Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


PNEUMONIA

Disusun Oleh :

IKHWATUL FITRI
1810306124

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
HALAMAN PENGESAHAN

MAKALAH

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA PNEUMONIA

Disusun oleh :

IKHWATUL FITRI
1810306124

Untuk memenuhi tugas profesi Fisioterapi pada Stase Pediatri.


Program Studi Profesi Fisioterapi
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Tanggal :

Pembimbing Stase Pediatri

Lailatuz Zaidah, M.Or

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah


SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan makalah pada Stase Pediatri yang berjudul
“Penatalaksanaan Fisioterapi pada Pneumonia”. Tujuan pembuatan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas profesi pada stase Pediatri.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu diperlukan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
perbaikan

Surakarta, september 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pneumonia .................................................................................... 3
B. Etiologi Pneumonia .................................................................................... 3
C. Patofisiologi Pneumonia ............................................................................ 4
D. Klasifikasi Pneumonia ............................................................................... 5
E. Tanda dan Gejala Pneumonia ..................................................................... 6
F. Komplikasi Pneumonia .............................................................................. 7
G. Proses Fisioterapi pada Pneumonia ............................................................ 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pneumonia adalah salah satu penyakit yang menyerang saluran nafas

bagian bawah yang terbanyak kasusnya di dapatkan di praktek-praktek dokter

atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit

saluran pernafasan bawah yang menyerang anak-anak dan balita hampir di

seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang dari 2

bulan, oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan

angka kematian anak. Salah satu penyebabnya utama kematian bayi dan anak

balita adalah penyakit ISPA yang di akibatkan oleh penyakit pneumonia.

Strategi dalam penanggulangan pneumonia adalah penemuan dini dan tata

laksana anak batuk dan tau kesukaran bernapas yang tepat. Sejak tahun 1990

Departemen Kesehatan telah mengadaptasi, menggunakan dan

menyebarluaskan pedoman tata laksana pneumonia balita yang bertujuan untuk

menurunkan angka kematian balita karena pneumonia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi pneumonia?

2. Apa etiologi pneumonia?

3. Bagaimana patofisiologi pneumonia?

4. Apa saja klasifikasi pneumonia?

5. Apa tanda dan gejala pneumonia?

6. Apa komplikasi pneumonia?

7. Bagaimana proses fisioterapi pada pneumonia?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi tugas profesi Fisioterapi pada Stase Pediatri.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui definisi pneumonia

b. Untuk mengetahui etiologi pneumonia

c. Untuk mengetahui patofisiologi pneumonia

d. Untuk mengetahui klasifikasi pneumonia

e. Untuk mengetahui tanda dan gejala pneumonia

f. Untuk mengetahui komplikasi pneumonia

g. Untuk mengetahui proses fisioterapi pada pneumonia

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat

konsolidasi dan terjadi pengisian alveoli oleh eksudat yang disebabkan oleh

bakteri,virus, dan benda – benda asing (Muttaqin, 2008).

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang

mengenai parenkim paru. Menurut anatomis pneumonia pada anak dibedakan

menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronchopneumonia),

Pneumonia interstisialis (Mansjoer, 2015).

B. Etiologi Pneumonia

Menurut Muttaqin (2008), Pneumonia terbilang penyakit berbahaya

karena cara penularannya yang sangat mudah. Penyakit pneumonia dapat

menular melalui percikan ludah yang menyebar lewat udara saat bersin batuk,

ataupun bicara. Pneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa

bermacam – macam dan diketahui 30 sumber infeksi, dengan 4 sumber

utamanya, yaitu:

1. Pneumonia oleh bakteri

Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi

sampai usia lanjut. Orang – orang dengan gangguan pernafasan, sedang

terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya, adalah orang yang paling

beresiko. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum

adalah Streptococcos pneumonia sudah ada di kerongkongan manusia sehat.

Begitu pertahanan tubuh menurun karena sakit, tua, atau malnutrisi, bakteri

segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.

3
2. Pneumonia oleh virus

Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus.

Saat ini makin banyak saja virus yang berhasil diidentifikasi. Meski virus ini

kebanyakan menyerang saluran pernafasan bagian atas terutama pada balita,

gangguan ini bisa memicu pneumonia.

3. Pneumonia Mikoplasma

Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda fisiknya bila

dibandingkan dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu, pneumonia

yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering juga

disebut pneumonia yang tidak tipikal atau atypicalpneumonia.

4. Pneumonia jenis lain

Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii pneumonia

(PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur.

Sedangkan dari sudut pandang social penyebab pneumonia:

1. Status Gizi

2. Imunisasi tidak lengkap

3. Lingkungan

4. Keadaan sosial ekonomi orang tua

C. Patofisiologi Pneumonia

Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi

sampai usia lanjut. Pecandualcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan

gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun

kekebalan tubuhnya, adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri

pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat

4
pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan

malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan

merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu

mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan

yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh

bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel

system pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun

dan peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan

dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima

lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi

terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke

seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman

yang paling umum sebagai penyebab pneumonia.

