Anda di halaman 1dari 46

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH GADAR KHUSUS

“BRONKHIAL TOILET”

PRIMA DIO PRASOJO

NIM.1601470061

PROGAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkah rahmat-Nya, penulis

dapat menyusun dan menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas dari mata

kuliah Gadar Khusus. Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk

memenuhi syarat remidial.

Penulis menyadari dan mengakui bahwa tanpa bimbingan dan kelapangan

dada dari berbagai pihak sangatlah sulit untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh

karena ituatas terselesainya makalah ini, penulis menyampaikan terimakasih

kepada:

1. Direktur Poltekkes Kesehana Kemenkes Malang

2. Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.

3. Budiono, S.Kp, M.Kes selaku Ketua Progam Studi Kampus 2 Poltekkes

Kemenkes Malang.

4. Dr. Nurul Pujiastuti,S.Kep,Ns, M.Kep selaku Penanggung Jawab Mata

Kuliah Gadar Khusus.

Penulis menyadari bahwa makalh ini masih jauh dari kata sempurna, karena

kesempurnaan hanya milik Allah. Penulis berharap, pembaca dapat memberikan

kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga Allah SWT membalas seluruh

kebaikan semua pihak yang telah membantu.

Lawang, 2019

Penulis

I
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ...........................................................................................

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 1
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 1

Bab 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Bronchial Toilet ....................................................................................... 1


2.2 Indikasi ..................................................................................................... 4
2.3 Kontraindikasi .......................................................................................... 6
2.4 Prosedur ................................................................................................... 8
2.5 Pelaksanaan ............................................................................................ 10
2.6 Komplikasi ............................................................................................. 11
2.7 Jenis-Jenis .............................................................................................. 12
2.8 Manfaa Dari Tutup Penyedotan ............................................................. 13
2.9 Kelemahan Dari Tutup Penyedotan ....................................................... 15
2.10 Frekuensi Dari Penyedotan .................................................................. 16
2.11 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan ........................................................ 16
2.12 Sebab-Sebab Sumbatan Jalan Nafas .................................................... 17
2.13 Macam-Macam Sumbatan Jalan Nafas ................................................ 17
2.14 Cara Mengenal Sumbatan Jalan Nafas ................................................. 18
2.15 Penanganan Jalan Nafas Darurat .......................................................... 19
2.16 Posisi Ekstanesi Kepala ....................................................................... 21
2.17 Cara Melakukan Posisi Miring Mantap ............................................... 21
2.18 Gerak Jalan Nafas Tripel ...................................................................... 22
2.19 Pembersihan Jalan Nafas Manual ........................................................ 23
2.20 Pukulan Dan Hentakan Untuk Sumbatan ............................................. 25
2.21 Cara Melakukan Pukulan Punggung .................................................... 26
2.22 Cara- Cara Pukulan .............................................................................. 26
2.23 Pukulan Punggung Pada Bayi .............................................................. 27
2.24 Membersihkan Jalan Nafas .................................................................. 28
2.25 Intubasi ................................................................................................. 28
2.26 Intubasi Trakea ..................................................................................... 29
2.26.1 Perlengkapan Intubasi Trakea ........................................................... 29
2.27 Cara Intubasi Orotrakea ....................................................................... 29
2.28 Cara Intubasi Kritotorotomi ................................................................. 29
2.29 Potensial Komplikasi ........................................................................... 32

II
2.30 Indikasi Pasien Memerlukan Suction ................................................... 34
2.31 Pada Pasien Menggunakan Ventilator ................................................. 35
2.32 Pada Pasien Lepas Ventilator ............................................................... 38
2.33 Hal Yang Perlu Diperhatikan ............................................................... 39
2.34 Hal-Hal Yang Perlu Di Dokumentasikan ............................................. 49

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

III
1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah

Bronchial toilet adalah upaya untuk menjaga hygiene bronchial yang

terdiri dari satu atau kombinasi dari tindakan : Terapi inhalasi, terapi aerosol,

bronchodilator, nafas dalam dan batuk efektif, fisioterapi dada, postural

drainage dan tindakan penghisapan lendir (suctioning).

Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk

mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses

pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan sekret pada klien yang

tidak mampu mengeluarkannya sendiri (Wawan and Dewi,2012).

Tindakan suction merupakan suatu prosedur penghisapan lendir,

yang dilakukan dengan memasukkan selang catheter suction melalui selang

endotracheal (Wawan and Dewi,2012).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana mengetahui tatacara pelaksanaan bronchial toileting.

1.3 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tatacara pelaksanaan bronchial toileting.

1.4 Manfaat Penelitian

Untuk memperoleh pengetahuan dalam melakukan pelaksanaan bronchial

toileting.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bronchial Toilet

Bronchial toilet adalah upaya untuk menjaga hygiene bronchial yang

terdiri dari satu atau kombinasi dari tindakan : Terapi inhalasi, terapi aerosol,

bronchodilator, nafas dalam dan batuk efektif, fisioterapi dada, postural drainage

dan tindakan penghisapan lendir (suctioning).

Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk

mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran

gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu

mengeluarkannya sendiri (Wawan and Dewi,2012).

Tindakan suction merupakan suatu prosedur penghisapan lendir, yang

dilakukan dengan memasukkan selang catheter suction melalui selang endotracheal

(Wawan and Dewi,2012).

2
3

Dapat disimpulkan hisap lendir merupakan tindakan untuk

mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan mengeluarkan sekret pada klien

yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri dengan memasukkan catheter suction

ke endotracheal tube sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas

yang adekuat. Keperawatan khusus yang diberikan kepada pasien dengan

tracheostomies dan gangguan pernapasan, termasuk rangsangan batuk, napas

dalam, dan penyedotan pada saluran pernafasan dengan pompa aspirasi

trakeobronkial. yang bertujuan Untuk membersihkan sumbatan-sumbatan yang ada

di saluran nafas memperlancar proses pernafasan.

