Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

SISTEM MEDIS ALTERNATIF

DISUSUN OLEH

1. Indah Putri Rahayu (1926010038)


2. Nindiya Elisya (1926010011)
3. Dwi Soraya Indah Rahmadani (1926010012)
4. Dita Cahayani Septiriana (1926010008)
5. Euis Nur Faridah (1926010029)
6. Redita Islamia (1926010020)
7. Rezy Aprianti (1926010024)
8. Tiyas Alfisa (1926010022)
9. Fira Tamara Natasya (1926010023)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunianya sehingga dapat diselesaikan makalah yang berjudul ”Sistem Medis
Alternatif”. Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka
menambah pengetahuan tentang apa itu Manajemen Keperawatan Dalam
Komunikasi.
Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua
orang khususnya bagi para pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya
jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Bengkulu, November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..................................................................... 2
C. Tujuan....................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Sistem Medis............................................................................. 3
B. Ethnomedicine........................................................................... 6
C. Pengobatan Tradisional............................................................. 17
D. Prilaku Penggunaan Pelayanan Kesehatan................................ 25

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kesehatan adalah salah satu kebutuhan yang mendasar bagi
keberlangsungan kehidupan manusia di samping kebutuhan lainnya seperti
pangan, tempat tinggal dan pendidikan, karena hanya dalam keadaan sehat
manusia dapat hidup, tumbuh berkembang, berkarya dan mengaplikasikan ide-
ide yang dimiliki dengan baik. Untuk memperoleh kesehatan yang optimal
masyarakat mengenal dua jenis pengobatan yaitu, pengobatan modern (medis)
dan pengobatan alternatif atau tradisional.
Pengobatan medis merupakan salah satu jenis pengobatan yang
menggunakan alat, cara, dan bahan yang bersifat modern dan berbahan kimia
yang termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern. Sedangkan
pengobatan alternatif merupakan suatu upaya kesehatan yang berakar pada
tradisi dan menggunakan bahan alami yang sistem pengobatannya berbeda
jauh dengan sistem pengobatan dalam bidang ilmu kedokteran. Agoes (1992 :
60) mengatakan bahwa “Pengobatan tradisional merupakan pengobatan yang
menggunakan obat-obat tradisional mempunyai latar belakang budaya
masyarakat dapat digolongkan sebagai teknologi tepat guna karena bahan-
bahan yang digunakan terdapat di sekitar masyarakat itu sendiri sehingga
mudah didapat, murah dan mudah menggunakannnya tanpa memerlukan
peralatan yang mahal untuk mempersiapkannya”.
Namun pada saat ini masih banyak masyarakat yang memilih
pengobatan alternatif atau tradisional karena penggunaan obat tradisional
secara umum dinilai lebih aman dari pada penggunaan obat modern. Hal ini
disebabkan karena obat tradisional memiliki efek samping yang relatif lebih
sedikit dari pada obat modern. Berdasarkan kelemahan pengobatan modern
tersebut maka saat ini konsep kembali pada penggunaan hasil alam atau back
to nature dalam bidang kesehatan semakin meningkat. Tradisi pengobatan

iv
suatu masyarakat tidak lepas dari kaitan budaya setempat. Setiap daerah
memiliki jenis pengobatan alternatif yang memiliki keunikan dan kekhas
tersendiri, karena pengobatan tradisional dapat diperoleh dari hasil belajar dan
pengalaman sebagai warisan budaya yang bersifat turun temurun dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
Atik Sri dalam Agoes (1996:4) menyatakan bangsa Indonesia sejak dulu
hingga sekarang sekalipun sudah mengenal obat-obatan yang diolah dari
laboratorium modern, tetap percaya bahwa resep pengobatan tradisional
peninggalan nenek moyang masih tetap mujarab, manjur khasiatnya dan
murah harganya untuk menjaga kesehatan agar kondisi tetap prima.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Sistem Medis ?
2. Apa yang dimaksud dengan Ethnomedicine ?
3. Apa itu Pengobatan Tradisional ?
4. Bagaimana Perilaku Penggunaan Pelayanan Kesehatan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Sistem Medis ?
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Ethnomedicine ?
3. Untuk mengetahui tentang Pengobatan Tradisional ?
4. Untuk mengetahui bagaimana Perilaku Penggunaan Pelayanan Kesehatan?

v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Medis
Definisi Sistem Medis Menurut Dunn (1976) yang dikutip dari Anne
(2007) sistem medis adalah pola-pola dari pranata sosial dan tradisi-tradisi
yang menyangkut perilaku yang disengaja untuk meningkatkan kesehatan,
meskipun hasil dari tingkah laku khusus tersebut belum tentu menghasilkan
kesehatan yang baik. Sistem medis juga merupakan suatu kompleks luar dari
pengetahuan, kepercayaan, teknik, peran, normanorma, nilai-nilai, ideology,
sikap, adat istiadat, upacara-upacara dan lain-lain. Secara singkat sistem medis
mencakup semua kepercayaan dalam usaha untuk meningkatkan kesehatan
dan tindakan serta pengetahuan ilmiah mapun keterampilan anggotaanggota
kelompok yang mendukung sistem tersebut. Mekanisme sistem medis terdiri
dari (Sianipar, 1989) :
1. Sistem Teori Penyakit
Adalah meliputi beberapa pembahasan mengenai kepercayaan-
kepercayaan dalam mengenai ciri-ciri sehat, sebab-sebab sakit, serta
pengobatan dan teknik-teknik penyembuhan terhadap penyakit. Selain itu
adanya konsep sehat dan sakit pada masyarakat juga akan memengaruhi
terhadap kesehatan. Konsep sehat sakit adalah keadaan biospikososial
yang menyatu dengan kehidupan manusia (Soekanto, 2007).
Sehat (health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun
dapat kita rasakan dan diamati keadaannya. Misalnya, orang tidak dapat
memiliki keluhankeluhan fisik dipandang sebagai orang yang sehat.
Sebagai satu acuan untuk memahami konsep “sehat”, WHO merumuskan
dalam cangkupan yang sangat luas yaitu “keadaan yang sempurna baik
fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau
kelemahan/ cacat”. Sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau
cacat. Orang yang tidak berpenyakitpun belum tentu dikatakan sehat.

vi
Semestinya dia dalam keadaan yang sempurna baik fisik, mental atau
sosial. Pengertian ini merupakan suatu keadaan ideal dari sisi biologis,
psikologis dan sosial. Konsep “sakit” terkait dengan tiga konsep, dalam
Bahasa Inggris yaitu disease, illness dan sickness. Ketiga istilah ini
mengandung pengertian yang berdimensi bispikososial. Disease
berdimensi biologis, illness berdimensi psikologis, sickness berdimensi
sosiologis (Solita, 2007).
Disease penyakit berarti suatu penyimpangan yang simptomnya
diketahui lewat diagnosis. Penyakit berdimensi biologis dan obyektif,
bersifat independen terhadap pertimbangan-pertimbangan psikososial,
tetap ada tanpa dipengaruhi keyakinan orang atau masyarakat
terhadapnya. Illness adalah konsep psikologis yang menunjuk pada
persaan, persepsi, atau pengalaman subyektif seseorang tentang
ketidaksehatannya atau keadaan tubuh yang dirasa tidak enak. Sebagai
pengalaman subyektif, maka illness ini bersifat individual. Sedangkan
sicknesss meruoakan konsep sosiologis yang bermakna sebagai
penerimaan sosial terhadap seseorang sebagai orang yang sedang
mengalami kesakitan (illness atau disease). Dalam keadaan sickness ini
orang dibenarkan melepaskan tanggung jawab, peran, atau kebiasaan-
kebiasaan tertentu yang dilakukan saat sehat karena adanya
ketidaksehatan (Solita, 2007).
Oleh karena pengertian “sakit” itu dapat berdimensi subyektif-
kulturalistik, maka setiap masyarakat memiliki pengertian sendiri tentang
sakit sesuai dengan pengalaman dan kebudayaannya. Peran sakit hanya
dapat dilakukan dan diakui oleh masyarakatnya jika sesuai dengan
pertimbangan nilai, keyakinan norma sosialnya. Karena itu, suatu
kesakitan yang dirasakan secara dan diakui oleh individu atau masyarakat
tidak selalu dirasaskan secara sama oleh individu atau masyarakat yang
lainnya. Menurut Sudarma (2008) relatifitas pengertian masyarakat
tentang sehat dan sakit dapat dipahami beberapa hal antara lain:
a. Memahami kondisi sehat dan sakit

vii
b. Memahami penyebab suatu kesakitan
c. Memberi kewenangan orang yang dapat menetapan kondisi sehat
atau sakit
d. Merespon terhadap kesakitan aau simptomnya
e. Menetapkan klasifikasi kesakitan
Akibat dari perbedaan pemahaman tidak mudah menilai seseorang
yang sehat atau sakit bedasarkan eksperimen, pengalaman, persepsi,
penilaian, atau budaya sendiri. Karena dalm memberikan penilaian tentang
sehat dan sakit perlu memperhatikan aspek biopsikososialnya.
Berdasarkan pengertian tentang sehat dan sakit secara singkat keadaan
kesehatan itu merupakan :
a. Suatu pengertian (construct) yang samgat longgar yang dipahami
berbeda oleh masyarakat.
b. Bedasarkan kualitatif karena dapat dimengerti menurut perasaan dan
persepsi.
c. Keadaan yang bersifat kontinum karena posisinya berada pada dua
titik ekstrem yang berlawanan, yaitu titik sehat pada satu sisi dan titik
sakit pada sisi lain.
2. Sistem Perawatan Kesehatan
Adalah suatu cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam merawat
orang yang sedang menderita sakit. Sistem perawatan kesehatan
setidaknya melibatkan interaksi antara sejumlah orang yang terdiri dari
penyembuh dan orang yang menderita sakit. Bentuk perawatan kesehatan
dalam sistem medis tradisional dapat dilihat umpamanya dalam berbagai
bentuk upacara ritual, iringan music tradisional, tari-tarian, nyanyian,
kesurupan, penggunaan mantra dan jimat, atau penyembuhan yang
dilakukan dengan memijit atau mengurut bagian tubuh, memberikan
berbagai jenis ramuan obat-obatan alami lainnya.
Di dalam sistem medis juga dikenal sistem medis tradisional dan
sistem medis pengobatan alternatif. Sistem medis tradisional biasanya
merupakan suatu sistem pengobatan turun temurun dalam suatu daerah

viii
dimana pengetahuan, penyembuh, maupun pemakainya menggunakan
teori penyembuhan yang sama. Sistem medis pengobatan alternatif juga
sebenarnya hampir serupa dengan pengobatan tradisional. Pengobatan
alternatif ini biasanya cenderung bersifat non-barat, akan tetapi banyak
juga yang berasal dari tempat atau negara lain.
Efektif atau tidaknya suatu sistem medis untuk menyembuhkan
penyakit yang diderita manusia, semua memang sangat tergantung
kepada kepercayaan masingmasing. Jika penderita lebih percaya kepada
sistem medis tradisional, maka itulah yang lebih efektif untuk
kesembuhannya, selain itu penggunaan peralatan kesehatan dan ilmu
pengetahun yang memadai juga menjadi faktor penting dalam mencari
kesembuhan.
Penyakit dalam padangan budaya adalah pengakuan sosial bahwa
sesorang itu tidak bisa menjalankan peran normalnya secara wajar, dan
bahwa harus dilakukan sesuatu terhadap situasi tewrsebut. Semua sistem
medis memiki segi-segi pencegahan dan pengobatan. Sistem medis
memiliki fungsi yaitu :
a. Memberikan rasional bagi pengobatan.
b. Suatu sistem teori penyakit menjelaskan “mengapa” suatu teori
penyakit serangkaian menjalankan peran kuat dalam memberi sanksi
dan dorongan norma-norma budaya sosial dan moral.

B. Ethnomedicine
Ethnomedicine mengacu pada studi tentang praktek medis tradisional
yang berkaitan dengan interpretasi budaya kesehatan, penyakit dan juga
alamat proses kesehatan-mencari dan praktek-praktek penyembuhan. Praktek
ethnomedicine adalah sistem multi-disiplin yang kompleks yang merupakan
penggunaan tanaman, spiritualitas dan lingkungan alam dan telah menjadi
sumber penyembuhan bagi orang-orang selama ribuan tahun.
Aspek spiritual dari kesehatan dan penyakit telah menjadi komponen
integral dari praktek ethnomedicinal selama berabad-abad, suatu dimensi

ix
diabaikan oleh praktisi biomedis, karena kesulitan yang terlibat dalam
memvalidasi keberhasilan menggunakan prinsip-prinsip ilmiah dan
eksperimen. Sistem Ethnomedical (sistem obat primitif atau obat tradisional)
memiliki dua kategori etiologi penyakit universal - alam dan non-alam
(supernatural). Dengan demikian, penyakit ini diduga berasal dari kekuatan
alam atau kondisi seperti dingin, panas dan mungkin oleh ketidakseimbangan
dalam unsur-unsur dasar tubuh.
Ethnomedicine merupakan istilah kontenporer untuk kelompok
pengethuan luas yang berasal dari rasa ingin tahu dan metode-metode
penelitian yang digunakan untuk menambah pengetahuan itu, menarik minat
ahli-ahli antropologi ,baik dari alasan teoritis maupun alasan pratek.
Selain itu pada masyarakat terdapat dua konsep etiologi/ penyebab sakit
yang dianut yaitu naturalistic dan personalistik (Foster, 1986).
a. Konsep Naturalistic yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh
lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidakseimbangan
dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin
dan penyakit bawaan.
b. Konsep Personalistic yaitu menganggap munculnya penyakit disebabkan
oleh intervensi suatu agent aktif yang dapat berupa makhluk bukan
manusia (hantu, roh, leluhur atau roh jahat), atau makhluk manusia
(tukang sihir, tukang tenung
1. Penyakit Nonmedis
Secara garis besar, sangat sulit membedakan antara penyakit medis
dan nonmedis karena penderita merasakan sama sakitnya sehingga tidak
bisa dibedakan. Biasanya setelah proses pengobatan baru akan diketahui
apakah seorang pasien menderita penyakit medis atau nonmedis. Apabila
pasien menderita penyakit medis tentu saja akan cepat sembuh dengan
pengobatan medis karena ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kedokteran sangat berkembang. Tetapi bia dengan pengobatan medis tidak
juga bisa sembuh karena tidak bisa didiagnosis secara tepat.
Kadangkadang diagnosisnya berubah-ubah secara medis tidak

