Anda di halaman 1dari 25

Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 3
BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
2.1. Perubahan Anatomi dan Fisiologis Ibu Menyusui .............................................. 4
2.2. Penentuan Status Gizi Ibu Menyusui .................................................................. 6
2.3. Diet Pada Ibu Menyusui...................................................................................... 8
2.4 Masalah Terkait Diet Ibu Menyusui ................................................................. 14
2.5 Mitos Terkait Ibu Menyusui ............................................................................. 16
2.6 ASI Perah .......................................................................................................... 19
BAB 3 PENUTUP ........................................................................................................... 24
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 24
3.2 Saran ....................................................................................................................... 24
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menyusui merupakan suatu proses alamiah manusia dalam
mempertahankan dan melanjutkan kelangsungan hidup keturunannya. Organ
tubuh yang ada pada seorang wanita menjadi sumber utama kehidupan untuk
menghasilkan ASI yang merupakan sumber makanan bayi yang paling penting
terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan. Masa menyusui juga bisa
membuat perubahan pada tubuh ibu. Salah satu yang paling dirasakan adalah
bentuk payudara yang membesar karena terisi ASI. Sedangkan perubahan
fisiologis yang muncul pada ibu menyusui salah satu yang menonjol adalah
terjadi perubahan hormon, contohnya adalah hormon estrogen dan
progesterone menurun dan hormon prolaktin lebih dominan.
Masa persiapan menyusui sudah harus dimulai ketika hamil, karena
menyusui juga tergantung dari persiapan fisik ibu sejak hamil dan kebutuhan
gizinya. Gizi ibu menyusui penting untuk memulihkan kondisi ibu pasca
persalinan dan gizi ibu menyusui penting untuk produksi ASI. Gizi pada ibu
menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat
dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Bila pemberian ASI berhasil dengan
baik, maka berat badan bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus otot
serta kebiasaan makan yang memuaskan.
Ibu menyusui sesungguhnya tidak perlu diet yang sangat sempurna. Ibu
dengan masalah gizi kurang tetap mampu memproduksi ASI tetapi jika gizi
kurang ini berlangsung berkepanjangan dapat berpengaruh terhadap kualiatas
dan kuantitas ASI. Maka dari itu untuk memberikan dan menghasilkan ASI
dalam kualitas dan kuantitas yang maksimal tetap harus diperhatikan
kebutuhan gizi ibu selama menyusui. Ada beberapa zat gizi yang harus
dimakan selama menyusui terutama penambahan energi dan protein.
Hasil studi yang pernah ada menunjukkan ibu menyusui dengan obesitas
rata-rata memiliki periode menyusui lebih pendek. Kebanyakan ibu menyusui
dengan berat badan berlebih cenderung menyukai tindakan diet dan

1
memberhentikan pemberian ASI agar berat badan tidak bertambah, karena ibu
beranggapan bahwa menyusui akan menimbulkan rasa lapar sehingga nafsu
makan bertambah. Padahal diet yang salah akan menimbulkan efek negatif.
Di indonesia banyak budaya serta adat istiadat di masyarakat yang sudah
turun temurun. Diantara banyaknya tradisi dan adat istiadat suatu daerah
terdapat banyak mitos mengenai larangan atau anjuran kepada ibu yang
sedang melahirkan, menyusui dan ibu nifas. Mitos tersebut tidak selalu benar
pada kenyataannya. Banyak mitos yang beredar dimasyarakat yang tidak
memiliki alasan yang kuat berdasarkan ilmu kesehatan. Terutama gizi pada
ibu menyusui, dimana terdapat banyak mitos seputar makanan yang di larang
atau dianjurkan untuk ibu yang sedang menyusui bayinya.
ASI eksklusif merupakan makanan terbaik bagi bayi, akan tetapi dalam
pelaksanaannya banyak kendala yang muncul, antara lain ibu kurang
memahami tata laksana laktasi yang benar, bayi terlanjur mendapatkan
prelacteal feeding (air gula atau formula) pada hari pertama kelahiran,
kelainan puting ibu, kesulitan bayi dalam menghisap, ibu hamil lagi saat
masih menyusui, ibu bekerja sehingga harus meninggalkan bayinya di rumah,
keinginan untuk disebut modern, dan pengaruh iklan susu formula yang kian
gencar. Ibu yang bekerja di luar rumah harus meninggalkan bayinya dalam
kurun waktu tertentu, sehingga menjadi salah satu keterbatasan untuk bisa
menyusui langsung pada bayi selama bekerja. Padahal ibu menyusui
mempunyai persediaan ASI yang melimpah. Proses agar ASI yang berlimpah
dapat diperah dan disimpan dengan prosedur yang baik , benar, dan higienis
terutama untuk wanita bekerja, sehingga tidak ada alasan bayi tidak minum
ASI. Air susu ibu perah (ASIP) dapat digunakan dengan prosedur yang tepat.
Karena mengingat pentingnya mengetahui kebutuhan zat gizi ibu
menyusui, diet pada ibu menyusui, benar tidaknya suatu mitos yang beredar,
dan predur yang tepat untuk memperoleh asi perah, maka perlu pengetahuan
tentang hal tersebut agar nantinya tidak berdampak buruk bagi ibu, bayi, dan
produksi ASI serta bayi mendapatkan ASI yang optimal.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu menyusui?
2. Bagaimana menentukan zat gizi yang baik untuk ibu menyusui?
3. Bagaimana pemberian diet untuk ibu menyusui?
4. Apa saja masalah yang berkaitan dengan diet pada ibu menyusui?
5. Apa saja mitos yang beredar seputar ibu menyusui?
6. Bagaimana cara memperoleh, menyimpan, dan memberikan ASI perah
secara higienis?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menjelaskan perubahan anatomi dan fisiologis
yang terjadi padaibu menyusui.
2. Untuk mengetahui dan menentukan zat gizi yang baik untuk ibu
menyusui.
3. Untuk menjelaskan pemberian diet yang tepat untuk ibu menyusui.
4. Untuk menjelaskan masalah yang sering terjadi terkait diet ibu menyusui.
5. Untuk menjelaskan mitos yang beredar seputar ibu menyusui.
6. Untuk menjelaskan cara memperoleh, menyimpan, dan memberikan ASI
perah secara higienis.