Sumbatan jalan nafas merupakan salah satu penyebab kematian utama

yang kemungkinan masih dapat diatasi. Penolong harus dapat mengenal tanda-

tanda dan gejala-gejala sumbatan jalan nafas dan menanganinya dengan cepat

walaupun tanpa menggunakan alat yang canggih.

Sumbatan jalan nafas dapat dijumpai baik di dalam rumah sakit maupun di

luar rumah sakit. Di luar rumah sakit misalnya penderita tersedak makanan padat

sehingga tersumbat jalan nafasnya, sedangkan di dalam rumah sakit misalnya

penderita tidak puasa sewaktu akan dilaksanakan pembedahan sehingga dapat

terjadi aspirasi yang dapat menyumbat jalan nafasnya

3
4

Suctioning Endotracheal adalah tindakan membersihkan jalan nafas melalui

jalan nafas buatan ETT/ Tracheostomi kanul dengan menggunakan kateter suction

dan alat penghisap.

Tujuan :

1. Mempertahankan jalan nafas tetap bebas

2. Memperbaiki ventilasi pernafasan

3. Memperbaiki oksigenasi dan mencegah

hipoksia

4. Mencegah infeksi yang disebabkan

akumulasi sekret

5. Mengambil sekret untuk pemeriksaan

diagnostic

2.2 Indikasi

Menurut(Wawan and Dewi,2012), indikasi penghisapan lendir lewat

endotrakeal adalah untuk:

1. Menjaga jalan napas tetap bersih (airway maintenance), apabila:

4
5

a.Pasien tidak mampu batuk efektif.

b.Diduga aspirasi

2. Membersihkan jalan napas (bronchial toilet), apabila ditemukan:

a.Pada auskultasi terdengar suara napas yang kasar atauu ada suara napas

tambahan.

b.Diduga ada sekresi mucus pada saluran pernapasan.

c.Apabila klinis memperlihatkan adanya peningkatan beban kerja sistem

pernafasan.

3. Pengambilan specimen untuk pemeriksaan laboratorium.

4. Sebelum dilakukan radiologis ulang untuk evaluasi.

5. Untuk mengetahui kepatenan dari pipa endotrakeal.

6.Pasien yang menggunakan jalan nafas buatan ETT / Tracheostomi baik pada

pasien yang pernafasannya masih dibantu ventilator maupun sudah spontan

7. Pasien dengan retensi sputum

8. Di duga adanya infeksi jalan nafas

5
6

Indikasi Untuk penyedotan

• Pasien gelisah atau cemas

• Kursus napas terdengar pada auskultasi

• Tidak adanya napas terdengar pada auskultasi

• Pasien batuk secara spontan

• Terlihat atau terdengar di sekret jalan napas

• Kerusakan ABG tanpa lainnya jelas alasan

• Peningkatan tekanan inspirasi puncak pada Volume dikendalikan ventilasi

• Penurunan volume pasang surut pada tekanan ventilasi terkontrol

NB : jika tekanan saluran udara tinggi atau kecil pasang surut volume tetap,

posting penyedotan tabung mungkin sebagian terhambat

2.3 Kontraindikasi

Penghisapan lendir (suction) merupakan prosedur yang sangat

diperlukan bagi klien dengan artificial airway. Kontra Indikasi dari

tindakan tersebut bersifat relatif bagi klien yang mengalami reaksi kurang

baik atau terjadi penurunan kondisi akibat dari tindakan penghisapan.

Bila prosedur tersebut diperlukan tidak ada kontra indikasi

yang absolut, sebab jika tindakan penghisapan endotrakeal ini tidak

dilakukan bisa timbul hipoksia yang berat, bahkan bisa terjadi kematian.

6
7

Kontra indikasi yang relatif dari penghisapan lendir (suction)pada kasus di

bawah ini antara lain :

a. Terjadi peningkatan tekanan intrakranial.

b. Bila sangat diperlukan penghisapan sekret maka harus diberi muscle relaxan

terlebih dahulu, sehingga reflek batuk yang ditimbulkan akibat dari tindakan

penghisapan bisa dihindari.

c. Oedema paru dengan sputum pink frotty.

Jika diperlukan penghisapan maka tindakan ini dilakukan melalui elbow

tanpa melepas tubing sirkuit dari artificial airway. Atau memakai cars penghisapan

sistem tertutup, jika fasilitas ini memungkinkan.

d. Pemberian PEEP yang tinggi.

Jika dilakukan penghisapan maka tidak boleh terlalu sering melepas tubing sirkuit

dari artificial airway, jadi harus betul-betul sesuai indikasi.

e. Bronchospasme

f. Pasca bedah dini trepanasi

g. Oedema paru dengan PEEP yang tinggi > 10 cm H2O

7
8

2.4 Prosedur

Prosedur hisap lender ini dalam pelaksanaannya diharapkan sesuai dengan

standar prosedur yang telah ditetapkan agar pasien terhindar dari komplikasi

dengan selalu menjaga kesterilan dan kebersihan. Prosedur hisap lender menurut

(Wawan and Dewi, 2012)adalah:

1. Jelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan, mengapa perlu, dan bagaimana

pasien dapat menerima dan bekerjasama karena biasanya tindakan ini menyebabkan

batuk dan hal ini diperlukan untuk membantu dalam mengeluarkan sekret.

2. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan.

