinusitis
5. Meningitis purualenta
6. Perikarditis
G. Proses Fisioterapi
1. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas. Batasan
takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali / menit atau
7
lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase
tampak jelas.
b. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus
raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin
c. Perkusi
d. Auskultasi
telinga ke hidung mulut bayi. Pada anak yang pneumonia akan terdengar
berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboraturium
LED meningkat
b. X-foto dada
8
Terdapat bercak – bercak infiltrate yang tersebar (bronco
(Mansjoer,2016).
3. Diagnosa Fisioterapi
6. Pelaksanaan Fisioterapi:
BAB III
PENUTUP
9
A. Kesimpulan
pemeriksaan sputum yaitu pada T4 didapatkan hasil sputum berada pada upper
lobus pulmo dextra dan upper lobus pulmo sinitra segmen posterior disertai
sesak napas terdapat penurunan yaitu pada T4 didapatkan nilai 2 (slight), (3)
dan physical.
B. Saran
Suatu keberhasilan terapi juga ditentukan oleh sikap dari pasien itu
sendiri, jadi perlu ada kerjasama dengan baik antara terapis, pasien serta
1. Bagi Pasien
10
Bagi penderita diharapkan kerja sama yang baik dengan terapis selama
2. Bagi Keluarga
untuk membantu dalam proses latihan dengan kerjasama yang baik antara
keberhasilan terapi.
3. Bagi Fisioterapis
yang optimal.
4. Bagi Masyarakat
11
DAFTAR PUSTAKA
Asih S Retno dkk. 2015. Makalah Seminar Continuing Education Ilmu Kesehatan
Anak XXXVI Kapita Selekta Imu Kesehatan Anak VI Kuliah Pneumonia.
29- 30 Juli 2013. Surabaya: FK UNAIR.
Billota Kimberly. 2009. Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan.
Dialih bahasakan oleh Widiarti D dkk. Jakarta: EGC.
Chang E. 2010. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Fatima, Tirta, P, W, 2011, Penatalaksanaan Fisioterapi pada Penyakit Paru
Obstruksi Kronik Eksaserbasi Akut di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Francis Caia. 2012. Perawatan Respirasi. Dialih bahasakan oleh Tinia H S.
Jakarta: Erlangga.
J Corwin Elizabeth. 2012. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. Kisner,
C.2008. Therapeutic Exercise Fondation and Tecnique. Fifth edition.
Philadelpia: F. A Davis Company.
Jurnal fisioterapi Indonesia Vol. 1. Pengaruh penambahan MWD pada terapi
inhalasi, chest fisioterapi ( postural drainage, huffing, cauging, tapping dan
clapping) dalam meningkatkan volume pengeluaran sputum pada penderita
asma bronchiale. Jakarta. Universitas Indonesia Esa Unggul.
Kurniawan Lilik dan Yayan Akhyat. 2009. Jurnal Pneumonia pada Dewasa. Riau.
Faculty of Medicine University of Riau.
Lubis MH. 2016. Fisioterapi Pada Penyakit Paru Anak. Universitas Sumatra
Utara. E- USU Respiratory.
Muttaqin Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Price A Sylvia. 2013. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Putri herdyani, Slamet Soemarno. 2013. Perbedaan postural drainage dan latihan
batuk efektif pada intervensi nebulizer terhadap penurunan frekuensi batuk
pada asma bronchiale anak usia 3-5 tahun. Jakarta: Fakultas Fisioterapi
Universitas Esa Unggul.
Rhahel Palupi dkk. 2015. Buku Ajar Respiratory Anak. Jakarta: IDAI.
Ringel Edward. 2012. Kedokteran Paru. Jakarta: Indeks.
Robbins. 20016. Buku Ajar Patologi. Dialih hasakan oleh Brahm U. Jakarta:
EGC.
Sigalingging Ganda. 2011. Jurnal Karateristik Penderita Penyakit Pneumonia pada
Anak di Ruang Merpati 2 RSU Herna Medan. Hal 71.