Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Rahmat dan Kasih Karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Higiene PT. TBSM” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi persyaratan pelatihan Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.
Kami mengucapkan terima kasih kepada narasumber dan pihak PT. TBSM untuk
ilmu serta kesempatan untuk kami menyusun makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dengan harapan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dalam peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kita bekerja.
A.Latar Belakang
Keselamatan kesehatan kerja adalah bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan
kerja yang aman, sehat dan sejahtera bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja serta bebas pencemaran lingkungan yang bertujuan agar produktivitas meningkat
sesuai dengan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja.
Higiene industri adalah ilmu dan seni beserta penerapan dalam mengenali, menilai
dan mengendalikan faktor bahaya di tempat kerja yang dapat membahayakan gangguan
terhadap kesehatan kerja atau penyakit akibat kerja.
Sektor industri yang berkembang pesat di Indonesia saat ini dapat mendatangkan
manfaat positif dari sisi perekonomian yaitu terciptanya lapangan pekerjaan yang lebih
luas. Namun, akibat percepatan proses industrialisasi dengan sendirinya akan
memperbesar resiko yang terkandung bahaya dalam industri, timbulnya Penyakit Akibat
Kerja (PAK). Kecelakaan yang terjadi di tempat kerja menimbulkan kerusakan di
lingkungan kerja.
Sampai saat ini angka kejadian kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi yaitu
pada tahun 2021 terjadi 234.270 kasus kecelakaan kerja, tahun 2020 terjadi 221.740
kasus kecelakaan kerja, tahun 2019 terjadi 182.835 kasus kecelakaan kerja, tahun 2018
terjadi 173.415 kasus kecelakaan kerja, tahun 2017 terjadi 123.040 kasus kecelakaan
kerja. Dengan tingginya angka kecelakaan yang terjadi, menunjukkan bahwa aspek
keselamatan dan kesehatan kerja belum terlaksana secara maksimal.
Menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, setiap
tenaga kerja punya hak untuk selamat, karena itu setiap tenaga kerja harus dilindungi
dari potensi bahaya yang ada di tempat kerja. Agar tenaga kerja dapat bekerja dengan
selamat, maka perlu diterapkan aspek Higiene Industri, yaitu ilmu dan seni mengenal,
menilai/mengevaluasi mengendalikan poternsi berbahaya ditempat kerja.
Berdasarkan UU No.1 Tahun 1970 dan banyaknya angka kejadian kecelakaan kerja
yang semakin tinggi maka kelompok kami tertarik membuat makalah ini.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan kelompok kami menulis makalah, yaitu:
1. Sebagai sarana pengaplikasian dari materi yang telah diberikan
2. Sebagai laporan tertulis dari kegiatan yang telah dilakukan
3. Agar peserta mampu menjelaskan pengertian higiene perusahaan
4. Agar peserta mampu menjelaskan faktor-faktor bahaya di tempat kerja
C. Dasar Hukum
a. UU No. 3 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konferensi ILO No. 120
Mengetahui Higiene Dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor.
b. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
c. UU No. 10 Tahun 1977 Tentang Ketenaganukliran.
d. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
e. Peraturan menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 Tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja.
f. PP 63 Tahun 2000 Tentang Keselamatan Kerja Terhadap Kemanfaatan
Radiasi Pengion.
g. Keputusan Presiden RI No. 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang
Timbul Akibat Hubungan Kerja.
h. Kepmenaker No. 13/Men/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika
dan Kimia di Tempat Kerja.
i. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. 2/M/Bw/Bk/1984 Tentang
Pengesahan Alat Pelindung Diri.
j. Permenakertrans No. 01/Men/1981 Tentang Penyakit Akibat Kerja.
k. Peratutan Menteri Tenaga Kerja RI No. 13/Men/X/2011 Tentang Nilai
Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja.
l. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep 187/Men/1999 Tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya.
m. Permenaker No.5 Tahun 2018 Tentang Pengukuran dan Pengendalian
Lingkungan Kerja Meliputi factor fisika, faktor kimia, faktor biologi, faktor
ergonomic, dan faktor psikologi
D. Profil Perusahaan
kernel
Biji kernel
B. Pengertian
Higiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi
lingkungan terhadap kesehatan manusia atau suatu upaya untuk mencegah timbulnya
penyakit karena pengaruh lingkungan. Dengan ini maka sebenarnya higiene industri
dapat diartikan sebagai ilmu higiene yang dikembangkan dan diterapkan ditingkat atau
lingkungan kerja suatu industri.
