Anda di halaman 1dari 32

KEPERAWATAN MARITIM

ASUHAN KEPERAWATAN MASYARAKAT MARITIM DENGAN


KECELAKAAN LALULINTAS DILAUT

Dosen : Diah Indriastuti, S.Kep., Ns., M.Kep

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK IV

1. DHARMAWATY S.0020.P2.082

2. NURMAWATI SINDA S.0020.P2.119

3. YUSUF KARIM S.0020.P2.139

4. NOPATIANUS S.0020.P2.115

5. AMALIA RAMADHANI S.0020.P2.072

6. YUNITA SARI S.0020.P2.138

7. FITRIANI NATSIR S.0020.P2.087

8. ROSMILAH S.0020.P2.125

9. SIGIT SUPRIYANTO S.0020.P2.129

10. SUNITA ARDIANA S.0020.P2.133

STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI


PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
kami kelompok 4 dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan keperawatan
Masyarakat Maritim Dengan Kecelakaan lalulintas Dilaut”. Pada penulisan makalah ini,
kami berusaha menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat
dengan mudah dicerna dan diambil intisari dan materi pembelajaran.
Makalah juga diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa lain untuk menambah ilmu
pengetahuan mengenai konsep kegawat daruratan khususnya kehawat daruratan pada pasien
dengan tenggelam.
Kami menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang maksimal,
mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki, makalah ini masih banyak
kekurangan dan kelemahannya, baik dari segi bahasa, pengolahan , maupun dalam
penyusunan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik yang sifatnya sangat membangun
demi tercapai suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan dalam pembuatan suatu
makalah..

Kolaka, 23 Desember 2020

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................4
DAFTAR TABEL.......................................................................................................................5
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................6
A. Latar Belakang................................................................................................................6
B. Tujuan.............................................................................................................................6
C. Manfaat...........................................................................................................................6

BAB II TINJAUAN TEORI.......................................................................................................7


BAB III ASUHAN KEPERAWATAN....................................................................................12
A. Pengkajian.....................................................................................................................12
B. Analisa Data..................................................................................................................12
C. Diagnosa Keperawatan..................................................................................................16
D. Intervensi ......................................................................................................................16
E. Implementasi.................................................................................................................21
F. Evaluasi.........................................................................................................................21

BAB III PENUTUP..................................................................................................................22


A. Kesimpulan ..................................................................................................................22
B. Saran ............................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar : jenis kecelakaan yang terjadi di laut.............................................................11


DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Rencana keperawatan.....................................................................................16


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kapal laut merupakan sarana angkutan atau moda transportasi laut yang dibutuhkan
untuk memuat atau membongkar berbagai macam barang-barang keperluan ekonomi baik
dari daerah Utara sampai ke Timur di seluruh pelabuhan di Indonesia. Kegiatan ini untuk
meningkatkan dan mensejahterakan masyarakat provinsi, kota, kecamatan dan daerah
terpencil. Untuk melaksanakan semua kebijakan di bidangkeselamatan, Perusahaan harus
memiliki Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Manajemen System) yang merupakan
fasilitas bagi seluruh personel di darat
Di Indonesia yang melakukan penyelidikan tentang kecelakaan kapal laut adalah
KNKT(Komie Nasional Keselamatan Transportasi). Tentang data-data kapal dalam
kecelakaan dan penyebabnya. Dalam hal melakukan penyelidikan dengan cara
menggunakan PSC sangat berhati-hati apabila telah menentukan penyebabnya harus
dikaji ulang oleh para penyelidik yang lainnya untuk dipastikan bahwa penyebab inilah
yang ditemukan dengan kesepakatan dan secara ilmiah serta pengamatan yang pasti
barulah dengan keputusan dari pimpinan. Hasilnya di informasikan kepada masyarakat,
Pemerintahan, Owner, dan kepada penegak hukum apakah di mahkamah pelayaran atau
jika ada unsur-unsur tindak pidananya maka seorang PPNS (Penyidik Pegawai Negeri
Sipil) membuat berita acara pemeriksaan (BAP) dditeruskan ke Polisi Republik Indonesia
(Polri) selaku KORWAS untuk ditindak lanjuti.
Insiden paling banyak terjadi pada negara berkembang, terutama pada Anak - anak
berumur kurang dari 5 tahun. Selain umur, faktor resiko lain yang berkontribusi
meningkatkan terjadinya kasus tenggelam diantaranya jenis kelamin terutama laki-laki
yang memiliki angka kematian dua kali lipat terhadap perempuan, penggunaan alkohol
atau penyalahgunaan obat pada 50% kasus yang melibatkan remaja maupun dewasa,
anak-anak tanpa pengawasan saat berada di air, perburukan dari kondisi medis
sebelumnya (kejang, sakit jantung, pingsan),dan percobaan bunuh diri.Kasus tenggelam
lebih banyak terjadi di air tawar (danau, sungai, kolam) sebesar 90% dan sisanya 10%
terjadi di air laut.
B. TUJUAN
1. Dapat memahami tentang konsep dasar Kecelakaan lalulintas di laut
2. Dapat memahami tentang konsep dasar asuhan keperawatan pada kasus akibat
kecelakaan Lalulintas di laut
C. MANFAAT
1. Mamberikan pahaman tentang kejadian kecelakaan lalulintas dilaut dan memahami
pelaksanaan diagnose keperaw
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep dasar keselamatan pelayaran


