Anda di halaman 1dari 12

TUGAS : MAKALAH KELOMPOK

DOSEN PENGAMPU: RISNAWATI, SKM, M.Kep

KESELAMATAN PASIEN DAN K3 DALAM KEPERAWATAN

” KEBIJAKAN DASAR K3 DALAM LINGKUP


KESEHATAN KERJA”

KELOMPOK 1

1. AKMA SEPTIANI : S.0020.P2.070


2. ALBERTIN : S.0020.P2.071
3. AMRIYANI AMIR : S.0020.P2.073
4. ANGGITA PRATIWI : S.0020.P2.074
5. ANITA : S.0020.P2.075
6. ARIAMUS TODING : S.0020.P2.076
7. ARMAN ARAS : S.0020.P2.077
8. AWALUDDIN : S.0020.P2.078
9. DARMIA : S.0020.P2.079
10. DASMIA : S.0020.P2.080

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI

TAHUN 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan pembangunan di semua sektor kegiatan industri dan


semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Peningkatan ters
ternyata tidak hanya memberikan dampak positif, tetapi juga member dampak
negartif yaitu memberikan pengaruh dan risiko terhadap kesehatan keselamatan
para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001).

Kompetisi dan tuntutan akan standar internasional menyeba masalah


kesehatan dan keselamatan kerja menjadi isu global dan sangat pen Banyak
negara semakin meningkatkan kepeduliannya terhadap mas Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) yang dikaitkan dengan isu perlindu tenaga kerja dan
hak asasi manusia serta kepedulian terhadap lingkungan Penerapan manajemen
K3 sebagai bagian dari kegiatan operasi perusahaan/instansi, merupakan syarat
yang tidak dapat diabaikan untuk mencapai efisiensi dan produktifitas yang
dibutuhkan, guna meningkatkan saing (Alowie, 2006).

Penyelenggaraan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah


merupakan salah satu bentuk perlindungan kepada tenaga kerja bertujuan
untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal serta melindungi tenaga
kerja dari risiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan Sebagaimana
Undang-Undang No.23/1992 tentang Kesehatan, bahwa tenaga kerja wajib
menyelenggarakan upaya kesehatan kerja apabila tempat tersebut memiliki
risiko bahaya kesehatan dan atau mempunyai pekerja paling sedikit 10 orang.
Dalam penyelenggaraan program K3 di industri atau jasa tidak terlepas dari
peranan manajemen melalui pendekatan yang berbentuk kebijakan pihak
pengelola dalam penerapan K3 (Metrison,2000).

Fasilitas kesehatan, termasuk di dalamnya rumah sakit, puskesmas,


kesehatan masyarakat, klinik, laboratorium klinik, dan laboratorium keseh
merupakan tempat kerja yang sangat sarat dengan potensi bahaya kesehatan
keselamatan pekerjanya. Risiko terjadinya gangguan kesehatan dan kecela
menjadi semakin besar mengingat fasilitas kesehatan merupakan tempat yang
padat tenaga kerja. Dan dari berbagai penelitian menunjukan bahwa prevalensi
gangguan kesehatan yang terjadi di fasilitas kesehatan lebih tinggi dibandingkan
tempat kerja lainnya (Mansyur, 2007).

Di Indonesia, data mengenai penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat


kerja di sarana kesehatan secara umum belum tercatat dengan baik, namun
menurut Depkes (2007) diketahui bahwa resiko bahaya yang dialami pekerja di
rumah sakit adalah infeksi HIV (0,3%), risiko pajanan membran mukosa (1%),
risiko pejanan kulit (< 1%), dan sisanya tertusuk jarum, terakhir akibat pecahan
gigi yang tajam dan bor metal ketika melakukan pembersihan gigi, low back
paint akibat mengangkat beban yang melebihi batas, gangguan pernafasan,
dermatitis, dan hepatitis (Anonim, 2006, http://www.depkes. diperoleh tanggal
27 Mei 2009).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu

kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/masyarakat

pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang setinggi tingginya, baik fisik, atau

mental, maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-

penyakit/ gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan

lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.

Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemi dan

upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani mau rohani tenaga

kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju

masyarakat makmur dan sejahtera. Sedanangkan pengertian secara keilmuan adalah

suatu ilmu pengetahuan dan penerapan dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya

kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan

proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah

Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas yang

mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja. Hal tersebut

juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah

terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun kecelakaannya. Sejalan

dengan itu, perkembangan pembangunan dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU

No.14 tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya

mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan.

Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja

atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan

kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan

martabat serta nilai-nilai agama. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka

dikeluarkanlah peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan


kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya Veiligheids Reglement, STBl No.406

tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan

yang ada.

Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang

keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di

darat, di dalam tanah, permukaan air, di dalam air, maupun udara, yang berada dalam

wilayah kekuasaan hokum Republik Indonesia. Undang-undang tersebut juga mengatur

syarat-syarat keselamatan kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan,

peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan

penyimpanan bahan, barang produksi tekhnis dan aparat produksi yang mengandung

dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

Keselamatan kerja sama dengan Hygiene Perusahaan. Kesehatan memiliki

sifat sebagai berikut :

1. Sasarannya adalah manusia

2. Bersifat medis.

Sedangkan keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut :

1. Sasarannya adalah lingkungan kerja

2. Bersifat teknik.

Pengistilahan Keselamatan dan Kesehatan kerja (atau sebaliknya) bermacam

macam; ada yang menyebutnya Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja

(Hyperkes) dan ada yang hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal

Occupational Safety and Health.

B. Tujuan K3

Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat

produktif. Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman, 1990):

1. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan

sehat dan selamat.


2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya

hambatan.

C. Ruang Lingkup K3

Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman, 1990) :

1. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di

dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan

usaha yang dikerjakan.

2. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi:

a. Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian

b. Peralatan dan bahan yang dipergunakan

c. Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.

d. Proses produksi

e. Karakteristik dan sifat pekerjaan

f. Teknologi dan metodologi kerja

3. Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga

perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.

4. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/ perusahaan bertanggung jawab

atas keberhasilan usaha hyperkes.

D. Konsep Perawat sebagai Tenaga Kesehatan


Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dibidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketermpilan melalui pendidikan di

bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan

upaya kesehatan, baik berupa pendidikan gelar D3, S1, S2 dan S3; pendidikan non

gelar; sampai dengan pelatihan khusus kejuruan khusus seperti Juru Imunisasi, Malaria,

dsb., dan keahlian. Hal inilah yang membedakan jenis tenaga ini dengan tenaga lainnya.
Hanya mereka mempunyai pendidikan atau keahlian khususlah yang

boleh melakukan pekerjaan tertentu yang berhubungan dengan jiwa dan fisik manusia,

lingkungannya. Dalam hal ini, perawat memegang peranan yang cukup besar dalam

upaya pelaksanaan dan peningkatan K3. Sedangkan dalam pelaksanaannya, perawat

tidak dapat bekerja secara individual. Perawat perlu untuk berkolaborasi dengan pihak-

pihak lintas profesi maupun lintas sector.

E. Peran perawat dalam meningkatkan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Fungsiseorang perawat hiperkes sangat tergantung kepada kebijaksanaan

perusahaan dalam hal luasnya ruang lingkup usaha kesehatan, susunan dan jumlah

tenaga kesehatan yang dipekerjakan dalam perusahaan. Perawat merupakan satu-

satunya tenaga kesehatan yang full time di perusahaan, maka fungsinya adalah:

1. Membantu dokter perusahaan dalam menyusun rencana kerja Hiperkes di

perusahaan.

2. Melaksanakan program kerja yang telah digariskan, termasuk administrasi

kesehatan kerja.

3. Memelihara dan mempertinggi mutu pelayanan perawatan dan pengobatan.

4. Memelihara alat-alat perawatan, obat-obatan dan fasilitas kesehatan perusahaan.

5. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan sesuai cara-cara yang disetujui.

6. Ikut membantu menentukan kasus-kasus penderita, serta berusaha menindak

lanjuti sesuai wewenang yang diberikan kepadanya.

7. Ikut menilai keadaan kesehatan tenaga kerja dihubungkan dengan factor pekerjaan

dan melaporkan kepada dokter perusahaan.

8. Membantu usaha perbaikan kesehatan lingkungan dan perusahaan sesuai

kemampuan yang ada.

9. Ikut mengambil peranan dalam usaha-usaha kemasyarakatan : UKS.

10. Membantu, merencanakan dan atau melaksanakan sendiri kunjungan rumah sebagai
salah satu dari segi kegiatannya.

11. Menyelenggarakan pendidikan hiperkes kepada tenaga kerja yang dilayani

12. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja.

13. Mengumpulkan data-data dan membuat laporan untuk statistic dan evaluasi

14. Turut membantu dalam usaha penyelidikan kesehatan tenaga kerja.

15. Memelihara hubungan yang harmonis dalam perusahaan

16. Memberikan penyuluhan dalam bidang kesehatan

17. Bila lebih dari satu paramedis hiperkes dalam satu perusahaan, pimpinan

paramedis hiperkes harus mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan semua usaha

perawatan hiperkes.