Menurut Thomas J. Smith: Higiene industri atau perusahaan dianggap sebagai ilmu
dan seni yang mampu mengantisipasi, mengenal, mengevaluasi dan mengendalikan
bahaya faktor-faktor yang timbul di dalam lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau ketidaknyamanan dan
ketidakefisienan kepada masyarakat yang berada di lingkungan kerja tersebut maupun
kepada masyarakat yang berada diluar industri”.
Jadi, higiene industri merupakan aspek perlindungan bagi kesehatan tenaga kerja
dan sarana untuk membina dan mengembangkan tenaga kerja
menjadi sumber daya manusia yang disiplin, dedikatif, penuh tanggung jawab
dan mampu bekerja secara produktif dan efisien.
1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-
tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negri, atau pekerja-pekerja
bebas, dengan demikian dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja.
Tujuan utama tersebut diatas dapat terperinci lebih lanjut sebagai berikut :
Pencegahan dan pemberantasan penyakit - penyakit dan kecelakaan - kecelakaan
akibat kerja, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja, perawatan
dan mempertinggi efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia, pemberantasan
kelelahan kerja dan penglipatan gandaan kegairahan serta kenikmatan kerja,
pelindungan bagi masyarakat sekitar suatu perusahaan agar terhindar dari bahaya-
bahaya pengotoran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan, dan
perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh
produk-produk industri.
2. Mengenal
Mengenal atau rekognisi merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali
suatu bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan menggunakan suatu
metode yang sistematis sehingga dihasilkan suatu hasil yang objektif dan bisa
dipertanggung- jawabkan. Dimana dalam rekognisi ini kita melakukan pengenalan
dan pengukuran untuk mendapatkan informasi tentang konsentrasi, dosis, ukuran
(partikel), jenis, kandungan atau struktur, dan sifat. Adapun tujuan dari
pengenalan, yaitu :
a. Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan, efek,
severity, pola pajanan, besaran).
b. Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko.
c. Mengetahui pekerja yang berisiko.
3. Mengevaluasi
Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan pengukuran,
pengambilan sampel dan analisis di laboratorium. Melalui penilaian lingkungan
dapat ditentukan kondisi lingkungan kerja secara kuantitatif dan terinci, serta
membandingkan hasil pengukuran dan standar yang berlaku, sehingga dapat
ditentukan perlu atau tidaknya teknologi pengendalian, ada atau tidaknya korelasi
kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan lingkungannya , serta
sekaligus merupakan dokumen data di tempat kerja. Tujuan dari pengukuran
dalam evaluasi, yaitu :
a. Untuk mengetahui tingkat risiko.
b. Untuk mengetahui pajanan pada pekerja.
c. Untuk memenuhi peraturan (legal aspek).
d. Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah dilaksanakan.
e. Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki pekerja.
f. Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik.
4. Pengendalian
Pengendalian faktor – faktor lingkungan kerja sesungguhnya dimaksudkan
untuk menciptakan atau memelihara lingkungan kerja agar tetap sehat dan aman
atau memenuhi persyaratan kesehatan dan norma keselamatan, sehingga tenaga
kerja terbebas dari ancaman gangguan kesehatan dan keamanan atau tenaga kerja
tidak menderita penyakit akibat kerja dan tidak mendapat kecelakaan kerja. Ada
beberapa bentuk pengendalian atau pengontrolan di tempat kerja yang dapat
dilakukan, yaitu :
a. Eliminasi : merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya serta
menghentikan semua kegiatan pekerja di daerah yang berpotensi bahaya.
b. Substitusi : Modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran debu atau asap,
dan mengurangi bahaya, Pengendalian bahaya kesehatan kerja dengan
mengubah beberapa peralatan proses untuk mengurangi bahaya, mengubah
kondisi fisik bahan baku yang diterima untuk diproses lebih lanjut agar dapat
menghilangkan potensi bahayanya.
c. Isolasi : Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan pekerja dengan
menempatkannya di tempat lain atau menjauhkan lokasi kerja yang berbahaya
dari pekerja lainnya, dan sentralisasi kontrol kamar.
d. Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada
faktor lingkungan kerja selain pekerja.
e. Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada
interaksi pekerja dengan lingkungan kerja.
f. APD (Alat Pelindung Diri) : langkah terakhir dari hirarki pengendalian.