D. Klasifikasi Pneumonia

Pneumonia dapat diklasifikasikan secara sederhana berdasarkan gejala

yang ada. Klasifikasi ini bukanlah merupakan diagnose medis dan hanya

bertujuan untuk membantu para petugas kesehatan yang berada di lapangan

untuk menentukan tindakan yang perlu diambil, sehingga anak tidak terlambat

penanganan. Klasifikasi tersebut adalah:

1. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala:

a. Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau menetek,

selalu memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargis/tidak sadar.

b. Terdapat tarikan dinding dada ke dalam.

c. Terdapat stridor ( suara napas bunyi ‘grok-grok’ saat inspirasi )

5
2. Pneumonia, apabila terdapat gejala napas cepat, batasan nafas cepat adalah :

a. Anak usia 2 – 12 bulan apabila frekuensi napas 50 x/menit atau lebih.

b. Anak Usia 1 – 5 tahun apabila frekuensi napas 40 x/menit atau lebih.

c. Batuk bukan Pneumonia, apabila tidak ada tanda – tanda atau penyakit

sangat berat

E. Tanda dan Gejala Pneumonia

Gejala penyakit pneumonia berupa napas cepat dan sesak napas, karena

paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi

pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan

sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1

tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak

dikenal diagnosis pneumonia.

Pneumonia berat ditandai dengan adanya batuk juga disertai kesukaran

bernafas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam

pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini

dikenal juga pneumonia sangat berat, dengan gejala pneumonia sangat berat,

dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan

tidak dapat minum.

Menurut Muttaqin (2008) pada awalnya keluhan batuk tidak produktif,

tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mucus

purulen kekuningan, kehijauan, kecoklatan atau kemerahan, dan sering kali

berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan

menggigil (onset mungkin tiba – tiba dan berbahaya ). Adanya keluhan nyeri

6
dada pleuritis, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas dan nyeri

kepala.

F. Komplikasi Pneumonia

Pada paru – paru penderita pneumonia di penuhi sel radang dan cairan

yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman, tetapi

karena adanya dahak yang kental maka akibatnya fungsi paru terganggu

sehingga penderita mengalami kesulitan bernafas karena tidak adanya ruang

untuk tempat oksigen. Kekurangan oksigen membuat sel – sel tubuh tidak bisa

bekerja karena inilah, selain penyebaran infeksi keseluruh tubuh, penderita

pneumonia juga bisa meninggal (Muttaqin, 2008).

Menurut Mansjoer (2016) komplikasi pneumonia yaitu :

1. Abses kulit

2. Abses jaringan lunak

3. Otitis media

4. Sinusitis

5. Meningitis purualenta

6. Perikarditis

G. Proses Fisioterapi

1. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral,

pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif

menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas. Batasan

takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali / menit atau

7
lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase

inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam akan

tampak jelas.

b. Palpasi

Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus

raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin

mengalami peningkatan atau tachycardia.

c. Perkusi

Suara redup pada sisi yang sakit.

d. Auskultasi

Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan

telinga ke hidung mulut bayi. Pada anak yang pneumonia akan terdengar

stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara napas

berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa

resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar

bising gesek pleura (Mansjoer,2016).

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboraturium

 Leukosit 18.000 – 40.000 / mm3

 Hitung jenis didapatkan geseran ke kiri.

 LED meningkat

b. X-foto dada

8
 Terdapat bercak – bercak infiltrate yang tersebar (bronco

pneumonia) atau yang meliputi satu/sebagian besar lobus/lobule

(Mansjoer,2016).

3. Diagnosa Fisioterapi

 Impairement yang diperoleh dari pasien yaitu Adanya sputum,

dispnea, spasme otot-otot pernapasan, penurunan ekspansi

thoraks dan takipnea.

 Functional limitation yang diperoleh dari pasien yaitu pasien

merasakan sesak saat berjalan ± 100 m

 Participation restriction pasien tidak lagi melakukan sholat

berjamaah di masjid karena sesak yang dirasakan.

4. Tujuan jangka pendek:

Mengurangi sesak, mengeluarkan sputum, meningkatkan ekspansi thorak,

mengurangi nyeri akibat spasme otot pernapasan.

