“BRONKHIAL TOILET”
NIM.1601470061
Puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkah rahmat-Nya, penulis
dapat menyusun dan menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas dari mata
kuliah Gadar Khusus. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
dada dari berbagai pihak sangatlah sulit untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh
kepada:
Kemenkes Malang.
Penulis menyadari bahwa makalh ini masih jauh dari kata sempurna, karena
kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga Allah SWT membalas seluruh
Lawang, 2019
Penulis
I
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
II
2.30 Indikasi Pasien Memerlukan Suction ................................................... 34
2.31 Pada Pasien Menggunakan Ventilator ................................................. 35
2.32 Pada Pasien Lepas Ventilator ............................................................... 38
2.33 Hal Yang Perlu Diperhatikan ............................................................... 39
2.34 Hal-Hal Yang Perlu Di Dokumentasikan ............................................. 49
III
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
terdiri dari satu atau kombinasi dari tindakan : Terapi inhalasi, terapi aerosol,
pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan sekret pada klien yang
toileting.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
terdiri dari satu atau kombinasi dari tindakan : Terapi inhalasi, terapi aerosol,
bronchodilator, nafas dalam dan batuk efektif, fisioterapi dada, postural drainage
gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu
2
3
yang kemungkinan masih dapat diatasi. Penolong harus dapat mengenal tanda-
tanda dan gejala-gejala sumbatan jalan nafas dan menanganinya dengan cepat
Sumbatan jalan nafas dapat dijumpai baik di dalam rumah sakit maupun di
luar rumah sakit. Di luar rumah sakit misalnya penderita tersedak makanan padat
3
4
jalan nafas buatan ETT/ Tracheostomi kanul dengan menggunakan kateter suction
Tujuan :
hipoksia
akumulasi sekret
diagnostic
2.2 Indikasi
4
5
b.Diduga aspirasi
a.Pada auskultasi terdengar suara napas yang kasar atauu ada suara napas
tambahan.
pernafasan.
6.Pasien yang menggunakan jalan nafas buatan ETT / Tracheostomi baik pada
5
6
NB : jika tekanan saluran udara tinggi atau kecil pasang surut volume tetap,
2.3 Kontraindikasi
tindakan tersebut bersifat relatif bagi klien yang mengalami reaksi kurang
dilakukan bisa timbul hipoksia yang berat, bahkan bisa terjadi kematian.
6
7
b. Bila sangat diperlukan penghisapan sekret maka harus diberi muscle relaxan
terlebih dahulu, sehingga reflek batuk yang ditimbulkan akibat dari tindakan
tanpa melepas tubing sirkuit dari artificial airway. Atau memakai cars penghisapan
Jika dilakukan penghisapan maka tidak boleh terlalu sering melepas tubing sirkuit
e. Bronchospasme
7
8
2.4 Prosedur
standar prosedur yang telah ditetapkan agar pasien terhindar dari komplikasi
dengan selalu menjaga kesterilan dan kebersihan. Prosedur hisap lender menurut
1. Jelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan, mengapa perlu, dan bagaimana
pasien dapat menerima dan bekerjasama karena biasanya tindakan ini menyebabkan
batuk dan hal ini diperlukan untuk membantu dalam mengeluarkan sekret.
4. Atur posisi pasien sesuai kebutuhan. Jika tidak ada kontraindikasi posisikan
pasien semiflower agar pasien dapat bernapas dalam, paru dapat berkembang
dengan baik sehingga mencegah desaturasi dan dapat mengeluarkan sekret saat
batuk. Jika perlu, berikan analgesia sebelum penghisapan, karena penghisapan akan
merangsang refleks batuk, hal ini dapat menyebabkan rasa sakit terutama pada
pasien yang telah menjalani operasi toraks atau perut atau yang memiliki
prosedur penghisapan
8
9
5. Siapkan peralatan
e. Pakai alat pelindung diri, kaca mata, masker, dan gaun bila perlu.