3
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Perubahan Anatomi dan Fisiologis Ibu Menyusui


Selama waktu menyusui ibu tentunya mengalami perubahan anatomi dan
fisiologi yang sangat berbeda, perubahan fisik yang sangat terlihat adalah
bentuk ukuran payudara.tidak hanya perubahan fisik saja tetapi ada aktivitas
kelenjar dan hormon yang sangat berpengaruh pada pengeluaran ASI. Faktor
anatomi ibu juga terlibat dalam keberhasilan menyusui. Ukuran payudara dan
puting akan berbeda dari biasanya ketika sebelum menyusui. Bagian
payudara terdapat puting dan kulit berwarna gelap disekelilingnya yang
disebut areola, pada areola ada kelenjar kelenjar kecil yang disebut
Montgomery, berfungsi mengeluarkan cairan berminyak untuk menjaga kulit
tetap sehat. Di bagian dalam puting terdapat saluran ASI yang disebut ductus,
diujung saluran terdapat tempat memproduksi ASI yang disebut alveoli.
Alveoli dan ductus dikelilingi oleh jaringan penyangga atau ligaments dan
lemak. Sehingga payudara mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-
beda. Suatu penelitian menunjukkan bahwa payudara wanita obesitas dapat
mempengaruhi masa menyusui dan durasi menyusui. Payudara wanita
obesitas rata-rata yang lebih besar, dengan areola yang lebih besar, puting
panjang, dan diameter putting yang lebar dapat mempersulit proses laktasi,
dibandingkan payudara ibu menyusui yang normal.
Perubahan fisiologi pada ibu menyusui adalah terjadinya pengeluaran ASI.
Ibu yang menyusui akan memiliki dua refleks yang masing-masing berperan
sebagai pembentukan dan pengeluaran ASI, yaitu refleks prolactin dan refleks
oksitosin. Ketika masa kehamilan hormon prolactin berperan sebagai
pembentukan kolostrum namun dengan jumlah yang terbatas, setelah
melahirkan hormone esterogen dan progesteron sangat berkurang ditambah
dengan isapan dari bayi yang merangsang puting susu dan bagian payudara
lain, akan merangsang ujung saraf sensorik yang berfungsi sebagai reseptor
mekanik. Dilanjutkan ke hipotalamus melalui medula spinalis dan
mesensephalon. Hipotalamus menekan pengeluaran faktor-faktor yang

4
menghambat sekresi prolaktin dan sebliknya merangsang pengeluaran faktor-
faktor yang memacu sekresi prolaktin. Rangsangan yang berasal dari isapan
bayi ada yang dilanjutkan ke neurohipofise (hipofise posterior) yang
mengeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon diangkut ke uterus
yang menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ
tersebut. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah dibuat
kemudian keluar melalui alveoli dan mengalir ke duktus laktiferus masuk ke
mulut bayi.

Anatomi Ibu Menyusui

5
2.2. Penentuan Status Gizi Ibu Menyusui
Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat gizi. Gizi berfungsi sebagai sumber utama energi atau
kalori yang berguna untuk metabolisme tubuh, kerja organ tubuh (seperti
aktivitas fisik), melancarkan metabolisme tubuh, memberikan kekebalan
tubuh untuk melawan penyakit atau resiko terkena penyakit serta untuk
mengganti sel-sel yang baru.
Kebutuhan gizi ibu menyusui lebih besar dibanding saat hamil. Saat
menyusui diperlukan energi ekstra untuk memulihkan kondisi kesehatan
setelah melahirkan, untuk aktivitas sehari-hari serta pembentukan ASI. Pada
bulan pertama sesudah persalinan, produksi ASI umumnya sangat banyak
sehingga akan banyak keluar diisap oleh bayi dan ibu akan lebih cepat haus
serta lapar. Agar jumlah kalori yang keluar tersebut seimbang maka
diperlukan masukan nutrisi yang seimbang karena energi ini akan diproses
lagi untuk pembentukan ASI. Selama menyusui ibu memproduksi sekitar
800-1000 cc ASI. Jumlah produksi ASI bergantung pada besarnya cadangan
lemak yang tertimbun selama hamil dan dalam batas tertentu. Rata-rata
volume ASI wanita berstatus gizi baik sekitar 700-800 ml. Sementara yang
berstatus gizi kurang hanya berkisar 500-600 ml. Jumlah ASI yang
disekresikan pada 6 bulan pertama sebesar 750 ml sehari.
Penilaian status gizi secara langsung salah satunya dengan mengukur
antropometri. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat
pada fisik (BB, TB) dan proporsi jaringan tubuh (LILA). Untuk menunjang
antropometri dilakukan pemeriksaan biokimia agar memberikan hasil yang
lebih tepat dan obyektif daripada hanya menilai antropometri saja.
Penilaian status gizi ibu hamil dan ibu menyusui meliputi pengukuran
antropometri serta biokimiawi. Status gizi ibu menyusui dapat diukur secara
indeks antropometri yaitu kombinasi antara beberapa parameter seperti
mengukur berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas serta indeks masa
tubuh yaitu berat badan dibagi tinggi badan dikuadratkan. Untuk mengukur

