Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan Kerja merupakan faktor yang sangat diperhatikan dalam
dunia industri modern terutama bagi mereka yang berstandar internasional.
Kondisi kerja dapat dikontrol untuk mengurangi bahkan menghilangkan peluang
terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Kecelakaan dan kondisi kerja yang tidak aman
berakibat pada luka-luka pada pekerja, penyakit, cacat, bahkan kematian, juga harus
diperhatikan ialah hilangnya efisiensi dan produktivitas pekerja dan perusahaan. Saat
ini sekitar 7 orang dari 100 pekerja penuh (full time) yang bekerja di sektor swasta
setiap tahunnya di Amerika mengalami kecelakaan atau penyakit di tempat kerja. Di
dunia sekitar 2,8 juta kasus mengakibatkan hilangnya waktu berproduksi dan setiap
tahunnya pula 6000 pekerja meninggal dunia akibat kecelakaan di tempat kerja.
Perhatian pada keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan:
Mengontrol semua resiko dan potensi kecelakaan yang menghasilkan kecelakaan
dan kerusakan
Mencegah kecelakaan
Menghindari kerugian harta benda dan nyawa
Kerugian bagi perusahaan (cost)
Produktifitas dan daya saing yang tinggi dari perusahaan salah satunya dapat
tercapai karena tenaga kerja yang produktif secara stabil. Untuk mencapai itu maka
keselamatan dan kesehatan tenaga kerja merupakan faktor penting bagi perusahaan.
Banyak faktor yang dapat meningkatkan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja di
antaranya adalah lingkungan kerja yang baik. Tanpa lingkungan kerja yang baik maka
motivasi, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja tidak akan menjadi baik apalagi
meningkat. Faktor lingkungan kerja ini meliputi tempat kerja dan bahan-bahan serta
peralatan yang ada. Bahan-bahan kimia seperti kebocoran cairan, tumpahan atau
dampak bahan kimia dalam bentuk seperti debu, gas, cairan, asap dan fume dapat
mencemari udara lingkungan kerja maupun lingkungan masyarakat. Agar dapat
menjaga kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja, UU No.1 tahun 1970 pasal 3
1

ayat 1 menyatakan bahwa syarat-syarat keselamatan kerja termasuk pengawasan


terhadap lingkungan kerja harusdilaksanakan. Untuk mendukung usaha ini maka perlu
sekali mempelajari, memahami dan menerapkan pengetahuan tentang Pengawasan K3
Lingkungan Kerja.Tanpa ada pengawasan maka tujuan K3 akan sulit tercapai.

B. Dasar Hukum Pengawasan K3 di Lingkungan Kerja

Peraturan perundangan yang terkait dengan pengawasan lingkungan kerja


adalah:
1. Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja pasal 2, pasal
3 ayat 1, f, g,I,j,k,l,m pasal 5, pasal 8, pasal 9 dan pasal 14.
2. Undang-undang No.3 tahun 1969 tentang persetujuan Konvensi ILO
No.120 mengenai Hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor pasal 7.
3. Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1973 tentang penatas peredaran,
penyimpanan dan penggunaan pestisida.
4. Peraturan Pemerintah No.11 tahun 1975 tentang Keselamatan Kerja
terhadap Radiasi.
5. Peraturan Menteri Perburuhan No.7 tahun 1964 tentang syarat kesehatan
kebersihan serta penerangan dalam tempat kerja.
6. Permenaker No.3/Men/1985 tentang keselamatan dankesehatan kerja
pemakaian asbes
7. Permenaker No.3/men/1985 tentang syarat keselamatan dan kesehatan di
tempat kerja yang mengelola pestisida.
8. Kepnaker No.51/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di
tempat kerja.
9. Kepmenaker No.187/Men/1999 tentang Pengendalian bahan kimia
berbahaya di tempat kerja
10. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.2/M/BW/BK/1984, tentang pengesahan
alat pelindung diri.
11. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No.01/Men/1997 tentang nilai
Ambang Batas Faktor Kimia dll. udara lingkungan kerja.
C. Pengertian Pengawasan K3 Lingkungan Kerja

Beberapa pengertian yang berhubungan dengan pengawasan K3 lingkungan


kerja adalah :
a) Pengawasan lingkungan kerjaa dalah serangkaian kegiatan pengawasan dari
semua tindakan yang dilakukan oleh pegawai pengawasketenagakerjaan atas
pemenuhan pelaksanaan peraturan perundang-undangan atas objek pengawasan
lingkungan kerja.
b) Lingkungan kerja adalah istilah generic yang mencakup identifikasi dan evaluasi
faktor-faktor lingkungan yang memberikan dampak pada kesehatan tenaga kerja
(ILO).
c) Obyek pengawasan lingkungan kerjameliputi: faktor-faktor bahaya lingkungan
kerja (faktor fisika, kimia, biologi, psikologi, dan fisiologi), hygiene perusahaan,
pengendalian bahaya besar, pestisida, bahan kimia yang berbahaya, sanitasi
lingkungan, alat pelindung diri (APD), limbah industri.
D. Ruang Lingkup Pengawasan K3 Lingkungan Kerja
Ruang lingkup pengawasan lingkungan kerja meliputi penanganan
bahan kimia berbahaya, lingkungan kerja, penggunaan pestisida, limbah
industri di tempat kerja, hygiene industri dan alat pelindung diri di tempat
kerja.
E. Faktor-faktor Bahaya Lingkungan Kerja
Terdapat enam faktor penyebab kecelakaan dan penyakit akibat kerja
yaitu :
1. Faktor fisik seperti faktor kebisingan, iklim kerja, pencahayaan, radiasi tidak
mengion (non ionizing radiation), tekanan udara tinggi dan rendah, getaran
mekanis
2. Faktor kimia seperti efek bahan kimia di lingkungan kerja terhadap tenaga
kerja berupa gangguan pernapasan, merusak syaraf dll.
3. Faktor biologi seperti yang disebabkan oleh virus, bakteri protozoa, jamur,
cacing, kutu pinjal, hewan atau tumbuhan.
4. Faktor fisiologi seperti kelelahan akibat kerja terus menerus, pusing karena
kekurangan gas O2 dalam tempat kerja.
3

5. Faktor lingkungan meliputi lingkungan kerja mekanik, hubungan antara


manusia di tempat kerja, sistem kerja yang dapat mempengaruhi kesehatan
jiwa dan produktifitas tenaga kerja.
6. Faktor psikologi meliputi masalah-masalah tingkah laku, kepribadian dari
tenaga kerja, pimpinan, pengusaha di tempat kerja yang dapat mempengaruhi
psikologi dan kinerja tenaga kerja.
F. K3 dalam Aspek Masyarakat Industri
Kampanye K3 yang terpasang setiap tahun bisa disimak dengan seksama
bahwa K3 merupakan pedoman yang tepat dalam kehidupan di masyarakat
industri. Tema K3 tahun 1991, Jadikanlah Keselamatan dan Kesehatan Kerja
sebagai Naluri Kehidupan Budaya Bangsa. Tema K3 tahun 2005, Pemantapan
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja melalui budaya kerja yang
Disiplin Mandiri dan Produktif untuk menjamin pekerjaan yang layak. Tema K 3
tahun 2000, Gelorakan Gema Daya Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam
Kehidupan Bermasyarakat.
Tiga macam K3 memberikan gambaran betapa pentingnya K3 di masyarakat
industri.
Undang undang keselamatan kerja menyatakan setiap tenaga kerja berhak
mendapat perlindungan kerja atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi dan produktivitas nasional.
Setiap orang lainnya yang berada di tempat kerja perlu terjamin pula
keselamatannya. Setiap sumber produksi perlu dan dipergunakan secara aman
dan efisien. Berhubungan dengan itu perlu diadakan segala daya upaya untuk
membina norma-norma perlindungan kerja. Pembinaan norma-norma itu perlu
diwujudkan dalam undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan umum
tentang keselamatan kerja yang sesuai dengan perkembangan masyarakat
industrialisasi, teknik dan teknologi.
Kampanye nasional K3 diawali tahun 1984 sudah mendapat tanggapan
positif dari masyarakat industri, ini menunjukkan bahwa pabrik dan perusahaan
sudah menghayati pentingnya K3 dalam kegiatan proses produksi. Kalangan
4