f. Memakai sarung tangan steril pada tangan dominan dan sarung tangan tidak
steril.
b. Menggunakan ibu jari dari tangan yang tidak dominan, tutup suction catheter
untuk menghisap sejumlah kecil larutan steril melalui catether.Hal ini untuk
mengecek bahwa peralatan hisap bekerja dengan benar dan sekaligus melumasi
9
10
dilakukan oleh orang kedua yang bisa menggunakan kedua tangan untuk
2.5 PELAKSANAAN
1. Mencuci tangan
10
11
Catatan :
suctioning
2.6 Komplikasi
komplikasi yang mungkin dapat ditimbulkan, antara lain yaitu ((Wawan and Dewi,
2012)):
a. Hipoksemia
c. Infeksi nosokomial
d. Respiratory arrest
e. Bronkospasme
11
12
f. Perdarahan pulmonal
g. Disritmia jantung
h. Hipertensi/hipotensi
i. Nyeri
j. Kecemasan.
1. open
2. sistem tertutup
Buka Sistem
sekresi pasien
12
13
Sistem Tertutup
• Penurunan kehilangan PEEP atau volume paru-paru dan karena itu kurang
pernapasan patogen
Penyedotan
13
14
• Praktik berbasis bukti klinis pedoman menyatakan bahwa tidak ada yang
kejadian VAP
14
15
• rekomendasi saat ini adalah bahwa pasien harus disedot hanya bila perlu
• ICU kematian
• infeksi pernafasan
• durasi intubasi
• atau tinggal di ICU pada pasien disedot rutin atau hanya bila diperlukan.
• Auskultasi dengan
untuk:
15
16
Pengendalian Infeksi
tangan
Penyebab sumbatan jalan nafas yang sering kita jumpai adalah dasar
lidah, palatum mole, darah atau benda asing yang lain. Dasar lidah sering
menyumbat jalan nafas pada penderita koma, karena pada penderita koma otot lidah
dan leher lemas sehingga tidak mampu mengangkat dasar lidah dari dinding
belakang farings. Hal ini sering terjadi bila kepala penderita dalam posisi fleksi.
Benda asing, seperti tumpahan atau darah di jalan nafas atas yang
tidak dapat ditelan atau dibatukkan oleh penderita yang tidak sadar dapat
menyumbat jalan nafas. Penderita yang mendapat anestesi atau tidak, dapat terjadi
laringospasme dan ini biasanya terjadi oleh karena rangsangan jalan nafas atas pada
penderita stupor atau koma yang dangkal. Sumbatan jalan nafas dapat juga terjadi
16
17
pada jalan nafas bagian bawah, dan ini terjadi sebagai akibat bronkospasme,
sembab mukosa, sekresi bronkus, masuknya isi lambung atau benda asing ke dalam
paru.
Sumbatan jalan nafas dapat total dan partial. Sumbatan jalan nafas total
bila tidak dikoreksi dalam waktu 5 sampai 10 menit dapat mengakibatkan asfiksia
(kombinasi antara hipoksemia dan hiperkarbi), henti nafas dan henti jantung.
Sumbatan partial harus pula dikoreksi karena dapat menyebabkan kerusakan otak,
sembab otak, sembab paru, kepayahan, henti nafas dan henti jantung sekunder.
atau tidak terasa adanya aliran udara lewat hidung atau mulut. Terdapat pula tanda
tambahan yaitu adanya retraksi pada daerah supraklavikula dan sela iga bila
penderita masih bisa bernafas spontan dan dada tidak mengembang pada waktu
inspirasi. Pada sumbatan jalan nafas total bila dilakukan inflasi paru biasanya
mengalami kesulitan.