6
status gizi bisa dilakukan secara biokimiawi contohnya yaitu dengan
pemeriksaan Hb.
1. Biokimia
Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan
hasil yang lebih tepat dan obyektif daripada hanya menilai konsumsi
pangan atau pemeriksaan antropometri saja. Pemeriksaan biokimia yang
sering digunakan adalah tehnik pengukuran kandungan berbagai zat gizi
dan substansi kimia lain dalam darah (misal pemeriksaan Hb). Hb adalah
parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi
anemia. Peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel
darah merah yang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan bayi,
pubertas, masa kehamilan dan menyusui. Selama menyusui, zat besi yang
seharusnya hilang bersama darah haid dialihkan sebagian (± 0,3 mg)
kedalam ASI sebagai tambahan kehilangan basal. Peningkatan kebutuhan
akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung
pada masa pertumbuhan bayi, pubertas, masa kehamilan dan menyusui
2. Antropometri
Antropometri termasuk bagaimana mendapatkan pengukuran
secara fisik individu yang kemudian dihubungkan dengan standar yang
merefleksikan tumbuh kembang individu. Pengukuran yang biasa
dilakukan adalah pengukuran tinggi badan, berat badan, ketebalan lipat
kulit, dan lain-lain. Berat lahir, etnis, faktor genetik, dan lingkungan dapat
mempengaruhi parameter ini.
Antropometri adalah ilmu yang mempelajari berbagai ukuran
tubuh manusia yang digunakan untuk menilai status gizi. Pengukuran
antropometri dilakukan dengan berbagai cara, meliputi pengukuran Berat
Badan (BB), Tinggi Badan (TB), Lingkar Lengan Atas (LiLA), Lingkar
Kepala, Lingkar Perut, Rasio Lingkar Pinggang Pinggul (RLPP).
Penentuan status gizi ibu menyusui dengan antropometri dapat
menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) atau BMI dan Lingkar Lengan
Atas (LiLA). BMI adalah ukuran indeks massa tubuh yang diukur dengan
membandingkan berat badan (kg) dengan tinggi badan kuadrat (m)

7
kemudian hasilnya dibandingkan dengan tabel klasifikasi BMI yaitu
gemuk berat bila >27, gemuk ringan 25-27, normal 18,5-25, kurus ringan
17-18,5 dan kurus berat <17. Pada ibu menyusui dapat terjadi gizi kurang
ataupun gizi lebih. Umumnya penyebab langsung gizi kurang adalah
asupan makanan yang kurang termasuk proses pengolahan dan pemasakan
makanan karena berpengaruh terhadap kandungan zat gizi bahan makanan
tersebut terutama vitamin dan mineral. Untuk proses pembentukan ASI
maka cadangan zat gizi pada tubuh dipergunakan sehingga semakin lama
ibu menjadi kurus dan dalam keadaan tertentu ibu dapat menderita kurang
gizi. Keteraturan memberikan ASI akan membantu penurunan BB ibu
sekitar 0,5- 1,0 kg tiap bulan. Penurunan BB ini tidak boleh melebihi 2
kg/bulan karena dapat mempengaruhi produksi ASI. Asupan kalori yang <
1500-1700 kkal per hari dapat mengurangi 15% volume ASI yang
diproduksi sehingga merekomendasikan bahwa ibu menyusui tidak boleh
melakukan diet untuk menurunkan BB.
LILA adalah ukuran lingkar lengan atas responden yang diukur
dengan pita ukur dari Depkes dengan kriteria Tidak beresiko KEK bila e”
23,5 cm dan beresiko KEK bila < 23,5 cm. lingkar lengan atas
memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak
bawah kulit. Lingkar lengan atas berkolerasi dengan indeks BB/U maupun
BB/TB.
2.3. Diet Pada Ibu Menyusui

Nutrisi Ibu Menyusui

8
Kandungan kualitas ASI tergantung pada sumber makanan yang
dikonsumsi oleh ibu menyusui. Pada masa menyusui kebutuhan gizi ibu perlu
diperhatikan karena ibu tidak hanya harus mencukupi kebutuhan dirinya,
melainkan harus memproduksi ASI bagi bayinya. Kebutuhan kalori ibu
menyusui pada umumnya kurang lebih 2500 kkal. Secara umum, hal-hal yang
perlu diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi ibu menyusui adalah
dengan susunan menu seimbang yaitu, dianjurkan untuk minum 8-12 gelas
sehari (untuk memperlancar pencernaan), menghindari konsumsi (alcohol,
makanan banyak bumbu, dan makanan terlalu panas/dingin), banyak
mengonsumsi makanan berwarna. Selama ibu menyusui tidak menderita
penyakit tertentu, maka tidak ada pantangan makanan bagi ibu menyusui.
Bahan makanan yang dimakan juga harus memperhatikan kandungan
gizinya, berikut ini adalah beberapa zat gizi yang perlu diperhatikan oleh ibu
menyusui :

Kecukupan Ibu Menyusui

1. Energi
Penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama pascapartum
mencapai 500-700 kkal, yang didasarkan pada asumsi bahwa tiap 100 cc
ASI berkemampuan memasok 67-77 kkal. Kebutuhan energy ibu terdiri
dari 60-70% karbohidrat, 10-20% protein, dan 20-30% lemak. Rata-rata
produksi ASI sehari 850 cc yang berart mengandung 600 kkal, sedangkan
kalori yang dihabiskan untuk menghasilkan ASI sebanyak itu adalah 750

9
kkal. Perhitungan ini menguatkan pendapat bahwa meberikan ASI dapat
mengembalikan berat badan normal dan menepis isu bahwa menyusui
dapat menyebabkan kegemukan.
2. Protein
Selama menyusui, ibu membutuhka tambahan protein diatas
kebutuhan normal sebesar 20 gr/hari. Berdasarkan ketentuan bahwa setiap
100 cc ASI mengandung 1,2 gram protein. Selain untuk membentuk
protein susu juga dibutuhkan untuk sintesis hormone yang dibutuhkan
dalam produksi ASI (prolaktin) dan hormone yang mengeluarkan ASI
(oksitosin). Sumber protein yang didapat berasal dari ikan, daging ayam,
daging sapi, telur, susu, tahu, tempe, dan kacang-kacangan. Jika kebutuhan
protein tidak didapat dari makanan maka protein diambil dari protein ibu
yang berada dalam otot, yang menyebabkan ibu kurus dan setelah
menyusui menjadi lapar.
3. Lemak
Lemak tak jenuh ganda diperlukan dalam pembentukan ASI karena
asam lemak tak jenuh ganda diperlukan dalam perkembangan otak dan
pembentukan retina. Asam lemak tak jenuh ganda dapat diperoleh dari
minyak jagung, minyak biji kapas, serta ikan salmon dan ikan haring.
4. Vitamin dan Mineral
Vitamin dan mineral hanya dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit.
Vitamin yang perlu diutamakan adalah Vitamin A, D, C dan B. Vitamin A
dapat dipenuhi dengan mengonsumsi hati, sayuran hijau maupun kuning.
Vitamin D cukup diperoleh dari sinar matahari seperti berjemur,
diusahakan bersama dengan bayinya. Vitamin C dapat diperoleh dengan
mengonsumsi buah-buahan. Vitamin B, diperoleh dari sayuran hijau tua
dan daging yang cukup mengandung vitamin B.
Mineral yang diperhatikan adalah zat besi, kalsium, dan asam folat.
Zat besi diperoleh dari sumber makanan seperti hati, telur, dan sayuran
hijau tua. Kalsium ibu juga harus terpenuhi karena apabila sekresi kalsium
pada ASI rendah, berisiko pada gangguan pembentukan tulang bayi

10
Kebutuhan Vitamin dan Mineral Ibu Menyusui

*Data from Otten JJ, Pitzi Hellwig J, Meyers LD, editors.


Dietary reference intakes. The essential guide to nutrient
requirements. Washington, DC: National Academies Press;
2006.

Sumber makanan yang dianjurkan untuk ibu menyusui adalah :

1. Makanan Sumber Zat Tenaga : Beras, kentang, bihun, mie, roti, makaroni,
krackers, dan lain-lain.
2. Makanan Sumber Zat Pembangun : Ayam, ikan, daging, telur, hati, keju,
susu, kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
3. Makanan Sumber Zat Pengatur : Sayur-sayuran berwarna hijau dan buah-
buahan yang segar.

11
Dengan sumber makanan yang berbagai macam jenisnya, pengaturan
makanan sehari-hari untuk ibu menyusui diperhatikan juga. Melakukan
perhitungan pada menu yang dikonsumsi setiap hari agar tidak terlalu banyak
maupun tidak terlalu sedikit makanan yang dikonsumsi. Contoh menu makanan
sehari pada ibu menyusui adalah sebagai berikut :

Tabel 1.1 Menu Makan Sehari Pada Ibu Menyusui

Makan Pagi Makan Siang Makan Malam


1. Nasi 1. Nasi 1. Nasi
2. Ayam goreng 2. Kakap Bakar 2. Tumis Saw
3. Sayur Bayam 3. Tahu Goreng 3. Telur Dadar
Wortel 4. Sayur Asam 4. Kerupuk Udang
4. Tempe Goreng 5. Apel 5. Semangka
5. Pepaya
Selingan Pagi Selingan Siang Selingan Malam
Bubur Kacang Kue apem Susu milo
Hijau

==========================================================
===========
Analysis of the food record
==========================================================
===========
Food Amount energy carbohydr.
__________________________________________________________________
____________

makan pagi
nasi putih 200 g 260.0 kcal 57.2 g
daging ayam goreng 40 g 132.8 kcal 1.5 g
sayur bayam wortel 40 g 7.6 kcal 1.6 g
tempe goreng 30 g 106.2 kcal 4.6 g
Papaya fresh 100 g 12.9 kcal 2.4 g

Meal analysis: energy 519.5 kcal (21 %), carbohydrate 67.3 g (17 %)

selingan pagi
bubur kacang hijau belu 100 g 17.0 kcal 3.1 g

12
santan 100 g 71.0 kcal 3.0 g
gula merah tebu belum dimurnikan 5g 18.8 kcal 4.9 g

Meal analysis: energy 106.8 kcal (4 %), carbohydrate 11.0 g (3 %)

makan siang
nasi putih 250 g 325.0 kcal 71.5 g
ikan kakap 40 g 33.6 kcal 0.0 g
minyak kelapa sawit 5g 43.1 kcal 0.0 g
sayur asem 40 g 19.6 kcal 2.3 g
tahu goreng 30 g 61.8 kcal 0.5 g
apel 120 g 70.8 kcal 18.4 g

