Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

REPRODUKSI INFERTILITAS PADA PRIA

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Arisa 21100078
Dera kurniawati 21100094
Madalena Da Conceicao 21100054
M. Alamsah 21100056
Ulfi Andari 21100070
Sri Riliyantri 21100063
Wiwi Aprilianda 21100057

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

STIKES CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunianya kepada kita semua, sehingga berkat karunianya kami dapat menyelesaikan tugas “Makalah
Infertilitas pada Pria”.
Dalam penyusunan tugas ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing kami yang telah membimbing kami dan juga kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan tugas asuhan keperawatan ini. Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini, kami
berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembacanya.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat kelebihan dan kekurangannya
sehingga kami mengharap kritik dan saran yang dapat memperbaiki penulisan tugas selanjutnya.

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................................................................. 2
C. Manfaat Penulisan ................................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI ........................................................................................................... 3
A. Konsep Infertilitas Pria ........................................................................................................ 3
1. Defenisi ............................................................................................................................ 3
2. Etiologi ............................................................................................................................. 3
3. Patofisiologi ..................................................................................................................... 4
4. Manifestasi Klinis ............................................................................................................ 5
5. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................... 5
6. Penatalaksanaan ............................................................................................................... 5
B. Konsep Asuhan Keperawatan .............................................................................................. 6
1. Pengkajian ........................................................................................................................ 6
2. Pemeriksaan Fisik ............................................................................................................ 7
3. Pemeriksaan penunjang .................................................................................................... 7
4. Diagnosa Keperawatan ..................................................................................................... 8
C. Asuhan Keperawatan Infertilitas Pada Pria ......................................................................... 8
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 11
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 11
B. Saran .................................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infertilitas pada pria merupakan suatu masalah sistem reproduksi yang dihadapi oleh para
pria di seluruh dunia. Salah satu faktor penyebabnya adalah stress oksidatif. Menurut The
International Committee for Monitoring Assisted Reproductive Technology (ICMART) dan
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa infertilitas adalah suatu gangguan
sistem reproduksi yang ditetapkan dengan adanya kegagalan mencapai kehamilan klinis
setelah 12 bulan atau lebih melakukan hubungan seksual secara regular tanpa menggunakan
alat kontrasepsi.
Observasi di beberapa negara menunjukkan gejala penurunan jumlah dan kualitas sperma
di antara pria dewasa muda. Masalah infertilitas tersebut dapat dicegah salah satunya dengan
menggunakan vitamin C. Akan tetapi, jika vitamin C ini diberikan dengan dosis yang tinggi
(>1000 mg), akan berubah menjadi prooksidan karena banyak menghasilkan radikal bebas
sehingga mempengaruhi penurunan kualitas sperma.
Menurut WHO, sekitar 50-80 juta pasangan suami- istri dari seluruh dunia mempunyai
masalah infertilitas. Sedangkan di Indonesia, prevalensi infertilitas adalah 12% atau sekitar 3
juta pasangan suami-istri. Infertilitas sebanyak 36% disebabkan oleh pria, sedangkan 64%
disebabkan oleh wanita. Infertilitas pria sekitar 24-42% disebabkan karena adanya penurunan
kualitas sperma, 4 sekitar 40% kasus infertilitas disebabkan karena gangguan pada testis.
Infertilitas adalah gangguan dari sistem reproduksi yang ditandai dengan kegagalan
mengalami kehamilan setelah 12 bulan atau lebih dan telah melakukan hubungan sanggama
tanpa kontrasepsi secara teratur (Cavallini & Beretta, 2015).
Infertilitas dapat dibagi menjadi infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Infertilitas
primer adalah jika seorang wanita belum pernah memiliki anak karena tidak pernah terjadi
kehamilan atau pernah mengalami kehamilan tetapi tidak pernah terjadi kelahiran hidup.
Sedangkan infertilitas sekunder jika seorang wanita tidak mampu untuk memiliki anak yang