17
18
Pada sumbatan jalan nafas partial terdengar aliran udara yang berisik dan
laringospasme, dan bunyi seperti orang kumur menandakan adanya sumbatan oleh
benda asing.
tidak sadar, yang memerlukan tindakan cepat sampai sumbatan teratasi. Sambil
meminta pertolongan orang lain dengan cara berteriak kita harus tetap disamping
penderita. Pertama-tama yang kita lakukan pada penderita tidak sadar dan
mengalami sumbatan jalan nafas adalah ekstensi kepala karena gerakan ini akan
meregangkan struktur leher anterior sehingga dasar lidah akan terangkat dari
kedepan dan pembukaan mulut disebut gerak jalan nafas tripel (Safar).
18
19
dan muka menghadap keatas, kemudian kepala diekstensikan dengan cara leher
adanya patah tulang leher, sehingga mengangkat leher sering tidak dilakukan.
dan tangan yang lain diletakkan pada dahinya (Gb. 1 B ). Teknik ini menyebabkan
ditopang, dengan cara memindahkan tangan yang dibawah leher untuk menopang
dagu ke depan, sambil membuka mulutnya sedikit, tanpa menekan bagian leher di
19
20
memudahkan ventilasi buatan. Jika dengan cara mengangkat leher keatas dan
menekan dahi masih saja jalan nafas tidak lancar maka segera mendorong
didorong kedepan atau leher diganjal dengan apa saja (kalau ada semacam guling
kecil ) sehingga jalan nafas tetap lancar.Hati-hati pada penderita trauma, kepala-
menambah cedera pada tulang belakang bila tidak pada posisi tersebut ( Gb. 2A).
Pada penderita tidak sadar dan masih bisa bernafas spontan diletakkan
pada posisi sisi mantap. Posisi sisi mantap lebih sering diterapkan pada musibah
20
21
dibawah pipi sebelah bawah untuk mempertahankan ekstensi kepala dan mencegah
A.Penolong pada verteks penderita, untuk penderita yang masih bernafas spontan.
B.Penolong pada sisi penderita bila penderita tidak bernafas dan penolong siap
21
22
Bila dicurigai ada benda asing di jalur nafas atas, maka mulut harus dibuka dengan
tekankan jari tersebut pada gigi geligi atasnya, kemudian tekanlah gigi geligi bawah
dengan ibu jari yang menyilang jari telunjuk tadi sehingga mulut secara paksa
membuka.
22
23
Masukkan satu jari telunjuk di antara pipi dan gigi geligi penderita dan
Ibu jari penolong dimasukkan ke dalam mulut dan farings penderita dan
dengan ujung ibu jari penolong dasar lidah diangkat. Jari-jari yang lain memegang
paksa juga digunakan menghisap benda asing, memasukkan alat jalan nafas dan
laringoskop.
penderita yang mengalami sumbatan total baik penderitanya sadar ataupun tidak
apalagi sianosis, maka segera lakukan tindakan yang mungkin masih efektif dan
dibenarkan.
23
24
1.Penderita disuruh membatukkan keluar benda asing tersebut. Bila dalam beberapa
detik tindakan tersebut gagal, suruh penderita membuka mulut, dan bila penderita
tidak sadar, buka mulutnya secara paksa, dan segera bersihkan mulut dan faringnya
Lakukan tiga sampai empat kali pukulan punggung (Gb.6a) diikuti tiga
sampai lima kali hentakan abdomen atau dada (Gb.6b) dan ulangi usaha-usaha
pembersihan (Gb.5).
Jika tindakan ini gagal, maka lakukan pukulan punggung sebanyak 3-5 kali, diikuti
3-5 kali hentakan abdomen atau hentakan dada. Ulangi usaha pembersihan dan
ventilasi. Jika tindakan tersebut juga mengalami kegagalan, maka ulangi urutan
mengeluarkan benda asing dari jalan nafas secara langsung tiba. Selama melakukan
24
25
tindakan-tindakan tersebut diatas periksa denyut nadi pembuluh darah besar, bila
tidak teraba, segera lakukan Resusitasi Jantung Paru. Tiga Tindakan terakhir yang
masih dapat kita lakukan adalah, krikotirotomi, dan ini hanya dapat dilakukan oleh
tenaga terlatih.