E. Manfaat Higiene Perusahaan
b. Jenis-Jenis Kebisingan
c. Pengaruh Kebisingan
Pengaruh utama dari kebisingan pada kesehatan adalah kerusakan pada
indera pendengaran, yang menyebabkan ketulian progresif. Mula-mula efek
kebisingan pada pendengaran adalah sementara dan pemulihan terjadi secara
cepat sesudah dihentikan kerja ditempat yang bising. Tetapi kerja terus
menerus ditempat bising berakibat kehilangan daya dengar yang menetap dan
tidak pulih kembali. Biasanya dimulai pada frekuensi sekitar 4000 Hz dan
kemudian meluas pada frekwesi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi-
frekuensi yang digunakan untuk percakapan. Di Indonesia, NAB kebisingan
adalah 85 dB (A) yang terus menerus dinilai oleh Panitia Teknik Nasional NAB.
1) Auditory
2) Non Auditory
Gangguan komunikasi
o Pada intensitas kebisingan yang tinggi seseorang harus
berteriak keras untuk bisa berkomunikasi.
Gangguan tidur
o Kebisingan yang terputus-putus akan lebih memngganggu
dari pada kebisingan kontinyu.
Gangguan dalam melaksanakan pekerjaan
o Akibat dari kebisingan yang tinggi tenaga kerja tidak bisa
konsentrasi secara penuh terhadap suatu pekerjaan
Gangguan fisiologis
o Meningkatnya kelenjar endokrin dalam tubuh sehingga
memacu denyut nadi bergerak cepat.
e. Pengendalian Kebisingan
Secara teknis ( pengurangan kebisingan pada sumbernya ) dilakukan
dengan cara :
1) Pembatas akustik ( menempatkan peredam pada sumbernya )
2) harus baik, dijaga agar baut dan sambungan tidak ada yang goyang.
3) Pemeliharaan peralatan
Secara Administratif :
1) Pengaturan jam kerja terpapar
2) Rotasi kerja
f. Penilaian Kebisingan
B) Pencahayaan
Pada umumnya pekerjaan memerlukan upaya penglihatan.. Pencahayaan
yang kurang memadai dapat merupakan beban tambahan bagi tenaga kerja.
Dengan demikian dapat menimbulkan gangguan performance (penampilan)
kerja, produktivitas menurun serta pada akhirnya dapat memberikan pengaruh
terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.
a. Pengaruh Pencahayaan
Pencahayaan yang buruk akan menimbulkan kelelahan mata yang menyebabkan :
Iritasi, mata berair dan kelopak mata berwarna merah (Konjunctivitis).
Penglihatan rangkap dan sakit kepala.
Ketajaman penglihatan merosot, demikian pula kepekaan terhadap
perbedaan (contras sensitifity) dan kecepatan pandangan.
Kekuatan menyesuaikan ( accomodation ) dan konvergensi menurun.
b. Sumber-sumber Pencahayaan.
Kepadatan pencahayaan ditentukan dari sumbernya, yang secara garis besar dapat
dibagi menjadi dua jenis :
Sumber pencahayaan alam (sinar matahari)
Sumber pencahayaan buatan (lampu)
d. Langkah-langkah Pengendalian.
Dalam melakukan pengaturan pencahayaan yang memenuhi syarat perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Tingkat
Jenis
pencahayaan Keterangan
Kegiatan
minimal (Lux)
Ruang penyimpanan dan
Pekerjaan kasar
100 ruang peralatan/instalasi
& tidak terus-
menerus
yang memerlukan pekerjaan
yang
kontinyu
Pekerjaan kasar
Pekerjaan dengan mesin
dan 200
dan perakitan
terus-menerus
kasar
Pekerjaan
Pekerjaan rutin 300
kantor/administrasi, ruang
kontrol dan pekerjaan mesin
dan perakitan atau penyusun
Pembuatan gambar atau
Pekerjaan agak 500 bekerja dengan mesin kantor
halus pekerja pemeriksaan atau
pekerjaan dengan
mesin
Pemilihan warna,
Pekerjaan
1000 pemrosesan,
halus
tekstil, pekerjaan mesin
halus dan
perakitan halus
1500
Mengukir dengan tangan,
Pekerjaan amat (tidak
pekerjaan mesin dan perakitan
halus menimbulkan
yang sangat halus
bayangan)
3000
Pekerjaan (tidak Pemeriksaan pekerjaan,
detail menimbulkan perakitan sangat halus
bayangan)
Sumber pencahayaan yang meliputi : intensitas atau kekuatan
pencahayaan,jenis sumber cahaya, pengaturan lokasi atau sumber
cahaya, efisiensi dan efektifitas sumber cahaya.