1
disebabkan karena tidak terjadinya kehamilan atau pernah mengalami kehamilan tetapi tidak
terjadi kelahiran hidup dengan syarat sebelumnya wanita tersebut pernah mengalami
kehamilan atau pernah terjadi kelahiran hidup (Mascarenhas et al., 2012).
Infertilitas tidak hanya merupakan suatu masalah kesehatan, tetapi juga suatu masalah
sosial. Masalah infertilitas dapat mempengaruhi hubungan interpersonal, perkawinan dan
sosial, serta dapat menyebabkan gangguan secara emosional dan psikologis yang signifikan
(Karimi et al., 2015). Dari semua pasangan yang aktif secara seksual, 12 – 15 % mengalami
infertilitas (Parekattil & Agarwal, 2012). Pada tahun 2010, infertilitas diperkirakan terjadi
pada 48,5 juta pasangan di seluruh dunia. Wanita yang berumur 20 – 44 tahun yang ingin
memiliki anak mengalami infertilitas primer sebesar 1,9% dan 10,5 % wanita mengalami
infertilitas sekunder (Mascarenhas et al., 2012).
Penyebab infertilitas multifaktorial. Faktor pria dan wanita sebagai penyebab infertilitas
sekitar 26% faktor wanita menyumbangkan 39% dari penyebab infertilitas, faktor pria sekitar
20%, dan faktor yang belum diketahui penyebabnya sekitar 15%. (Nieschlag et al., 2010)
berperan pada fertilitas. Kerusakan pada sel leydig dan sel sertoli akan mempengaruhi
fertilitas seseorang. Salah satu penyebab kerusakan tersebut adalah oksidan.
Hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Cleveland’s Clinical Urology News terbaru
menunjukkan bahwa oksidan dapat menjadi salah satu faktor penyebab infertilitas pada pria.
Pada sperma penderita infertilitas yang belum diketahui penyebabnya, ditemukan radikal
bebas, yaitu reactive oxygen species (ROS) dengan konsentrasi yang tinggi. Hasil penelitian
lain menunjukkan bahwa 30-80% kasus infertilitas ditemukan radikal bebas dengan
konsentrasi tinggi.

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep infertilitas pada pria
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan infertilitas pada pria

C. Manfaat Penulisan
1. Mengetahui konsep infertilitas pada pria
2. Mengetahui konsep asuhan keperawatan infertilitas pada pria

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Infertilitas Pria


1. Defenisi
Infertilitas adalah ketidakmampuan pasangan yang aktif secara seksual tanpa
kontrasepsi untuk mendapatkan kehamilan dalam satu tahun (World Health Organization
[WHO]). Infertilitas pria telah dikaitkan dengan berkurangnya angka harapan hidup dan
menjadi tanda maupun faktor risiko dari berbagai penyakit baik pada diri sendiri maupun
pada keluarga dan keturunan pasien tersebut. Mortalitas menurun ketika konsentrasi
sperma meningkat hingga ambang 40 juta/mL. Sementara persentase spermatozoa motil
dan morfologi normal serta volume semen berbanding terbalik dengan angka kematian.
Dalam sebuah data asuransi nasional ditemukan laki-laki yang didiagnosis dengan
infertilitas memiliki risiko berbagai penyakit seperti diabetes, penyakit jantung iskemik,
penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan yang jauh lebih tinggi pada tahun-tahun setelah
evaluasi infertilitas. Infertilitas laki-laki juga berhubungan dengan kejadian keganasan
pada pasien maupun keluarganya. Keturunan hasil intracytoplasmic sperm injection yang
umumnya dilakukan atas indikasi infertilitas laki-laki memiliki kuaantitas dan kualitas
semen yang lebih buruk dibandingkan keturunan hasil fertilisasi alamiah.