HENTAKAN ABDOMEN
pangkal telapak tangan diatas tulang belakang korban diantara kedua tulang
gravitasi.
kepalan tangan penolong berpegangan satu sama lain, letakkan kedua tangan
penolong pada abdomen antara pusat dan prosesus sifoideus penderita dan kepalan
25
26
berikan 3 sampai 5 kali pukulan tajam dengan pangkal telapak tangan penolong
pangkal telapak tangan sebelah bawah digaris tengah antara pusat dan prosesus
penderita dan tekan ke arah diafragma dengan hentakan cepat ke dalam dan keatas.
Jangan menekan ke arah kiri atau kanan garis tengah. Jika perlu ulangi 3 - 5 kali.
dengan lutut dan satu tangan penolong kemudian lakukan pemukulan pada
punggung secara lembut antara kedua tulang belikat bayi. Pada tindakan hentakan
dada, letakkan bayi dengan muka menghadap keatas pada lengan bawah penolong,
rendahkan kepala dan berikan hentakan dada secara lambat dengan dua atau tiga
jari seperti kalau kita melakukan kompresi jantung luar. Jika jalan nafas anak hanya
tersumbat partial, anak masih sadar serta dapat bernafas dalam posisi tegak, maka
26
27
a.Dengan manual
b.Dengan penghisapan.
penghisap dengan tekanan negatif yang lebih kecil, karena kalau terlalu besar dapat
menyebabkan paru kolaps, sehingga paru dapat cedera dan penderita dapat
mengalami asfiksi.
27
28
sebaiknya menggunakan kateter dengan ujung lengkung dan lunak yang diberi jelly
mulai dari ujung kateter sampai hampir seluruh kateter. Ujung yang lengkung
utama, sedangkan kalau kita menggunakan kateter yang lurus biasanya masuk ke
bronkus kanan. Kalau kita ingin memasukkan kateter kedalam bronkus utama kiri
2.25 INTUBASI.
•pipa nasofarings
•pipa orofarings
•pipa S.
1.Pipa nasofarings
Terbuat dari karet atau plastik yang sangat lunak. Pada waktu
memasang alat ini, sebaiknya pipa nasofarings diberi pelicin (KYJelly) dan lubang
hidung disemprot dengan ”xylocain spray”, lebih-lebih pada penderita sadar atau
28
29
2.Pipa Orofarings
3.Pipa S
Pipa Endotrakea terdiri dari berbagai ukuran mulai dari 2,5, sampai 10.
Pada penderita gawat nafas dan tidak sadar, intubasi trakea merupakan pilihan
terakhir, karena cara ini agak sukar dan harus berpengalaman. (Gb.12)
2.26.1 PERLENGKAPAN
1.Laringoskop
langsung, sedangkan daun yang bengkok yang dimasukkan kedalam valekula tepat
karena itu mungkin kurang traumatik dan kurang merangsang refleks, juga memberi
29
30
ruangan lebih luas untuk melihat dan memasukkan pipa. Intubasi pada anak
2.Pipa endotrakea
besar dengan tekanan rendah (high volome low pressure). Untuk anak kecil dan
bayi pipa endotrakea tanpa balon. Pipa sebaiknya dibuat dari plastik yang tidak
iritatif.
sampai sempurna. Sudah barang tentu pertama-tama harus dengan manekin intubasi
dewasa dan anak, kemudian pada penderita tetapi dalam keadaan teranestesi.
a.Pilih ukuran pipa trakea yang tepat dan satu pipa cadangan dengan ukuran lebih
kecil.
c.Beri pelicin analgetika yang mudah larut dalam air pada pipa trakea.
30
31
kempiskan lagi.