Keselamatan Pelayaran didefinisikan sebagai suatu keadaan terpenuhinya persyaratan
keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di perairan dan
kepelabuhanan.Terdapat banyak penyebab kecelakaan kapal laut; karena tidak
diindahkannya keharusan tiap kendaraan yang berada di atas kapal untuk diikat (lashing),
hingga pada persoalan penempatan barang yang tidak memperhitungkan titik berat kapal
dan gaya lengan stabil. Dengan demikian penyebab kecelakaan sebuah kapal tidak dapat
disebutkan secara pasti, melainkan perlu dilakukan pengkajian.
B. Kekuatan Kapal
Sejak kapal dipesan untuk dibangun hingga kapal beroperasi, selalu ada aturan yang
harus dipatuhi, dan di dalam semua proses pelaksanaannya selalu ada badan independen
yang menjadi pengawasnya. Pada saat kapal dirancang kemudian pemilihan bahan, dan
selama proses pembangunannya, selain pemilik kapal, pihak galangan kapal, dan pihak
pemerintah selaku administrator ada pihak Klasifikasi dalam hal ini di Indonesia oleh Biro
Klasifikasi Indonesia yang akan melakukan pengawasan dan pemberian kelas bagi kapal
yang telah selesai dibuat, hingga nanti setelah kapal beroperasi mereka juga akan
melakukan survey dan audit atas pelaksanaan semua aturan keselamatan yang harus
dipenuhi.
C. Factor penyebab kecelakaan di laut
Kecelakaan angkutan laut yang menelan banyak korban jiwa dan harta benda terjadi
silih berganti dalam beberapa tahun belakangan ini diantaranya Kecelakaan KM Digoel.
Ada beberapa penyebab yaitu
1. Faktor manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling besar yang antara lain meliputi:
Kecerobohan di dalam menjalankan kapal, kekurang mampuan awak kapal dalam
menguasai berbagai permasalahan yang mungkin timbul dalam operasional kapal,
secara sadar memuat kapal secara berlebihan
2. Faktor Teknis
Faktor teknis biasanya terkait dengan kekurang cermatan di dalam desain
kapal, penelantaran perawatan kapal sehingga mengakibatkan kerusakan kapal atau
bagian-bagian kapal yang menyebabkan kapal mengalami kecelakaan, terbakarnya
kapal seperti yang dialami Kapal Tampomas diperairan Masalembo, Kapal Livina.
3. Faktor alam
Faktor cuaca buruk merupakan permasalahan yang sering kali dianggap sebagai
penyebab utama dalam kecelakaan laut. Permasalahan yang biasanya dialami adalah
badai, gelombang yang tinggi yang dipengaruhi oleh musim/badai, arus yang besar,
kabut yang mengakibatkan jarak pandang yang terbatas