3. Menjaga privasi pasien.

4. Atur posisi pasien sesuai kebutuhan. Jika tidak ada kontraindikasi posisikan

pasien semiflower agar pasien dapat bernapas dalam, paru dapat berkembang

dengan baik sehingga mencegah desaturasi dan dapat mengeluarkan sekret saat

batuk. Jika perlu, berikan analgesia sebelum penghisapan, karena penghisapan akan

merangsang refleks batuk, hal ini dapat menyebabkan rasa sakit terutama pada

pasien yang telah menjalani operasi toraks atau perut atau yang memiliki

pengalaman traumatis sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pasien selama

prosedur penghisapan

8
9

5. Siapkan peralatan

a. Pasang alat resusitasi ke oksigen dengan aliran oksigen 100 %.

b. Catheter suction steril sesuai ukuran

c. Pasang pengalas bila perlu.

d. Atur tekanan sesuai penghisap dengan tekanan sekitar 100-120 mm hg untuk

orang dewasa, dan 50-95 untuk bayi dan anak

e. Pakai alat pelindung diri, kaca mata, masker, dan gaun bila perlu.

f. Memakai sarung tangan steril pada tangan dominan dan sarung tangan tidak

steril di tangan nondominan untuk melindungi perawat

g. Pegang suction catether di tangan dominan, pasang catether ke pipa penghisap.

6. Suction catether tersebut diberi pelumas.

a. Menggunakan tangan dominan, basahi ujung catether dengan larutan garam

steril.

b. Menggunakan ibu jari dari tangan yang tidak dominan, tutup suction catheter

untuk menghisap sejumlah kecil larutan steril melalui catether.Hal ini untuk

mengecek bahwa peralatan hisap bekerja dengan benar dan sekaligus melumasi

lumen catether untuk memudahkan penghisapan dan mengurangi trauma

jaringan selama penghisapan, selain itu juga membantu mencegah sekret

menempel ke bagian dalam suction catether.

9
10

7. Jika klien memiliki sekret yang berlebihan, lakukan pemompaan dengan

ambubag sebelum penyedotan.

a. Panggil asisten untuk prosedur ini

b. Menggunakan tangan nondominan, nyalakan oksigen ke 12-15 l / min

c. Jika pasien terpasang trakeostomi atau ett, sambungkan ambubag ke

tracheascanul atau ett

d. Pompa dengan Ambubag 3 - 5 kali, sebagai inhalasi, hal ini sebaiknya

dilakukan oleh orang kedua yang bisa menggunakan kedua tangan untuk

memompa, dengan demikian volume udara yang masuk lebih maksimal.

e. Amati respon pasien untuk mengetahui kecukupan ventilasi pasien.

f. Bereskan alat dan cuci tangan.

2.5 PELAKSANAAN

1. Mencuci tangan

2. Jelaskan pada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan

3. Auskultasi suara nafas untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan

penghisapan dan mengetahui lokasi penumpukan sekret

4. Atur regulator dengan kekuatan menghisap :

10
11

- Dewasa : 80 – 120 mmHg = 106 – 160 mbar = 0,10 – 0,6 bar

- Anak : 60 – 80 mm Hg = 80 – 106 mbar = 0,08 – 0,10 bar

- Bayi : 35 – 45 mm Hg = 40 – 60 mbar = 0,04 – 0, 6 bar

Catatan :

- 1 bar = 1000 mbar , 1 mbar =0,75 mmHg, 1 mmHg = 1,36 cm H2O

5. Kaji / observasi pada monitor EKG : Irama jantung, nadi , tekanan

darah, saturasi oksigen ) sebelum, selama dan sesudah tindakan

suctioning

2.6 Komplikasi

Dalam melakukan tindakan hisap lender perawat harus memperhatikan

komplikasi yang mungkin dapat ditimbulkan, antara lain yaitu ((Wawan and Dewi,

2012)):

a. Hipoksemia

b. Trauma jalan nafas

c. Infeksi nosokomial

d. Respiratory arrest

e. Bronkospasme

11
12

f. Perdarahan pulmonal

g. Disritmia jantung

h. Hipertensi/hipotensi

i. Nyeri

j. Kecemasan.

2.7 Jenis- jenis

Jenis Sistem Hisap

Dua jenis sistem hisap, yaitu

1. open

2. sistem tertutup

Buka Sistem

• membutuhkan pemutusan dari ventilator

• pengenalan hisap pakai kateter ke dalam tabung endotrakeal

• teknik aseptik yang ketat

• operator untuk mematuhi langkah-langkah untuk melindungi diri dari

sekresi pasien

12
13

Sistem Tertutup

• menyingkirkan mencabut pasien dari ventilator

• menggunakan multi- menggunakan hisap kateter

• kantong plastik membungkus hisap kateter yang melindungi operator dan

pasien dari sekresi

• Penurunan kehilangan PEEP atau volume paru-paru dan karena itu kurang

direkrutmen dan hipoksemia

• Tidak ada kontaminasi dari eksogen dalam

dari tabung endotrakeal

2.8 Manfaat Dari Ditutup penyedotanSistem

• Tidak ada metode penghalang wajib

• Mengurangi potensi kontaminasi dari HCP atau lingkungan dengan

pernapasan patogen

2.9 Kelemahan Dari Tertutup

Penyedotan

• Mungkin lebih mahal

• Meningkatnya kolonisasi hisap kateter selama penggunaan ganda, karena

itu ada kontaminasi dari trakea dengan setiap kali digunakan

13
14

• Praktik berbasis bukti klinis pedoman menyatakan bahwa tidak ada yang

signifikan perbedaan antara terbuka atau tertutup penyedotan sistem tentang

kejadian VAP

• sistem tertutup dianjurkan untuk melindungi pasien dan HCP dari

aerosolised sekresi Mengubah Sistem Tertutup Kateter suction,

• Mereka merekomendasikan bahwa sistem diubah untuk setiap pasien

sebagai indikasi klinis (misalnya kotor)

14
15

2.10 Frekuensi Dari penyedotan

• Sebelumnya penyedotan dilakukan secara rutin setiap 1-2 jam

• rekomendasi saat ini adalah bahwa pasien harus disedot hanya bila perlu

Prospektif acak sidang dengan 383 pasien tidak menunjukkan perbedaan

yang signifikan dalam:

• ICU kematian

• infeksi pernafasan

• durasi intubasi

• atau tinggal di ICU pada pasien disedot rutin atau hanya bila diperlukan.