Keadaan lingkungan atau tempat kerja, yang harus diperhatikan : luas
tempat kerja, banyaknya jendela dan genting kaca, langit-langit dan
dinding yang berwarna gelap dan terang, bangunan yang tinggi disekitar
tempat kerja.
C) Getaran
a. Definisi Getaran.
Getaran dapat diartikan sebagai gerakan dari suatu sistem bolak-balik, gerakan
tersebut dapat berupa gerakan yang harmonis sederhana dapat pula sangat
kompleks, sifatnya dapat periodik atau random, stady-state atau intermitent
(solid).
Sistem/media : dapat berupa gas (udara), cairan (liquid) dan padat (solid).
Apabila media tersebut adalah udara dan getaran yang terjadi dalam frekuensi 20 -
20.000 Hz akan menimbulkan suara (bunyi). Gerakan partikel-partikel dari suatu
sistem (gas, cair, padat) mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1) Mempunyai amplitudo
2) Mempuyai frekuensi
3) Mempunyai kecepatan
4) Mempunyai percepatan (akselerasi)
b. Pengaruh Getaran.
Tubuh manusia dilihat baik secara fisik maupun biologis merupakan suatu
sistem yang sangat kompleks, dan secara mekanik tubuh terdiri dari elemen-
elemen yang linier dan non linier yang berbeda-beda pada setiap orang.
Beberapa studi eksperimental menunjukkan bahwa terpaparnya pekerja
terhadap getaran dapat mengakibatkan pengaruh negatif pada tubuh manusia
baik bersifat mekanik, biologik, fisik dan psikis.
Dampak getaran terhadap tubuh manusia sangat tergantung pada sifat
pemaparan, yaitu bagian tubuh yang kontak dengan sumber getaran. Bentuk
pemaparan dapat dibagi dalam 2 katagori sebagai berikut :
4 - 8 jam 4
2 - 4 Jam 6
1 - 2 Jam 8
< 1 Jam 12
f. Pengendalian Getaran.
Cara-cara pengendalian getaran antara lain adalah sebagai berikut :
1) Memilih peralatan kerja yang rendah intensitas getarannya. Peralatan
tersebut adalah yang telah dilengkapi dengan damping didalamnya (internal
damping). Misalnya : Bor listrik yang dilengkapi dengan damping piston.
2) Menambah/menyisipkan damping diantara tangan dan peralatan. Misalnya :
Memasang damping material diantara badan peralatan dan pegangan
peralatan .
Membalut pegangan peralatan karet.
memakai sarung tangan karet busa pada waktu mengoperasikan peralatan.
Memakai remote controle.
Mengatur waktu kerja, sebagai berikut :
Rotasi jenis pekerjaan
Pengaturan jam kerja, sehingga sesuai dengan Threshold Limit Values.
NILAI AMBANG BATAS GETARAN
Sumber radiasi sinar UV : sinar matahari, blue printing, laundry, las listrik,
sterilisasi makanan dan minuman
Penilaian
• Alat : UV Radiometer
• NAB : 0.1 mikro watt/cm2
• Waktu pemajanan yg diperkenankan berdasar besarnya efek
radiasi (Kep.51/Men/1999)
8 jam 0.1
4 jam 0.2
2jam 0.4
1 jam 0.8
30 menit 1.7
15 menit 3.3
10 menit 5
5 menit 10
1 menit 50
30 detik 100
10 detik 300
1 detik 3000
0.5 detik 6000
0.1 detik 30000
2. FAKTOR KIMIA
Ffaktor kimia merupakan salah satu sumber bahaya potensial bagi pekerja.
