Anda di halaman 1dari 20

lOMoARcPSD|23226338

Makalah infertilitas pada wanita

Accounting (Universitas Muslim Indonesia)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Hariyono Rudi Novanto (hariyonorudi@student.ppns.ac.id)
MAKALAH

INVESTIGASI INFERTILITAS PADA WANITAS

DISUSUN OLEH :

Kelompok Ill
Harianti 14220190037
Nur Rahmah 14220190038
Amlia 14220190040
Tri Fitri Inriani
14220190042 B1
Keperawatan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR 2021/2022

Downloaded by Hariyono Rudi Novanto (hariyonorudi@student.ppns.ac.id)


KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur serta kehadirat Allah SWT atas seluruh limpahan rahmat serta
hidayah-Nya, kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “INVESTIGASI
INFERTILITAS PADA WANITA”

Adapun tujuan dan maksud kami membuat makalah ini adalah sebagai salah satu pemenuhan
tugas Keperawatan Maternitas ll. sekaligus kami sampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya
kepada ibu Fatma Jama, S.Kep.,Ns.,M.Kes., selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan maternitas ll dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bantuan dalam
menulis makalah ini.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Kami tahu makalah
ini masih belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran teman-teman yang membangun
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. . Aamiin Yaa Rabbal Alamiin.

Makassar, 08 November 2021

Downloaded by Hariyono Rudi Novanto (hariyonorudi@student.ppns.ac.id)


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………….…………..…………..

DAFTAR ISI…………………………………………………………….……….….…….…...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………………....
B. Tujuan Makalah………….…………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi………………………………………………………………………………..
B. Klasifikasi ……………………..……………………………………………………..
C. Etiologi………………………………………………………………………………..
D. Manifestasi Klinik……………………………………………………………………
E. Patofisiologi………………………………………………………………………….
F. Komplikasi……………………………………………………………………………
G. Pemeriksaan Diagnostik……………………………………………………………
H. Penatalaksanaan……………………………………………………………………
I. Prognosis…………………………………………………………………………….
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian…………………………………………………………………………..

B. Diagnosis Keperawatan……………………………………………………………

C. Intervensi Keperawatan……………………………………………………………

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………

B. Saran………………………………………………………………………………..

DAFTA RPUSTAKA………………………………………………………………….………

Downloaded by Hariyono Rudi Novanto (hariyonorudi@student.ppns.ac.id)


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infertilitas atau kemandulan menjadi salah satu masalah kesehatan reproduksi yang
sering berkembang menjadi masalah sosial karena pihak wanita (istri) selalu dianggap
sebagai penyebabnya (40-50% disebabkan pada wanita). Akibatnya wanita sering
terpojok dan mengalami kekerasan, terabaikan kesehatannya, serta diberi label sebagai
wanita mandul sebagai masalah hidupnya (Aprillia, 2010).
Infertilitas juga disebut sebagai subfertilitas dan dapat diartikan sebagai
ketidakmampuan pasangan untuk hamil atau mengandung secara spontan. Lama waktu
pasangan suami istri (pasutri) untuk mencoba mendapat kehamilan sangat penting, dan
biasanya dianggap sebagai masalah jika mereka belum mendapat kehamilan setelah
mereka melakukan hubungan seksual, tanpa pelindung (alat kontrasepsi) selama satu
tahun. Infertilitas sendiri dibedakan atas primer dan sekunder (Prawirohardjo, 2005).
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan pasutri sulit untuk hamil setelah
kehidupan seksual normal yang cukup lama. Infertilitas menjadi salah satu penyebab
perceraian pada pasutri. Estimasi angka perceraian yang disebabkan oleh infertilitas
sekitar 43% dari berbagai permasalahan pernikahan yang ada. Infertilitas merefleksikan
ketidaksempurnaan peran orang tua karena ketidakmampuan dalam menghadirkan anak
dalam kehidupan perkawinan (Prawirohardjo, 2005).
Sebagian besar kasus infertilitas wanita disebabkan oleh masalah dengan ovulasi.
Tanpa ovulasi, tidak ada telur yang bisa dibuahi. Beberapa tanda-tanda bahwa wanita
tidak berovulasi biasanya mencakup tidak teratur atau tidak adanya menstruasi
(Kusmiran, 2013). Menurut WHO, penyebab infertilitas pada perempuan diantaranya
faktor tuba fallopi 36%, gangguan ovulasi 33%, endometriosis 6%, dan 40% oleh faktor
lain yang tidak diketahui. faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kesuburan
seseorang misalnya faktor asupan nutrisi, tingkat stress, terpapar zat-zat aktif yang yang
mengganggu kesuburan, usia, ketidakseimbangan hormone, dan lain-lain (Kumalasari,
2012).