• prn penyedotan memang membutuhkan perawat untuk dapat menentukan

kebutuhan pasien untuk penyedotan

• Auskultasi dengan

stetoskop harus menjadi bagian dari penilaian klinis untuk menetapkan

kebutuhan untuk penyedotan

Frekuensi minimal ET penyedotan dari 8 per jam telah direkomendasikan

untuk:

• mengurangi risiko tidak mendeteksi dipertahankan sekresi

• dan obstruksi parsial tabung

• Untuk menjaga patensi jalan napas

• Diduga aspirasi sekresi lambung

• Untuk mendapatkan sampel paru sekresi

15
16

2.11 Hal-hal yang perlu diperhatikan

Pengendalian Infeksi

• Risiko infeksi harus diminimalkan untuk baik pasien dan perawat

• Apakah prosedur invasif yang terkait dengan risiko peningkatan infeksi

• Teknik aseptik adalah penting

• celemek, kacamata dan sarung tangan steril harus dikenakan

• Memakai sarung tangan tidak menggantikan kebutuhan untuk mencuci

tangan

• Tangan harus dicuci / didekontaminasi sebelum dan setelah prosedur

2.12 Sebab-sebab sumbatan jalan nafas

Penyebab sumbatan jalan nafas yang sering kita jumpai adalah dasar

lidah, palatum mole, darah atau benda asing yang lain. Dasar lidah sering

menyumbat jalan nafas pada penderita koma, karena pada penderita koma otot lidah

dan leher lemas sehingga tidak mampu mengangkat dasar lidah dari dinding

belakang farings. Hal ini sering terjadi bila kepala penderita dalam posisi fleksi.

Benda asing, seperti tumpahan atau darah di jalan nafas atas yang

tidak dapat ditelan atau dibatukkan oleh penderita yang tidak sadar dapat

menyumbat jalan nafas. Penderita yang mendapat anestesi atau tidak, dapat terjadi

laringospasme dan ini biasanya terjadi oleh karena rangsangan jalan nafas atas pada

penderita stupor atau koma yang dangkal. Sumbatan jalan nafas dapat juga terjadi

16
17

pada jalan nafas bagian bawah, dan ini terjadi sebagai akibat bronkospasme,

sembab mukosa, sekresi bronkus, masuknya isi lambung atau benda asing ke dalam

paru.

2.13 Macam sumbatan jalan nafas

Sumbatan jalan nafas dapat total dan partial. Sumbatan jalan nafas total

bila tidak dikoreksi dalam waktu 5 sampai 10 menit dapat mengakibatkan asfiksia

(kombinasi antara hipoksemia dan hiperkarbi), henti nafas dan henti jantung.

Sumbatan partial harus pula dikoreksi karena dapat menyebabkan kerusakan otak,

sembab otak, sembab paru, kepayahan, henti nafas dan henti jantung sekunder.

2.14 Cara Mengenal Sumbatan Jalan Nafas

Pada sumbatan jalan nafas total tidak terdengar suara nafas

atau tidak terasa adanya aliran udara lewat hidung atau mulut. Terdapat pula tanda

tambahan yaitu adanya retraksi pada daerah supraklavikula dan sela iga bila

penderita masih bisa bernafas spontan dan dada tidak mengembang pada waktu

inspirasi. Pada sumbatan jalan nafas total bila dilakukan inflasi paru biasanya

mengalami kesulitan.

17
18

Pada sumbatan jalan nafas partial terdengar aliran udara yang berisik dan

kadang-kadang disertai retraksi. Bunyi lengking menandakan adanya

laringospasme, dan bunyi seperti orang kumur menandakan adanya sumbatan oleh

benda asing.

2.15 Penanganan Jalan Nafas Darurat

Penanganan jalan nafas terutama ditujukan pada penderita

tidak sadar, yang memerlukan tindakan cepat sampai sumbatan teratasi. Sambil

meminta pertolongan orang lain dengan cara berteriak kita harus tetap disamping

penderita. Pertama-tama yang kita lakukan pada penderita tidak sadar dan

mengalami sumbatan jalan nafas adalah ekstensi kepala karena gerakan ini akan

meregangkan struktur leher anterior sehingga dasar lidah akan terangkat dari

dinding belakang farings.

Disamping ekstensi kepala kadang-kadang masih diperlukan

pendorongan mandibula ke depan untuk membuka mulut karena kemungkinan

adanya sumbatan pada hidung. Kombinasi ekstensi kepala, pendorongan mandibula

kedepan dan pembukaan mulut disebut gerak jalan nafas tripel (Safar).

Orang yang tidak sadar rongga hidung dapat tersumbat selama

ekspirasi, karena palatum mole bertindak sebagai katup.

18
19

2.16 EKSTENSI KEPALA

Pada penderita sadar, sebaiknya penderita ditelentangkan

dan muka menghadap keatas, kemudian kepala diekstensikan dengan cara leher

diangkat keatas. Hati-hati pada penderita dengan kecelakaan karena kemungkinan

adanya patah tulang leher, sehingga mengangkat leher sering tidak dilakukan.

Teknik ekstensi kepala ialah tangan penolong mengangkat leher korban

dan tangan yang lain diletakkan pada dahinya (Gb. 1 B ). Teknik ini menyebabkan

mulut sedikit terbuka.

Jika mulutnya tertutup atau dagunya terjatuh, maka dagu harus

ditopang, dengan cara memindahkan tangan yang dibawah leher untuk menopang

dagu ke depan, sambil membuka mulutnya sedikit, tanpa menekan bagian leher di

bawah dagu karena dapat menyebabkan sumbatan ( Gb. I C ).