3.Letakkan penderita pada posisi telentang, dengan oksiput ditinggikan dan kepala
diekstensi sehingga trakea dan daun laringoskop berada dalam satu garis lurus.
4.Oksigenasi penderita, sebaiknya dengan oksigen 100% selama dua sampai tiga
a.Mula-mula buka mulut penderita dengan tangan kanan penolong (gerak jari
menyilang).
b.Pegang gagang laringoskop erat-erat dengan tangan kiri dan masukkan daun dari
sudut kanan mulut penderita, dorong lidahnya ke kiri sehingga lapang pandangan
tidak dihalangi oleh lidah yang menyembur melewati sisi terbuka daun laringoskop.
c.Masukkan pipa trakea dengan tangan kanan melalui sudut kanan mulut penderita
sambil melihat melalui daun laringoskop. Perhatikan ujung pipa dan balon sewaktu
melewati larings dan masukkan pipa lebih lanjut sehingga balon berada tepat di
bawah larings.
f.Keluarkan daun laringoskop dan masukkan pipa orofarings atau penahan gigitan.
31
32
Cara ini untuk nafas spontan baik dengan udara ataupun dengan
oksigen, untuk ventilasi buatan dan penghisapan. Tindakan ini memerlukan kanula
Pada orang dewasa diameter luar sebesar 6 mm, dan pada anak besar
sebesar 3 mm. Pada anak kecil dan bayi, gunakanlah jarum no. 12 G.
B. tujuan
32
33
L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga,
penolong
33
34
perdarahan
3. Infeksi
4. Atalektasis
5. Kenaikan tekanan intra kranial ( pada pasien yang mengalami gangguan otak :
frekuensi nafas)
2. Sesak nafas
3. Gelisah
auskultasi
34
35
I. OPEN SYSTEM
dengan menggunakan Bag and Mask atau pasien tetap menggunakan ventilator
2. Lepaskan ETT / tracheostomy kanul dari Bag and Mask atau ventilator
tangan dan kateter suction steril yang mempunyai diameter 1/3 dari diameter
4. Masukan kateter suction kedalam ETT atau tracheostomi kanul dalam posisi
tidak menghisap secara perlahan – lahan sampai notok / terasa ada hambatan
lalu tarik 1 cm, kemudian keluarkan kateter dalam posisi menghisap sambil
diputar.
6. Kateter diusap dengan kasa steril lalu dibilas dengan aqua steril
35
36
dengan
Oksigen 100 %
sampai bersih
11. Bilas kateter suction yang telah digunakan untuk nasopharyngeal maupun
36
37
II. Closed System ( Tanpa melepas pasien dari ventilator / sumber oksigen )
Pada prinsipnya hamper sama dengan metode diatas, hanya pada saat
Cuci tangan
Tempatkan ibu jari yang dominan di atas lubang kontrol port hisap,
tertutup.
Cuci tangan
37
38
2.32 Pada pasien yang sudah lepas ventilator ( nafas spontan ) tapi masih
selama 15 – 20 menit
pernafasan.
Catatan :
Pada pasien yang nafas dan batuknya belum adekuat dan pada pasien yang
38
39
2. Perhatikan humidifikasi:
kehabisan
Mosturize Exchange ).
39
40
1. Karakteristik sekret :
- konsistensi/kekentalan
2. Respon pasien
3. Komplikasi.
40
41
41
42
DAFTAR PUSTAKA
Budi Junio Hermawan,et al, Profil Penyakit Penyakit Jantung Bawaan Di Instalasi
Rawat Inap Anak Rsup Dr. M. Djamil. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018.
Farah Fatmawati , et al, Bronkiektasis dengan Sepsis dan Gagal Napas, J Respir
Wahyu Rima Agustin ,et al, Status Hemodinamik Pasien Yang Terpasang
Suction Di Ruang Intensive Care Unit, Gaster Vol. 17 No. 1 Februari 2019.
42