Bahan kimia yang didefinisikan sebagai unsur kimia, senyawa, dan campurannya
yang bersifat alami maupun buatan (sintetis) selalu terdapat di setiap proses
industri. Paparan terhadap zat-zat kimia tertentu di tempat kerja dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan, baik dalam jangka waktu pendek maupun
panjang. Untuk memahami faktor kimia di tempat kerja, seorang ahli K3 harus
memiliki pengetahuan tentang efek toksik dan sifat dari suatu zat kimia.
Identifikasi zat kimia berbahaya dapat dilakukan dengan melihat pelabelan
bahan kimia dan Material Safety Data Sheet (MSDS). Dari pelabelan bahan kimia
dan MSDS, Ahli K3 harus memberikan promosi kesehatan dan preventif
pencegahan PAK (penyakit akibat kerja).
Bahan kimia bersifat zat pembius dapat mehilangkan kesadaran dan mati rasa.
Paparan terhadap konsentrasi yang relatif tinggi dari bahan kimia tertentu
seperti ethyl dan prophyl alcohol (aliphatic alcohol), dan methylethyl keton
(aliphatic keton), acetylene hydrocarbon ethyl dan isoprophyl ether, dapat
menekan susunan saraf pusat.
Bahan kimia beracun/toksin merupakan bahan kimia yang dalam kosentrasi
relatif sedikit dapat mempengaruhi kesehatan manusia atau bahkan
menyebabkan kematian. Manusia memiliki sistem yang komplek. Keracunan
sistemik dihubungkan dengan reaksi dari salah satu sistem atau lebih dari tubuh
terhadap bahan-bahan kimia yang mana reaksi ini merugikan dan dapat
menyebar ke seluruh tubuh. Contoh bahan kimia toksin antara lain pestisida,
benzene, dan sianida.
Bahan kimia karsinogenik. Paparan bakan-bahan kimia tertentu bisa
menyebabkan pertumbuhan sel-sel yang tidak terkendali, menimbulkan tumor
(benjolan-benjolan) yang bersifat karsinogen. Tumor tersebut mungkin baru
muncul setelah beberapa tahun bervariasi antara 4 tahun sampai 40 tahun.
Bahan kimia seperti arsenik, asbestos, kromium, nikel dapat menyebabkan
kanker paru.
Bahan kimia fibrotik merupakan bahan kimia yang bila masuk ke dalam tubuh
dapat menyebabkan terbentuknya jaringan fibrotik, seperti pneumokoniosis.
Pneumokoniosis adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh mengendapnya
partikel-partikel debu halus daerah pertukaran gas dalam paru-paru dan adanya
reaksi dari jaringan paru dan membentuk jaringan fibrotik. Contoh bahan-
bahan yang menyebabkan pneumokoniosis adalah crystalline silica, asbestos,
talc, batubara dan beryllium.
3) Pengukuran
Untuk mengetahui kondisi real tentang kadar kontaminan kimiawi di tempat
kerja, maka perlu dilakukan pengukuran/pengujian terhadap faktor kimia yang
memapari tempat tersebut dengan cara pengambilan sample yang selanjutnya
akan dianalisis. Dalam melakukan pengukuran pada lingkungan kerja diperlukan
pengambilan sample yang dapat dilakukan secara terus menerus dalam kurun
waktu tertentu yang pada prinsipnya harus representatif dalam 8 jam kerja.
Metode yang digunakan antara lain Standar Nasional Indonesia (SNI), NIOSH,
AIHA, dan lain-lain. Beberapa instrument analisis yang digunakan dalam
pengujian faktor kimia adalah AAS untuk analisis kadar logam, GC untuk kadar
hidrokarbon, spectrophotometer UV/Vis untuk analisis gas organik, dan X-Ray
deffractometer. Nilai Ambang Batas (NAB), diatur berdasarkan surat edaran
Permenakertrans No.13/MEN/X/2011 tentang NAB faktor kimia dan faktor fisika
di tempat kerja. Kategori nilai ambang batas:
NAB rata-rata selama jam kerja
NAB pemaparan singkat
NAB tertinggi
4) Pengendalian
Pengendalian potensi bahaya kimia dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti:
Pemberian label dan simbol pada wadah untuk bahan yang berisikan
tentang: nama bahan kimia, resiko yang ditimbulkan, jalan masuknya ke tubuh,
efek paparan, cara penggunaan yang aman dan pertolongan pertama keracunan.