B. Rumusan masalah
a. Apa dari definisi infertilitas pada wanita ?
b. Sebutkan jenis-jenis infertilitas pada wanita ?
c. Apa etiologi dari infertilitas pada wanita ?
d. Bagaimana manifestasi klinik infertilitas pada wanita?
e. Bagaimana patofisiologi infertilitas pada wanita?
f. Apa saja komplikasi dari infertilitas pada wanita?
g. Bagaimana pemeriksaan diagnostic infertilitas pada wanita?

Downloaded by Hariyono Rudi Novanto (hariyonorudi@student.ppns.ac.id)


h. Bagaimana penatalaksanaan infertilitas pada wanita?
i. Apa prognosis dengan klien infertilitas pada wanita?
j. Bagaimana asuhan keperawatan infertilitas pada wanita?

C. Tujuan
a. Mampu memahami definisi infertilitas pada wanita
b. Mampu memahami jenis-jenis infertilitas pada wanita
c. Mampu memahami etiologi infertilitas pada wanita
d. Mampu memahami manifestasi klinik infertilitas pada wanita
e. Mampu memahami patofisiologi infertilitas pada wanita
f. Mampu memahami komplikasi infertilitas pada wanita
g. Mampu memahami pemeriksaan diagnostic infertilitas pada wanita
h. Mampu memahami penatalaksanaan infertilitas pada wanita
i. Mampu memahami prognosis dengan klien infertilitas pada wanita
j. Mampu memahami asuhan keperawatan infertilitas pada wanita

BAB II

Downloaded by Hariyono Rudi Novanto (hariyonorudi@student.ppns.ac.id)


LANDASAN TEORI

A. Definisi
Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan
setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal Bedah).

Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah
selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat
kontrasepsi. Tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000). Infertilitas adalah
ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki. Keturunan wanita belum
mengalami kehamilan setelah bersenggama.Secara teratur 2-3 x/ minggu, tanpa mamakai
matoda pencegahan selama 1 tahun
Infertilitas adalah tidak terjadinya kehamilan setelah menikah selama 1 tahun atau
lebih dimana pasangan tersebut aktif melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa
pemakaian alat kontrasepsi (Wiknjosastro et al, 2011). Menurut Kusmiran (2013)
infertilitas diartikan sebagai ketidakmampuan untuk hamil sesudah 12 bulan atau enam
bulan pada wanita berusia lebih dari 35 tahun tanpa menggunakan kontrasepsi dan
melakukan hubungan seksual secara aktif.
Infertilitas dalam Kamus Saku Kedokteran Dorland adalah kurangnya atau
hilangnya kemampuan menghasilkan keturunan.Satu dari beberapa jenis infertilitas yang
dipercaya disebabkan adanya antibodi di dalam tubuh wanita yang mengganggu fungsi
sperma. Infertilitas atau ketidaksuburan adalah ketidakmampuan Pasangan Usia Subur
(PUS) untuk memperoleh keturunan setelah melakukan hubungan seksual secara teratur
dan benar tanpa usaha pencegahan lebih dari satu tahun (Kumalasari, 2012).
Berdasarkan beberapa definisi tentang infertilitas maka dapat disimpulkan bahwa
infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan suami istri memiliki anak meskipun telah
berhubungan seksual rutin.

B. Klasifikasi
Menurut WHO, infertilitas dibedakan atas (Hestiantoro, 2011):
a. Infertilitas primer, jika seorang wanita yang telah menikah setidaknya < 12 bulan
belum pernah hamil meskipun telah melakukan hubungan seksual secara teratur
tanpa perlindungan alat kontrasepsi.
b. Infertilitas sekunder adalah tidak terdapat kehamilan setelah berusaha dalam
waktu 1 tahun atau lebih pada seorang wanita yang telah berkeluarga dengan
hubungan seksual secara teratur tanpa perlindungan kontrasepsi, tetapi
sebelumnya pernah hamil.