F. Fungsi dan Tugas Perawat dalam Usaha K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

Fungsi dan tugas perawat dalam usaha K3 di Industri adalah sebagai berikut

(Effendy, Nasrul, 1998):

1. Fungsi

a. Mengkaji masalah kesehatan

b. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja

c. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja

d. Penilaian

2. Tugas

a. Pengawasan terhadap lingkungan pekerja

b. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan

c. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja

d. Membantu dalam penilaian keadaan kesehatan pekerja


e. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan rumah

kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah

f. Ikut menyelenggarakan pendidikan K3 terhadap pekerja

g. Turut ambil bagian dalam usaha keselamatan kerja

h. Pendidikan kesehatan mengenai keluarga berencana terhadap pekerja keluarga

pekerja.

i. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja

j. Mengkordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.

G. Kebijakan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Era Global

1. Dalam bidang pengorganisasian

Di Indonesia K3 ditangani oleh 2 departemen; departemen Kesehatan departemen

Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Pada Depnakertrans ditangani oleh Dirjen

(direktorat jendral) Pembinaan dan Pengawasan Ketenagakerjaan, dimana ada

4 Direktur :

a. Direktur Pengawasan Ketenagakerjaan

b. Direktur Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak

c. Direktur Pengawasan Keselamatan Kerja, yang terdiri dari Kasubdit:

1) Kasubdit mekanik, pesawat uap dan bejana tekan.

2) Kasubdit konstruksi bangunan, instalasi listrik dan penangkal petir

3) Kasubdit Bina kelembagaan dan keahlian keselamatan ketenagakerjaan

d. Direktur pengawasan kesehatan kerja, yang terdiri dari kasubdit:

1) Kasubdit kesehatan tenaga kerja

2) Kasubdit pengendalian lingkungan kerja

3) Kasubdit bina kelembagaan dan keahlian kesehatan kerja


Pada Departemen Kesehatan sendiri ditangani oleh Pusat Kesehatan

Depkes. Dalam upaya pokok Puskesmas terdapat Upaya Kesehatan Kerja (UKK)

yang kiprahnya lebih pada sasaran sektor Informal (Petani, Nela Pengrajin, dll)

2. Dalam bidang regulasi

Regulasi yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah sudah banyak, diantara

a. UU No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

b. UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

c. KepMenKes No 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

d. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit

Akibat Kerja.

e. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes

Bagi Dokter Perusahaan.

f. Peraturan Menaker No Per 01/MEN/1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene

Perusahaan K3 Bagi Tenaga Paramedis Perusahaan.

g. Keputusan Menaker No Kep 79/MEN/2003 tentang Pedoman Diagn dan

Penilaian Cacat Karena Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.

3. Dalam bidang Pendidikan

Pemerintah telah membentuk dan menyelenggarakan pendidikan untu

menghasilkan tenaga Ahli K3 pada berbagai jenjang Pendidikan, misalnya:

a. Diploma 3 Hiperkes di Universitas Sebelas Maret

b. Strata 1 pada Fakultas Kesehatan Masyarakat khususnya peminatan K3 Unair,

Undip, dll dan jurusan K3 FKM UI.

c. Starta 2 pada Program Pasca Sarjana khusus Program Studi K3, misalnya di

UGM, UNDIP, UI, Unair.


Pada beberapa Diploma kesehatan semacam Kesehatan Lingkungan Keperawatan juga

ada beberapa SKS dan Sub pokok bahasan dalam sebuah mata kuliahyang khusus

mempelajari K3.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perawat adalah suatu profesi yang mulia, karena memerlukan kesabaran

dan ketenangan dalam melayani pasien yang sedang menderita sakit. Seorang

perawat harus dapat melayani pasien dengan sepenuh hati. Sebagai

seorang perawat harus dapat memahami masalah yang dihadapi oleh klien,

selain seorang perawat dapat berpenampilan menarik. Untuk itu seorang

perawat memerlukan kemampuan untuk memperhatikan orang lain,

keterampilan, intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam

perilaku perawat.

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/ kedokteran

beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja/ masyarakat pekerja beserta

memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental

maupun sosial, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap

penyakit-penyakit/ gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-

faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum.

B. Saran

Perawat mengetahui fungsi dan peran seorang perawat dan disarankan

berkerja dengan memperhatikan fungsi dan perannya tersebut. Kesehatan

keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit kecelakaan

kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau

negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja dikelola secara maksimal

bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai