Anda di halaman 1dari 17

Tugas individu

HIPERTERMIA

DOSEN PENGAJAR

Adi Try Warjutmiko S.Kep,.Ns,.M.Kes

OLEH :

RESKI

D.0020P.018

PROGRAM STUDI DIPLOMA DIII KEPERAWATAN

SRIKES KARYA KESEHATAN KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

                 Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT atas limpahan


rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Asuhan Keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Demam” ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB II.
                 Makalah ini kami susun berdasarkan beberapa sumber dari internet
maupun literature. Makalah ini berisi tentang segala sesuatu tentang teori
hipertermia dan asuhan keperawatan pasien demam.
                 Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu kami harapkan kritik dan saran
yang membangundari pembaca untuk perbaikan kedepannya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi Mahasiswa Keperawatan.

                                                                                       
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dengue Hemoragic Fever (DHF) atau yang biasa disebut dengan Demam
Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Kristina, Isminah, W
Leny, 2005).
Penyakit DHF cenderung meningkat dan meluas ke seluruh wilayah
nusantara. Di beberapa negara penularan virus dengue dipengaruhi oleh adanya
musim, jumlah kasus biasanya meningkat bersamaan dengan peningkatan curah
hujan. Di Indonesia pengaruh musim terhadap DBD tidak begitu jelas, tetapi
secara garis besar dapat dikemukakan bahwa jumlah penderita meningkat antara
bulan September sampai bulan Februari dan mencapai puncaknya pada bulan
Januari (Rezeki S. Hadinegoro. Hindra Irawan Satari, 2004). Berdasarkan jumlah
kasus DHF, Indonesia merupakan urutan yang kedua setelah Thailand (Rezeki S.
Hadinegoro. Hindra Irawan Satari, 2004).
            Di Indonesia kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue terbesar
terjadi pada tahun 1998 dengan incidence rate (IR)   35,19 per 100.000 penduduk.
Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar 10,17 %, namun tahun – tahun
berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99 (tahun 2000), 21,66 (tahun 2001),
19,24(tahun 2002), dan 23,87 (tahun 2003) (Rezeki S. Hadinegoro. Hindra Irawan
Satari, 2004).
Cara menanggulangi demam berdarah adalah dengan memberantas sarang
nyamuk (PSN) dan program menguras, menutup dan mengubur atau sering di
sebut dengan 3 M. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah pengasapan (fogging),
di beberapa daerah dikategorikan rawan demam berdarah. Dapat pula dilakukan
pengendalian secara kimiawi seperti memberikan bubuk abate, serta pengendalian
secara biologis seperti menggunakan ikan untuk memakan jentik nyamuk. Untuk
lebih efektif dapat dilakukan dengan 3 M Plus yaitu menutup, menguras dan
mengubur selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan
pemakan jentik, menggunakan bubuk abate (Kristina, Isminah, W Leny, 2005).
Dari beberapa data yang muncul diatas tersebut, penulis dalam
pengambilan judul laporan uji komprehensif ini ingin memahami dan mampu
melakukan pengelolaan asuhan keperawatan pada anak.

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu definisi Definisi hipertermi ?
2. Untuk mengetahui apa itu Etiologi hipertermi?
3. Untuk mengetahui apa itu Pathofisiologi hipertermi?
4. Untuk mengetahui apa itu Manifestasi Klinis hipertermi?
5. Untuk mengetahui apa itu Klasifikasi DHF hipertermi ?
6. Untuk mengetahui apa itu Pemeriksaan Penunjang hipertermi ?
7. Untuk mengetahui apa itu Tipe-tipe Demam hipertermi ?