C. Etiologi

Downloaded by Hariyono Rudi Novanto (hariyonorudi@student.ppns.ac.id)


Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil penelitian
membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infertil, istri 40-
55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapus anggapan bahwa
infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita/istri. Berbagai gangguan
yang memicu terjadinya infertilitas antara lain :
a. Gangguan organ reproduksi:
• Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina yang akan
membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat
transportasi sperma ke vagina
• Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang mengganggu
pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan
sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang
menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak
dapat masuk ke rahim
• Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang
mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang
menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus
dan akhirnya terjadi abortus berulang
• Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii
dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu
b. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti
adanya hambatan pada sekresi hormon FSH dan LH yang memiliki pengaruh
besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor kranial,
stress, dan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi
hipothalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormon ini, maka
folikel mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gangguan ovulasi.
c. Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam
mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses
nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat
berkembang dan terjadilah abortus.
d. Endometriosis
Kondisi menebalnya lapisan endometrium di tuba falopii atau ovarium. Kondisi
ini sering menimbulkan kista. Kista dapat mengganggupematangan folikel dan
pelepasan sel telur.
e. Abrasi genetis
Translokasi Robertsonian menyebabkan aborsi spontan atau infertilitas primer
f. Faktor immunologis

Downloaded by Hariyono Rudi Novanto (hariyonorudi@student.ppns.ac.id)


Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
g. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan
pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ
reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
h. Usia
Usia 35 tahun peluang seorang wanita akan hamil adalah 95% setelah rutin
melakukan hubungan seks selama 3 tahun, pada wanita 38 tahun peluangnya akan
turun menjadi 75%.

D. Manifestasi Klinis
a. Terjadi kelainan system endokrin
b. Hipomenore dan amenore
c. Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan
d. masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik
e. Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang,dan gonatnya abnormal
f. Wanita infertil dapat memiliki uterus
g. Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat
infeksi,adhesi, atau tumor
h. Traktus reproduksi internal yang abnormal

E. Patofisiologi
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan
stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH tidak
adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium. Penyebab lain
yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk
anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya cidera tuba
dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari
ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak
berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium,
mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi proses
pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik
yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga organ genitalia tidak
berkembang dengan baik. Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan
reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa
bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya
menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus.

Downloaded by Hariyono Rudi Novanto (hariyonorudi@student.ppns.ac.id)


F. Komplikasi
Komplikasi yang umum terjadi pada wanita dengan infertilitas adalah
gonadotropin-induced ovarian hyperstimulation syndrome (OHSS), gestasi multipel, dan
kehamilan ektopik.
1. Gonadotropin-induced Ovarian Hyperstimulation Syndrome (OHSS)
Gonadotropin-induced ovarian hyperstimulation syndrome (OHSS) merupakan
komplikasi dari stimulasi ovarium terkontrol yang menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler yang kemudian mengakibatkan perpindahan cairan
intravaskular ke kompartmen ruang ketiga, terutama kavitas abdomen. Hal ini
menyebabkan gejala ringan pada pasien, seperti perut kembung dan rasa tidak
nyaman pada abdomen. Apabila pengumpulan cairan pada abdomen banyak,
maka dapat menyebabkan gangguan aktivitas diafragma yang menyebabkan
pasien sesak nafas. Penurunan cairan intravaskular juga dapat menyebabkan gagal
ginjal. Terapi OHSS umumnya hanya suportif. Parasentesis dapat dilakukan untuk
mengurangi sesak pada pasien dan meningkatkan curah jantung.
2. Gestasi Multipel
Gestasi multipel paling sering ditemukan pada pasien yang mendapatkan terapi
gonadotropin. Terapi induksi ovarium oral, seperti klomifen sitrat dan letrozole,
memiliki risiko yang lebih rendah mengalami gestasi multipel.
3. Kehamilan Ektopik
Risiko terjadinya kehamilan ektopik meningkat 2-3 kali lipat pada pasien dengan
infertilitas. Hal ini umumnya terjadi pada pasien dengan infertilitas akibat
masalah tuba.