5. Tujuan jangka panjang: meningkatkan aktivitas fungsional

6. Pelaksanaan Fisioterapi:

Nebulizer, Chest therapy (postural drainage, coughing exercise, breathing

exercise), Infra red

BAB III
PENUTUP

9
A. Kesimpulan

Radang paru-paru (pneumonia) adalah infeksi pada paru-paru yang yang

disebabkan oleh bakteri maupun virus. Setelah terapis melakukan terapi

sebanyak 4 kali didapatkan hasil yaitu: (1) terdapat perubahan mengenai

pemeriksaan sputum yaitu pada T4 didapatkan hasil sputum berada pada upper

lobus pulmo dextra dan upper lobus pulmo sinitra segmen posterior disertai

dengan ronkhi halus (crackles) berangsur menuju normal.(2) mengenai derajat

sesak napas terdapat penurunan yaitu pada T4 didapatkan nilai 2 (slight), (3)

ekspansi thoraks dengan menggunakan meterline dari T0 sampai T4

didapatkan peningkatan 0,5 cm pada axilla, ICS V, prosesus xypoideus (4)

nyeri dengan menggunakan VDS dari T0 sampai T4 didapatkan penurunan

menjadi derajat 2 (5) toleransi aktivitas dengan menggunakan London chest

activity daily didapatkan perubahan yaitu peningkatan pada aktivitas leisure

dan physical.

B. Saran

Suatu keberhasilan terapi juga ditentukan oleh sikap dari pasien itu

sendiri, jadi perlu ada kerjasama dengan baik antara terapis, pasien serta

keluarga pasien. Untuk mengoptimalkan hasil terapi yang diberikan akan

diberikan saran sebagai berikut :

1. Bagi Pasien

10
Bagi penderita diharapkan kerja sama yang baik dengan terapis selama

proses terapi berlangsung. Pasien diharapkan tetap selalu rutin menjalani

program-program terapi yang telah diberikan dan ditentukan serta tetap

menjalani home program seperti yang telah diedukasikan oleh fisioterapis.

2. Bagi Keluarga

Kepada keluarga hendaknya selalu memberikan motivasi kepada pasien

untuk membantu dalam proses latihan dengan kerjasama yang baik antara

terapis, pasien dan keluarga pasien diharapkan akan dapat tercapai

keberhasilan terapi.

3. Bagi Fisioterapis

Fisioterapis hendaknya sebelum melakukan terapi kepada pasien diawali

dengan pemeriksaan dengan mencatat permasalahan pasien, melakukan

evaluasi dan memberikan edukasi pada pasien sehingga memperoleh hasil

yang optimal.

4. Bagi Masyarakat

Hendaknya masyarakat tetap memperhatikan kesehatannya demi

meningkatkan derajat kehidupan serta segera melakukan pengobatan

pencegahan jika terjadi gejala seperti yang penderita alami.

11
DAFTAR PUSTAKA

Asih S Retno dkk. 2015. Makalah Seminar Continuing Education Ilmu Kesehatan
Anak XXXVI Kapita Selekta Imu Kesehatan Anak VI Kuliah Pneumonia.
29- 30 Juli 2013. Surabaya: FK UNAIR.
Billota Kimberly. 2009. Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan.
Dialih bahasakan oleh Widiarti D dkk. Jakarta: EGC.
Chang E. 2010. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Fatima, Tirta, P, W, 2011, Penatalaksanaan Fisioterapi pada Penyakit Paru
Obstruksi Kronik Eksaserbasi Akut di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Francis Caia. 2012. Perawatan Respirasi. Dialih bahasakan oleh Tinia H S.
Jakarta: Erlangga.
J Corwin Elizabeth. 2012. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. Kisner,
C.2008. Therapeutic Exercise Fondation and Tecnique. Fifth edition.
Philadelpia: F. A Davis Company.
Jurnal fisioterapi Indonesia Vol. 1. Pengaruh penambahan MWD pada terapi
inhalasi, chest fisioterapi ( postural drainage, huffing, cauging, tapping dan
clapping) dalam meningkatkan volume pengeluaran sputum pada penderita
asma bronchiale. Jakarta. Universitas Indonesia Esa Unggul.
Kurniawan Lilik dan Yayan Akhyat. 2009. Jurnal Pneumonia pada Dewasa. Riau.
Faculty of Medicine University of Riau.
Lubis MH. 2016. Fisioterapi Pada Penyakit Paru Anak. Universitas Sumatra
Utara. E- USU Respiratory.
Muttaqin Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Price A Sylvia. 2013. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Putri herdyani, Slamet Soemarno. 2013. Perbedaan postural drainage dan latihan
batuk efektif pada intervensi nebulizer terhadap penurunan frekuensi batuk
pada asma bronchiale anak usia 3-5 tahun. Jakarta: Fakultas Fisioterapi
Universitas Esa Unggul.
Rhahel Palupi dkk. 2015. Buku Ajar Respiratory Anak. Jakarta: IDAI.
Ringel Edward. 2012. Kedokteran Paru. Jakarta: Indeks.
Robbins. 20016. Buku Ajar Patologi. Dialih hasakan oleh Brahm U. Jakarta:
EGC.
Sigalingging Ganda. 2011. Jurnal Karateristik Penderita Penyakit Pneumonia pada
Anak di Ruang Merpati 2 RSU Herna Medan. Hal 71.

Anda mungkin juga menyukai