BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Hemothorax adalah suatu kondisi dimana adanya kumpulan darah di dalam ruang antara
dinding dada dan paru-paru (rongga pleura). Penyebab paling umum dari hemothorax adalah
trauma dada. Trauma misalnya :
Luka tembus paru-paru, jantung, pembuluh darah besar, atau dinding dada
Trauma tumpul dada kadang-kadang dapat mengakibatkan lecet hemothorax oleh pembuluh
internal.
Diathesis perdarahan seperti penyakit hemoragik bayi baru lahir atau purpura Henoch-
Schönlein dapat menyebabkan spontan hemotoraks. Adenomatoid malformasi kongenital
kistik: malformasi ini kadang-kadang mengalami komplikasi, seperti hemothorax.
C. ETIOLOGI
Adapun penyebab dari penyakit Hemothorax, adalah sebagai berikut:
1. Traumatik
àBiasanya disebabkan oleh trauma tumpul atau trauma tajam pada dada, yang
mengakibatkan robeknya membran serosa pada dinding dada bagian dalam atau selaput
pembungkus paru. Robekan ini akan mengakibatkan darah mengalir ke dalam rongga pleura,
yang akan menyebabkan penekanan pada paru.
E. PATOFISIOLOGI
Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat jaringan paru-paru atau arteri,
menyebabkan darah berkumpul di ruang pleura. Benda tajam seperti pisau atau peluru
menembus paru-paru mengakibatkan pecahnya membran serosa yang melapisi atau menutupi
thorax dan paru-paru. Pecahnya membran ini memungkinkan masuknya darah ke dalam
rongga pleura. Setiap sisi toraks dapat menahan 30-40% dari volume darah seseorang.
Perdarahan jaringan interstitium, Pecahnya usus sehingga perdarahan Intra Alveoler, kolaps
terjadi pendarahan akibat pecahnya arteri dan kapiler-kapiler kecil , sehingga tekanan perifer
pembuluh darah paru meningkat, dan aliran darah menurun yang mengakibakan kadar Hb
dalam darah menurun, anemia, syok hipovalemik, sesak napas, tahipnea, sianosis,
tachikardia.
F. DERAJAT PENDARAHAN HEMOTHORAX
a. Perdarahan derajat I (kehilangan darah 0-15%)
Tidak ada komplikasi, hanya terjadi takikardi minimal.
Biasanya tidak terjadi perubahan tekanan darah, tekanan nadi, dan frekuensi pernapasan.
Perlambatan pengisian kapiler lebih dari 3 detik sesuai untuk kehilangan darah sekitar 10%
b. Perdarahan derajat II (kehilangan darah 15-30%)
Gejala klinisnya:
takikardi (frekuensi nadi>100 kali permenit),
takipnea,
penurunan tekanan nadi,
kulit teraba dingin,
perlambatan pengisian kapiler, dan
anxietas ringan
c. Perdarahan derajat III (kehilangan darah 30-40%)
Gejalanya:
Pasien biasanya mengalami takipnea dan takikardi, penurunan tekanan darah sistolik,
oliguria, dan perubahan status mental yang signifikan, seperti kebingungan atau agitasi.
Pada pasien tanpa cedera yang lain atau kehilangan cairan, 30-40% adalah jumlah
kehilangan darah yang paling kecil yang menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik.
Sebagian besar pasien ini membutuhkan transfusi darah, tetapi keputusan untuk pemberian
darah seharusnya berdasarkan pada respon awal terhadap cairan.
d. Perdarahan derajat IV (kehilangan darah >40%)
Gejala-gejalanya berupa:
takikardi, penurunan tekanan darah sistolik,
tekanan nadi menyempit (atau tekanan diastolik tidak terukur),
berkurangnya (tidak ada) urine yang keluar,
penurunan status mental (kehilangan kesadaran), dan
kulit dingin dan pucat.
H. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan tingkat keparahannya dibagi menjadi :
Hemothorak kecil : cukup diobservasi, gerakan aktif (fisioterapi) dan tidak memerlukan
tindakan khusus.
Hemothorak sedang : di pungsi dan penderita diberi transfusi. Dipungsi sedapat mungkin
dikeluarkan semua cairan. Jika ternyata kambuh dipasang penyalir sekat air.
Hemothorak besar : diberikan penyalir sekat air di rongga antar iga dan transfusi.
Kematian penderita Hemothorax dapat disebabkan karena banyaknya darah yang hilang dan
terjadinya kegagalan dalam bernapas. Kegagalan pernapasan disebabkan karena adanya
sejumlah besar darah dalam rongga pleura yang menekan jaringan paru serta berkurangnya
jaringan paru yang melakukan ventilasi.
Maka, pengobatan hemothorax sebagai berikut:
Pengosongan rongga pleura dari darah
Menghentikan pendarahan
Memperbaiki keadaan umum.
Adapun tindakan yang dapat dilakukan adalah:
Resusitasi cairan.
Terapi awal hemotoraks adalah dengan penggantian volume darah yang dilakukan bersamaan
dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai dengan infus cairan kristaloid secara cepat
dengan jarum besar dan kemudian pemnberian darah dengan golongan spesifik secepatnya.
Darah dari rongga pleura dapat dikumpulkan dalam penampungan yang cocok untuk
autotranfusi bersamaan dengan pemberian infus dipasang pula chest tube ( WSD ).
Pemasangan chest tube ( WSD ) ukuran besar agar darah pada toraks tersebut dapat cepat
keluar sehingga tidak membeku didalam pleura. Hemotoraks akut yang cukup banyak
sehingga terlihat pada foto toraks sebaiknya di terapi dengan chest tube kaliber besar. Chest
tube tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga pleura mengurangi resiko terbentuknya
bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat dipakai dalam memonitor kehilangan darah
selanjutnya. Evakuasi darah / cairan juga memungkinkan dilakukannya penilaian terhadap
kemungkinan terjadinya ruptur diafragma traumatik. WSD adalah suatu sistem drainase yang
menggunakan air. Fungsi WSD sendiri adalah untuk mempertahankan tekanan negatif
intrapleural / cavum pleura.
Apabila dengan pemasangan WSD, darah tetap tidak berhenti, maka dipertimbangkan untuk
Thorakotomi.
Pemberian terapi Oksigen 2-4 Liter/menit, lamanya disesuaikan dengan perubahan klinis.
Lebih baik lagi jika dimonitor dengan analisa BGA. Usahakan sampai gas darah penderita
kembali normal.
Transfusi darah: dilihat dari penurunan kadar Hb. Sebagai patokan, dapat dipakat
perhitungan sebagai berikut: setiap 250 cc darah (dari penderita dengan Hb 15 gr %)dapat
menaikan ¾ g % Hb.
Pemberian antibiotika: dilakukan apabila ada infeksi sekunder.
Apabila terjadi penebalan pleura, pertimbangkan pemberian dekortikasi.
BAB III.
ASUHAN KEPERAWATAN
Contoh kasus:
Tn E. mengeluh nyeri dada sebelah kanan disertai dengan sesak, setelah terjatuh dari pohon
cengkeh dengan ketinggian lebih dari 5 meter. Nyeri dada dirasakan terutama pada saat
bernapas. Pasien mengaku terjatuh dengan posisi dada terlebih dahulu. Riwayat pingsan (-),
pusing (-), muntah (-). Pasien sempat dirawat sebelumnya di RS Soedomo Trenggalek dan
kemudian dirujuk di RSUD dr. Ishak Tulungagung.
A. ANALISA DATA
ANALISA DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS: Trauma à sayatan/cedera Nyeri dada
1.Pasien mengeluh nyeri dada pada jaringan paru
pada saat bernapas
DO:
1.pasien nampak meringis
kesakitan sambil memegang
dada yang sakit.
2.skala nyeri : 8
DS: Penurunan Ekspansi Paru Ketidakefetifan Pola
Pasien mengeluh sesak napas (adanya darah dalam pernapasan
DO: rongga pleura)
1.TTV: TD: 100/90, HR:
112x/mnit, RR: 32X/menit, S:
37,5.
2. pasien tampak napas cepat
dan dalam
3.pasien tampak pucat
4.pasien tampak
menggunakan otot aksesoris
C. INTERVENSI
Diagnosa 1: Ketidakefektifan pola pernapasan berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru (adanya kumpulan darah dalam rongga pleura).
Kriteria hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi etiologi /factor Pemahaman penyebab
keperawatan selama 2x24 pencetus, contoh kolaps kolaps paru perlu untuk
jam diharapkan pola nafas spontan, trauma, infeksi, pemasangan selang dada
kembali efektif, komplikasi ventilasi yang tepat dan memilih
Dengan criteria hasil: mekanik. tindakan terapiutik yang
-Usaha nafas kembali tepat.
normal dan meningkatnya
suplai oksigen ke paru- 2. Evaluasi fungsi Distres pernapasan dan
paru. pernapasan, catat perubahan pada tanda vital
-TTV:normal kecepatan/pernapasan serak, dapat terjadi sebagai akibat
-pasien tidak menggunakan dispnea, terjadinya sianosis, stress fisiologis dan nyeri
otot aksesoris dalam perubahan tanda vital. menunjukan terjadinya syok
bernapas. b/d hipoksia/perdarahan.