industri sudah memperlihatkan sikap, semula K3 dianggap sebagai beban, kini


sudah beralih bahwa K3 sebagai kebutuhan. Terbukti sudah memperlihatkan
sikap dan kebijakan manajemen perlunya peningkatan pengetahuan K3 di semua
hal lini jajarannya.
Di samping itu undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan kerja
menyatakan bahwa kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan
produktivitas kerja optimal. Bahwa kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan
kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat-syarat kerja. Bahwa upaya
kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap tenaga kerja bekerja secara sehat
tidak merugikan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya.
Mengingat gerakan nasional K3 adalah bersifat sentral maka strategi
pencapaian tujuan harus melalui beberapa pendekatan. Pertama pendekatan
wilayah atau regional, melalui pemerintah daerah tingkat satu bersama para
asosiasi terkait dan dinas-dinas terkait melakukan seminar, pertemuan terpadu
agar pelaksanaan K3 berfungsi baik. Kedua pendekatan sektoral, bahwa setiap
instansi sektoral diberi kewenangan membina dan mengelola perusahaannya
masing-masing, upaya aktif meningkatkan partisipasi K3 dan bekerja sama
dengan dinas terkait. Intensif menegakkan hukum menjadikan K3 sebagai
kebutuhan esensial di unit produksinya. Ketiga pendekatan akademik, perguruan
tinggi relevan dengan visi misi K3 memberikan pelayanan tentang K3, bahwa ke
depan para tunas bangsa lebih berperan memimpin perusahaan dengan membawa
misi K3 sebagai unsur menentukan. Melalui kajian lapangan, penelitian, maka
K3 membudayakan di tengah masyarakat.
Dalam era globalisasi yang tengah berlangsung dewasa ini, tertentu
membawa perubahan-perubahan yang terus dikembangkan agar peran serta K3
menjadi penilaian prioritas utama. Produktivitas kerja yang semakin baik
memberikan aspirasi bahwa kemauan dan kecakapan seseorang diandalkan untuk
memenuhi tuntutan perusahaan.

G. Pembatasan Masalah
5

Batasan masalah dalam pembahsan kali ini adalah melingkupi tentang


faktor kimia yang mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja pada
lingkungan kerja.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Bahaya di Tempat Kerja
Pengertian (definisi) bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas
yang berpotensi menimbulkan cedera (kecelakaan kerja) dan ataupenyakit akibat kerja
(PAK) - definisi berdasarkan OHSAS 18001:2007. Secara umum terdapat 5 (lima)
faktor bahaya K3 di tempat kerja, antara lain : faktor bahaya biologi(s), faktor bahaya
kimia, faktor bahaya fisik/mekanik, faktor bahaya biomekanik serta faktor bahaya
sosial-psikologis. Tabel di bawah merupakan daftar singkat bahaya dari faktor-faktor
bahaya di atas :

1. Jamur.
2. Virus.
Faktor Bahaya Biologi

3. Bakteri.
4. Tanaman.
5. Binatang.

1. Bahan/Material/Cairan/Gas/Debu/Uap Berbahaya
2. Beracun.
3. Reaktif.
4. Radioaktif.
Faktor Bahaya Kimia
5. Mudah Meledak.
6. Mudah Terbakar/Menyala.
7. Iritan.
8. Korosif.
Faktor Bahaya
Fisik/Mekanik

1. Ketinggian.
2. Konstruksi (Infrastruktur).
3. Mesin/Alat/Kendaraan/Alat Berat.
4. Ruangan Terbatas (Terkurung).
5. Tekanan.

6. Kebisingan.
7. Suhu.
8. Cahaya.
9. Listrik.
10. Getaran.
11. Radiasi.

1. Gerakan Berulang.
2. Postur/Posisi Kerja.
Faktor Bahaya Biomekanik
3. Pengangkutan Manual.
4. Desain tempat kerja/alat/mesin.