Memiliki MSDS, yaitu semua informasi mengenai suatu bahan kimia
yang dibuat oleh seuatu perusahaan, berisikan antara lain kandungan/komposisi,
sifat fisik dan kmia, cara pengankutan dan penyimpanan, informasi APD sesuai
NAB, efek terhadap kesehatan, gejala keracunan, pertolongan pertama
keracunan, alamat dan nomor telepon pabrik pembuat atau distributor.
Memiliki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia yang mempunyai
kewajiban, melakukan identifikasi bahaya melaksanakan prosedur kerja aman,
penganggulangan keadaan darurat dan mengembankan pengetahuan K3 di
bidang kimia.
3. FAKTOR BIOLOGI
Dasar hukum faktor biologis yang mempengaruhi lingkungan kerja adalah
Kepres No. 22/1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan kerja (point)
penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminan khusus.
Biological hazard adalah semua bentuk kehidupan atau mahkluk hidup dan
produknya yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Faktor
biologis dapat dikategorikan menjadi:
1. Mikroorganisme dan toksinnya (virus, bakteri, fungi, dan produknya);
2. Arthopoda (crustacea, arachmid, insect);
3. Alergen dan toksin tumbuhan tingkat tinggi (dermatitis kontak,
rhinitis, asma);
4. Protein alergen dari tumbuhan tingkat rendah (lichen, liverwort, fern)
dan hewan invertebrata (protozoa, ascaris).
satunya kantin atau tempat makan para pekerja berada di ruangan tertutup
sehingga lalat tidak dapat keluar masuk dan hinggap pada makanan pekerja.
4. FAKTOR PSIKOSOSIAL
Caplan (1984) mengatakan bahwa faktor-faktor psikososial adalah interaksi
yang terjadi antara dan di tengah-tengah lingkungan kerja, isi pekerjaan, kondisi
organisasi dan kapasitas serta kebutuhan pekerja, budaya dan pertimbangan-
pertimbangan pribadi dengan pekerjaan yang berlebih. melalui persepsi dan
pengalaman serta berpengaruh pada kesehatan, kinerja dan kepuasan kerja.
Sedangkan Nitisemito (1996) mendefinisikan lingkungan kerja dengan segala
sesuatu yang berada di sekitar karyawan dan yang dapat mempengaruhi dirinya
dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.
Dimberg (dalam Johansson dick., 1993) menyatakan bahwa dalam suatu
penelitian yang melibatkan sekitar 3.759 pekerja dari lingkungan pabrik diketahui
bahwa betapa besar peran faktor psikososial dalam lingkungan kerja. Secilra jelas
dikatakan bahwa ternyata peran faktor psikososial dalam lingkungan kerja begitu
penting untuk meningkatkan dukungan sosial dan menciptakan kesempatan bagi
karyawan atau pekeJja untuk mengendalikan situasi kerja dan juga meningkatkan
motivasi kerja.
Johansson & Rubenowitz (1994) menjelaskan faktor-faktor psikososial dalam
lingkungan kerja yang memiliki pengaruh dalam kinerja sebagai berikut :
a. Pengaruh dan kontrol pekerjaan Dalam hal ini ada beberapa hal yang bisa
dilihat antara lain seperti pengaruh tingkatan kerja, pengaruh metode kerja,
pengaruh aIokasi kerja dan kontrol teknis serta pengaruh peraturan kerja
b. Iklim terhadap penyelia Iklim yang bisa dilihat adalah kontak dengan
penyeJia, saat penyelia meminta saran dan masukan terbadap masalah-masalah
yang dengan pekerjaan. saat penyeJia memberikanpertimbangan sudut pandang
tertentu dan memberikan informasi yang dibutuhkan serta iklim berkomunikasi
dalam organisasi atau perusahaan
c. Rangsang dari kerja itu sendiri Hal-hal yang diperhatikan adalah apakah
pekerjaan tersebut menarik dan menstimulasi individu untuk bekerja atau tidak,
apakah pekerjaan tersebut bervariasi dan terbagi-bagi atau tidak, kesempatan
untuk mempergunakan bakat dan keterampilan, kesempatan untuk belajar
banyak hal baru dari pekerjaan dan perasaan keseluruhan tentang pekerjaan
yang dilakukan
Menurut Sitaniapessy (2000), paling tidak ada dua hal yang bisa dilakukan
untuk mempertahankan keberadaan karyawan atau pekerja.
Dua hal tersebut adalah :
• Pemberian upah yang layak. Karyawan bukan sesuatu yang
tidak ada nilainya sehingga perlakuan yang diterima
menjadi eksploitatif. Pemberian upah harus sebanding
dengan stan dar dan kesejahteraan karyawan pun harus
diperhatikan.
• Penghargaan non finansial. Penghargaan seperti ini bisa
berupa pujian dan penghargaan secara formal. Peran
Faktor-Faktor Psikososial .(Wahyu Rahardjo)
Caplan (1984) mengatakan bahwa jika tercipta interaksi yang negatif antara
kondisi pekerjaan dengan faktor manusia atau pekerja maka akan terjadi
keguncangan emosi, masalah perilaku, perubahan biokimia dan neohormonal
sampai pada resiko sakit secara mental dan psikis.
Secara lebih jauh, konsekuensi-konsekuensi psikologis yang bisa terjadi
antara lain adalah
(1) perasaan kesepian dan terpencil,
(2) pasrah dan merasa trurang atau tidal( dihargai dengan pantas,
(3) perasaan jenuh dan lelah yang berlebih,
(4) timbulnya leamed heIpIesness,
(5) penurunan motivasi kerja sampai pada
(6) kioerja yang buruk dan
(7) penurunan produktivitas kerja.
H) Sanitasi Industri
Prinsip dasar sanitasi terdiri dari:
Sanitasi adalah serangkaian proses yang dilakukan untuk menjaga kebersihan;
Sanitasi ini merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh industri dalam
menerapkan Good Manufacturing Practices (GMP);
Sanitasi dilakukan sebagai usaha mencegah penyakit pada tenaga kerja dan
lingkungan sekitar perusahaan;
Manfaat yang diperoleh bagi konsumen bila industri pangan adalah konsumen
terhindar dari penyakit atau kecelakaan karena keracunan makanan;
Manfaat yang diperoleh bagi produsen adalah produsen dapat meningkatkan
mutu dan umur simpan produk, mengurangi komplain dari konsumen;
Mengurangi biaya recall;
Praktik sanitasi meliputi pembersihan, pengelolaan limbah, dan higiene
pekerja yang terlibat.
I) Pengolahan Limbah
Limbah industri merupakan buangan yang keberadaannya di tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai
ekonomi. Limbah industri tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu,
yang memiliki nilai ekonomis berupa limbah yang dengan melakukan proses
lanjut akan memberi nilai tambah, serta limbah yang tidak mempunyai nilai
ekonomis berupa limbah yang diolah dalam bentuk proses apapun tidak dapat
memberikan nilai tambah tetapi hanya dapat mempermudah sistem
pembuangan.
Limbah padat dan cair yang dihasilkan akibat proses produksi sebaiknya
ditempatkan pada bak sampah tersendiri yang telah dipilah-pilah berdasarkan
jenisnya serta apakah termasuk limbah B3 atau bukan. Untuk limbah yang bukan
termasuk B3 perlu dipilah lagi apakah bisa didaur ulang atau bisa langsung
dibakar atau dikubur. Yang termasuk ke dalam limbah B3 adalah limbah industri
yang mengandung bahan pencemar yang bersifat racun dan berbahaya, di mana
limah B3 tersebut merupakan bahan dalam jumlah sedikit tetapi mempunyai
potensi mencemari dan merusak lingkungan hidup dan sumber daya. Limbah cair
yang dihasilkan industri harus diolah terlebih dahulu sesuai dengan
spesifikasinya. Kontainer tempat menampung limbah yang termasuk kategori B3
tidak boleh bocor, sampah tidak boleh tercecer pada waktu pengumpulan dan
penyimpanan sementara sebelum dibawa ke tempat pembuangan akhir B3.
Secara umum, pengolahan limbah industri dapat dilakukan melalui 3 proses,
yaitu:
1) Proses pengolahan secara fisika:
Sedimentasi,yaitu suatu proses pemisahan bahan padat dari cairan
secara gravitasi.
Flotasi, yaitu memisahkan partikel dengan densitasnya, menggunakan
aliran udara yang dimasukkan kedalam sistim.