C. MANFAAT
1. Untuk memahami apa itu definisi Definisi hipertermi
2. Untuk memahami apa itu Etiologi hipertermi
3. Untuk memahami apa itu Pathofisiologi hipertermi
4. Untuk memahami apa itu Manifestasi Klinis hipertermi
5. Untuk memahami apa itu Klasifikasi DHF hipertermi
6. Untuk memahami apa itu Pemeriksaan Penunjang hipertermi
7. Untuk memahami apa itu Tipe-tipe Demam hipertermi
BAB II
PEMBAHASAN
1. KONSEP TEORI
A.     |Definisi
            Hipertermia(demam) adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di
hipotalamus (Corwin, Elizabeth J, 2000).Dikatakan demam jika suhu orang
menjadi lebih dari 37,5 ºC (Oswari, E, 2006). Demam terjadi karena pelepasan
pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen
eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil
reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Noer,
Sjaifoellah,2004).Pengaruh pengaturan autonom akan mengakibatkan terjadinya
vasokonstriksi perifer sehingga pengeluaran (dissipation) panas menurun dan
pasien merasa demam. Suhu badan dapat bertambah tinggi lagi karena
meningkatnya aktivitas metabolisme yang juga mengakibatkan penambahan
produksi panas dan karena kurang adekuat penyalurannya ke permukaan maka
rasa demam bertambah pada pasien.
Dengue Hemoragic Fever (DHF) merupakan penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti dan dapat penyerang semua orang terutama anak – anak dan dapat
menyebabkan kematian (Departemen Kesehatan RI, 2000). Lebih lanjut
(Smeltzer, 2001) merumuskan Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit
yang disebabkan oleh vektor virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti.
Sedangkan menurut (Nelson, 2000) Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah
Demam dengue yang disebabkan oleh beberapa virus yang dibawa arthropoda,
ditandai dengan demam. Selain itu DHF dapat didefinidikan sebagai suatu
penyakit demam akut disebabkan oleh virus yang masuk kedalam tubuh melalui
gigitan nyamuk Aedes Aegypti yang menyerang pada anak, remaja dan orang
dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi, manifestasi
perdarahan dan cenderung terjadi syok yang dapat menimbulkan kematian
(Hendaranto, 1997).
            Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Dengue
Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui nyamuk
Aedes Aegypti yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri otot dan sendi, syok
serta dapat menimbulkan kematian.

B.     Etiologi
Pada umumnya maysarakat kita mengetahui penyebab dari DHF adalah
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus dengan serotive 1, 2, 3 dan 4 yang
ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup di
kawasan tropis dan berkembangbiak pada sumber air yang tergenang (Smeltzer,
2001).

C.    Pathofisiologi
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk kedalam tubuh penderita
adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala,
mual, nyeri otot, pegal – pegal seluruh tubuh dan hal lain yang dapat terjadi
adalah pembesaran hati (hepatomegali).
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan terjadinya
perembesan plasma ke ruang ekstra seluler akibatnya terjadi pengurangan volume
plasma, penurunan tekanan darah. Plasma merembes sejak permulaan demam dan
mencapai puncaknya saat terjadi renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatn
hematokrit lebih dari 20%) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran
sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma teratasi sehingga pemberian cairan intravena
dikurangi kecepatandan jumlahnya untuk mencegah terjadinya udem paru,
sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup penderita akan mengalami
renjatan (Pice. Sylvia A dan Lartainne M Wilson. 1995).             
D.    Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang mincul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan
masa inkubasi antara 13 – 15 hari. Penderita biasanya mengalami demam akut
sering disertai tubuh menggigil.
Gejala klinis lain yang timbul dan sangat menonjol adalah terjadinya perdarahan,
perdarahan yang terjadi dapat berupa perdarahan pada kulit, perdarahan
lainseperti melena. Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF
gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF
adalah
1.      Keluhan pada pernafasan seperti batuk, pilek dan sakit waktu menelan.
2.      Keluhan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, tidak nafsu makan,
diare dan konstipasi.
3.      Keluhan sistem tubuh yang lain diantaranya sakit kepala, nyeri pada otot dan
sendi, nyeri ulu hati, pegal – pegal di seluruh tubuh.

E. Klasifikasi DHF
DHF dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, WHO
(1986) membagi menjadi empat kategori (Soegeng Soegijanto, 2002)
1.      Derajat I
Adanya demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi perdarahan hanya berupa
torniket tes yang positif.
2.      Derajat II
Gejala demam yang diikuti perdarahan spontan, biasanya berupa perdarahan di
bawah kulit.
3.      Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah,
gelisah, cianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari (tanda – tanda awal
renjatan).
4.      Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
F. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosa DHF perlu dilakukan berbagai pemeriksaan
lab antara lain pemeriksaan darah dan urine. Pada pemeriksaan darah akan
dijumpai :
·         Trombositopenia
·         Hemoglobin meningkat
·         Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
·         Hasil kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia.

G. Tipe-tipe Demam
1.      Demam Septik
Pada demam septik, suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi
sekali pada mlam hari dan turun kembali ketingkat yang diatas normal pada pagi
hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi
tersebut turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik. 
2.      Demam Remiten
Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat
mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhuyang dicatat pad demam
septic. 
3.      Demam Intermiten
Pada tipe demam intermiten, suhu badan turun ketingkat yang normal
selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi setiap dua
hari sekali, disebut tersiana dan bila terjadi duahari bebas demam diantara dua
serangan demam disebut kuartana. 
4.      Demam Kontinyu
 Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih
dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menrus tinggi sekali disebut
hiperpireksia. 
5.      Demam Siklik
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari
ayng diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

2. KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Data Subyektif Riwayat Keperawatan Kaji gejala dan tanda meningkatnya
suhu tubuh,terutama pada malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak ada nafsu
makan,epistaksis, penurunaan kesadaran.
a. Data biografi : nama, alamat, umur, status perkawinan, tanggal masuk rumah
sakit, diagnosa medis, catatan kedatangan, keluarga yang dapat dihubungi.

b. Riwayat kesehatan sekarang Mengapa pasien masuk rumah sakit dan apa
keluhan utama pasien, sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan
yang dapat muncul. Seperti :
1) Demam Berapa lama?
2) Apakah ada rasa sakit di perut?
3) Apakah merasakan mual?
4) Apakah ada rasa tidak nyaman dan keletihan?
5) Kapan gejala timbul
6) Apakah ada riwayat alergi / adanya penyakit yang timbul bersamaan?

c. Riwayat kesehatan dahulu Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan
penyakit yang sama.
d. Riwayat kesehatan keluarga Apakah ada dalam keluarga yang sakit seperti
pasien.
e. Riwayat psikososial Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien
(cemas/sedih) Interpersonal : hubungan baik dengan orang lain.
Data Obyektif 1) Pengkajian Keperawatan menurut (“Doenges, 2010, p : 476-
485”) a) Sirkulasi Tanda : Takikardi (respon, demam, proses inflamasi dan nyeri),
bradikardi relatif, kulit/membran mukosa turgor buruk/kering, lidah kotor.
b) Makanan atau cairan Gejala : kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk,
membran mukosa buruk.
c) Kenyamanan Gejala : Peningkatan suhu tubuh >37ºC, penglihatan kabur.
d) Istirahat Pola istirahat terganggu karena hipertermi.
e) Aktifitas Pola aktivitas menurun karena mengalami kelelahan disebabkan
hipertermi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. hipertermi berhubungan dengan penyakit
2. resiko ketidakseimbanggan cairan berhubungan dengan
3. nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

DIAGNOSE STANDAR LUARAN INTERVENSI KEPERAWATAN


KEPERAWATAN SLKI SIKI
SDKI
Hipertermi Setelah dilakukan Tindakan Intervensi utama (Manejemen
keperawatan dengan kriteria hipertermia)
hasil :  Observasi
 Luaran utama 1. Identifikasi penyebab hipertermia
(termoregulasi) 2. Monitor suhu tubuh
1. Mengigil menurun 3. Monitor kadar elektolit
2. Kejang menurun  Terapeutik
3. Pucat menurun 1. Sediakan lingkungan yang dinggin
4. Suhu tubuh membaik 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
5. Tekanan darah membaik 3. Berikan cairan oral
 Edukasi
Setelah dilakukan Tindakan 1. Anjurkan tirah banting
keperawatan dengan kriteria
 Kolaborasi
hasil :
Kolaborasi pemberian cairan dan
 Standar luaran
elektrolit intravens, jika perlu
tambahan (status
nutrisi) Intervensi tambahan (Regulasi
1. Porsi makanan yang temperature)
dihabiskan meningkat
 Observasi
2. Kekuatan otot menelan
1. Monitor suhu tubuh bayi/anak
meningkat
sampai stabil
3. Nyeri abdomen menurun
2. Monitor warna dan suhu kulit
4. Frekuensi makan
3. Monitor tekanan darah, frekuensi
membaik
pernapasan dan nadi
5. Nafsu makan membaik
 Terapeutik
1. Pasang alat pemantau suhu
kontinu, jika perlu
2. Tingkatkan asupan cairan dan
nutrisi yang adekuat
3. Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien
 Edukasi
1. Jelaskan cara pencegahan
hipertermi karna terpapar udara
dingin
 Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antipuretik, jika perlu
resiko ketidakseimbanggan Setelah dilakukan Tindakan Intervensi utama (manejemen cairan)
cairan keperawatan dengan kriteria
hasil :  Observasi
 Standar luaran 1. Monitor status hidrasi
utama(keseimbangan 2. Monitor berat badan harian
cairan) 3. Monitor hemodinamik
1. Asupan cairan meningkat  Terapeutik
2. Keluaran urine 1. Catat intake-output dan hitung blanas
meningkat cairan 24 jam
3. Asupan makanan 2. Berikan asupan cairan,sesuai
meningkat kebutuhan
4. Dehidrasi menurun 3. Berikan cairan intravena, jika perlu
5. Tekanan darah membaik  Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretic, jika perlu

Intervensi tambahan (insersi intravena)


Setelah dilakukan Tindakan
 Observasi
keperawatan dengan kriteria
1. Identifikasi vena yang akan diinsersi
hasil :
2. Identifikasi masalah pembekuan
 Standar luaran darah atau konsumsi obat yang
tambahan (status mempengaruhi pembekuan darah
nutrisi)  Terapeutik
1. Porsi makanan yang 1. Aturposisi senyaman mungkin
dihabiskan meningkat 2. Berikan analgesia, jika perlu
2. Kekuatan otot menelan 3. Bersikan area dengan desinfektan
meningkat  Edukasi
3. Nyeri abdomen menurun 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pada
4. Frekuensi makan pasien
membaik 2. Anjurkan orang tua untuk memegang
5. Nafsu makan membaik dan menghibur anak, jika perlu

Nyeri akut Setelah dilakukan Tindakan Intervensi utama (manejemen nyeri)


keperawatan dengan kriteria  Observasi
hasil : 1. Identifikasi lokasi nyeri
 Standar luaran utama 2. Identifikasi skala nyeri
(tingkat nyeri)  Terapeutik
1. Kemampuan 1. Berikan Teknik non-farmakologis
meningkatkan aktifitas untuk meredakan nyeri
meningkat 2. Fasilitasi istirahat dan tidur
2. Keluhan nyeri menurun  Edukasi
3. Meringis menurun 1. Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
4. Frekuensi nadi membaik 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Kolaborasi
Setelah dilakukan Tindakan
Kolaborasi pemberian analgesik, jika
keperawatan dengan kriteria
perlu
hasil :
Intervensi tambahan (pemberian
 Standar luaran
analgesic)
tambahan (mobilitas
 Observasi
fisik)
1. Identifikasi karakteristik nyeri
1. Pergerakan ekstremitas
meningkat 2. Identifikasi Riwayat alergi obat
2. Kekuatan otot meningkat 3. Monitor tanda-tanda vital
3. Nyeri menurun  Terapeutik
4. Kecemasan menurun 1. Diskusikan jenis analgesic yang
disukai
 Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek samping pada
obat
 Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesic, sesuai indikasi

BAB III
PENUTUP
Hipertermia(demam) adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di
hipotalamus (Corwin, Elizabeth J, 2000).Dikatakan demam jika suhu orang
menjadi lebih dari 37,5 ºC (Oswari, E, 2006). Dengue Hemoragic Fever (DHF)
adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti yang
ditandai dengan demam tinggi, nyeri otot dan sendi, syok serta dapat
menimbulkan kematian. Cara menanggulangi demam berdarah adalah dengan
memberantas sarang nyamuk (PSN) dan program menguras, menutup dan
mengubur atau sering di sebut dengan 3 M. Upaya lain yang dapat dilakukan
adalah pengasapan (fogging), di beberapa daerah dikategorikan rawan demam
berdarah.

DAFTAR PUSTAKA
 Kartika, Dela. 2009.Hipotermia dan
Hipertermia(online)http://kartikadela89.blogspot.com/2009/01/hipotermia-
dan-hipertermia.html, diaksestanggal 13 MEI 2013.Anonym. 2005.
 Penyakit Hipotermia.
(online)djuni.wordpress.com/2005/03/28/penyakit- hipotermia /,diakses tanggal
13 MEI 2013.Pedoman pengobatan dasar di PusKesMas berdasarkan
gejala, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
2001http://www.google.co.id/search?
hl=id&client=firefoxa&channel=s&rls=org.mozilla%3Aid
%3Aofficial&hs=Wny&q=demam+berdarah+dengue&btnG=Telusuri&m
eta=http://medisiana.com/viewtopic.php?p=433#433http://
www.mediaindo.co.id/cetak/berita.asp?id=200402260145405

Anda mungkin juga menyukai