1. Stress.
2. Kekerasan.
Faktor Bahaya SosialPsikologis

3. Pelecehan.
4. Pengucilan.
5. Intimidasi.
6. Emosi Negatif.

2. Faktor Kimia Beserta Pengaruhnya


8

Faktor kimia adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat kimia yang
meliputi bentuk padatan (partikel),cair, gas, kabut, aerosol dan uap yang berasal dari
bahan-bahan kimia (Permenkes,2011).
Bentuk faktor kimia dibedakan menjadi dua, yaitu:
a) Partikel
Debu
Uap Logam
Asap
Kabut
Aerosol
b) Nonpartikel
Gas
Uap Air
Pelarut
Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal atau
campuran yang berdasarkan sifat kimia dan atau campuran yang berdasarkan sifat
kimia dan atau fisika dan atau toksiologi berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi
dan lingkungan. Penggunaan bahan kimia berbahaya di tempat kerja banyak
mengandung bahaya bagi keselamatan dan kesehatan manusia.
Sifat bahan kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat dipahami
dengan baik apabila sifat dari bahan kimia berbahaya tersebut dapat dipahami secara
garis besar beserta label-label bahayanya.
Bahan kimia di tempat kerja ada bermacam-macam antara lain :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)

Bahan kimia mudah meledak


Bahan kimia mudah terbakar
Bahan kimia beracun
Bahan kimia korosif
Bahan Kimia oksidator
Bahan kimia reaktif
Bahan kimia reaktif terhadap air
Gas bertekanan

Adapun jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh dengan cara :

Pernapasan (inhalation)
Bahan kimia yang berbau sangat berbahaya bagi tubuh kita. Hal
ini disebabkan bahan kimia tersebut dapat mncemari udara
bebas sehingga dapat terhirup oleh manusia dan masuk

kedalam tubuh.
Kulit (Skin absorption)
Kulit merupakan pelindung utama dari tubuh, akan tetapi bahan
kimia yang mengenai kulit dapat masuk dalam tubuh dan

berbahaya bagi tubuh.


Tertelan (ingestion)
Bahaya tertelan bahan kimia sangat jarang terjadi, akan tetapi
apabila bahan kimia tertelan oleh manusia dapat menyebabkan
bahaya keracunan.

Adapun bahaya masuknya bahan kimia seperti dibawah ini:


Potensi Bahaya Bahan Kimia
a) Korosi
Bahan kimia yang bersifat korosif dapat menyebabkan
kerusakan pada permukssn tempat dimana terjadi kontak pada kulit,
mata, dan system pencernaan.
Contohnya : konsentrat asam dan basa, fosfor.
b) Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan ditempat
kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau
dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat
menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema (bengkak).
Contohnya :
- Kulit
: asam , basa, pelarut, minyak
- Pernapasan
: aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen
dioxide, phosgene, chlorine ,bromine, ozone.
c) Reaksi Alergi
Bahan kimia allergen atau sensitizers dapat menyebabkan
reaksi alergi pada kulit atau organ pernapasan
Contohnya :
10

Kulit

seperti chromium atau nickel, epoxyhardeners, turpentine.


Pernapasan
: isocyanates, fibre-reactive dyes,

: colophony ( rosin), formaldehyde, logam

formaldehyde, nickel.
d) Asfiksiasi
Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan
atmosfer yang ada, misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah
tanah. Konsentrasi oksigen pada udara normal tidak boleh kurang dari
19,5% volume udara. Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan
oksigenasi normal pada darah atau mencegah oksigenasi normal pada
kulit.
Contohnya :
-

Asfiksian sederhana
Asfiksian kimia

: methane, ethane, hydrogen, helium.


: carbon monoxide, nitrobenzene,

hydrogen cyanide, hidrogen sulphide.


e) Karsinogen
Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas
telah terbukti pada manusia.
Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia
yang secara jelas sudah terbukti menyebabkan kanker pada hewan.
Contohnya :
-

Terbukti karsinogen pada manusia : benzene ( leukaemia);


vinylchloride ( liver angiosarcoma); 2-naphthylamine, benzidine
(kanker kandung kemih ); asbestos (kanker paru-paru ,

mesothelioma).
Kemungkinan karsinogen pada manusia : formaldehyde, carbon

tetrachloride, dichromates, beryllium.


f) Efek Reproduksi
Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi reproduksi dan
seksual dari seorang manusia.
Perkembangan bahan-bahan racun adalah faktor yang dapat
memberikan pengaruh negatif pada keturunan orang yang terpapar,
sebagai contoh :aborsi spontan.
Contohnya :

11

Manganese, carbondisulphide, monomethyl dan ethyl ethers dari


ethylene glycol, mercury. Organic mercury compounds,

carbonmonoxide, lead, thalidomide, pelarut.


g) Racun Sistemik
Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada
organ atau sistem tubuh.
Contohnya :
-

Otak : pelarut,lead,mercury,manganese.
Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon

disulphide.
Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol

ethers.
Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated

hydrocarbons.
Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis)
Berikut ini adalah symbol serta penjelasan dari logo berbahaya:

12

Explosive (bersifat mudah meledak)


Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya
explosive dapat meledak dengan pukulan/benturan, gesekan,
pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen
atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan.
Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang
bergerak sangat cepat. Resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode
yang diberikan dalam Law for Explosive Substances di laboratorium,
campuran senyawa pengoksidasi kuat dengan bahan mudah terbakar
atau bahan pereduksi dapat meledak. Sebagai contoh, asam nitrat dapat
menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti
13

aseton, dietil eter, etanol, dll. Produksi atau bekerja dengan bahan
mudah meledak memerlukan pengetahuan dan pengalaman praktis
maupun keselamatan khusus. Apabila bekerja dengan bahan-bahan
tersebut kuantitas harus dijaga sekecil/sedikit mungkin baik untuk

penanganan maupun persediaan/cadangan.


Oxidizing (pengoksidasi)
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya
oxidizing biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan
bahan mudah terbakar atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat
meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan. Dalam berbagai hal
mereka adalah bahan anorganik seperti garam (salt-like) dengan sifat
pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik.
Jenis bahaya flammable dibagi menjadi dua yaitu Extremely
flammable (amat sangat mudah terbakar) dan Highly flammable
(sangat mudah terbakar). Untuk Bahan-bahan dan formulasi yang
ditandai dengan notasi bahaya extremely flammable merupakan
likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0 0C) dan
titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +350C). Bahan
amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat
membentuk suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi
normal. Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar adalah R12.
Sedangkan untuk Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya
highly flammable adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di
bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik nyala
rendah (di bawah +21 0C). Beberapa bahan sangat mudah terbakar
menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar di bawah
pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat menjadi panas di
udara pada temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan

akhirnya terbakar, juga diberi label sebagai highly flammable.


Toxic (beracun)
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya
toxic dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan

14

bahkan kematian pada konsentrasi sangat tinggi jika masuk ke tubuh


melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.

Harmful Irritant (bahaya iritasi)


Ada sedikit perbedaan pada symbol ini yaitu dibedakan dengan
kode Xn dan Xi. Untuk Bahan dan formulasi yang ditandai dengan
kode Xn memiliki resiko merusak kesehatan sedangkan jika masuk ke
tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan
kulit. Sedangkan Bahan dan formulasi dengan notasi irritant atau
kode Xi adalah tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika

kontak dengan kulit atau selaput lendir.


Corrosive (korosif)
Bahan dan formulasi dengan notasi corrosive adalah merusak
jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan
uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji,
seperti asam (pH <2)>11,5), ditandai sebagai bahan korosif.
Dari bahaya-bahaya diatas dapat menyebabkan berbagai
macam gangguan organ dalam tubuh antara lain pada :
- Hati
- Ginjal dan kandung kemih
- Kulit
- Darah
- Paru-paru
- SSP dan SST
- Cardiovascular
- System endokrin
Pada keruskan fungsi hati/liver hal ini mengakibatkan kerusakan

hepatocellular oleh bahan kimia, Cholestasis (perubahan bentuk lever


karena kerusakan hepatocelluler), Kelainan fungsi lain :
-

Hipersensitivity : immunological respon, genetic faktor perubahan

reaksi ke metabolit beracun.