19
20

Kalau penderita mempunyai gigi palsu yang terpasang baik, jangan

dilepas, karena gigi palsu dapat mempertahankan bentuk mulut, sehingga

memudahkan ventilasi buatan. Jika dengan cara mengangkat leher keatas dan

menekan dahi masih saja jalan nafas tidak lancar maka segera mendorong

mandibula ke depan dan membukaamulut.

Penderita yang tidak sadar sebaiknya diletakkan horizontal dan dagu

didorong kedepan atau leher diganjal dengan apa saja (kalau ada semacam guling

kecil ) sehingga jalan nafas tetap lancar.Hati-hati pada penderita trauma, kepala-

leher-dada harus dipertahankan dalam posisi garis lurus, karena ditakutkan

menambah cedera pada tulang belakang bila tidak pada posisi tersebut ( Gb. 2A).

Pada penderita tidak sadar dan masih bisa bernafas spontan diletakkan

pada posisi sisi mantap. Posisi sisi mantap lebih sering diterapkan pada musibah

masal, karena selain menghemat jumlah tenaga penolong juga memudahkan

pengeluaran benda asing cair dari mulut penderita.

20
21

2.17 CARA MELAKUKAN POSISI SISI MIRING MANTAP

1.Fleksikan tungkai yang terdekat pada penolong.

2.Letakkan tangan yang terdekat dengan penolong dibawah pantat penderita.

3.Secara lembut gulirkan penderita ke arah penolong.

4. .Ekstensikan kepala penderita. Letakkan tangan penderita yang sebelah atas

dibawah pipi sebelah bawah untuk mempertahankan ekstensi kepala dan mencegah

penderita bergulir ke depan. Lengan sebelah bawah yang berada di punggung

penderita mencegah penderita bergulir kebelakang.

2.18 Gerak Jalan Nafas Tripel

Gerak jalan nafas tripel merupakan kombinasi antara ekstensi kepala,

pembukaan mulut dan pendorongan mandibula ke depan.

A.Penolong pada verteks penderita, untuk penderita yang masih bernafas spontan.

B.Penolong pada sisi penderita bila penderita tidak bernafas dan penolong siap

untuk melakukan pernafasan bantu.

C.Gerak jalan nafas tripel yang dimodifikasi dengan mengangkat mandibula

dengan ibu jari (hanya untuk pasien lemas).

21
22

2.19 PEMBERSIHAN JALAN NAFAS MANUAL

Bila dicurigai ada benda asing di jalur nafas atas, maka mulut harus dibuka dengan

paksa dan mengeluarkan benda asing tersebut.

Ada 3 cara untuk membuka mulut dengan paksa :

a.Gerak jari menyilang, untuk mandibula yang agak lemas.

b.Gerak jari dibelakang gigi geligi untuk mandibula yang kaku.

c.Gerak angkat mandibula lidah, untuk mandibula yang sangat lemas.

A.Gerak jari menyilang.

Penolong pada verteks atau samping kepala penderita.

Jari telunjuk pneolong di masukkan ke dalam sudut mulut penderita dan

tekankan jari tersebut pada gigi geligi atasnya, kemudian tekanlah gigi geligi bawah

dengan ibu jari yang menyilang jari telunjuk tadi sehingga mulut secara paksa

membuka.

22
23

B.Gerak jari di belakang gigi geligi.

Masukkan satu jari telunjuk di antara pipi dan gigi geligi penderita dan

ganjalkan ujung jari telunjuk tadi di belakang molar terakhir.

C.Gerak angkat mandibula lidah.

Ibu jari penolong dimasukkan ke dalam mulut dan farings penderita dan

dengan ujung ibu jari penolong dasar lidah diangkat. Jari-jari yang lain memegang

mandibula tadi pada dagu dan mengangkatnya ke depan.

Gerakan – gerakan A, B dan C tadi selain untuk membuka mulut secara

paksa juga digunakan menghisap benda asing, memasukkan alat jalan nafas dan

laringoskop.

2.20 PUKULAN DAN HENTAKAN UNTUK SUMBATAN BENDA ASING

Pada penderita sadar yang mengalami aspirasi sehingga menyebabkan

sumbatan partial sebaiknya penderita disuruh batuk dan meludahkannya. Pada

penderita yang mengalami sumbatan total baik penderitanya sadar ataupun tidak

apalagi sianosis, maka segera lakukan tindakan yang mungkin masih efektif dan

dibenarkan.

23
24

Langkah-langkah untuk pukulan dan hentakan yang dianjurkan :

Pada penderita sadar.

1.Penderita disuruh membatukkan keluar benda asing tersebut. Bila dalam beberapa

detik tindakan tersebut gagal, suruh penderita membuka mulut, dan bila penderita

tidak sadar, buka mulutnya secara paksa, dan segera bersihkan mulut dan faringnya

dengan jari., Kalau keadaan memungkinkan kita menggunakan laringoskop dan

forsep Magill untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

2.Bila cara no.1 gagal, maka pada penderita sadar :

Lakukan tiga sampai empat kali pukulan punggung (Gb.6a) diikuti tiga

sampai lima kali hentakan abdomen atau dada (Gb.6b) dan ulangi usaha-usaha

pembersihan (Gb.5).

Pada penderita tidak sadar :

Penderita diletakkan pada posisi horizontal dan usahakan ventilasi paru.

Jika tindakan ini gagal, maka lakukan pukulan punggung sebanyak 3-5 kali, diikuti

3-5 kali hentakan abdomen atau hentakan dada. Ulangi usaha pembersihan dan

ventilasi. Jika tindakan tersebut juga mengalami kegagalan, maka ulangi urutan

ventilasi, pukulan punggung, hentakan dada, penyapuan dengan jari sampai

penolong berhasil memberi ventilasi atau sampai perlengkapan untuk

mengeluarkan benda asing dari jalan nafas secara langsung tiba. Selama melakukan

24
25

tindakan-tindakan tersebut diatas periksa denyut nadi pembuluh darah besar, bila

tidak teraba, segera lakukan Resusitasi Jantung Paru. Tiga Tindakan terakhir yang

masih dapat kita lakukan adalah, krikotirotomi, dan ini hanya dapat dilakukan oleh

tenaga terlatih.

2.21 CARA-CARA MELAKUKAN PEMUKULAN PUNGGUNG DAN

HENTAKAN ABDOMEN

Untuk pukulan punggung (A) lakukan 3 sampai 5 kali pukulan dengan

pangkal telapak tangan diatas tulang belakang korban diantara kedua tulang

belikatnya. Jika mungkin rendahkan kepala dibawah dadanya untuk memanfaatkan

gravitasi.

Untuk hentakan abdomen (B) berdirilah di belakang penderita,

lingkarkan kedua lengan penolong mengitari pinggang penderita, pergelangan atau

kepalan tangan penolong berpegangan satu sama lain, letakkan kedua tangan

penolong pada abdomen antara pusat dan prosesus sifoideus penderita dan kepalan

tangan penolong menekan ke arah abdomen dengan hentakan cepat. Ulangi 3

sampai 5 kali. Hindari prosesus sofoideus.

Hentakan dada diatas sternum bawah kurang menimbulkan bahaya,

lebih-lebih pada wanita hamil atau gemuk.

25
26

2.22 CARA-CARA PUKULAN PUNGGUNG (A) DAN HENTAKAN

ABDOMEN (B) UNTUK SUMBATAN BENDA ASING PADA KORBAN

BERBARING YANG TIDAK SADAR

Untuk pukulan punggung (A) gulirkan penderita pada sisinya

sehingga menghadap penolong, dengan dadanya bertumpu pada lutut penolong,

berikan 3 sampai 5 kali pukulan tajam dengan pangkal telapak tangan penolong

diatas tulang belakang penderita, diantara kedua tulang belikat.

Untuk hentakan abdomen (B) letakkan penderita telentang

(muka menghadap ke atas), penolong berlutut disamping abdomen penderita atau

mengangkanginya. Penolong meletakkan tangan diatas tangan lainnya, dengan

pangkal telapak tangan sebelah bawah digaris tengah antara pusat dan prosesus

sifoideus penderita. Miringkan sehingga bahu penolong berada diatas abdomen

penderita dan tekan ke arah diafragma dengan hentakan cepat ke dalam dan keatas.

Jangan menekan ke arah kiri atau kanan garis tengah. Jika perlu ulangi 3 - 5 kali.

2.23 PUKULAN PUNGGUNG PADA BAYI DAN ANAK KECIL

Peganglah anak dengan muka kebawah, topanglah dagu dan leher

dengan lutut dan satu tangan penolong kemudian lakukan pemukulan pada

punggung secara lembut antara kedua tulang belikat bayi. Pada tindakan hentakan

dada, letakkan bayi dengan muka menghadap keatas pada lengan bawah penolong,

rendahkan kepala dan berikan hentakan dada secara lambat dengan dua atau tiga

jari seperti kalau kita melakukan kompresi jantung luar. Jika jalan nafas anak hanya

tersumbat partial, anak masih sadar serta dapat bernafas dalam posisi tegak, maka

26
27

sebaiknya tindakan dikerjakan dengan peralatan yang lebih lengkap, bahkan

mungkin menggunakan tindakan anestesi. Tindakan hentakan abdomen jangan

dilakukan pada bayi dan anak kecil.

2.24 MEMBERSIHKAN JALAN NAFAS

Membersihkan jalan nafas ada dua cara :

a.Dengan manual

b.Dengan penghisapan.

Penghisapan benda asing dari jalan anfas ada dua cara :

1.Penghisapan benda asing dari daerah farings, hendaknya menggunakan

penghisapan dengan tekanan negatif yang besar.

2.Penghisapan benda asing dari daerah trakheobronkus, hendaknya menggunakan

penghisap dengan tekanan negatif yang lebih kecil, karena kalau terlalu besar dapat

menyebabkan paru kolaps, sehingga paru dapat cedera dan penderita dapat

mengalami asfiksi.

27
28

Untuk penghisapan di daerah trakheobronkus dan nasofaring

sebaiknya menggunakan kateter dengan ujung lengkung dan lunak yang diberi jelly

mulai dari ujung kateter sampai hampir seluruh kateter. Ujung yang lengkung

tersebut memungkinkan kateter dapat dimasukkan ke dalam salah satu bronkus

utama, sedangkan kalau kita menggunakan kateter yang lurus biasanya masuk ke

bronkus kanan. Kalau kita ingin memasukkan kateter kedalam bronkus utama kiri

sebaiknya kepala penderita dimiringkan ke kanan. Diameter kateter seharusnya

kurang dari setengah diameter pipa trakea.

2.25 INTUBASI.

Intubasi dapat berupa intubasi farings dan intubasi trakea.

Untuk intubasi farings dapat menggunakan :

•pipa nasofarings

•pipa orofarings

•pipa S.

1.Pipa nasofarings

Terbuat dari karet atau plastik yang sangat lunak. Pada waktu

memasang alat ini, sebaiknya pipa nasofarings diberi pelicin (KYJelly) dan lubang

hidung disemprot dengan ”xylocain spray”, lebih-lebih pada penderita sadar atau

stupor, atau memasukkan pipa terlalu dalam. (Gb.9)

Tujuan ”xylocain spray” untuk menghindari laringospasme.

28
29

2.Pipa Orofarings

Sering kita sebut Guedel.

3.Pipa S

2.26 INTUBASI TRAKEA.

Pipa Endotrakea terdiri dari berbagai ukuran mulai dari 2,5, sampai 10.

Pada penderita gawat nafas dan tidak sadar, intubasi trakea merupakan pilihan

terakhir, karena cara ini agak sukar dan harus berpengalaman. (Gb.12)

2.26.1 PERLENGKAPAN

1.Laringoskop

Laringoskop ada dua macam.

Laringoskop Magill, yaitu daun laringoskop lurus.

Laringoskop Macintosh, yaitu daun laringoskop bengkok.

Daun laringoskop yang lurus digunakan untuk mengangkat epiglottis secara

langsung, sedangkan daun yang bengkok yang dimasukkan kedalam valekula tepat

diatas epiglottis, mengangkat epiglottis tidak langsung dengan menarik frenulum

glosoepiglotis. Daun laringoskop yang bengkok tidak menyentuh larings dan

karena itu mungkin kurang traumatik dan kurang merangsang refleks, juga memberi

29
30

ruangan lebih luas untuk melihat dan memasukkan pipa. Intubasi pada anak

memerlukan daun laringoskop pediatri khusus.

2.Pipa endotrakea

Sebaiknya kita memilih pipa endotrakea dengan balon lunak volume

besar dengan tekanan rendah (high volome low pressure). Untuk anak kecil dan

bayi pipa endotrakea tanpa balon. Pipa sebaiknya dibuat dari plastik yang tidak

iritatif.

2.27 CARA INTUBASI OROTRAKEA

Untuk belajar intubasi orotrakea harus latihan dibawah supervisi

sampai sempurna. Sudah barang tentu pertama-tama harus dengan manekin intubasi

dewasa dan anak, kemudian pada penderita tetapi dalam keadaan teranestesi.

Urutan yang perlu diperhatikan :

1.Mintalah asisten jika mungkin.

2.Pilih, siapkan dan periksa perlengkapan :

a.Pilih ukuran pipa trakea yang tepat dan satu pipa cadangan dengan ukuran lebih

kecil.

b.Pilih ukuran dan jenis laringoskop yang tepat.

c.Beri pelicin analgetika yang mudah larut dalam air pada pipa trakea.

30
31

d.Periksa balon dengan mengembangkan balon tersebut dan setelah itu

kempiskan lagi.

3.Letakkan penderita pada posisi telentang, dengan oksiput ditinggikan dan kepala

diekstensi sehingga trakea dan daun laringoskop berada dalam satu garis lurus.

4.Oksigenasi penderita, sebaiknya dengan oksigen 100% selama dua sampai tiga

menit (jika keadaan memungkinkan).

5.Memasukkan pipa endotrakea :

a.Mula-mula buka mulut penderita dengan tangan kanan penolong (gerak jari

menyilang).

b.Pegang gagang laringoskop erat-erat dengan tangan kiri dan masukkan daun dari

sudut kanan mulut penderita, dorong lidahnya ke kiri sehingga lapang pandangan

tidak dihalangi oleh lidah yang menyembur melewati sisi terbuka daun laringoskop.

Lindungi bibir dari cedera antara gigi dan laringoskop.

c.Masukkan pipa trakea dengan tangan kanan melalui sudut kanan mulut penderita

sambil melihat melalui daun laringoskop. Perhatikan ujung pipa dan balon sewaktu

melewati larings dan masukkan pipa lebih lanjut sehingga balon berada tepat di

bawah larings.

d.Mintalah asisten memegang pipa pada sudut bibir penderita.

e.Segera kembangkan balon untuk mencegah aspirasi.

f.Keluarkan daun laringoskop dan masukkan pipa orofarings atau penahan gigitan.

31
32

g.Lakukan auskultasi kedua paru untuk menyingkirkan kemungkinan intubasi

bronkus (biasanya bronkus kanan).

6.Plesterlah pipa endotrakea dengan baik pada muka penderita.

2.28 INTUBASI KRIKOTIROTOMI

Cara ini untuk nafas spontan baik dengan udara ataupun dengan

oksigen, untuk ventilasi buatan dan penghisapan. Tindakan ini memerlukan kanula

terbesar yang tersedia dan tidak menyebabkan cedera larings.

Pada orang dewasa diameter luar sebesar 6 mm, dan pada anak besar

sebesar 3 mm. Pada anak kecil dan bayi, gunakanlah jarum no. 12 G.

B. tujuan

Membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru

secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh

32
33

1. Pemeriksaan Jalan Napas :

L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga,

warna mukosa/kulit dan kesadaran

L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan

F = Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan menggunakan pipi

penolong

33
34

2.29 POTENSIAL KOMPLIKASI

1. Trauma trachea yang mengakibatkan : Kerusakan mukosa, oedema, ulserasi,

perdarahan

2. Hipoksia yang mengakibatkan : aritmia bisa berupa tachikardi, bradicardi,

PVC (Premature Ventricel Contraction ), VF ( Ventrikel Fibrilasi ) bahkan bisa

terjadi cardiac arrest.

3. Infeksi

4. Atalektasis

5. Kenaikan tekanan intra kranial ( pada pasien yang mengalami gangguan otak :

CVA, Trauma kapitis, post trepanasi dll )

2.30 indikasi pasien memerlukan suctioning

indikasi pasien memerlukan suctioning adalah adanya :

1. Perubahan tanda – tanda vital ( seperti meningkatnya / menurunnya heart rate,

frekuensi nafas)

2. Sesak nafas

3. Gelisah

4. Terlihat adanya sekret di jalan nafas

5. Terdengar suara sekret baik secara langsung maupun pada pemeriksaan

auskultasi

6. Bunyi alarm ventilator yang disebabkan tekanan jalan nafas meningkat.

34
35

2.31 Pada pasien yang menggunakan ventilator

I. OPEN SYSTEM

1. Oksigenasi dengan oksigen 100 % selama 1 – 2 menit.Hal ini bisa dilakukan

dengan menggunakan Bag and Mask atau pasien tetap menggunakan ventilator

2. Lepaskan ETT / tracheostomy kanul dari Bag and Mask atau ventilator

3. Lakukan penghisapan sekret dengan teknik aseptik menggunakan sarung

tangan dan kateter suction steril yang mempunyai diameter 1/3 dari diameter

lumen ETT atau tracheostomy kanul.

4. Masukan kateter suction kedalam ETT atau tracheostomi kanul dalam posisi

tidak menghisap secara perlahan – lahan sampai notok / terasa ada hambatan

lalu tarik 1 cm, kemudian keluarkan kateter dalam posisi menghisap sambil

diputar.

5. Lakukan penghisapan dengan waktu tidak boleh lebih dari 10 – 15 detik

6. Kateter diusap dengan kasa steril lalu dibilas dengan aqua steril

35
36

7. Sebelum melakukan penghisapan berikutnya, lakukan oksigenasi lagi

dengan

Oksigen 100 %

8. Penghisapan dilakukan berulang – ulang

sampai bersih

9. Tindakan suctioning bisa juga dilakukan bersamaan dengan tindkan

fisioterapi nafas yang terdiri dari : Clapping, Vibrating, postural drainage.

10. Penghisapan nasopharyngeal, maupun oropharingeal dilakukan setelah

penghisapan melalui ETT / tracheostomy kanul selesai.( Diyakinkan dengan

auskultasi suara nafas sudah bersih )

11. Bilas kateter suction yang telah digunakan untuk nasopharyngeal maupun

oropharingeal dengan air bersih.

12. Kembalikan pernafasan pasien pada ventilator, atur prosentase oksigen

( FiO2) sesuai yang diberikan sebelum suction.

13. Yakinkan ventilator sudah dalam posisi “ON”

36
37

II. Closed System ( Tanpa melepas pasien dari ventilator / sumber oksigen )

Pada prinsipnya hamper sama dengan metode diatas, hanya pada saat

penghisapan pasien tetap terpasang ventilator dan penghisapan dilakukan

melalui Elbow konektor dengan menggunakan cateter suction khusus.

 Cuci tangan

 Pakailah sarung tangan yang bersih

 Hubungkan tubing ke port suction tertutup

 Pra-oksigenasi pasien dengan 100% O2

 Masukkan dengan lembut ujung kateter ke jalan napas artifisial tanpa

pengisapan, hentikan jika Anda menemui hambatan atau ketika pasien

mulai batuk dan tarik mundur 1 cm

 Tempatkan ibu jari yang dominan di atas lubang kontrol port hisap,

lakukan pengisapan kontinu atau intermiten tidak lebih dari 15 detik

saat Anda menarik kateter ke dalam selongsong steril perangkat hisap

tertutup.

 Ulangi langkah di atas jika perlu

 Bersihkan kateter isap dengan salin steril sampai jernih; berhati-hati

untuk tidak menanamkan solusi ke dalam ETtube

 Sedot orofaring di atas jalan napas buatan

 Cuci tangan

37
38

2.32 Pada pasien yang sudah lepas ventilator ( nafas spontan ) tapi masih

menggunakan tracheostomi kanul

1. Atur posisi pasien sesuai kondisi

2. Auskultasi suara nafas

3. Berikan Nebulizer + O2 8 liter / menit

selama 15 – 20 menit

4. Lakukan fisioterapi nafas yang terdiri dari :

- Latihan nafas dalam dan batuk efektif

- Clapping, vibrating, postural drainage

5. Berikan oksigen dengan menggunakan masker transfaran khusus untuk

tracheostomi dengan flow 8 liter / menit, biarkan psien bernafas 8 – 10 x

pernafasan.

Catatan :

Pada pasien yang nafas dan batuknya belum adekuat dan pada pasien yang

tidak sadar,secara berkala Bagging harus tetap dilakukan untuk

mengembangkan alveoli supaya tidak terjadi atalektasis.

6. Lakukan penghisapan dengan teknik aseptic

( caranya sama dengan pasien yang masih menggunakan ventilator )

Sebelum melakukan penghisapan berikutnya berikan oksigen lagi dan biarkan

pasien bernafas selama kurang lebih 1-2 menit

( minimal 8-10kali pernafasan )

7. Lakukan penghisapan berulang – ulang sampai bersih

38
39

2.33 Hal-hal yang harus diperhatikan

1. Lakukan penghisapan sebelum pemberian sonde untuk mencegah aspirasi

2. Perhatikan humidifikasi:

a. Pada pasien yang masih menggunakan ventilator :

- Perhatikan aqua pada humidifier jangan sampai

kehabisan

- Cek kehangatan humidifier

b. pada pasien yang sudah tidak menggunakan ventilator

- Pemberian oksigen maintenance tetap harus

menggunakan humidifier hangat atau HME ( Heat

Mosturize Exchange ).

39
40

2.29 Hal-hal yang harus didokumentasikan.

1. Karakteristik sekret :

- Warna , bau, jumlah

- konsistensi/kekentalan

- Ada darah atau tidak

- Adakah pink proty

2. Respon pasien

3. Komplikasi.

40
41

41
42

DAFTAR PUSTAKA

Budi Junio Hermawan,et al, Profil Penyakit Penyakit Jantung Bawaan Di Instalasi

Rawat Inap Anak Rsup Dr. M. Djamil. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018.

Farah Fatmawati , et al, Bronkiektasis dengan Sepsis dan Gagal Napas, J Respir

Indo Vol. 37 No. 2 April 2017.

Jamila Kasim, Perawatan Penghisapan Sekret Endotrakheal Pada Penderita

Pneumonia Dan Bronkopneumonia Pada Klien Dengan Ventilator Mekanik

Di Ruang Icu Rsup Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar. Jurnal Ilmiah

Kesehatan Diagnosis Volume 12 Nomor 3 Tahun 2018.

Wahyu Rima Agustin ,et al, Status Hemodinamik Pasien Yang Terpasang

Endotracheal Tube Dengan Pemberian Pre Oksigenasi Sebelum Tindakan

Suction Di Ruang Intensive Care Unit, Gaster Vol. 17 No. 1 Februari 2019.

42

Anda mungkin juga menyukai