Anda di halaman 1dari 9

FAKTOR BAHAYA LINGKUNGAN KERJA / HIGIENE INDUSTRI

GARMEN DI PROVINSI JAWA TENGAH

DISUSUN OLEH:
Kelompok 1

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA BAGI


PARAMEDIS
ANGGOTA KELOMPOK 1

1. Ns, Ade Nurwahid, S.Kep


2. Adinda Rosa Amalia, S.Tr.Kep
3. Adriani Julyanti Rombe, S.Tr.Keb
4. Agy Ivena Septyvia, S.Tr.Keb
5. Anisya Prasetya, S.Kep
6. Anita Ndruru, S.Kep., Ns
7. Anjelina Elhana Mokodompit, S.Kep., Ners
8. Arshanti Azerine, A.Md.Kep
9. Ns. Asmunandar, S.Kep
10. Aulia Noviyani, A.Md.Keb
11. Daniel Sihotang, S.Kep., Ns
12. David, A.Md.Kep
13. Dery Subhan Lugina, A.Md.Kep
14. Dessy Handayani, S.S.T
15. Edi Saputra Sihotang, AMd.Kep
16. Fajrianti Hasmi, S.Kep., Ns
17. Ns. Fitriah Afriani, S.Kep
DAFTAR ISI

DAFTAR KELOMPOK
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Dasar Hukum
BAB 2 HASIL
A. Gambaran Umum
- Profil Industri (Industri Garmen di Jawa Tengah)
- Organisasi K3
- Personel K3
B. Proses (Proses Industri)
- Proses keseluruhannya
C. Identifikasi Faktor Bahaya dan Risiko
BAB 3 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tingkat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di Indonesia masih tinggi dan
cenderung meningkat setiap tahunnya dengan tingkat kematian atau fatality yang
tinggi. Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan tahun 2019 – 2021 terlihat
kecenderungan peningkatan kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yaitu:
pada tahun 2019 sebanyak 210.789 kasus, tahun 2020 sebanyak 221.740 kasus
(meningkat 5.1%), tahun 2021 sebanyak 234.370 kasus (meningkat 5.7%). Jumlah
pekerja yang fatal akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja juga masih
tinggi yaitu 4.007 pekerja di tahun 2019, sebanyak 3.410 di tahun 2020 dan
meningkat menjadi 6.552 di tahun 2021 (Adiratna, et al., 2022).
Dalam dunia industri, kesehatan dan keselamatan kerja adalah salah satu poin
penting yang harus menjadi perhatian khusus. Kesehatan lingkungan kerja atau
yang sering disebut sebagai higiene industri merupakan salah satu bagian dari
upaya keselamatan kerja yang bertujuan untuk menciptakan tenaga kerja yang
sehat sehingga dapat mencapai tingkat produktivitas yang optimal. Selain untuk
mempertahankan kesehatan pekerja, higiene industri juga bertujuan untuk
memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dari berbagai macam resiko yang dapat
terjadi di lingkungan industri yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja.
Menurut Occupational Safety and Health Administration (1998), higiene industri
adalah suatu ilmu tentang antisipasi, pengenalan atau rekognisis, evaluasi, dan
pengenalan kondisi tempat kerja yang dapat menyebabkan tenaga kerja mengalami
kecelakaan kerja dan/atau penyakit akibat kerja (PAK). Dalam Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang keselamatan lingkungan kerja juga
dijelaskan, higiene adalah usaha kesehatan preventif yang menitikberatkan kegiatan
kepada usaha kesehatan individu maupun usaha pribadi manusia. Adapun aspek
higiene di tempat kerja yang dapat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan
tenaga kerja mencakup faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi, dan psikologi.

1.2 Tujuan
Praktek lapangan ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai potensi bahaya faktor
fisika, faktor kimia, faktor biologi dan faktor sanitasi di lingkungan kerja

1.3. Dasar Hukum


Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja
disebutkan, bahwa setiap tenaga kerja berhak untuk mendapat perlindungan dalam
melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional. Kemudian diperbaharui dalam Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan Nomor 5 Tahun 2018 tentang keselamatan lingkungan kerja
menjelaskan, keselamatan dan kesehatan kerja selanjutnya disingkat K3 adalah
segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja .
BAB II
HASIL
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Higiene Industri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang
melakukan penilaian pada faktor penyebab penyakit secara kualitatif dan kuantitatif di
lingkungan kerja Perusahaan, yang hasilnya digunakan untuk dasar tindakan korektif pada
lingkungan, serta pencegahan, agar pekerja dan masyarakat di sekitar perusahaan terhindar
dari bahaya akibat kerja.