Peningkatan enzym
Sebelum ada kelaianan liver dan keracunan liver karena bahan kimia :
kerusakan tanpa gejala
Keruskan pada ginjal dan kandung kemih ini dapat menyebabkan

kelainan struktur organ yaitu nepron, Glomerulus, tubulus, renal ischemia.


15

Selain itu juga dapat menyebabkan kelainan fungsi dari organ tersebut seperti
Exretory, scretory, reabsorbsi, kegagalan ginjal akut, dan neprotic syndrome.
Kelainan sel darah akibat bahan kimia dapat menyebabkan:
Kelaianan Struktur :

Kerusakan sel darah merah dan darah putih

Penurunan produksi)
Kelainan Fungsi :

Haemoglobinisasi

Maturasi

Keganasan (leukemia)
Peredaran sel darah merah (dipercepat)
Pada kelainan paru karena pengaruh bahan kimia dapat mengakibatkan

kelainan struktur, kelainan fungsi dan penyakit paru kerja.


Kelainan struktur:

Kerusakan alveolus, lobus, saluran udara

The blood gas barrier

Kelaianan fungsi :

Ventilation

Gas tansfer

Blood gas transport

Penyakit paru kerja :

Radang akut, asma, pneumoconiosis, Bysinosis, alergi, keganasan

16

Kelainan syaraf juga dapat terjadi karena pengaruh bahan kimia, yakni
dengan mengakibatkan:
Struktur :

serat saraf, presynaptic terminal, mitochondria, axon, synaptic.

Fungsi :

Keracunan Neuropati perifer

Kelaianan fungsi saraf pusat (toksik organic psykosis)


Akan tetapi pada kelainan pembuluh darah dapat menyebabkan

kelainan yang kompleks pada tubuh yaitu dapat menyebabkan penyakit


jantung iskemik dan arteriosclerosis(jantung coroner).
Sedangkan kelainan pada system endokrin akibat bahan kimia dapat
menyebabkan :

Pituitary

Gonad

Thyroid

Adrenal
Agar tidak terjadi bahaya akibat factor kimia dalam lingkungan kerja
hendaknya sebelum melakukan sebuah pekerjaan harus di cek terlebih dahulu
peralltan kerja yang sesuai dengan SOP. Agar tidak terjadi kecelakaan kerja
yang mengabatkan gangguan kesehatan dan tidak mengganggu produktivitas
kerja.
Sebelum melakukan pekerjaan diharuskan untuk memakai alat pelindung diri

(APD) atau mengenakan pakain kerja yang sesuai. APD adalah suatu alat yang
mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya
mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja. APD dipakai setelah

17

usaha rekayasa (engineering) dan cara kerja yang aman (work practice) telah
maksimum.
Penggunaan alat pelindung diri merupakan usahaterakhir untuk mengurangi
resiko secara maksimal, namun apabila pemakaian tidak tepat dapat menyebabkan
kecelakaan kerja. Perawatan alat pelindung diri (APD) dilakukan dengan maksud agar
sarana pelindung diri tetap memberikan perlindunganyang efektif terhadap faktorfaktor yang berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk mencegah
kerusakan dan hilang, sarana pelindung diri harus disimpan dengan baik sesuai
dengan ketentuan.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
18

Bahaya kecelakaan kerja dapat disebabkan oleh beberapa factor


yang salah satunya diakibatkan oleh factor kimia. Factor kimia tersebut
dapat berupa partikel dan nonpartikel.
Partikel

Debu
Uap Logam
Asap
Kabut
Aerosol
Nonpartikel
Gas
Uap Air
Pelarut
Pelarut
Apabila bahan kimia diatas masuk kedalam tubh dapat
mnyebabkan gangguan organ dalam tubuh. Oleh karena itu
sebelum melakukan pekerjaan harus menggunakan alat
pelindung diri (APD)

19

Anda mungkin juga menyukai