x
mendapatkan hasil maka harus dicurigai bahwa kasus tersebut tergolong
panyakit nonmedis, karena pada dasarnya gangguan utama penyakit
nonmedis adalah pada jiwa manusia, bukan pada fisiknya/ jasadnya.
(Hakim, 2010).
a. Jenis Penyakit Nonmedis
Penyakit nonmedis yang biasanya diderita oleh masyarakat terbagi atas
2 jenis yaitu sebagai berikut : 1. Penderita hanya merasakan sakit pada
jiwanya. Penderita pada kelompok 1 tidak merasakan sakit pada
fisiknya, dia hanya merasa gelisah, tertekan, stres, bingung, takut,
merasa tidak bertenaga, marah, kesal, sedih dan putus asa tanpa sebab
yang jelas. Kadang-kadang merasakan aneh, pikiran dan perasaan yang
bukan-bukan, bahkan ada yang mendengar bisikan di teling, di kepala,
dan di dada dan ada pula yang disertai mimpi buruk, timbul dorong-
dorongan
b. Penyebab Penyakit Nonmedis
Banyak di antara pihak yang salah dalam mengambil kesimpulan atau
dugaan terhadap penyakit yang diderita seseorang, tanpa penelitian
serta pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang penyakit
nonmedis. Tentunya hal ini akan merugikan dan memperparah kondisi
kesehatan penderitanya. Salah satu hal yang sangat mendasar untuk
mendiagnosis penyakit nonmedis secara tepat adalah punya
pengetahuan yang cukup tentang berbagai macam penyebab penyakit
nonmedis dan mampu mengenalinya secara baik dan benar. Walaupun
penyembuh penyakit nonmedis sangat hebat, namun tanpa
pengetahuan yang mendalam tentang berbagai macam penyebab
penyakit nonmedis maka akan sulit mendiagnosis penyakit pasiennya
secara tepat (Hakim, 2010). Menurut Hakim (2010) menyebutkan
bahwa terdapat 3 kelompok penyebab penyakit nonmedis yang
menyangkut persoalan dengan aspek yang sangat luas pada manusia
yaitu sebagai berikut :

xi
1) Faktor internal
Adalah kasus penyakit yang disebabkan oleh kesalahan si
penderita sendiri baik yang disengaja maupun tidak sengaja,
diketahui maupun tidak diketahui, sadar maupun tidak sadar,
menyebabkan terjadinya konflik atau disintegrasi atara jiwa
sekunder yang satu dengan jiwa sekunder yang lain atau bahkan
antara jiwa sekunder dengan jiwa pertama. Contohnya seorang
pejabat personalia di suatu instansi pemerintah datang berobat
dengan keluhan mulutnya selalu bau dan bertahun-tahun diobati
dengan obat apapun tidak pernah sembuh. Setelah ditanyakan oleh
pengobat/ penyembuh apakah dia sering menasehati orang, dan
ternyata memang benar dia sering menasehati orang dan menjadi
khotib di mesjid kantornya. Kemudian pengobat/ penyembuh
langsung menyebutkan bahwa pejabat personalia tadi telah
melanggar apa yang dinasehatinya kepada orang lain, dan
akhirnya iapun mengakuinya bahwa ia pernah melakukan korupsi
sementara ia selalu memberikan nasehat tentang larangan untuk
korupsi. Dari contoh tersebut maka sebenarnya persoalan utama
munculnya faktor internal ini adalah akibat pengembangan
khalifah dalam tiap diri manusia yang tidak konsisten. Sehingga
hal ini menjadi kategori kasus yang rumit dan sulit untuk
disembuhkan.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal ini adalah penyebab yang berasal dari luar diri
penderitanya. Sebenarnya terdapat banyak hal lain yang masuk
dalam kategori faktor eksternal akan tetapi jarang diketahui. Ada
juga orang yang diganggu jin atau setan karena berbagai sebab.
Contoh yang banyak dijumpai pada masyarakat seperti santet,
guna-guna, teluh, tenung. Antara ke empat contoh tersebut juga
memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya yaitu :

xii
a) Santet, merupakan metode penyerangan jarak jauh, serangan
ini dapat diketahui dari tubuh korban yang normal tanpa
gejala yang tidak terlalu tampak. Rasa sakit yang ditimbulkan
oleh serangan ini umumnya lokal (pada bagian tertentu saja)
serta bisa datang pada saat-saat tertentu saja dan bila diperiksa
oleh tenaga kesehatan misalnya dengan dironsen maka tidak
ada terlihat apa-apa. Jenis bahan yang dipergunakan spesifik
umumnya barang mati (tidak bernyawa) seperti kain, jerami
(batang padi yang dibentuk menjadi boneka), jarum, silet,
beling (pecahan kaca), kembang (bunga), kemenyan, dan
sebagainya.
b) Teluh, metode ini merupakan kebalikan dari metode santet
dan sangat identik yang selalu membawa unsur yang
bernyawa seperti binatang. Cara kerjanya yaitu dengan
mengubah suatu bentuk/ zat tertentu menggunakan ilmu
khusus. Ciri serangannya dapat dilihat secara kasat mata
(orang awam juga bisa melihat). Gejalanya seperti terlihat
cahaya/ api yang terbang dan masuk ke rumah korban, malam
hari terdengar suara benda yang biasanya sering digunakan
pasir yang seperti dilempar ke atap rumah korban, tiba-tiba di
rumah ada lintah atau bau busuk yang tidak jelas asalnya, dan
jika terkena korban dibagian tubuhnya terlihat benjolan yang
dapat berpindah-pindah tempat saat dikeluarkan yang
biasanya berisi cacing, kelabang, bambung (serangga pohon
kelapa) urik-urik (serangga yang terdapat di kandang
kambing), dan sebagainya.
c) Tenung, merupakan ilmu pengembangan dari santet dan teluh
yang prinsip dasarnya sama namun pengaplikasian ilmu ini
berbeda karena dapat menggunakan barang dan benda mati.
Cara pengirimannya sama seperti teluh, namun kelebihannya
ilmu ini bisa menyusup ke dalam tanah. Gejala dan serangan

xiii
ini dapat dilihat seperti saat korban makan tiba-tiba
dimakanannya terselip paku, kawat, silet, jarum dan
sebagainya. Gejala dari terkenapun tidak jauh beda seperti
teluh namun saat dikeluarkan dalam tubuh terdapat jarum,
silet, kawat, serpihan beling (kaca), paku, batu kerikil, dan
sebagainya.
d) Guna-guna, lebih identik dengan segala sesuatu yang
berhubungan dengan makanan, minuman, dan pakaian.
Misalnya ada seseorang yang terlalu suka dengan seorang
korban, kemudian dia memberikan buah/ makanan kesukaan
korban. Saat dimakan oleh korban, maka pengaruhnya akan
merasuk dan mengunci pertahanan tubuh yang berakibat
korban akan berbalik suka kepada seseorang tersebut.
3) Kombinasi faktor internal dan faktor eksternal
l Kombinasi dua faktor penyebab penyakit nonmedis merupakan
kasus paling rumit, apalagi bila variabel yang terlibat di dalamnya
sangat banyak. Faktor kombinasi ini bisa terjadi apabila seseorang
mempunyai jimat, benda pusaka yang bertuah (dikenal dengan
istilah „ada isinya‟), yang spesifikasinya untuk menjaga diri atau
menundukkan orang lain. Ketika yang bersangkutan ingin
mencelakai orang lain dengan benda bertuahnya, namun orang
tersebut juga mempunyai ilmu pertahanan yang lebih kuat maka
benda yang bertuah tersebut akan berbalik mencelakai si
pemiliknya. Sehingga bila sudah seperti ini maka akan sangat
sulit disembuhkan. Penyakit nonmedis yang disebabkan oleh
kombinasi antara faktor internal dan faktor eksternal ini
merupakan kasus yang sangat sulit untuk didiagnosis dan
disembuhkan kecuali oleh orang yang sangat ahli dan mempunyai
kemampuan yang sangat baik. Selain ketiga kelompok penyebab
penyakit nonmedis tersebut terdapat juga yang sering disebut
„kekuatan ghaib‟ sebagai penyebab penyakit, karena kecuali

xiv
sebab fisik terdapat sejumlah makhluk atau kekuatan ghaib yang
dipercayai dapat menimbulkan kerugian di tengah masyarakat
terutama penyakit dan kematian. Kekuatan ghaib yang dimaksud
bisa bersumber dari jin, roh halus dan setan. Jin terbagi atas dua
macam yaitu jin Islam dan jin kafir yang keduanya juga dapat
memengaruhi hidup manusia. Selain jin juga ada setan yang
berasal dari roh manusia yang mati sebelum ajalnya. Misalnya
wanita yang mati hamil dan kemudian rohnya juga akan
mengganggu wanita hamil lainnya. Sedangkan roh halus adalah
roh manusia yang baik seperti roh orangtua, nenek dan lainnya
yang masuk ke dalam tubuh seseorang atau keluarganya untuk
mengingatkan keturunannya yang melupakan dirinya, misalnya
sudah lama tidak dibacakan doa-doa dan sebagainya. Orang yang
dimasuki dikenal juga dengan „kerasukan roh halus‟ biasanya
akan meniru tingkah laku dari roh yang masuk ke dalam tubuhnya
misalnya, cara makan, berbicara, dan tingkah laku lainnya
(Sianipar, 1989).
c. Cara Menentukan Penyakit Nonmedis
Langkah pertama yang dilakukan sebelum menentukan penyakit yang
diderita termasuk kategori penyakit nonmedis atau bukan yaitu dengan
mengetahui beberapa langkah berikut dibawah ini yaitu (Hakim,
2010) :
 Mengorek informasi yang diperlukan dari penderita dan keluarga
penderita. Sejumlah informasi yang diperlukan untuk melakukan
diagnosis penyakit yang diderita oleh seseorang yaitu dengan
mengetahui gejala penyakit, riwayat penyakit, upaya-upaya
penyembuhan yang pernah dilakukan, aspek spiritual/ jiwa dan
aspek psikologis penderita, keluarga, dan keturunan penderita
serta rumah tempat tinggal.
 Mendalami gejala. Para dokter dalam diagnosis awal untuk
menentukan penyebab penyakit seorang pasien biasanya dari

xv
gejala yang muncul pada diri penderita. Segala bentuk gejala
penyakit sudah tersusun dan dapat diketahui dari buku panduan
kedokteran. Tetapi untuk penyakit nonmedis tidak selamanya bisa
diterapkan cara seperti itu. Misalnya untuk suatu gejala yang
timbul pada si penderita, penyebabnya bisa dari banyak ragam
kemungkinan. Bisa diakibatkan dari faktor internal, faktor
eksternal, bahkan kombinasi kedua faktor ini. Sejumlah gejala
penyakit nonmedis yang biasa ditemukan yaitu sebagai berikut :
 Semua kasus yang berkaitan dengan persoalan psikologis.
 Gejala awal penderita yaitu tidak merasa nyaman oleh sebab yang
tidak jelas. Seperti tidak bisa tidur pulas, nafsu makan menurun,
tidak tenang, mendengar bisikan di kepala, telinga, hidung, dan
dada, seing mimpi buruk dan sebagainya.
 Merasakan dingin di seluruh tubuh atau sebagian tubuh meskipun
udara tidak dalam temperatur yang dingin, merasa kepala seperti
ada yang menekan atau menusuk dari atas, atau beberapa bagian
tubuh yang terasa seperti tertusuk jarum atau sebagainya.
 Kebanyakan penderita penyakit nonmedis meskipun rasa sakitnya
parah, namun tidak tampak pada perubahan wajah yang masih
terlihat seperti orang yang tidak sakit.
 Rasa sakit pada bagian anggota tubuh yang terasa berpindah-
pindah bahkan kesurupan juga termasuk kepada penyakit
nonmedis, serta diagnosis dokter tidak tetap atau berubah-ubah
terhadap kasus tersebut serta pengobatan medis tidak memberikan
kesembuhan.
Gejala-gejala lain baik yang ditemukan oleh pengobat/
penyembuh pada saat menentukan seseorang menderita penyakit
nonmedis atau bukan, serta gejala-gejala yang dipaparkan oleh
penderita sendiri perlu didalami dengan membandingkan dan
menghubungkan dengan informasi-informasi yang didapat dari
pendertia dan keluarganya. Menganalisis secara tepat akan

xvi
memberikan kesimpulan yang tepat pula tetang penyebab penyakit
yang diderita.
1) Memaksa penyebab penyakit berbicara sendiri.
Cara ini tidak bisa dilakukan oleh orang awam, melainkan hanya
bisa dilakukan oleh orang yang memiliki ilmu dan keterampilan
namun juga memiliki resioko yang cukup besar. Terdapat
beberapa cara yang dapat dilakukan seperti melakukan sesuatu
sehingga si penderita kesurupan kemudian mengungkapkan
segala informasi yang detail tentang penyakit yang dideritanya
serta cara-cara lainnya. Apabila semua variabel penyebab
penyakit telah berhasil ditangani secara baik dan tepat maka saat
itu juga penderita akan sembuh
d. Beberapa Contoh Penyakit Nonmedis
Pada masyarakat, masih sangat banyak dijumpai penyakit-
penyakit yang dianggap sebagai penyakit nonmedis seperti adanya
kesambet/ teguran, palasik, racun santau, begu ganjang, penyakit yang
diakibatkan oleh santet, guna-guna, teluh maupun tenung, dan
sebagainya.
 Penyakit akibat racun santau
Penyakit ini merupakan pengalaman dari Suherman dan
keluarganya yang ditulis dalam sebuah artikel (http://quranic-
healing.com, 2011). Racun santau ialah sejenis sihir racun yang
diberi kepada seseorang yang ingin diracun dengan cara secara
diam-diam dimasukkan langsung kedalam makanan atau
minuman atau melalui angin dengan perantaraan jin dan setan.
Seseorang yang kena santau akan selalu merasakan rasa sakit
disekujur tubuhnya yang akan tersiksa secara perlahanlahan
hingga. Korban akan menderita berpanjangan yang berakhir
dengan kematian, atau pun menemui ajalnya dalam jangka masa
tertentu

xvii
Bahan-bahan racun ini jika masuk kedalam tubuh melalui
mulut akan menuju tekak leher dan membuat batuk yang
berkepanjangan lalu terus masuk hingga berhenti dan berada
diusus besar. kemudian oleh usus besar diserap masuk dan
berjalan dalam peredaran darah lalu berhenti pada setiap sendi
hingga akibatnya tubuh akan merasa ngilu dan sakit. Terus
bergerak hingga keujung-ujung kuku tangan akibatnya seluruh
kuku akan membiru dan menghitam ini menandakan tingkat sakit
akibat racun sudah mulai parah, tangan sudah mulai kebas dan
kesemutan. Bahanbahan racun ini juga akan membawa kuman
dan virus penyakit yang jika masuk kedalam organ tertentu
ditubuh akan membuat kerusakan pada jaringan sel organ tersebut
bahkan akan menimbulkan kanker dan tumor.
Racun santau dari benda-benda yang membuat gatal jika
menempel dikulit akan membuat kulit akan menjadi luka, gatal,
memerah bahkan menimbulkan borok, jika masuk kedalam
saluran pernapasan akan membuat batuk kering yang sangat parah
hingga susah mengambil nafas. Racun santau dari benda-benda
tajam biasanya akan langsung dibawa dna dikontrol oleh jin dan
akan dimasukkan kedalam salah satu bagian tubuh seperti perut,
dada dll hingga akan membuat kerusakan sel pada bagian tubuh
tersebut.
Jika tidak cepat diobati dan dikeluarkan racunnya dapat
dipastikan orang yang terkena racun santau ini akan cepat
mengalami kematian sebab seluruh organ dan bagian sel tubuhnya
sudah rusak oleh benda-benda tajam, racun dan bibit penyakit
yang dibawanya. Tanda-tanda bila terkena penyakit ini yaitu :
 Batuk yang susah untuk berhenti,batuk kering, batuk berdarah dan
bernanah serta keluar debu-debu kecil seperti serbuk atau kaca.
Batuknya terjadi pada masa-masa tertentu saja seperti mada
malam hari atau pagi hari.

xviii
 Pusing kepala, badan lemah dan lemas, sulit untuk makan dan
minum.
 Ngilu atau sakit pada salah satu atau seluruh bagian tubuh, sakit
tulang belakang pada waktu maghrib dan malam
jumaat,kadangkala sakit menjadi lebih terasa ketika hampir solat
jumat, sakit dan sesak nafas terutama pada waktu maghrib, kuku
menjadi hitam dan nafas menjadi busuk
 Keluar darah istihadah yang berpanjangan bagi kaum wanita, sulit
tidur, badan gatal, kulit memerah dan mudah luka dan bernanah,
badan terasa panas, timbul lebam-lebam pada tubuh, timbul
Kanker atau tumor, bulu-bulu pada tubuh berguguran/ terlepas.
 Tanda semasa tidur misalnya mimpi jatuh dari tempat tinggi,
mimpi melihat benda-benda racun seperti miang buluh, ulat bulu,
racun ular, mimpi bermain dengan benda tajam seperti pisau dan
sembilu, mimpi melihat kecil, mimpi binatang menakutkan
seperti ular, kalajengking, dan sebagainya.
 Kesambet/ teguran
Dalam pandangan masyarakat Buton sakit yang bersifat
tidak nyata jauh lebih berbahaya daripada sakit yang nyata,
terutama ditinjau dari kemampuan untuk mengobatinya. Sakit
yang tidak nyata dan dipercayai sepenuhnya oleh masyarakat
Buton yaitu sakit kemasukan roh jahat (guna-guna) sakit ingatan
(amagila) dan sakit yang sering menimpa anak-anak seperti dalam
bahasa daerah disebut lebuta. Penyakit ini oleh masyarakat
diidentifikasikan sebagai penyakit yang terkena teguran leluhur
atau melanggar pantangan tertentu, dan cara pengobatannya harus
ditangani oleh ahlinya.
Sakit yang dalam bahasa Buton disebut dengan amapii,
panaki yang berarti orang tersebut harus istirahat dari aktivitas.
Kepada mereka yang sakitnya ringan dan masih dapat
melaksanakan tugasnya seadanya dikatakan Parangara (tanda-

xix
tanda sebelum sakit). Sakit ringan menurut batasan amapii adalah
masuk angin, batuk, sakit kepala, sakit gigi, sakit perut, demam,
gatal-gatal dan sariawan. Kepercayaan tentang makhluk gaib yang
jahat menimbulkan banyak istilah penyakit yang bersifat tidak
nyata.
Dalam lingkungan masyarakat Buton sakit yang tidak jelas
namanya dan tidak dapat diidentifikasikan sendiri jenis
pengobatannya, dianggap sebagai perbuatan makhluk gaib, yang
menurut kepercayaan masyarakat setempat dianggap sebagai
perbuatan yang melanggar sesuatu kebiasaan (adat) atau akibat
perbuatan manusia dengan menggunakan roh jahat (Syahrun,
2008).

C. Pengobatan Tradisional
1. Definisi Pengobatan Tradisional
Pengobatan tradisional merupakan salah satu cara penyembuhan
yang dianggap sebagai hal yang biasa di masyarakat. Memang ada
masyarakat yang pernah mencoba sekurang-kurangnya satu kali dan ada
yang belum pernah sama sekali, akan tetapi sudah mendapat informasi dari
orang lain. Kepopuleran pengobatan tertentu tergantung pada bermacam
faktor. Faktor-faktor ini berdasarkan alasan mengapa seseorang memilih
atau tidak memilih suatu jenis pengobatan. Faktor-faktor ini biasanya yaitu
sebagai berikut (Tjiong, 1991) :
a. Ekonomi
Menurut Ablas (2002) yang dikutip dalam Walcott (2004)
menyebutkan bila keuangan menjadi hal yang penting sekali untuk
seseorang dalam rangka memilih jenis pengobatan, pilihan jenis
alternatif adalah pilihan yang termurah. Memang sifat murah adalah
sifat yang berpengaruh khususnya untuk masyarakat dari tingkatan
ekonomi yang agak rendah. Satu alasan mengapa pengobatan
tradisional relatif murah, sering dikatakan sebagai alasan alami. Ada

xx
banyak pengobatan tradisional yang berdasarkan tumbuh-tumbuhan
dari pada kimia, maka tersedianya bahan-bahan bisa lebih mudah di
dapat dimana saja. Oleh karena itu harganya harganya lebih murah dari
pada obat kimia yang hanya bisa didapat dari apotek.
b. Kepercayaan dan kebudayaan
Memang kepercayaan dimiliki orang tertentu apa lagi terhadap
kesehatan sangat dipengaruhi budayanya. Seperti sudah dijelaskan
kepercayaan mistik sangat kuat dan mempengaruhi kebudayaan Jawa.
Kesehatan dari pendapat mistik terdiri atas sifat jasmani dan sifat yang
selain jasmani, yaitu rohani. Orang Jawa percaya bahwa kehidupan
seharusnya bersifat „keseimbangan‟ dan hubungan yang „rukun‟.
Pola-pikir kesehatan dipengaruhi rohani, jasmani dan mental,
adalah pola-pikir yang masuk akal untuk orang yang
mengidentifikasikan dengan kebudayaan Indonesia. Masalah
kesehatan merupakan masalah yang kompleks, gabungan dari
berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah
buatan manusia misalnya sosial budaya, perilaku, populasi penduduk,
genetika, dan sebagainya. Selain itu adanya persepsi mengenai suatu
penyakit pada masyarakat menjadi suatu hal yang sangat penting.
Persepsi tentang penyakit itu sendiri ditentukan oleh budaya, hal ini
dikarenakan oleh penyakit merupakan suatu pengakuan sosial bahwa
seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar
(Setiadi, 2009).
Hal ini sesuai dengan pendapat Antoni (2009) dalam
penelitiannya sehubungan dengan penyakit dilihat dari sisi sosial
budaya. Disebutkan bahwa sebagian masyarakat masih beranggapan
bahwa gejala penyakit tuberkulosis karena penyakit kutukan,
termakan racun atau kena guna-guna oleh perbuatan orang lain
sehingga penderita berusaha untuk menyembunyikan penyakitnya
karena takut dikucilkan dan disingkirkan dari pergaulan masyarakat,
sehingga penderita tidak mau mencari pengobatan ke pelayanan

xxi
kesehatan. Anggapan seperti ini menyebabkan masyarakat pertama
kali mencari pertolongan pengobatan ke dukun kampung. Konsep
kesehatan tidak saja berorientasi pada aspek klinis saja, tetapi lebih
berorientasi pada ilmu-ilmu lain yang ada kaitannya dengan kesehatan
dan kemasyarakatan, antara lain; ilmu sosiologi, psikologi, perilaku
danlain-lain yang kegunaannya sebagai penunjang yang sekaligus
sebagai faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan. Salah satu
cabang antropologi dan sosiologi yang membahas kebudayaan
termasuk didalamnya adalah : pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat-istiadat yang dilakukan oleh masyarakat
(Winkelman, 2009).
Manusia sebagai makhluk yang multidimensional, berpotensi
muncul dimensi-dimensi pada berbagai aspek dalam hidup seperti
pada aspek kesehatan, contohnya persepsi sakit bagi orang desa
berbeda dengan persepsi sakit orang kota. Oleh karena itu perbedaan
persepsi ini dapat mengembangkan perbedaan perilaku sehat antara
setiap individu masyarakat (Wisadirana, 2005). Perilaku terwujud
secara nyata dari seperangkat pengetahuan kebudayaan. Bila berbicara
tentang sistem budaya, berarti mewujudkan perilaku sebagai suatu
tindakan yang kongkrit dan dapat dilihat, yang diwujudkan dalam
sistem sosial di lingkungan warganya. Berbicara tentang konsep
perilaku, hal ini berarti merupakan satu kesatuan dengan konsep
kebudayaan. Perilaku kesehatan seseorang sangat berkaitan dengan
pengetahuan, kepercayaan, nilai, dan norma dalam lingkungan
sosialnya, berkaitan dengan terapi, pencegahan penyakit (fisik, psikis,
dan sosial) berdasarkan kebudayaan mereka masing-masing
(Dumatubun, 2002).
Di negara maju terdapat unsur kebudayaan yang dapat
menunjang peningkatan status kesehatan seperti tingkat pendidikan
yang optimal sosial ekonomi yang tinggi, lingkungan hidup yang
baik . Di Negara berkembang terjadi sebaliknya, masalah yang kita

xxii
hadapi adalah jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang
cukup tinggi serta penyebaran yang tidak merata. Tingkat
pengetahuan dan pendidikan yang rendah terutama pada golongan
wanita, kebiasaan yang negatif yang berlaku di masyarakat serta adat
istiadat dan kepercayaan yang kurangnya peran serta masyarakat
terhadap pembangunan kesehatan (Anonim, 2009). Universit Kondisi
sosial budaya masyarakat yang mendukung adalah semangat gotong
royong dan kekeluargaan serta bermusyawarah dalam mengambil
keputusan. Aspek sosial budaya juga berhubungan dengan :
1) Kesehatan Ibu, disebabkan oleh tingkat pendidikan wanita yang
rendah, kurangnya pengetahuan tentang cara pemilihan jenis/
bahan makanan, cara pengolahan dan cara penyajian serta budaya
pantangan terhadap makan makanan tertentu yang mestinya sangat
dibutuhkan.
2) Kesehatan Anak, kesehatan pada anak berkaitan erat dengan faktor
sosial budaya dimasyarakat seperti halnya tingkat pendidikan yang
rendah pada wanita, sosek, kepercayaan pada pelayanan tenaga
kesehatan masih rendah, adanya budaya memprioritaskan ayah
dalam pemberian makanan dalam keluarga.
3) Pelayanan Kesehatan, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan pelayanan terutama kepada petugas
kesehatan masih rendah, yang disebabkan karena relasi
interpersonal yang dirasa masih ada batas.
Petugas Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat,
kebudayaan, kepercayaan bahkan seluruh peradaban manusia dan
lingkungannya berpengaruh terhadap penyakit. Secara fisiologis dan
biologis tubuh manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya.
Manusia mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan yang selalu
berubah, yang sering membawa serta penyakit baru yang belum
dikenal atau perkembangan/ perubahan penyakit yang sudah ada.
Konsep sehat sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal

xxiii
karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang
mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya, akan tetapi bila
konsep sehat sakit ini tidak dijadikan sebagai suatu hal yang mendasar
pada kesehatan maka akan sangat memberikan pengaruh yang besar
terhadap terwujudnya derajat atau status kesehatan masyarakat
(Sudarma, 2008). Cara berinteraksi, perilaku manusia merupakan
fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam
penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat
menimbulkan penyakit termasuk juga dalam hal pemilihan pelayanan
kesehatan yang akan digunakan oleh masyarakat. Semua itu akan
mempengaruhi status kesehatan masyarakat itu sendiri. Sehingga
kajian atau penelitian mengenai konsekuensi kesehatan perlu
memperhatikan konteks budaya dan sosial masyarakat (Setiadi, 2009).
c. Geografi
Tersediannya pengobatan tradisional mudah dan bersifat
beraneka guna. Jamu, obat dari tumbuh-tumbuhan dijual disamping
jalan dan seperti tadi disebut bisa didapat di mana-mana saja karena
bersumber alami. Kemudian kalau jaraknya menjadi kesulitan
kemudian ada pilihan bentuk pengobatan tradisional yang
pengobatnya bisa menyembuhkan dari tempat yang jauh dari orang
pasien. Kalau pengobatnya memakai kekuatan-kekuatan yang tidak
luar seperti tenaga dalam kemudian berikut bahwa jarak fisik tidak
mambatasi penyembuhan dari mana-mana. Barangkali alasan itu
menjadi alasan lain yang mendorong masyarakat yang tidak
mempunyai fasilitas kedokteran, dan bergantung pada pengobatan
tradisional.
d. Sosial dan Demografis
Ada kecenderungan tentang pengobatan alternatif dengan daerah
perdesaan. Biasanya orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan
menilai sifat tradisional/alternatif dari pada orang-orang yang tinggal
di daerah perkotaan. Dikarenakan orang-orang ini masih bergantung

xxiv
pada daerah pedalaman alami dan hal spiritual seperti diturunkan
orang tuannya dari masa dahulu. Tidak ada pengaruh modern atau
fasilitas modern yang tersedia yang seperti di daerah pekotaan, karena
alasan itu kebanyakkan orang mencoba pengobatan alternatif biasanya
disarankan oleh orang tuannya.
Menurut Timmermans (2001) yang dikutip dari Walcott (2004)
ada barenekamacam jenis pengobatan tradisional yang bisa dibedakan
lewat hal cara-caranya. Perbedaan ini dijelaskan sebagai terapi yang
„berdasarkan cara-cara‟ seperti terapi spiritual yang terkait hal gaib
atau terapi dengan tusukan jarum. Jenis terapi yang kedua
„berdasarkan obat-obatan‟ seperti jamu dan pengobatan herbal.
Pembagian ini sering dikenal sebagai jenis pengobatan yang
„berdasarkan mantra-mantra‟ dan jenis pengobatan lain yang
berdasarkan „alat-alat‟. Pembagian ini juga digaris bahawi salah satu
responden dukun. Dia membedakan pengobatan yang cara dan
pendidikannya „bisa ditulis‟ seperti pengobatan Cina dengan
pengobatan yang cara dan pendidikannya tidak „bisa ditulis‟, seperti
terapi spiritual. Tidak ada pendidikan formal untuk kebanyakan
pengobatan alternatif, khususnya pengobatan yang „pakai cara-cara‟.
Ini tergantung pada faktor „keahlian‟ dan apakah pengobatan ini bisa
ditulis atau tidaknya.
Pada umumnya pengobatan yang bersifat obat-obat Cina seperti
jamu dan pengobatan herbal bisa ditulis. Walaupun pada pihak yang
lain pengobatan alternatif yang dipengaruhi supranatural atau
metafisik tidak bisa dipelajari dari buku-buku. Pelajaran atau
pendidikan pengobatan yang terkait hal ghaib hanya bisa dilatih oleh
orang yang mempunyai keahlian khusus untuk menjadi dukun.
Keahlian ini tidak terdapat melalui pendidikan formal tetapi lewat
keturunun saja atau bakat dari Tuhan (Walcott, 2004).
Menurut Bakker (1993) yang dikutip pada Walcott (2004),
menyebutkan bahwa sering pada berbagai daerah seorang yang ahli

xxv
pengobatan tradisional biasanya dinamakan „dukun‟. Peran dukun
bermacam-macam dan tidak hanya khusus pengobatan. Kekuatan-
kekuatan dimiliki dukun bisa dipakai untuk tujuan-tujuan seperti
santet, meramalkan, mempercantik, menyembuhkan dan bisa
berhubungan dengan dunia spiritual dan mistik. Pada umumnya
seorang dukun memiliki kemampuan untuk mengobati bareneka-
macam penyakit, baik penyakit luar maupun penyakit yang tidak luar
(Sianipar, 1989).
2. Pengobatan Tradisional
Terkait Hal Ghaib Para dukun bisa memakai pengaruh dari luar
dunia manusia untuk membantu orang yang sakit dan untuk alasan selain
ini. Tidak semua ahli pengobatan yang terkait hal ghaib menganggap
sendirinya sebagi dukun. Misalnya, menurut seorang dukun tenaga dalam,
dia bukan dukun karena tidak memakai mantra-mantra atau alatalat
(Sianipar, 1989).
Pengobatan tradisional bisa menyembuhkan penyakit „luar‟ maupun
penyakit yang „tidak luar‟. Ada banyak jenis pengobatan lain baik
tradisional maupun modern yang penggunaannya terlibat dengan penyakit
luar, karena itu pengobatan tradisional yang terkait hal ghaib lebih kenal
untuk penggunaan yang terlibat dengan penyakit yang tidak luar (Walcott,
2004).
Menurut Sianipar (1989) dengan kata lain pengobatan tradisional
yang terkait hal ghaib khusus untuk mengobati korban „sakit jiwa‟, atau
sifat lain yang tergantung pada dunia ghaib untuk menjadi sembuh. Di
masyarakat Jawa jiwa selalu berhubungan dengan raga atau fisik. Istilah-
istilah ini juga dikenal sebagai batin dan lahir. Yang mana dipakai
tergantung pada jenis pengobatan supranatural yang terfokus. Misalnya,
istilah-istilah pertama terkait dengan pengobatan „tenaga dalam‟,
sedangkan istilah-istilah yang kedua terlibat dengan pengobatan
„kebatinan‟. Menurut Mulder (1998) yang dikutip pada Walcott (2004),
pada sisi yang lain lahir atau raga termasuk kekuatan-kekuatan dari luar

xxvi
dirinya seperti perlilaku seseorang. Begitu bahwa jiwa dan raga atau batin
dan lahir selalu merupakan satu kesatuan. Dalam masyarakat Jawa
seseorang yang sakit jiwa berarti seseorang yang tidak bisa mengontrol
atau menyeimbangan „lahir dan batinnya‟. Kemudian berikut bahwa
seseorang yang tidak bisa melindungi keseimbangan ini, tubuhnya terlalu
peka dan terbuka terhadap pengaruh yang kurang baik. Biasanya
pengaruh-pengaruh ini bersumber jin, gangguan roh atau mahkluk lain dari
dunia supranatural. Istilah „lahir‟ bersama istilah „batin‟ tidak khusus
untuk bidang pengobatan yang terkait hal ghaib tetapi penting sekali dalam
kehidupan sehari-hari seorang yang berbudaya Jawa. Universi Dalam
budaya ini ada kepercayaan „Mistik‟ yang kuat sekali. Segala keadaan
kehidupan sebetulnya melindungi kesiembangan ini.
3. Pengobatan Tradisional
sebagai Kepercayaan Mistik Kepercayaan mistik menyediakan
kesamaan dalam dasar pola-pikir untuk semua jenis pengobatan yang
terkait hal ghaib. Memang dasar-dasar pola fikir orang Jawa sangat berbau
kepercayaan ini juga. Kepercayaan mistik termasuk sebagian dari identitas
orang Jawa karena sudah diusahkan sejak zaman dahulu, nenek moyang
(Soewandi, 2009).
Kepercayaan Mistik bisa ketahui sejak abad dua belas pada waktu
agama Hindu dan agama Budha paling berpengaruh. Kepercayaan mistik
masih hidup selama proses Islamisasi pada akhir abad tiga belas tetapi
bentuknya berubah untuk menyesuaikan dengan agama ini yang baru.
Menurut Mulder (1998) yang dikutip pada Walcott (2004) pada akhir abad
sembilan belas kepercayaan ini mulai dianggap dengan sengaja sebagai
simbang budaya Indonesia. Kecenderungan ini bisa dilihat sebagai
jawaban terhadap penjajahan. Yaitu, ada kecenderungan untuk masyarakat
tertentu untuk memperkuatkan budaya pribumi atau menciptakan identitas
yang melawan identitas penjajah (Walcott, 2004).
Di Jawa kecenderungan ini terlihat sebagai pengakuan kepercayaan
mistik sebagai bagian dari budaya Jawa. Sifat „spiritualisme‟ dinilai

xxvii
penting sekali dari pada „materialisme‟ – sifat yang diasosiasikan dengan
seorang Belanda. Pada saat ini, ada keinginan bersama masyarakat
Belanda untuk mengalami kepercayaan yang bersifat hal „ghaib‟ serta hal
„mistik‟. Oleh karena itu, kepercayaan Mistik tumbuh dengan semangat
dan masih hidup dengan kuat sampai masa ini (Soewandi, 2009). Apabila
semua aspek kehidupan dipengaruhi kepercayaan ini kemudian berikut
bahwa pengobatan juga dipengaruhi kepercayaan ini juga.
Kepercayaan Mistik mengutamakan tujuan masyarakat untuk tetap
mendapat keadaan „rukun‟ dalam kehidupan dan seluruh masyarakat. Bila
tidak ada keseimbangan, maka tidak ada „rukun‟ dan ini bisa terlihat lewat
pengaruh jahat dari dunia ghaib. Situasi ini yang ideal adalah situasi yang
bersiembang. Masih ada hal „jahat‟, masih ada hal „baik‟ dan hubungan di
antara dunia supranatural dan dunia manusia saling berhubungan. Manusia
yang pokok dalam proses ini bisa menentukan apakah situasi bisa hidup
atau tidak lewat perilakunya. Akan tetapi manusia harus mengakui bahwa
ada yang lebih kuasa dari pada manusia dalam dunia itu alias Tuhan atau
Allah. Manusia harus memilihara perilakunya dan tindakan supaya setuju
dengan „rukun‟. Seperti sudah disebut, seseorang bisa mendapat kontrol
dirinya kalau mendapatkan keseimbangan batin dan lahirnya. Kemudian
tidak ada kekacauan dalam masyarakat maka tidak ada alasan untuk
kekacauan di dunia lain. Pada pihak yang lain, kalau orang tidak
memilahara perilakunya lalu ini menyebabkan kekacauan dalam
masyarakat (Sianipar, 1989).

D. Perilaku Penggunaan Pelayanan Kesehatan


Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah
semua kegiatan atau Universitas Sumatera Utara aktivitas manusia, baik yang
dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung.
Menurut Skinner (1938), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau

xxviii
reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar (Notoatmodjo,
2003).
Meskipun perilaku adalah dalam bentuk respons atau reaksi terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam
memberikan respons sangat bergantung pada karakteristik atau faktor – faktor
lain dari orang yang bersangkutan. Faktor – faktor yang membedakan respons
terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan
perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni :
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat
kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan
fisik, social, budaya, ekonomi, politik, dsb. Salah satu contohnya adalah
media elektronik/cetak dan penyuluhan, teman (sosial), dan lain-lain.
Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang
mewarnai perilaku seseorang. Dari uraian di atas dapat dirumuskan
bahwa perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas
seseorang, yang merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai
faktor, baik faktor internal maupun eksternal.

xxix
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesehatan adalah salah satu kebutuhan yang mendasar bagi
keberlangsungan kehidupan manusia di samping kebutuhan lainnya seperti
pangan, tempat tinggal dan pendidikan, karena hanya dalam keadaan sehat
manusia dapat hidup, tumbuh berkembang, berkarya dan mengaplikasikan ide-
ide yang dimiliki dengan baik. Untuk memperoleh kesehatan yang optimal
masyarakat mengenal dua jenis pengobatan yaitu, pengobatan modern (medis)
dan pengobatan alternatif atau tradisional.
Pengobatan medis merupakan salah satu jenis pengobatan yang
menggunakan alat, cara, dan bahan yang bersifat modern dan berbahan kimia
yang termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern. Sedangkan
pengobatan alternatif merupakan suatu upaya kesehatan yang berakar pada
tradisi dan menggunakan bahan alami yang sistem pengobatannya berbeda
jauh dengan sistem pengobatan dalam bidang ilmu kedokteran. Agoes (1992 :
60) mengatakan bahwa “Pengobatan tradisional merupakan pengobatan yang
menggunakan obat-obat tradisional mempunyai latar belakang budaya
masyarakat dapat digolongkan sebagai teknologi tepat guna karena bahan-
bahan yang digunakan terdapat di sekitar masyarakat itu sendiri sehingga
mudah didapat, murah dan mudah menggunakannnya tanpa memerlukan
peralatan yang mahal untuk mempersiapkannya”.

xxx
DAFTAR PUSTAKA

http://lib.unnes.ac.id/29093/1/3401412171.pdf

Nurwidodo, 2003. “Pencegahan Dan Promosi Kesehatan Secara Tradisional


Untuk Peningkatan Status Masyarakat Di Sumenep Madura”, Laporan
Penelitian, Kerjasama Kehati-Jurusan Biologi UMM, Universitas
Muhammadiyah Malang.

Parsai, Monica Bermudez, dkk. 2012. “Acculturation and Healthcare Utilization


Among Mexican Heritage Woman in United States”. International Journal
of Matern Child Health. 16(2012):1173-1179.

Triratnawati, Atik. 2016. “Acculturation in Javanese Traditional Medicine


Practice in Yogyakarta”. Komunitas : International Journal of Indonesian
Society and Culture, 8(1):39-50.

xxxi

Anda mungkin juga menyukai