Separasi minyak-air, yaitu dengan memisahkan bagian terbesar minyak
dari aliran limbah dengan menggunakan prinsip dasar perbedaan
spesifitas gravities anatara air dan minyak yang dibuang.
2) Proses pengolahan secara kimiawi:
Koagulasi-presipitasi, yaitu pencampuran bahan kimia secara merata
menjadi gumpalan-gumpalan yang cukup besar.
Netralisasi, yaitu proses untuk menurunkan sifat asam atau basa dalam air.
3) Proses pengolahan secara biologi:
Aerobic suspended growth process, yaitu memasukkan air limbah ke
dalam reaktor concrete steel earthen tank dengan aliran konsentrasi yang
sangat tinggi.
Aerobic attached growth process, yaitu proses mikroorganisme
dimasukkan kedalam beberapa media.
Aerobic lagoons (kolam stabilisasi), yaitu kolam tanah yang luas dan
dangkal untuk mengolah air limbah dengan menggunakan proses alami
dengan melibatkan ganggang dan bakteri.
Anaerobic lagoons, yaitu air limbah mentah bercampur dengan massa
mikrobial aktif dalam lapisan sludge.
Pengolah limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat bantu
yang dapat mengurangi pencemaran udara. Pencemaran udara sebenarnya
dapat berasal dari limbah berupa gas atau materi partikulat yang terbawah
bersama gas tersebut. Berikut akan dijelaskan beberapa cara menangani
pencemaran udara oleh limbah gas dan materi partikulat yang terbawah
bersamanya.
1) Mengontrol Emisi Gas Buang:
Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida,
dan hidrokarbon dapat dikontrol pengeluarannya melalui beberapa
metode. Gas sulfur oksida dapat dihilangkan dari udara hasil pembakaran
bahan bakar dengan cara desulfurisasi menggunakan filter basah (wet
scrubber);
Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada
pembahasan berikutnya, yaitu mengenai metode menghilangkan materi
partikulat, karena filter basah juga digunakan untuk menghilangkan
materi partikulat;
Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan
bermotor dengan cara menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas
karbon monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan bermotor
dapat dikurangi dengan cara memasang alat pengubah katalitik (catalytic
converter) untuk menyempurnakan pembakaran;
Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang jugadapat dikurangi
kegiatan pembakaran bahan bakar atau mulai menggunakan sumber bahan
bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan gas buang yang merupakan
polutan.
2) Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan:
Filter Udara:
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack, agar
tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja yang
keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap diamati
(dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/debu) harus segera
diganti dengan yang baru. Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat
gas buangan yang keluar dari proses industri, apakah berdebu banyak, apakah
bersifat asam, atau bersifat alkalis dan lain sebagainya
Pengendap Siklon:
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang ikut
dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip kerja
pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara/gas buangan
yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel
yang relatif “berat” akan jatuh ke bawah. Ukuran partikel/debu/abu yang bisa
diendapkan oleh siklon adalah antara 5 µ - 40 µ. Makin besar ukuran debu makin
cepat partikel tersebut diendapkan.
Filter Basah:
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip kerja
filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara
menyemprotkan air dari bagian atas alat, sedangkan udara yang kotor dari
bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka debu
akan ikut semprotkan air turun ke bawah. Untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik dapat juga prinsip kerja pengendap siklon dan filter basah digabungkan
menjadi satu.
Pegendap Sistem Gravitasi:
Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang
ukuran partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 µ atau lebih. Cara kerja alat ini
sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang
dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan
secara tiba-tiba (speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di bawah akibat gaya
beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung pada dimensi
alatnya.
Pengendap Elektrostatik:
Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang kotor
dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol
atau uap air. Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat dan udara yang
keluar dari alat ini sudah relatif bersih. Alat pengendap elektrostatik ini
menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai tegangan antara 25-100 kv. Alat
pengendap ini berupa tabung silinder di mana dindingnya diberi muatan positif,
sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar
dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan yang cukup
besar akan menimbulkan corona discharge di daerah sekitar pusat silinder. Hal
ini menyebabkan udara kotor seolah-olah mengalami ionisasi. Kotoran udara
menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-
masing akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif
akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada di tengah-
tengah silinder dan kemudian terhembus keluar.