G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan infertilitas pada wanita dapat dilakukan sebagai berikut (Manuaba,
2010):
a. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan untuk memperoleh gambaran umum tentang
alat kelamin wanita yang meliputi liang senggama, kelainan serviks uteri,
kelainan rahim, kelainan pada tuba fallopi atau ovarium. Pemeriksaan sonde
(memasukan alat duga ke dalam rahim) dilakukan untuk mengetahui kedalaman
dan kedudukan serta arah rahim, kelainan fungsi alat kelamin secara kasar,
keberadaan perlekatan dengan organ sekitarnya, (tumor terutama pada indung
telur) atau daerah serviks.

Downloaded by Hariyono Rudi Novanto (hariyonorudi@student.ppns.ac.id)


b. Pemeriksaan ovulasi
Tindakan ini dilakukan dengan anggapan bahwa pada pemeriksaan dalam
tidak dijumpai kelainan alat kelamin wanita. Pemeriksaan suhu basal badan
dilakukan untuk membuktikan terjadi tidaknya ovulasi. Ovulasi menyebabkan
suhu badan basal menjadi bifasik. Waktu perubahan tersebut dianggap terjadi
ovulasi, sehingga harus dimanfaatkan untuk melakukan hubungan seksual
dengankemungkinan hamil yang lebih besar.
c. Pemeriksaan terhadap tuba fallopi
Tuba fallopi berfungsi sangat vital dalam proses kehamilan yaitu sebagai
tempat saluran spermatozoa dan ovum, tempat terjadinya konsepsi (pertemuan sel
telur dan spermatozoa), tempat tumbuhnya dan berkembangnya hasil konsepsi,
tempat saluran hasil konsepsi menuju rahim, untuk dapat bernidasi (menanamkan
diri). Tuba fallopi berukuran sangat kecil sehingga sedikit saja terjadi gangguan
karena infeksi atau desakan pertumbuhan keadaan patologi dapat menghalangi
fungsinya. Gangguan fungsi tuba fallopi menyebabkan infertilitas, gangguan
perjalanan hasil konsepsi menimbulkan kehamilan di luar kandungan (ektopik)
utuh atau terganggu (pecah).

d. Histeroskopi
Pemeriksaan histeroskopi adalah pemeriksaan dengan melakukan alat optic
kedalam rahim untuk mendapatkan keterangan tentang mulut tuba fallopi dalam
rahim (normal, edema, tersumbat oleh kelainan dalam rahim), lapisan dalam
rahim (situasi umum lapisan dalam rahim karena pengaruh hormone, polip atau
mioma dalam rahim), dan keteranangan lain yang diperlukan.
e. Laparaskopi
Pemeriksaan lapaskopi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
memasukan alat optik kedalam rahim untuk mendapatkan keterangan tentang
keadaan indung telur yang meliputi ukuran dan situasi permukaannya, adanya
graaf folikel, korpus liteum atau korpus albikantes, abnormalitas bentuk, keadaan
tubafallopi (yang meliputi, kelainan anatomi atau terdapat perlekatan).
f. Ultrasonografi

Downloaded by Hariyono Rudi Novanto (hariyonorudi@student.ppns.ac.id)


Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sangat penting bagi pasangan infertil
terutama ultrasonografi vaginal yang bertujuan mendapatkan gambaran yang
lebih jelas tentang anatomi alat kelamin bagian dalam, mengikuti tumbuh
kembang folikel de Graaf yang matang, sebagai penuntun aspirasi (pengambilan)
telur (ovum) pada folikel de Graff untuk pembiakan bayi tabung. Ultrasonografi
vaginal dilakukan sekitar waktu ovulasi yang didahului dengan pemberian
pengobatan dengan klimofen sitrat atau obat perangsang telur lainnya.
g. Uji pasca senggama
Pemeriksaan uji pasca senggama dimaksudkan untuk mengetahui
kemampuan tembus spermatozoa dalam lender serviks. Pasangan dianjurkan
melakukan hubungan seksual di rumah dan setelah dua jam datang ke rumah sakit
untuk pemeriksaan. Lender serviks di ambil dan selanjutnya dilakukan
pemeriksaan jumlah spermatozoa yang di jumpai dalam lendir tersebut.
Pemeriksaan ini dilakukan sekitar perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke 12,13 dan
14 dengan perhitungan menstruasi hari pertama di anggap ke-1.
h. Pemeriksaan hormonal
Setelah semua pemeriksaan dilakukan, bila belum dapat dipastikan
penyebab infertilitas, dapat di lakukan pemeriksaan hormonal untuk mengetahui
hubungan aksis hipotalamus, hipofise, dan ovarium.Hormone yang diperiksa
adalah gonadotropin (follicle stimulatiom hormone (FSH), hormone luteinisasi
(LH) dan hormone estrogen, progesterone, dan prolaktin).
Pemeriksaan hormonal ini dapat menetapkan kemungkinan infertilitas dari
kegagalan melepaskan telur (ovulasi).Pemeriksaan harus selesai dalam waktu 3
siklus menstruasi, sehingga rencana pengobatan dapat dilakukan.

H. Penatalaksanaan
a) Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu yang
tepat untuk coital
b) Pemberian terapi obat, seperti;
1. Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh .
2. Terapi penggantian hormon
3. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal

Downloaded by Hariyono Rudi Novanto (hariyonorudi@student.ppns.ac.id)


4. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan
infeksi dini yang adekuat
5. GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
6. Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas
7. Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
8. Pengangkatan tumor atau fibroid
9. Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi

I. Prognosis
Prognosis infertilitas wanita sangat bergantung pada usia pasien, penyebab
infertilitas, dan terapi yang didapat. Pada pasien dengan terapi klomifen sitrat,
kemungkinan terjadinya kehamilan adalah sebesar 36%. Tingkat keberhasilan terapi
gonadotropin untuk kehamilan adalah sebesar 20-22%. Pada pasien yang menjalani
prosedur fertilisasi in vitro (IVF), tingkat keberhasilan pasien < 35 tahun adalah 54,4%
dan menurun sejalan dengan usia pasien.
-

Downloaded by Hariyono Rudi Novanto (hariyonorudi@student.ppns.ac.id)


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, jenis kelamin, suku bangsa / latar belakang kebudayaan, agama, status sipil,
pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Dahulu
1) Riwayatterpajanbenda–bendamutanyangmembahayakanreproduksidi rumah
2) Riwayat infeksi genitorurinaria
3) Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
4) Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
5) Tumor hipofisis atau prolaktinoma
6) Riwayat penyakit menular seksual
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Endometriosis dan endometrits
2) Vaginismus(kejangpadaototvagina)
3) Gangguan ovulasi
4) Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
5) Autoimun
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic
d) Riwayat Obstetri
1) Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
2) Mengalami aborsi berulang
3) Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa
alat kontrasepsi
B. PemeriksaanFisik
Terdapat kelainan pada organ genital wanita maupun pria
1) Pemeriksaan vagina
Masalah vagina yang dapat mengahambat penyimpanan air mani ke dalam vagina
sekitar serviks ialah adanya sumbatan atau peradangan. Sumbatan psikogen
disebut vaginismus atau disparenia, sedangkan sumbatan anatomik dapat karena
bawaan atau perolehan.
2) Pemeriksaan leher rahim
Pemeriksaan standar leher rahim yang dikenal sebagai PAP Smear (smear test) ini
perlu dilakukan 3-5 tahun sekali pada setiap wanita dewasa dengan kehidupan
seks yang aktif. Vagina dibuka dengan spekulum dan contoh sel permukaan lehir
rahim diambil dengan alat spatula, lalu dibawa ke lab untuk dianalisa, jangan

Downloaded by Hariyono Rudi Novanto (hariyonorudi@student.ppns.ac.id)


melakukan hubungan seksual, Douche / menggunakan produk pembersih vagina
selama 24 jam setelah PAP Smear.