Konsep dasar dari higiene industri adalah agar seorang tenaga kerja berada dalam
keserasian sebaik-baiknya, yang berarti bahwa yang bersangkutan dapat terjamin keadaan
kesehatan dan produktifitas kerjanya secara optimal, maka perlu ada keseimbangan yang
positif-konstruktif, antara unsur beban kerja, beban tambahan akibat dari pekerjaan dan
lingkungan kerja dan kapasitas kerja.

Potensi bahaya serta penangananya sudah dilakukan penerapan K3 di industri Germen


Kebisingan berdasarkan pengujian yang dilakukan perusahaan telah sangat baik dalam
mengatasi kebisingan khususnya pada alat genset telah dibuat di tempat khusus dan juga
telah di buat alat peredam suara membuat pekerja lebih nyaman.Getaran ada beberapa alat
yang memiliki sumber getaran di atas nilai ambang batas yaitu pada mesin staking dan cuttig
dan pada mesin sewing di bawah nilai ambang batas

Tingkat kecelakaan dan penyakit akibat kerja di indonesia masih tinggi dan cenderung
meningkat setiap tahunnya dengan tingkat kematian atau fatality yang tinggi. Berdasarkan
data BPJS ketenagakerjaan tahun 2019 terlihat kecenderungan peningkatan kasus kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yaitu. Pada tahun 2019 sebanyak 210.789 kasus,tahun 2020
sebanyak 221.740 kasus, tahun 2021 sebanyak 234.370 kasus. Dalam dunia
industri,kesehatan dan keselamatan kerja adalah salah satu bagian dari upaya keselamatan
kerja yang bertujuan untuk menciptakan tenaga kerja yang sehat sehingga dapat mencapai
tingkat produktifitas yang optimal. Menurut Occupational Safety and Healt Administration,
higiene industri adalah suatu ilmu tentang antisipasi,pengenalan atau rekognisis,evaluasi , dan
pengenalan kondisi tempat kerja yang dapat menyebabkan tenaga kerja mengalami
kecelakaan kerja dan/atau penyakit akibat kerja

Dasar Hukum higiene industri mengacu pada:


❖ ILO No. 112 tahun 1959
❖ UU No. 2 Tahun 1966
❖ Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/Menkes/Sk/Xi/2002Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran Dan Industri

Program higiene industri meliputi:

1. Rekognisi Sumber Bahaya

Faktor bahaya seperti faktor fisik, kimiawi, biologi, ergonomi, dan psikologi.

2. Antisipasi Sumber Bahaya

Antisipasi dengan memprediksi potensi bahaya dan risiko ditempat kerja.

3. Evaluasi Sumber Bahaya

Evaluasi adalah suatu kegiatan sampling dan mengukur bahaya dengan metode yang
lebih spesifik

4. Kontrol Sumber Bahaya

Hasil pengukuran yang melebihi ambang batas dapat dikendalikan, dengan menggunakan
metode hirarki pengendalian atau piramida terbalik meliputi Eliminasi, Subtitusi. Engineering
control, Administrasi control dan APD.

DAFTAR PUSTAKA
Adiratna, Y., Astono, S., Fertiaz, M., Subhan, Sugistria, C. A., Prayitno, H., et al.
(2022). PROFIL KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA NASIONAL

INDONESIA TAHUN 2022. Jakarta Selatan: Kementerian Ketenagakerjaan


Republik Indonesia .
Anizar. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri. Edisi Pert.
Yogyakarta: Graha Ilmu; 2012

Departemen Kesehatan .Keputusann Mentri Kesehatan


Nomor:405/Menkes/SK/XI/2002.www.depkes.go.id.
1. Ade Nurwahid dan David (2023)/Klp I -Faktor Bahaya Lingkungan Kerja/
HIGIENE - INDUSTRI// di Lampirkan 09 2023
2.

Anda mungkin juga menyukai