2. Etiologi
Infertilitas laki-laki dapat disebabkan oleh berbagai kondisi. Umumnya potensi
fertilitas seorang pria dikaji dari profil ejakulat yang dinilai dengan analisis semen.
Semakin buruk hasil analisis semen, semakin mudah bagi kita mengetahui infertilitas
laki-laki. Pada sebuah studi kohort, penyebab aspermia dapat ditemukan pada 46 dari 46
kasus (100%), azoospermia pada 321 dari 388 kasus (82,7%), dan kriptozoospermia pada
54 dari 130 kasus (41,5%).

3
Sebaliknya, pada 75% kasus oligozoospermia tidak ditemukan adanya kelainan
yang mungkin menyebabkan infertilitas. Adanya kelainan semen tanpa ditemukan adanya
penyebab dikategorikan sebagai infertilitas idiopatik. Pada kondisi hasil analisis semen
menunjukkan hasil dalam nilai referensi dan tidak ditemukan kelainan apapun pada laki-
laki dan pasangannya, infertilitas dikategorikan sebagai infertilitas tidak dapat dijelaskan
(unexplained infertility). Punab et al melaporkan distribusi penyebab infertilitas
berdasarkan data 1737 pasien. Namun laporan tersebut tidak melaporkan distribusi
infertilitas idiopatik dan unexplained. Infertilitas idiopatik dan unexplained terjadi pada
33 % dan 11% kasus infertilitas. Penyebab infertilitas pada pria dibagi menjadi 3 kategori
utama yaitu:
a. Gangguan produksi sperma misalnya akibat kegagalan testis primer yang disebabkan
oleh faktor genetik (Klinefelter syndrome), mikrodelesi kromosom Y atau kerusakan
langsung lainnya terkait anatomi (varikokel), infeksi, atau endotoksin. Stimulasi
gonadotropin yang tidak adekuat yang disebabkan karena faktor genetik, efek
langsung maupun tidak langsung dari tumor hipotalamus atau pituitary, atau
penggunaan androgen eksogen misalnya Danazol, Metiltestosteron (penekanan pada
sekresi gonadotropin) merupakan penyebab lain dari produksi sperma yang buruk.
b. Gangguan fungsi sperma, misalnya akibat antibodi, antisperma, radang saluran
genital, varikokel, kegagalan reaksi akrosom, ketidaknormalan biokimia, atau
gangguan dengan perlengketan sperma (ke zona pelusida) atau penetrasi.
c. Sumbatan pada duktus, misalnya akibat vasektomi, tidak adanya vas deferens
bilateral, atau sumbatan kongenital atau yang didapat (acquired) pada epididimis atau
duktus ejakulatorius (penanganan infertil).

3. Patofisiologi
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus dan
hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup memberikan
peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok, penggunaan
obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan
libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan
berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga mempengaruhi

4
abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat
pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang
mengakibatkan komposisi sperma terganggu.

4. Manifestasi Klinis
a. Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,
radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
b. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu Riwayat
infeksi genitorurinaria
c. Hipertiroidisme dan hipotiroid
d. Tumor hipofisis atau prolactinoma
e. Disfungsi ereksi berat
f. Ejakulasi retrograt
g. Hypo/epispadia
h. Mikropenis
i. Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
j. Gangguan spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk dan motilitas sperma)
k. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
l. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
m. Abnormalitas cairan semen

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Analisis Sperma :
1) Jumlah > 20 juta/ml
2) Morfologi > 40 %
3) Motilitas > 60 %

6. Penatalaksanaan

5
a) Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan
kualitas sperma meningkat
b) Agen antimikroba
c) Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
d) HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
e) FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
f) Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
g) Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
h) Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
i) Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi,
tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
j) Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung spermatisida

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien
Termasuk data etnis, budaya dan agama
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi
(panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
b) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
c) Riwayat infeksi genitorurinaria
d) Hipertiroidisme dan hipotiroid
e) Tumor hipofisis atau prolactinoma
f) Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
g) Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
h) Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh :
operasi prostat, operasi tumor saluran kemih
i) Riwayat vasektomi
2) Riwayat Kesehatan Sekarang

6
a) Disfungsi ereksi berat
b) Ejakulasi retrograt
c) Hypo/epispadia
d) Mikropenis
e) Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
f) Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
g) Saluran sperma yang tersumbat
h) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
i) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
j) Abnormalitas cairan semen
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik

2. Pemeriksaan Fisik
Terdapat berbagai kelainan pada organ genital, pria atupun wanita.

3. Pemeriksaan penunjang
a. Analisa Semen:
1) Warna Putih keruh
2) Bau Bunga akasia
3) PH 7,2 - 7,8
4) Volume 2 - 5 ml
b. Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
c. Jumlah sperma 20 juta / ml
d. Sperma motil > 50%
e. Bentuk normal > 60%
f. Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
g. Persentase gerak sperma motil > 60%
h. Aglutinasi Tidak ada
i. Sel – sel Sedikit,tidak ada
j. Uji fruktosa 150-650 mg/dl

7
k. Pemeriksaan endokrin
l. USG
m. Biopsi testis
n. Uji penetrasi sperma
o. Uji hemizona

4. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang akhir proses diagnostic
b. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan fertilitas
c. Berduka dan antisipasi berhubungan dengan prognosis yang buruk
d. Nyeri akut berhubungan dengan efek test diagnostic
e. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap prognosis
f. Resiko tinggi terhadap kerusakan koping induvidu / keluarga berhubungan dengan
metode yang digunakan dalam investigasi fertilitas

C. Asuhan Keperawatan Infertilitas Pada Pria


1. Pengkajian
a. Identitas
Nama : Tn. X
Usia : 28 tahun
Pekerjaan : Swasta
Agama : Kristen
Alamat : Jl. Pondok Indah

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pasien mengatakan cemas karena tidak bisa memiliki anak, pasien memiliki riwayat
merokok berat sejak usia 14 tahun, pasien juga memiliki riwayat kecelakaan yang
menyebabkan testis rusak

c. Riwayat Kesehatan Dahulu


Pasien memiliki riwayat kecelakaan yang menyebabkan testis rusak

8
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga klien tidak memiliki riwayat penyakit sama dan riwayat penyakit kronis
lainnya

e. Data Fokus :
1. Distribusi rambut tidak rata
2. Terdapat parut pada scrotum karena pernah terjadi kecelakaan
3. Klien mengeluh cemas karena tidak tau tentang penyakitnya
4. Klien mengeluh tidak percaya diri karena infertilitas yang dialami

f. Diagnosa Keperawatan
1. Ansietas berhubungan dengan ketidaktauan tentang proses diagnostik
2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan gangguan fertilitas

g. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan, fungsi peran, dan
konsep diri
NOC : Anxiety control
NIC : Anxiety control
• Gunakan pendekatan yang menyenangkan
• Jelaskan semua prosedur dan apa yang di rasakan selama prosedur
• Bantu pasien untuk mengenal situasi ayng meimbulkan kecemasan
• Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan , ketakutan , persepsi
• Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi

2. Gangguan konsep diri ; harga diri rendah berhubungan dengan gangguan


fungsional
NOC : Body image, disiturbed Coping, ineffective
NIC : Body image, disiturbed

9
• Menggunakan proses pertolongan interaktif yang berfokus pada kebutuhan
masalah, atau perasaan pasien dan orang terdekat untuk meningkatkan atau
mendukung koping, pemecahan masalah
NIC : Coping, ineffective
• Tunjukkan rasa percaya diri terhadap kemampun pasien untuk menguasai
situasi
• Ajarkan keterampilan prilaku yang positif melalui bermain peran, model dan
diskusi
• Buat statement positive terhadap pasien

h. Implementasi
Tindakan keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi menuju status kesehatan
yang baik/optimal. Pelaksanaan tindakan merupakan realisasi dari rencana/intevensi
keperawatan yang mencakup perawatan langsung atau tidak langsung. Tindakan pada
pasien dengan infertilitas yaitu bagaimana cara mengatasi ansietas dan gangguan
konsep diri pada pasien dengan memberikan dukungan dan dibantu oleh dukungan
keluarga.

i. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan untuk mengetahui
sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai. Evaluasi ini dilakukan dengan
cara membandingkan hasil akhir yang teramati dengan tujuan dan kriteria hasil yang
dibuat dalam rencana keperawatan. Evaluasi ini akan mengarahkan asuhan
keperawatan, apakah asuhan keperawatan yang dilakukan ke pasien berhasil
mengatasi masalah pasien ataukan asuhan yang sudah dibuat akan terus
berkesinambungan terus mengikuti siklus proses keperawatan sampai benar-benar
masalah pasien teratasi. Evaluasi pada kasus infertilitas pria ini diaharapkan tingkat
kecemasan menurun dan gangguan konsep diri juga menurun sehingga masalah
keperawatan teratasi.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Infertilitas di defenisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk mencapai kehamilan
setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindungatau suatu kesatuan hasil interaksi biologik
yang tidak menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup. Dan klasifikasi dari infertilitas
ada dua yaitu primer dan sekunder. Penyebab dari infertilitas ini bisa dipandang dari pihak
perempuan dal laki-lakinya. Jika dari wanita bisa dilihat dari faktor penyakit dan fungsional.
Sedangkan dari segi laki-laki bisa dilihat dari kelainan alat kelamin dan kegagalan
fungsional. Akan tetapi bisa dilihat juga penyebabnya dari pasangan suami istri tersebut
misalnya gangguan pada hubungan seksual dan psikologisnya

B. Saran
Apabila ada pasangan suami istri yang sudah lama menikah dan lama belum mempunyai
anak maka bisa langsung konsultasi atau periksa ke dokter ahli untuk segera mengetahui
penyebabnya. Karena jika sudah melakukan usaha terus-menerus tapi tidak ada hasilnya,
pasti terjadi infertilitas yang bisa disebabkan dari pihak laki-laki, perempuan atau hubungan
dari kedua pasangan suami istri tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

11
Agustinus. (2018). INFERTILITAS LAKI-LAKI. Universitas Airlangga.

Belva F, Bonduelle M, Roelants M, Michielsen D, Steirteghem A Van, Verheyen G, et al. Semen


quality of young adult ICSI offspring : the first results. 2016;31(12):2811–20
Cavallini G, Beretta G (eds) (2015). Clinical management of male infertility. New York:
Springer
Eisenberg ML, Li S, Cullen MR, Baker LC. Increased risk of incident chronic medical
conditions in infertile men : analysis of United States claims data. Fertil Steril [Internet].
2016;105(3):629–36. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.fertnstert.2015.11.011
Hanson BM, Eisenberg ML, Hotaling JM, M FECS. Male infertility : a biomarker of individual
and familial cancer risk. Fertil Steril [Internet]. 2018;109(1):6–19. Available from:
https://doi.org/10.1016/j.fertnstert.2017.11.005
Jensen TK, Jacobsen R, Christensen K, Nielsen NC, Bostofte E. Semen quality and life
expectancy : A cohort study of 43,277 men. Am J Epidemiol. 2009;170(5):559–65
Karimi FZ, Taghipour A, Roudsari RL, Kimiaei SA, Mazlom SR, Amirian M (2015). Cognitive
emotional consequences of male infertility in their female partners: A qualitative content
analysis. Electronic Physician, 7(7) : 1449-1457.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius
Mascarenhas MN, Flaxman SR, Boerma T, Vanderpoel S, Stevens GA (2012). National,
regional, and global trends in infertility prevalance since 1990: A systematic analysis of 277
health surveys. PLOS medicine, 9(12): e1001356.
NANDA., 2013. Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta: Prima Medika
Nieschlag E, Hermann B, Nieschlag S (eds) (2010). Andrology: male reproductive health and
dysfunction. Berlin: Springer.
Parekattil SJ, Agarwal A (eds) (2012). Male infertility: Clinical approaches, andrology, ART, &
antioxidants. New York: Springer

12

Anda mungkin juga menyukai