B. Diagnosis Keperawatan
1) Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic
2) Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
3) Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
4) Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic

C. Intervensi Keperawatan
1) Dx.1 : Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan ansietas klien
berkurang
Kriteria Hasil:
a) Klien mampu mengungkapkan tentang infertilitas dan bagaimana treatmentnya
b) Klien memperlihatkan adanya peningkatan kontrol diri terhadap diagnosa infertile
c) Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile
• Intervensi
1. Jelaskan tujuan test dan prosedur
R : Menurunkan cemas dan takut terhadap diagnosis dan prognosis
2. Tingkatkan ekspresi perasaan dan takut, contoh : menolak, depresi, dan marah.
R: Biarkan pasien / orang terdekat mengetahui ini sebagai reaksi yang normal
Perasaan tidak diekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek
gambaran diri
3. Dorong keluarga untuk menganggap pasien seperti sebelumnya
R : Meyakinkan bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah
4. Kolaborasi : berikan sedative, tranquilizer sesuai indikasi
R : Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara
fisik mampu untuk membuat startegi koping adekuat

2) Dx.2 : Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan
fertilitas

Downloaded by Hariyono Rudi Novanto (hariyonorudi@student.ppns.ac.id)


Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien mengalami
perubahan harga diri
Kriteria Hasil:
a) Klien mampu mengekspresikan perasaan tentang infertile
b) Terjalin kontak mata saat berkomunikasi
c) Klien mampu Mengidentifikasi aspek positif diri
• Intervensi
1. Tanyakan dengan nama apa pasien ingin dipanggil
R : Menunjukan kesopan santunan / penghargaan dan pengakuan personal
2. Identifikasi orang terdekat dari siapa pasien memperoleh kenyaman dan siapa
yang harus memberitahuakan jika terjadi keadaan bahaya
R : Memungkinkan privasi untuk hubungan personal khusus, untuk mengunjungi
atau untuk tetap dekat dan menyediakan kebutuhan dukungan bagi pasien
3. Dengarkan dengan aktif masalah dan ketakutan pasien
R : Menyampaikan perhatian dan dapat dengan lebih efektif
mengidentifikasi kebutuhan dan maslah serta strategi kopingpasien dan seberapa
efektif
4. Dorong mengungkapkan perasaan, menerima apa yang dikatakannya
R : Membantu pasien / orang terdekat untuk memulai menerima perubahan dan
mengurangi ansietas mengenai perubahan fungsi / gaya hidup
5. Diskusikan pandangan pasien terhadap citra diri dan efek yang ditimbulkan dari
penyakit / kondisi
R : Persepsi pasien mengenai perubahan pada citra diri mungkin terjadi
secara tiba- tiba atau kemudian

3) Dx.3 : Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk


Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien mampu
Melakukan mekanisme koping yang baik
Kriteria Hasil:
a) Klien Menunjukan rasa pergerakan kearah resolusi dan rasa berduka dan
harapan Untuk masa depan
b) Klien menunjukkan fungsi pada tingkat adekuat, ikut serta dalam pekerjaan
• Intervensi
1. Berikan lingkungan yang terbuka pasien merasa bebas untuk dapat
R : Mendiskusikan perasaan dan masalah secara realitaskemampuan komunikasi
terapeutik seperti aktif mendengarkan, diam,selalu bersedia, dan
pemahaman dapat memberikan pasien kesempatan untuk berbicara secara bebas
dan berhadapan dengan perasaan
2. Identifikasi tingkat rasa duka / disfungsi : penyangkalan, marah, tawar –
menawar, depresi, Penerimaan

Downloaded by Hariyono Rudi Novanto (hariyonorudi@student.ppns.ac.id)


R : Kecermatan akan memberikan pilihan intervensi yang sesuai pada
waktu Induvidu menghadapi rasa berduka dalam berbagai cara yang berbeda
3. Dengarkan dengan aktif pandangan pasien dan selalu sedia untuk membantu jika
diperlukan
R : Proses berduka tidak berjalan dalam cara yang teratur,
tetapi fluktuasainya dengan berbagai aspek dari berbagai tingkat yang muncul
pada suatu kesempatan yang lain
4. Identifikasi dan solusi pemecahan masalah untuk keberadaan respon –
respon fisik, misalnya makan, tidur, tingkat aktivitas dan hasrat seksual
R : Mungkin dibutuhkan tambahan bantuan untuk berhadapan dengan aspek –
aspek fisik dari rasa berduka
5. Kaji kebutuhan orang terdekat dan bantu sesuai petunjuk
R : Identifikasi dari masalah – masalah berduka disfungsionalakan
mengidentifikasi intervensi induvidual
6. Kolaborasi : rujuk sumber – sumber lainnya misalnya konseling, psikoterapi
sesuai petunjuk
R : Mungkin dibutuhkan bantuan tambahan untuk mengatasi rasa berduka,
membuat rencana, dan menghadapi masa depan