D. Aturan international keselamatan pelayaran

Untuk mengendalikan keselamatan pelayaran secara internasional diatur dengan


ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. International Convention for the Safety of Life at Sea (SOLAS), 1974, sebagaimana
telah disempurnakan: Aturan internasional ini menyangkut ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
a. Konstruksi (struktur, stabilitas, permesinan dan instalasi listrik, perlindungan
api, detoktor api dan pemadam kebakaran);
b. Komunikasi radio, keselamatan navigasi
c. Perangkat penolong, seperti pelampung, keselamatan navigasi.
d. Penerapan ketentuan-ketentuan untuk meningkatkan keselamatan dan
keamanan pelayaran termasuk di dalamnya penerapan of the International Safety
Management (ISM) Code dan International Ship and Port Facility Security (ISPS)
Code).
2. International Convention on Standards of Training, Certification dan Watchkeeping for
Seafarers, tahun 1978 dan terakhir diubah pada tahun 1995.
3. International Convention on Maritime Search and Rescue, 1979.
4. International Aeronautical and Maritime Search and Rescue Manual (IAMSAR) dalam
3 jilid

E. Perangkat keselamatan kapal

1. Sekoci

Perangkat keselamatan yang yang digunakan dalam evakuasi kapal dalam hal terjadi
kebakaran ataupun kapal tenggelam berupa:

a. Baju pelampung
b. Perahu sekoci
c. Rakit penolong

2. Perangkat komunikasi

Perangkat yang penting dalam komunikasi adalah sistem komunikasi yang meliputi:

a. Radio komunikasi antar kapal, kapal dengan pelabuhan, kapal dengan radio pantai
b. Telepon satelit

F. Jenis kecelakaan

1. Bocor
2. Hanyut
3. Kandas
4. Kerusakan Konstruksi
5. Kerusakan Mesin
6. Meledak
7. Menabrak Dermaga
8. Menabrak Tiang Jembatan
9. Miring
10. Orang Jatuh ke Laut
11. Tenggelam
12. Terbakar
13. Terbalik
14. Tubrukan

G. Upaya Mencegah Terjadinya Kecelakaan Kapal Laut


Kecelakaan di laut yang terjadi dan diperlakukan sebagai sebuah rahasia dengan
beberapa alasan. Untuk itu perlu diperhatikan upaya pencegahan kecelakaan kapal dengan
memperoleh masukan dari berbagai pihak antaralain akademisi, para ahli analisis
kecelakaan dan pertolongan.Untuk mencapai tujuan keselamatan, di perlukan upaya
sebagai berikut:
1. menyediakan praktek yang aman dalam operasional kapal dan lingkungan kerja,
2. membangun perlindungan terhadap semua resiko yang di identifkasi,
3. terus–menerus meningkatkan keterampilan manajemen keselamatan personal darat dan
Onboard/ di kapal.
Setiap perusahaan sangatlah penting untuk mengembangkan, menerapkan dan
mempertahankan Sistem Manajemen Keselamatan yang meliputi:
1. kebijakan keselamatan dan perlindungan lingkungan,
2. prosedur pelaporan kecelakaan kapal dan penyimpangan dari ketentuan kode,
3. petunjuk dan prosedur untuk memastikan keselamatan operasi kapal dan perlindungan
lingkungan, perkerja di atas kapal benar-benar menaati peraturan Internasional maupun
perundang-undang Negara Bendera kapal yang bersangkutan,
4. menentukan tingkat Otoritas garis komunikasi antar personil darat (DPA) dan di atas
kapal,
5. prosedur untuk siap dan tanggap dalam keadaan darurat,
6. prosedur untuk internal Audit dan ditinjau ulang manajemen
Kecelakaan kapal susah diprediksi dan dapat terjadi dimana saja. Oleh sebab itu untuk
menghadapi musibah di tengah laut sebelum kapal meninggalkan pelabuhan, Kapal wajib
melaksanakan persiapan-persiapan dan persyaratan sebagai berikut:
1. mengikuti peraturan International Manajemen code (ISM code),
2. pengetesan cara operasinya kemudi darurat, (emergency Rudder),
3. pengecekan beroperasinya GPS (Global Potitioning System),
4. cek kelayakan sekoci (David) penolong diturunkan dan dinaikan,
5. cek Jangkar dan rantai jangkar dalam keadaan baik,
6. persiapan penerimaan Pilot (pandu),dan menurunkan Pilot,
7. cek smoke detector di anjungan untuk mengantisipasi kebakaran di palka-palka,
8. sebelum berlayar Peta-peta mulai dari tempat tolak sampai ketempat tujuan sudah
dikoreksi dan up date,
9. pemeriksaan generator, tes running atau tidak,
10. pengecek lampu-lampu jalan dan lampu-lampu darurat,
11. mengetes darurat mesin Induk,
12. hasil Internal audit dan Manajemen review,
13. pengopersian Oil Water sparator (OWS),
14. menengecek tutup palka dan peralatan bongkar muat juga alat elektronik

H. Kecelakaan Kapal (Ship Accident)  / Kecelakaan Laut (Marine Casualty)

Adalah suatu kejadian atau peristiwa yang mengakibatkan terjadinya hal-hal berikut:

1. Kematian/hilangnya bnyawa seseorang, cedera/luka berat atas seseorang yang


disebabkan karena atau berkaitan dengan kegiatan pelayaran atau operasional kapal

2. Hilangnya seseorang dari kapal atau sarana apung lainnya yang disebabkan karena atau
berkaitan dengan kegiatan pelayaran atau pengoperasian kapal; atau  

3. Hilangnya, atau menghilangnya sebuah kapal atau lebih

4. Kerusakan material pada sebuah kapal atau lebih

5. Kandasnya atau tidak mampunya sebuah kapal atau lebih, atau keterlibatan sebuah
kapal dalam kejadian tabrakan

6. Kerusakan material/barang yang disebabkan karena atau berkaitan dengan,


pengoperasian kapal
7. Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh rusaknya sebuah kapal atau lebih, atau
berkaitan dengan pengoperasian kapal.

Kecelakaan kapal di kategorikan menjadi 2 yaitu :

1. Kecelakaan Sangat Berat (Very Serious Casualty)

adalah suatu kecelakaan yang dialami satu kapal yang berakibat hilangnya kapal
tersebut atau sama sekali tidak dapat diselamatkan (total loss), menimbulkan korban
jiwa atau pencemaran berat;

2. Kecelakaan Berat (Serious Casualty)

adalah sebuah kecelakaan yang tidak dikategorikan sebagai kecelakaan sangat berat
tetapi terkait dengan hal-hal sebagai berikut:

a. Terjadinya kebakaran di kapal, ledakan, kandas, senggolan (contact), kerusakan


akibat cuaca buruk, keretakan badan kapal (hull cracking) atau dugaan cacat
pada badan kapal (suspected hull defect) dll;

b. Kerusakan konstruksi yang menjadikan kapal tidak laik laut, misalnya ada
kebocoran pada badan kapal di bawah garis air, tidak berfungsinya mesin induk
kapal, kerusakan besar pada akomodasi dsbnya

c. Pencemaran laut, tidak peduli jumlah atau besarnya tumpahan; atau

d. Ketidak berdayaan kapal sehingga memerlukan ‘penundaan’ (towage) atau


bantuan dari darat; dan/atau

e. Setiap kejadian berikut yang dengan memperhitungkan keadaan sekelilingnya


dapat memungkinkan menjadi penyebab cedera serius atau gangguan kesehatan
sese-orang dikarenakan kejadian atau peristiwa dibawah ini:

1) meledaknya (bursting) atau lumpuhnya (collapse) suatu bejana tekan,


saluran pipa atau katup
2) lumpuhnya (collapse) atau tidak bekerjanya dari suatu alat angkat, atau
peralatan untuk memasuki ruangan (access equipment), atau penutup palka,
peranca (staging) 
3) jatuhnya muatan (cargo), pergeseran muatan yang tidak dikehendaki atau
tolak bara kapal (ballast) yang menjadi sebab kemiringan kapal yang
membahayakan atau jatuhnya muatan kelaut;

4) terjadinya kontak seseorang dengan serat asbes (asbestos fibre) yang


terlepas, kecuali yang bersangkutan mengenakan pakaian pelindung
lengkap;dan/ atau

5) tersebarnya bahan berbahaya atau unsur yang dapat mencederai seseorang.

Gambar: jenis kecelakaan lalulintas di laut


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KECELAKAAN LALULINTAS DILAUT

DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)

A. PENGKAJIAN

1. Data biografi

Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamt, tnggal
MRS, dan informan apabila dalam melakukan pengkajian klita perlu informasi selain
dari klien. Umur seseorang tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan
tetapi  anak dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki penilaian
tinggi terhadap jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen K.C). data pekerjaan perlu
karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar agama dan
pendidikan menentukan intervensi ynag tepat dalam pendekatan

2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka bakar (Combustio) adalah nyeri,
sesak nafas. Nyeri dapat disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan
pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas
yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka bakardan disebabkan
karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian
atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
3.  Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar, penyabeb lamanya
kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta keluhan klien selama menjalan
perawatan ketika dilakukan pengkajian.  Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase
emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam pertama
beberapa hari  /  bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien pulang)
4. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum
mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwaya
penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alkohol
5. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan
dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga
mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta
kemungkinan penyakit turunan
6. Riwayat psiko sosial
Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang
disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan.
Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam sehingga
mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa
cemas, dan takut.
a. Bernafas
Pada klien yang terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi). Yang dikaji adalah serak; batuk mengii; partikel karbon dalam
sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera
inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar
dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme,
oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema
laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
b. Makan dan Minum
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan apabila terjadi
perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien. Pada pemenuhan kebutuhan
nutrisi kemungkinan didapatkan anoreksia, mual, dan muntah.
c. Eliminasi:
haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis
(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan
bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20%
sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
d. Gerak dan Aktifitas :
Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit;
gangguan massa otot, perubahan tonus.
e. Istirahat dan Tidur
Pola tidur akan mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh kondisi klien ddan
akan mempengaruhi proses penyembuhan
f. Pengaturan Suhu
Klien dengan luka bakar mengalami penurunan suhu pada beberapa jam
pertama pasca luka bakar, kemudian sebagian besar periode luka bakar akan
mengalami hipertermia karena hipermetabolisme meskipun tanpa adanya infeksi
g. Kebersihan diri
Pada pemeliharaan kebersihan badan mengalami penurunan karena klien tidak
dapat melakukan sendiri.
h. Rasa Aman
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit
tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada
adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status
syok.
1) Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase
intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong;
mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema
lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
2) Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin
coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus;
nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari
tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72
jam setelah cedera.
3) Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar
(eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan
luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar. Adanya
fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).
i. Rasa Nyaman
Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan
derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak
nyeri.
j. Sosial
masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Sehingga klien
mengalami ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
k. Rekreasi
Mengetahui cara klien untuk mengatasi stress yang dialami
l. Prestasi
Mempengaruhi pemahaman klien terhadap sakitnya
m. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki oleh klien akan mempengaruhi respon klien terhadap
penyakitnya
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan 
gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar
mencapai derajat cukup berat
b. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga
tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
c. Pemeriksaan kepala dan leher
1) Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut
setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka
bakar
2) Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya
benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang
rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar
3) Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu
hidung yang rontok.
4) Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena
intake cairan kurang
5) Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan
dan serumen
6) Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai
kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan
d. Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak
maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru,
auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi
e. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada
area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
f. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat
pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi
dan indikasi untuk pemasangan kateter.
g. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada
muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
h. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun
bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok
neurogenik)
i. Pemeriksaan kulit

1) Luas luka bakar

Untuk menentukan luas luka bakar dapat digunakan salah satu metode
yang ada, yaitu metode “rule of nine” atau metode “Lund dan Browder”

2) Kedalaman luka bakar

Kedalaman luka bakar dapat dikelompokan menjadi 4 macam, yaitu


luka bakar derajat I, derajat II, derajat III dan IV, dengan ciri-ciri seperti telah
diuraikan dimuka.

3) Lokasi/area luka
Luka bakar yang mengenai tempat-tempat tertentu memerlukan
perhatian khusus, oleh karena akibatnya yang dapat menimbulkan berbagai
masalah. Seperti, jika luka bakar mengenai derah wajah, leher dan dada dapat
mengganggu jalan nafas dan ekspansi dada yang diantaranya disebabkan
karena edema pada laring . Sedangkan jika mengenai ekstremitas maka dapat
menyebabkan penurunan sirkulasi ke daerah ekstremitas karena terbentuknya
edema dan jaringan scar. Oleh karena itu pengkajian terhadap jalan nafas
(airway) dan pernafasan (breathing) serta sirkulasi (circulation) sangat
diperlukan. Luka bakar yang mengenai mata dapat menyebabkan terjadinya
laserasi kornea, kerusakan retina dan menurunnya tajam penglihatan.

Bagian tubuh 1 tahun 2 tahun Dewasa


Kepala leher 18% 14% 9%
Ekstrimitas atas (kanan dan 18% 18% 18 %
kiri)
Badan depan 18% 18% 18%
Badan belakang 18% 18% 18%
Ektrimitas bawah (kanan 27% 31% 30%
dan kiri)
Genetalia 1% 1% 1%

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan saraf yang terbuka, kesembuhan luka dan
penanganan luka bakar
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui rute
abnormal luka.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit dan terganggunya respons
imun.
C. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan  Pain Level,  Paint management
dengan inflamasi  pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri
dan kerusakan  comfort level secara komprehensif
jaringan Setelah dilakukan tinfakan termasuk lokasi,
keperawatan selama Pasien karakteristik, durasi,
tidak mengalami nyeri, dengan frekuensi, kualitas dan
kriteria hasil: faktor presipitasi.
1. Mampu mengontrol nyeri 2. Observasi reaksi nonverbal
(tahu penyebab nyeri, dari ketidaknyamanan.
mampu menggunakan 3. Bantu pasien dan keluarga
tehnik nonfarmakologi untuk mencari dan
untuk mengurangi nyeri, menemukan dukungan.
mencari bantuan). 4. Kontrol lingkungan yang
2. Melaporkan bahwa nyeri dapat mempengaruhi nyeri
berkurang dengan seperti suhu ruangan,
menggunakan manajemen pencahayaan dan
nyeri. kebisingan.
3. Mampu mengenali nyeri 5. Kurangi faktor presipitasi
(skala, intensitas, frekuensi nyeri.
dan tanda nyeri). 6. Kaji tipe dan sumber nyeri
4. Menyatakan rasa nyaman untuk menentukan
setelah nyeri berkurang. intervensi.
5. Tanda vital dalam rentang 7. Ajarkan tentang teknik non
normal. farmakologi: napas dala,
6. Tidak mengalami relaksasi, distraksi,
gangguan tidur kompres hangat/ dingin.
8. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri:
9. Tingkatkan istirahat.
10. Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan berkurang
dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur.
11. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali

2. Kekurangan NOC NIC


volume cairan  Fluid balance Fluid Management
 Hydration 1. Timbang popok/pembalut
 Nutritional Status: Food jika diperlukan
and Fluid Intake 2. Pertahankan catatan
Kriteria Hasil : intake dan output yang
1. Mempertahankan urine akurat
output sesuai dengan usia 3. Monitor status hidrasi
dan BB, BJ urine normal, (kelembaban membran
HT normal mukosa, nadi adekuat,
2. Tekanan darah, nadi, suhu tekanan darah ortostatik),
tubuh dalam batas normal jika diperlukan
3. Tidak ada tanda-tanda 4. Monitor vital sign
dehidrasi, elastisitas turgor 5. Monitor masukan
kulit baik, membran makanan/cairan dan
mukosa lembab, tidak ada hitung intake kalori harian
rasa haus yang berlebihan 6. Kolaborasikan pemberian
cairan IV
7. Monitor status nutrisi
8. Berikan cairan IV pada
suhu ruangan
9. Dorong masukan oral
10. Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output
11. Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
12. Tawarkan snack (jus
buah, buah segar)
13. Kolaborasi dengan dokter
14. Atur kemungkinan
tranfusi
15. Persiapan untuk tranfusi
Hypovolemia Management
1. Monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
2. Pelihara IV line
3. Monitor tingkat Hb dan
hematokrit
4. Monitor tanda vital
5. Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
6. Monitor berat badan
7. Dorong pasien untuk
menambah intake oral
8. Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda dan
gejala kelebihan volume
cairan
9. Monitor adanya tanda
gagal ginjal
NOC : NIC :
3. Kerusakan
 Tissue Integrity : Skin and  Pressure Management
integritas kulit
Mucous Membranes 1. Anjurkan pasien untuk
berhubungan
Setelah dilakukan tindakan menggunakan pakaian
dengan lesi pada
keperawatan selama kerusakan yang longgar.
kulit
integritas kulit pasien teratasi 2. Hindari kerutan pada
dengan kriteria hasil: tempat tidur.
1. Integritas kulit yang baik 3. Jaga kebersihan kulit agar
bisa dipertahankan tetap bersih dan kering.
(sensasi, elastisitas, 4. Mobilisasi pasien (ubah
temperatur, hidrasi, posisi pasien) setiap dua
pigmentasi) jam sekali.
2. Tidak ada luka/lesi pada 5. Monitor kulit akan adanya
kulit. kemerahan .
3. Perfusi jaringan baik. 6. Oleskan lotion atau
4. Menunjukkan pemahaman minyak/baby oil pada
dalam proses perbaikan derah yang tertekan .
kulit dan mencegah 7. Monitor aktivitas dan
terjadinya sedera berulang. mobilisasi pasien.
5. Mampu melindungi kulit 8. Monitor status nutrisi
dan mempertahankan pasien.
kelembaban kulit dan 9. Memandikan pasien
perawatan alami dengan sabun dan air
hangat.
10. Kaji lingkungan dan
peralatan yang
menyebabkan tekanan.
4. Resiko infeksi NOC NIC
berhubungan
 Immune Status Infection Control (Kontrol
dengan
hilangnya barier  Knowledge : Infection Infeksi)
kulit dan
control 1. Bersihkan lingkungan
terganggunya
setelah dipakai pasien lain
respons imun.  Risk control
2. Pertahankan teknik isolasi
Kriteria Hasil :
3. Batasi pengunjung bila
1. Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi perlu
2. Mendeskripsikan proses 4. Instruksikan pada
penularan penyakit, faktor pengunjung untuk
yang mempengaruhi mencuci tangan saat
penularan serta berkunjung dan setelah
penatalaksanaannya berkunjung meninggalkan
3. Menunjukkan kemampuan pasien
untuk mencegah timbulnya 5. Gunakan sabun
infeksi antimikrobia untuk cuci
4. Jumlah leukosit dalam tangan
batas normal 6. Cuci tangan setiap
5. Menunjukkan perilaku sebelum dan sesudah
hidup sehat tindakan keperawatan
7. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
8. Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
10. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
11. Tingkatkan intake nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik
bila perlu infection
protection (proteksi
terhadap infeksi)
13. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
14. Monitor hitung granulosit,
WBC
15. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
16. Pertahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
17. Pertahankan teknik isolasi
k/p
18. Berikan perawatan kulit
pada area epidema
19. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
20. Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
21. Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
22. Dorong masukkan cairan
23. Dorong istirahat
24. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
25. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
26. Ajarkan cara menghindar
infeksi
27. Laporkan kecurigaan
infeksi
28. Laporkan kultur positif
D. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan infeksi berdasarkan intervensi yang telah disusun berdasarkan dengan
prioritas masalah yang dialami pasien
E. EVALUASI
1. Nyeri berkurang atau hilang, pasien tidak tampak meringis
2. Tidak terjadi kekurangan volume cairan, tidak ada tanda-tanda dehidrasi
3. Lukabakar tampak membaik
4. Tidak
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kecelakaan kapal adalah suatu kejadian atau peristiwa yang mengakibatkan terjadinya hal-
hal sebagai berikut

- Kematian/hilangnya bnyawa seseorang, cedera/luka berat atas seseorang yang


disebabkan karena atau berkaitan dengan kegiatan pelayaran atau operasional kapal

- Hilangnya seseorang dari kapal atau sarana apung lainnya yang disebabkan karena atau
berkaitan dengan kegiatan pelayaran atau pengoperasian kapal;

- Hilangnya, atau menghilangnya sebuah kapal atau lebih

- Kerusakan material pada sebuah kapal atau lebih

- Kandasnya atau tidak mampunya sebuah kapal atau lebih, atau keterlibatan sebuah
kapal dalam kejadian tabrakan

- Kerusakan material/barang yang disebabkan karena atau berkaitan dengan,


pengoperasian kapal

- Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh rusaknya sebuah kapal atau lebih, atau
berkaitan dengan pengoperasian kapal.
B. SARAN
Kecelakaan dilaut merupakan suatu kejadian yang sangat tidak diinginkan sehingga
Perawat harus mampu memberikan pelayanan dengan memperhatikan kebutuhan hidup
dasar manusia.

24
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Keselamatan_pelayaran

http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/t%21@file_artikel_abstrak

http://knkt.dephub.go.id/knkt/ntsc_maritime/maritime_glossary.htm

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/8857

25
LAMPIRAN

26
27
28
29
30
31
32

Anda mungkin juga menyukai