Meal analysis: energy 554.0 kcal (22 %), carbohydrate 92.7 g (24 %)

selingan siang
kue apem 45 g 84.6 kcal 16.0 g

Meal analysis: energy 84.6 kcal (3 %), carbohydrate 16.0 g (4 %)

makan malam
nasi putih 200 g 260.0 kcal 57.2 g
tumis sawi 50 g 14.0 kcal 0.8 g
telur dadar 70 g 130.8 kcal 0.8 g
kerupuk udang 5g 27.4 kcal 3.3 g
semangka 100 g 32.0 kcal 7.2 g

Meal analysis: energy 464.3 kcal (19 %), carbohydrate 69.4 g (18 %)

selingan malam
susu milo/ milo choklat 200 g 773.9 kcal 131.6 g

Meal analysis: energy 773.9 kcal (31 %), carbohydrate 131.6 g (34 %)

==========================================================
===========
Result
==========================================================
===========
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
__________________________________________________________________
____________

13
energy 2503.1 kcal 2097.8 kcal 119 %
water 94.5 g 2700.0 g 3%
protein 76.9 g(12%) 62.0 g(12 %) 124 %
fat 72.5 g(25%) 71.2 g(< 30 %) 102 %
carbohydr. 387.9 g(62%) 299.5 g(> 55 %) 130 %
dietary fiber 14.0 g 30.0 g 47 %
alcohol 0.0 g - -
PUFA 10.1 g 10.0 g 101 %
cholesterol 344.0 mg - -
Vit. A 2206.3 µg 800.0 µg 276 %
carotene 0.6 mg - -
Vit. E (eq.) 10.8 mg 12.0 mg 90 %
Vit. B1 0.8 mg 1.0 mg 83 %
Vit. B2 1.4 mg 1.2 mg 117 %
Vit. B6 1.4 mg 1.2 mg 115 %
tot. fol.acid 203.8 µg 400.0 µg 51 %
Vit. C 314.5 mg 100.0 mg 315 %
sodium 494.9 mg 2000.0 mg 25 %
potassium 2366.5 mg 3500.0 mg 68 %
calcium 997.4 mg 1000.0 mg 100 %
magnesium 337.0 mg 310.0 mg 109 %
phosphorus 1296.6 mg 700.0 mg 185 %
iron 16.1 mg 15.0 mg 107 %
zinc 9.7 mg 7.0 mg 138 %

2.4 Masalah Terkait Diet Ibu Menyusui


Diet dilakukan oleh kebanyakan orang untuk memperoleh bentuk tubuh
yang ideal. Tetapi, kurangnya pengetahuan tentang cara diet yang benar
membuat banyak orang melakukan diet yang salah. Diet yang salah justru
tidak akan membawa hasil dan manfaat tetapi bisa berakibat buruk bagi tubuh
dan kesehatan. Berikut ini adalah beberapa masalah terkait diet ibu menyusui
dan solusinya :
1. Kebutuhan Kalori dan Masalah Berat Badan
Ibu menyusui memerlukan tambahan sekitar 500 kkal
dibandingkan dengan wanita yang tidak menyusui. Asupan kalori
minimum ibu menyusui adalah 1.800 kkal per hari. Jika menyusui secara
eksklusif , asupan kalori yang direkomendasikan adalah 2.500-3.300 kkal
per hari tergantung pada aktivitas fisik yang dilakukan. Jadi, ibu menyusui
tidak boleh mengonsumsi kurang dari 1.800 kkal per hari karena
kebutahan nutrisi kemungkinan besar tidak terpenuhi.

14
Penurunan berat bertahap sebesar 0,2-0,9 kg per minggu adalah yang
terbaik. Ibu menyusui diharapkan untuk tidak menurunkan berat badan
melebihi 0,9 kg per minggu.
2. Kebutuhan Nutrien
Ibu menyusui dalam melakukan diet harus tetap memenuhi
kebutuhan nutrisinya. Kebutuhan nutrisi pada ibu menyusui yaitu dengan
meningkatkan konsumsi makanan yang kaya vitamin A, E, C, dan D, serta
vitamin B dan folat, zink, kalsium, dan magnesium. Asupan nutrisi yang
baik untuk ibu menyusui adalah dari buah dan sayur, roti tawar gandum
dan sereal, produk susu yang kaya kalsium, serta makanan yang kaya
protein (misalnya, daging, ikan, dan kacang polong)
3. Inteloransi Laktosa
Jika ibu menyusui mengalami inteloransi laktosa, ibu menyusui
dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung kalsium,
misalnya sayuran berdaun hijau (contohnya kubis, sawi hijau, brokoli,
selada air, bok choy, dan kubis), kembang kol, tahu, jus jeruk, susu
kedelai, tortilla jagung, sarden dengan tulang, almond, dan blackstrap
molasses.
4. Reaksi Bayi Terhadap Diet Ibu
Jika bayi mengalami gejala (rewel, cerewet, lebih sering menangis,
tampak tidak nyaman atau nyeri kolik) setiap kali ibu mengonsumsi jenis
makanan tertentu, hilangkan makana tersebut dari diet. Susu dan produk
susu lainnya cenderung menjadi kemungkinan penyebab bayi memiliki
gejala tersebut, sehingga kurangi produk susu terlebih dahulu. Selain itu
makanan yang bermasalah lainnya adalah sayuran yang mengandung gas
(misalnya brokoli dan kembang kol) atau makanan pedas.
5. Mengonsumsi Minuman Berkafein dan Berakohol
Ibu menyusui tidak boleh mengonsumsi lebih dari dua cangkir
kopi, teh, aau cola per hari. Karena minuman tersebut jika dikonsumsi
berlebihan dapat menyebabkan bayi gelisah dan rewel. Begitupun juga
dengan alkohol, ibu menyusui tidak boleh mengonsumsi minuman
berakohol selama menyusui karena dapat sampai ke bayi melalui Air Susu

15
Ibu (ASI). Alkohol juga dapat mempengaruhi refleks letdown susu dan
enjeksi susu sehingga mengurangi jumlah susu yang didapat bayi.
Alkohol yang sampai pada bayi melalui ASI dapat mempengaruhi
perkembangan keterampilan motoric bayi dan dapat mengganggu
pertumbuhanbayi.
6. Makanan yang Aman
Rekomendasi konsumsi ikan tertentu atau makanan laut pada ibu
menyusui maksimum adalah 340 gram per minggu, misalnya udang, lele,
Pollack , dan salem. Ibu menyusui dianjurkan untuk tidak mengonsumsi
ikan yang tinggi metil merkuri (misalnya ikan pedang, hiu, tilefish,
makarel, dan tuna).
7. Vegetarianisme Komplet/Diet Vegan
Ibu menyusui yang sedang diet vegan atau yang berpantang
makanan bersumber dari hewani, dianjurkan untuk mengonsumsi vitamin
B12 baik mengonsumsi makanan yang ditambah vitamin B12 maupun
pemberian suplemen vitamib B12 secara terpisah.
2.5 Mitos Terkait Ibu Menyusui
Pemberian makanan pada bayi dan anak-anak telah menjadi perhatian
utama di semua negara. Kesalahpahaman tentang pemberian ASI saat ini,
penyapihan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan kesehatan sering
terdengar dalam budaya negara-negara berkembang. ASI juga disebut cairan
kehidupan untuk bayi. Anak-anak yang diberi ASI memiliki kemungkinan
bertahan hidup enam kali lebih besar pada bulan-bulan awal daripada anak-
anak yang tidak menyusui. Manfaat menyusui tergantung pada inisiasi
menyusui, lamanya dan usia di mana anak disapih.
Menurut Dr Gaurav, terdapat berbagai mitos tentang menyusui diantranya :
1. Kolostrum tidak boleh diberikan kepada anak-anak.
Alasan yang diberikan untuk tidak memberi makan kolostrum
kepada bayi baru lahir termasuk kepercayaan tradisional bahwa kolostrum
kotor, murahan atau tidak dapat dicerna dan bayi akan menderita sakit
perut atau bayi akan menjadi bodoh. Padahal ASI pertama (kolostrum)
adalah salah satu hal terbaik yang dapat kita berikan kepada bayi baru

16
lahir. Kolostrum membantu melindungi anak dari penyakit, karena
membantu dalam pengembangan sistem kekebalan tubuh bayi baru lahir.
Ini memiliki efek katartik yang mendorong ekskresi bilirubin berlebih dari
bayi baru lahir dan mengurangi kemungkinan penyakit kuning. Kolostrum
kaya akan beberapa vitamin esensial (seperti vitamin K dan A), serta
antibodi, yang membantu tubuh bayi baru lahir melawan infeksi yang
biasa terjadi. Tidak ada pakan buatan yang dapat menggantikan susu
pertama, dengan semua manfaat alami, dan oleh karena itu harus diberikan
kepada anak setelah lahir.
2. Ibu tidak boleh menyusui jika menderita infeksi.
Jika ibu memiliki infeksi, bayi biasanya akan tertular infeksi
melalui kontak dekat dengan ibu. Walaupun menyusui, dirinya tidak
mungkin menularkan infeksi, ASI akan memberikan antibodi kepada bayi
yang membantu bayi melawan infeksi dan menjadi lebih cepat lebih baik.
Karena itu, menyusui sebaiknya tidak dihentikan jika ibu mengalami
infeksi. Namun, ada infeksi tertentu, seperti HIV, TB, virus limfotropik sel
T tipe I atau II, dan brucellosis yang tidak diobati, yang dapat berbahaya
bagi bayi baru lahir, dan menyusui harus dihentikan ketika infeksi tersebut
menyerang sang ibu.
3. Bayi membutuhkan air juga selain ASI.
ASI kaya akan air, sehingga bayi yang disusui tidak membutuhkan
air tambahan. Memberi makan air putih dan suplemen cairan lainnya
mengurangi minat bayi baru lahir terhadap ASI. Penurunan permintaan
susu dari bayi menghasilkan penurunan sekresi oksitosin dan prolaktin,
yang pada akhirnya menurunkan produksi ASI pada ibu menyusui.
4. Seorang wanita yang hamil harus berhenti menyusui.
Menyusui tidak memiliki efek pada kehamilan atau kualitas ASI,
sehingga dapat dilanjutkan selama kehamilan dan setelah kelahiran bayi
baru lahir. Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), seorang anak
perlu menyusui selama 1 tahun atau lebih, seperti yang diinginkan oleh ibu
dan bayi. WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif selama enam

17
bulan untuk bayi baru lahir, berdasarkan uji coba yang membandingkan
durasi 4 dan 6 bulan.
5. Menyusui mengubah bentuk dan ukuran payudara.
Mitos ini sebagian ada benarnya. Perubahan hormon selama
kehamilan dapat mengubah tampilan dan rasa payudara. Saat Anda
pertama kali mulai menyusui, payudara Anda mungkin membengkak
karena ASI dan bertambah besar ukurannya. Namun, menyusui secara
teratur dan tepat waktu untuk durasi yang sesuai akan mengurangi ukuran
payudara Anda. Tergantung pada faktor keturunan, ukuran payudara
kemudian dapat tetap lebih besar atau kembali ke ukuran aslinya.
6. Puting harus dicuci setiap kali sebelum menyusui bayi.
Mencuci puting membuat area kering dengan menghapus semua
minyak pelindung alami. Penggunaan sabun harus dihindari terutama di
sekitar puting. Menggesek hind milk (susu yang datang di akhir ASI dan
kaya lemak) di payudara setelah menyusui dapat menjaga puting tetap
lembab dan terhidrasi, serta mencegah rasa sakit
7. Tidak ada obat yang aman dikonsumsi saat menyusui
Ada sejumlah obat yang kontraindikasi selama menyusui, karena
obat tersebut berpotensi melewati ASI ke bayi baru lahir, tetapi sisanya
dapat dikonsumsi dengan aman. Menurut persyaratan peraturan oleh
Organisasi Kontrol Standar Obat-obatan Pusat (CDSCO) untuk
memasukkan dalam kemasan obat, mereka harus memiliki informasi
mengenai keamanan penggunaan obat selama kehamilan. Ini akan
membantu mencegah masalah terkait obat apa pun saat menyusui bayi.
8. Seorang bayi perlu diberi air gula atau madu sebelum menyusui pertama.
Zat-zat ini secara tradisional diberikan sebelum bayi pertama kali
disusui, tetapi ini lebih berbahaya daripada bayi baru lahir yang secara
langsung diberi ASI, karena mereka membuat bayi rentan terhadap infeksi.
Bayi baru lahir yang diberi ASI sejak awal memiliki kemungkinan lebih
kecil terkena infeksi saluran pernapasan, sindrom kematian bayi mendadak
(SIDS), infeksi GIT, necrotizing enterocolitis, obesitas, diabetes, leukemia

18
dan limfoma masa kanak-kanak, penyakit seliaka, atau penyakit radang
usus besar
9. Jumlah sekresi susu tergantung pada ukuran payudara.
Produksi susu pada ibu menyusui tergantung pada permintaan ASI
dari bayi, bukan dari ukuran payudara. Bayi yang mengisap payudara
meningkatkan sekresi oksitosin dan prolaktin pada ibu, yang pada
akhirnya menghasilkan peningkatan sekresi ASI. Produksi susu tergantung
pada jumlah kelenjar sekresi di payudara, yang pada dasarnya sama di
semua payudara. Ukuran hanya ditentukan oleh jaringan lemak dan ikat,
faktor-faktor yang tidak relevan dengan produksi ASI dan menyusui.
10. Bayi menangis terutama karena ASI yang tidak kurang atau tidak cukup
Menangis berlebihan bukan berarti susu tidak cukup. Ada beberapa
penyebab bayi menangis berlebihan seperti demam, infeksi telinga, sakit
perut, ketidaknyamanan umum, dan hanya ingin digendong adalah alasan
mengapa bayi bisa menangis. Namun, disarankan untuk menemui dokter
anak jika menangis berlebihan sampai titik perhatian.
2.6 ASI Perah

Di Indonesia, cuti bagi ibu hamil dan menyusui berkisar antara 1-3 bulan.
Seorang ibu yang sudah habis masa cutinya harus kembali bekerja, padahal
masih dalam masa menyusui. Hal ini merupakan salah satu kendala dalam
memberikan ASI eksklusif. ASI eksklusif sebenarnya masih bisa dilakukan,
meskipun tidak ada kontak secara langsung dengan bayi saat ditinggal bekerja.

19
Alternatif cara yang bisa ditempuh adalah dengan pemberian ASI perah.
Motivasi yang kuat dan kesabaran ekstra sangat dibutuhkan untuk dapat
memberikan ASI perah. Ibu sebaiknya mulai menabung ASI 1 bulan sebelum
kembali bekerja. ASI perah dapat disimpan dan kemudian dapat dipersiapkan
untuk diberikan pada bayi tanpa harus berpikir untuk memodifikasinya dengan
susu formula.
Kualitas ASI yang dihasilkan ditentukan oleh cara memperoleh ASI perah.
Komposisi ASI berbeda setiap hari, oleh karena itu gizi ibu menyusui harus
diperhatikan. Ibu juga harus memperhatikan langkah-langkah yang benar
dalam memerah ASI agar ASI lancar dan berkualitas. Bagi ibu bekerja ASI
perah dapat disimpan dalam freezer agar tetap baik kualitasnya apabila
diberikan pada bayi.
ASI perah dapat diperoleh melalui tangan langsung serta menggunakan
alat pemompa ASI, alat pemompa ASI dapat berbentuk elektrik maupun
manual. Memeras ASI dengan tangan dapat dilakukan dengan langkah-
langkah berikut ini:
1. Mencuci tangan hingga bersih.
2. Hindari penggunaan krim atau pelembab pada payudara
3. Memijat daerah areola guna mendapatkan ASI untuk membasahi areola,
karena ASI mengandung antibakteri.
4. Menempatkan botol atau wadah yang telah disterilkan di bagian bawah
payudara untuk menampung ASI yang keluar.
5. Memijat payudara secara perlahan-lahan.
6. Memposisikan jari-jari membentuk huruf C di sekitar areola atau bagian
gelap di sekitar puting. Tekan secara perlahan-lahan, namun hindari untuk
menekan puting. Selain menimbulkan nyeri, tekanan pada puting justru
dapat menghalangi keluarnya ASI.
7. Melepaskan tekanan, kemudian mengulangi kembali.
Jika aliran ASI sudah mulai berhenti, memijat bagian lain hingga seluruh
permukaan payudara telah terpijat. Hal ini dilakukan pula pada payudara yang
satu lagi. Begitu seterusnya hingga ASI benar-benar berhenti mengalir dan
payudara sudah tidak terasa penuh. Awalnya hanya ada sedikit cairan ASI

20
yang keluar, namun jika dilakukan secara teratur aliran ASI akan makin
lancar dan deras.
Penyimpanan ASI dengan pembekuan atau pendinginan ASI dengan dan
tanpa pemanasan telah direkomendasikan. Hal ini biasanya dikarenakan
keadaan sosial dari sebagian besar ibu yang terpisah dari bayinya karena
pekerjaan atau sekolah serta kebutuhan khusus dari beberapa bayi prematur
atau sakit untuk diberi ASI. ASI perah sebaiknya di tempatkan di dalam botol
kaca atau plastik yang bebas Bisphenol-A (BPA) yang berisiko bagi bayi.
Botol tersebut dikenal dengan BPA free. Botol yang dipergunakan untuk
menyimpan ASI perah harus sudah disterilkan atau minimal dicuci dengan air
hangat bersih. Botol khusus penyimpan ASI tesedia tokoperlengkapan bayi.
Botol yang sudah terisi ASI perah diberi label pada botol yang bertuliskan
jam dan tanggal ASI diperah. Apabila ASI perah ditempatkan bersamaan
dengan botol ASIP balita lain, misalnya di tempat penitipan bayi atau
bersama teman sekantor, sebaiknya diberikan nama pada labelnya. Jika ibu
akan membawa ASI perahnya ke suatu tujuan, ASI perah ditempatkan dalam
cooler box.
Manajemen ASI perah dan lama penyimpanan ASI perah dapat dilihat
dalam tabel berikut :
ASI beku ASI yang
Sisa
Penyimpanan ASI segar yang sudah sudah
Minum
dicairkan dihangatkan
3-4 jam
(optimal) 6-
Suhu ruangan 1 jam, jika
8 jam Segera
(16-29 derajad 4 jam sisa
(kondisi diminumkan
celcius) dibuang
sangat
bersih)
Cooler Bag +
es batu (4 Tidak Tidak
24 jam Buang
derajad disarankan disarankan
Celcius)

21
3 hari
(optimal) 8 24 jam lebih
Lemari es (0-4
hari dari itu tidak
derajad 4 jam Buang
(kondisi diketahui
Celcius)
sangat keamanannya
bersih)
Freezer lemari
es 1 pintu (-15
2 minggu
derajad
celcius)
3 bulan
Freezer lemari
(optimal) 6
es 2 pintu (-18
bulan Tidak boleh Tidak boleh
derajad Buang
(dapat dibekukan dibekukan
celcius)
diterima)
6 bulan
(optimal)
Freezer
12 bulan
tunggal
(dapat
diterima)

Penggunaan ASI perah manual lebih baik daripada elektrik karena alat
pemompa ASI elektrik mengeluarkan ASI lebih sedikit disamping itu
harganya juga mahal. Cara pemberian ASI perah dilakukan dengan
mengeluarkan botol yang berisi ASI perah dari freezer ke lemari es yang
bersuhu lebih besar. Selanjutnya botol ASI perah yang disimpan dalam lemari
pendingin dapat ditempatkan dalam mangkok bersih berisi air hangat sebelum
diberikan pada bayi. Perlu dihindari memasukkannya kembali ke dalam
lemari es setelah dihangatkan. Selain itu pemanasan ASI perah dengan
microwave atau merebus ASI perah juga perlu dihindari karena dapat
merusak vitamin dalam ASI perah dan akan terasa terlalu panasnuntuk mulut
bayi.

22
23
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ibu menyusui memiliki perubahan anatomi dan fisiologi mulai dari
perubahan fisik dan hormon. Penentuan status gizi pada ibu menyusui dapat
dilakukan dengan pengukuran biokimia dan antropometri, penentuan status
gizi biokimia dilakukan melalui pemeriksaan Hb sedangkan antropometri
dapat dilakukan dengan pengukuran IMT/BMI dan LiLA. Ibu menyusui tidak
perlu diet yang sangat ketat selama ibu tersebut tidak terkena penyakit
tertentu, penambahan kalori ibu menyusui lebih banyak dari pada wanita yang
tidak menyusui. Ada juga beberapa masalah-masalah diet seperti diet yang
salah, diet yang salah justru tidak akan membawa hasil dan manfaat tetapi
bisa berakibat buruk bagi tubuh dan kesehatan. Beredarnya mitos terkait ibu
menyusui tanpa diketahui benar atau tidaknya dapat menghambat proses
laktasi. Cara alternatif pemberian ASI ketika ibu tidak mempunyai waktu
untuk memberika ASI-nya secara teratur, maka ASI perah adalah solusi untuk
ibu tersebut. Sehingga bayi tetap mendapatkan ASI.

3.2 Saran
Sebaiknya ibu menyusui mencukupi kebutuhan gizinya supaya dapat
memberikan dampak positif bagi ibu dan juga bayinya. karena apa yang
dikonsumsi oleh ibunya akan berdampak bagi kandungan ASI-nya.

24

Anda mungkin juga menyukai