Meningkatkan inspirasi
maksimal, meningkatkan
8.Pertahankan posisi nyaman ekspansi paru dan ventilasi
(peninggian kepala tempat pada sisi yang tidak sakit.
tidur).
Membantu pasien alami efek
7. Pertahankan perilaku fisiologis hipoksia yang
tenang, Bantu klien untuk dapat dimanifestaikan
kontrol diri dengan gunakan sebagai ansietas/takut
pernapasan lambat/dalam.
Diagnosa 2: Gangguan rasa nyaman, nyeri dada berhubungan dengan cedera pada
jaringan paru.
Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan 1. Berikan kesempatan Istirahat akan merelaksasi
tindakan keperawatan waktu istirahat bila terasa semua jaringan sehingga
selama 2x24 jam nyeri dan berikan posisi akan meningkatkan
diharapkan: yang nyaman ; misal kenyamanan.
-rasa nyeri di dada waktu tidur, belakangnya
berkurang dipasang bantal kecil .
-pasien tampak tidak
meringis lagi. 2.selidiki perubahan
-pasien menunjukkan karakteristik nyeri Mengetahui tingkat rasa
bahwa skala nyeri 3. Jelaskan dan bantu nyeri pasien
berkurang. klien dengan tindakan Pendekatan dengan
pereda nyeri menggunakan relaksasi dan
nonfarmakologi dan non nonfarmakologi lainnya telah
invasive. menunjukkan keefektifan
dalam mengurangi nyeri.
Diagnosa 3: (Resiko tinggi) Trauma / penghentian napas b/d penyakit saat ini/proses
cedera, system drainase dada, kurang pendidikan keamanan/pencegahan.
Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji dengan pasien Informasi tentang
keperawatan selama 2x24 tujuan / fungsi drainase bagaimana system
jam diharapkan pasien dada. bekerja berikan
dapat: keyakinan dan
- mengenal menurunkan kecemasan
kebutuhan/mencari bantuan pasien.
untuk mencegah 2.Pasangkan kateter torak
komplikasi. kedinding dada dan Mencegah terlepasnya
- dapat berikan panjang selang kateter dada atau selang
memperbaiki/menghindari ekstra sebelum terlipat, menurunkan
lingkungan dan bahaya memindahkan/mengubah nyeri/ketidaknyamanan
fisik. posisi pasien: b/d
penarikan/penggerakan
-Amankan sisi sambungan selang.
selang. Mencegah terlepasnya
-Beri bantalan pada sisi selang.
dengan kasa/plester. Melindungi kulit dari
iritasi / tekanan.
3. Amankan unit drainase
pada tempat tidur pasien. Mempertahankan posisi
duduk tinggi dan
menurunkan resiko
4. Berikan alat transportasi kecelakaan jatuh/unit
aman bila pasien dikirim pecah.
keluar unit untuk tujuan Meningkatkan kontuinitas
diagnostic. evakuasi optimal cairan /
5. Awasi sisi lubang udara selama
pemasangan selang, catat pemindahan.
kondisi kulit.
Memberikan pengenalan
6.Anjurkan pasien untuk dini dan mengobati
menghindari adanya erosi /infeksi
berbaring/menarik selang. kulit.
7. Identifikasi perubahan /
situasi yang harus Menurunkan resiko
dilaporkan pada obstruksi
perawat.Contoh perubahan drainase/terlepasnya
bunyi gelembung, lapar selang.
udara tiba-tiba, nyeri dada
segera lepaskan alat. Intervensi tepat waktu
dapat mencegah
8. Observasi tanda distress komplikasi serius.
pernapasan bila kateter
torak terlepas/tercabut.
Hemothorax dapat
berulang/memburuk
karena mempengaruhi
fungsi pernapasan dan
memerlukan intervensi
darurat.
BAB IV.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hemothorax adalah suatu kondisi dimana adanya kumpulan darah di dalam ruang antara
dinding dada dan paru-paru (rongga pleura). Penyebab paling umum dari hemothorax adalah
trauma dada aklibat trauma tumpul maupun trauma benda tajam.
Kematian penderita Hemothorax dapat disebabkan karena banyaknya darah yang hilang dan
terjadinya kegagalan dalam bernapas. Kegagalan pernapasan disebabkan karena adanya
sejumlah besar darah dalam rongga pleura yang menekan jaringan paru serta berkurangnya
jaringan paru yang melakukan ventilasi.
B. SARAN
Adapun Hemothorax adalah salah satu penyakit yang dapat mengancam nyawa penderitanya,
maka kami menyarankan untuk melakukan penanganan sesegera mungkin.
dan lebih baiknya lagi jika para pembaca dapat menghindari penyebab dari penyakit
Hemothorax.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/mirapokeh/askep-e-salio