4) Dx.4 : Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic


Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri
klien berkurang
Kriteria Hasil :
a) Ekspresi klien terlihat tenang
b) Napas klien teratur
c) Skala nyeri 0-3
d) Ttv dalam rentang normal
e) Klien mengetahui penyebab nyeri
f) Kliem mampu menggunakan teknik distraksi relaksasi dengan baik
• Intervensi
1. Lakukan komunikasi terapeutik
R: kemampuan komunikasi terapeutik seperti aktif mendengarkan, diam, selalu
bersedia, dan pemahaman dapat memberikan pasien kesempatan untuk berbicara
secara bebas dan berhadapan dengan perasaan
2. Pantau lokasi, lamanya intensitas dan penyebaran (PQRST)
R: Perhatikan tanda nonverbal, contoh peningkatan TD dan nadi, gelisah, merintih
Untuk menentukan intervensi selanjutnya
3. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staff
terhadap karakteristik nyeri
R:Memberikan kesempatan untuk pemberian analgesik sesuai waktu
4. Berikan tindakan relaksasi, contoh pijatan, lingkungan istirahat

Downloaded by Hariyono Rudi Novanto (hariyonorudi@student.ppns.ac.id)


R:Menurunkan tegangan otot dan meningkatan koping efektif
5. Bantu atau dorong penggunaan nafas efektif
R: Mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot
6. Bimbingan imajinasi
R: Mengontrol aktivitas terapeutik

Downloaded by Hariyono Rudi Novanto (hariyonorudi@student.ppns.ac.id)


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu
memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3kali dalam
seminggu dalam kurun waktu 1 tahun tanpa menggunakan kontrasepsi. Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pasangan suami istri dianggap infertil apabila
memenuhi syarat :
1. Pasangan suami istri berkeinginan untuk memiliki anak.
2. Selama 1 tahun atau lebih berhubungan seks, istri belum mendapatkehamilan.
3. Frekuensi hubungan seks minimal 2-3 kali dalam setiap minggunya.
4. Istri maupun suami tidak pernah menggunakan alat atau metode kontrasepsi, baik
kondom, obat-obatan, dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.
B. Saran
Kami yakin makalah ini banyak kekurangan maka dari itu kami sangat mengharapkan
saran dari teman-teman dalam penambahan untuk kelengkapan makalah ini, karena saran
yang kami terima dapat mengkoreksi makalah yang kami buat. Atas saran dari teman-
teman kami ucapkan terima kasih.

Downloaded by Hariyono Rudi Novanto (hariyonorudi@student.ppns.ac.id)


DAFTAR PUSTAKA

http://askepinfertilitas.blogspot.sg/2016/10/askep-infertilitas.html?m=1
https://eviesetya.wordpress.com/2012/03/02/asuhan-keperawatan-infertilitas/
https://dieena.wordpress.com/2012/06/23/makalah-infertilitas/
http://www.scribd.com/doc/290840345/jurnal-infertilitas
http://www.ners.unair.ac.id/materikuliah/Askep%20Infertilitas.pdf
Hestiantoro A., 2011, Infertilitas dalam : Anwar M, Baziad A, Prabowo RP, editor. Ilmu
kandungan edisi Ketiga, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Kumalasari, I. 2012, Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan
dan Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta.
Kusmiran, E., 2011, Kesehatan reproduksi Remaja dan Wanita, Salemba
Medika, Jakarta.
Manuaba I.B.G., 2010, Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan
Bidan Edisi 2, EGC, Jakarta.
Prawirohardho S., 2009, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
Wiknjosastro H, Saifudin A, Rachimhadhi T, 2011, Ilmu Kebidanan, Ed isi 5,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Downloaded by Hariyono Rudi Novanto (hariyonorudi@student.ppns.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai