Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS K3

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Dan Praktek Manajemen Program/Proyek

Dosen Pengampu :

Putri Wulandari Atur Rejeki, S.Si., M.E.

Disusun Oleh :

Alvi Ayu Rezkiyana 19110176

Anggini Putri Ananda 19110178

Dellia Ayu Nurparikha 19110182

Hafiz Muhammad Rieva 19110186

Intan Nurmala Hapsari 19110187

Kayla Madina Muslih 19110190

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PEMBANGUNAN NEGARA

POLITEKNIK STIA LAN BANDUNG

2022
1. Pengertian K3

 K3 Menurut Filosofi Mangkunegara

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya
dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan
makmur.

 K3 Menurut Keilmuan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua Ilmu dan Penerapannya
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran,
peledakan dan pencemaran lingkungan.

 K3 Menurut ILO (2008)

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Adalah Sebuah Ilmu Untuk Antisipasi,
Rekoginis, Evaluasi Dan Pengendalian Bahaya Yang Muncul Di Tempat Kerja Yang
Dapat Berdampak Pada Kesehatan Dan Kesejahteraan Pekerja, Serta Dampak Yang
Mungkin Bisa Dirasakan Oleh Komunitas Sekitar Dan Lingkungan Umum.

 K3 Menurut OHSAS (18001:2007)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang
dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain
(kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja.

 Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Atau K3 Adalah Segala Kegiatan Untuk


Menjamin Dan Melindungi Keselamatan Dan Kesehatan Tenaga Kerja Melalui Upaya
Pencegahan Kecelakaan Kerja Dan Penyakit Akibat Kerja.

Di Indonesia sendiri, K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) ini diatur dalam


Undang-Undang sebagai berikut:
- Keselamatan kerja diatur dalam UU No.1 Tahun 1970.
- Kesehatan diatur dalam UU No.23 Tahun 1992.
- Ketenagakerjaan diatur dalam UU No.13 Tahun 2003.
 Pemerintah juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) dan Keputusan Presiden
untuk melengkapi undang-undang terkait pengaturan K3, yaitu:
o Tentang keselamatan kerja pada permunian serta pengelolaan minyak dan gas bumi
yang diatur dalam PP No.11 Tahun 1979.
o Tentang penggunaan, peredaran, dan penyimpangan pestisida yang diatur dalam PP
No.7 Tahun 1973.
o Tentang pengaturan serta pengawasan keselamatan kerja di bidang pertambangan
dalam PP No.13 Tahun 1973.
o Keputusan presiden No.22 Tahun 1993 mengenai penyakit yang timbul akibat
hubungan kerja.

 Sementara tata cara penunjukan Ahli K3 umum ini diatur melalui Peraturan menteri
tenaga kerja Republik Indonesia No. 04 Tahun 1987, yang berisi tata cara Penunjukan
dan Kewajiban Wewenang Ahli K3. Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu
pengusaha atau pengurus wajib membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3).

 Selain Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) No 4 Tahun 1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) dan Penerapan K3 dalam Undang-
Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, terdapat juga Peraturan Menteri
Tenaga Kerja (Permenaker) No 5 Tahun 1996 yang juga membahas tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Rangkuman dasar-dasar hukum tersebut.

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen K3 adalah
bahwa setiap perusahaan dengan 100 tenaga kerja atau lebih, dan atau yang mengandung
potensi bahaya melalui karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat menimbulkan
kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit
akibat kerja.
2. Tujuan, Manfaat dan Pelaksanaan
A. Tujuan
Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki 3 (tiga) tujuan dalam
pelaksanaannya berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja. 3 (tiga) tujuan utama penerapan K3 berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun
1970 tersebut antara lain :
1) Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat
kerja.
2) Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3) Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.
B. Manfaat
Manfaat k3 untuk berbagai macam pihak
a) Pekerja mamahami bahaya dan risiko dari pekerjaannya
b) Pekerja memahami tindakan pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan
c) Pekerja memahami hak dan kewajibannya khususnya dalam peraturan terkait dengan
Keselamatan dan kesehatan kerja
d) Pekerja mengetahui bagaimana bertindak dalam keadaan darurat seperti kebakaran,
gempa, kecelakaan, dan sebagainya
e) Perusahaan dapat melindungi pekerjanya dan fasilitas produksi dari kecelakaan kerja
ataupun penyakit akibat kerja
f) Perusahaan dapat mengurangi loss time yang terjadi karena kecelakaan kerja
g) Perusahaan dapat mengurangi dari tingginya biaya atau tagihan asuransi
h) Perusahaan dapat patuh terhadap regulasi terkait dengan keselamatan dan kesehatan
kerja
i) Perusahaan mendapatkan citra positif karena penerapan Keselamatan dan kesehatan
kerja baik dari pekerja, keluarga pekerja, masyarakat, dan juga negaraPekerja
mamahami bahaya dan risiko dari pekerjaannya
j) Pekerja memahami tindakan pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan
k) Pekerja memahami hak dan kewajibannya khususnya dalam peraturan terkait dengan
Keselamatan dan kesehatan kerja
l) Pekerja mengetahui bagaimana bertindak dalam keadaan darurat seperti kebakaran,
gempa, kecelakaan, dan sebagainya
m) Perusahaan dapat melindungi pekerjanya dan fasilitas produksi dari kecelakaan kerja
ataupun penyakit akibat kerja
n) Perusahaan dapat mengurangi loss time yang terjadi karena kecelakaan kerja
o) Perusahaan dapat mengurangi dari tingginya biaya atau tagihan asuransi
p) Perusahaan dapat patuh terhadap regulasi terkait dengan keselamatan dan kesehatan
kerja
q) Perusahaan mendapatkan citra positif karena penerapan Keselamatan dan kesehatan
kerja baik dari pekerja, keluarga pekerja, masyarakat, dan juga negarapihak
r) Pekerja mamahami bahaya dan risiko dari pekerjaannya
s) Pekerja memahami tindakan pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan
t) Pekerja memahami hak dan kewajibannya khususnya dalam peraturan terkait dengan
Keselamatan dan kesehatan kerja
u) Pekerja mengetahui bagaimana bertindak dalam keadaan darurat seperti kebakaran,
gempa, kecelakaan, dan sebagainya
v) Perusahaan dapat melindungi pekerjanya dan fasilitas produksi dari kecelakaan kerja
ataupun penyakit akibat kerja
w) Perusahaan dapat mengurangi loss time yang terjadi karena kecelakaan kerja
x) Perusahaan dapat mengurangi dari tingginya biaya atau tagihan asuransi
y) Perusahaan dapat patuh terhadap regulasi terkait dengan keselamatan dan kesehatan
kerja
z) Perusahaan mendapatkan citra positif karena penerapan Keselamatan dan kesehatan
kerja baik dari pekerja, keluarga pekerja, masyarakat, dan juga negara

C. Pelaksanaan
1. Penyediaan Sumber Daya Manusia
a. Prosedur Pengadaan Sumber Daya Manusia
Dalam penyediaan sumber daya manusia, perusahaan harus membuat prosedur
pengadaan secara efektif, meliputi:
1) Pengadaan sumber daya manusia sesuai kebutuhan dan memiliki kompetensi
kerja serta kewenangan dibidang K3 yang dibuktikan melalui:
a) Sertifikat K3 yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang
b) Surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukan dari instansi yang
berwenang.
2) Pengidentifikasian kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap tingkatan
manajemen perusahaan dan menyelenggarakan setiap pelatihan yang
dibutuhkan
3) Pembuatan ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi K3 secara efektif;
4) Pembuatan peraturan untuk memperoleh pendapat dan saran para ahli; dan
5) Pembuatan peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan
pekerja/buruh secara aktif.
b. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran
Dalam menunjukkan komitmennya terhadap K3, pengusaha dan/atau
pengurus harus melakukan konsultasi, motivasi dan kesadaran dengan melibatkan
pekerja/buruh maupun pihak lain yang terkait di dalam penerapan,
pengembangan dan pemeliharaan SMK3, sehingga semua pihak merasa ikut
memiliki dan merasakan hasilnya.
Dalam melakukan konsultasi, motivasi dan kesadaran SMK3, pengusaha
dan/atau pengurus harus memberi pemahaman kepada tenaga kerja atau
pekerja/buruh tentang bahaya fisik, kimia, ergonomi, radiasi, biologi, dan
psikologi yang mungkin dapat menciderai dan melukai pada saat bekerja, serta
pemahaman sumber bahaya tersebut. Pemahaman tersebut bertujuan untuk
mengenali dan mencegah tindakan yang mengarah terjadinya insiden.
c. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
Bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan K3, harus
dilakukan oleh perusahaan dengan cara:
1) Menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan tanggung jawab
dan tanggung gugat di bidang K3
2) Menunjuk sumber daya manusia yang berwenang untuk bertindak dan
menjelaskan kepada semua tingkatan manajemen, pekerja/buruh, kontraktor,
subkontraktor, dan pengunjung meliputi:
 Pimpinan yang ditunjuk untuk bertanggung jawab harus memastikan
bahwa SMK3 telah diterapkan dan hasilnya sesuai dengan yang
diharapkan oleh setiap lokasi dan jenis kegiatan dalam perusahaan
 Pengurus harus mengenali kemampuan tenaga kerja sebagai sumber daya
yang berharga dan dapat ditunjuk untuk menerima pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab dalam menerapkan dan mengembangkan
SMK3

3) Mempunyai prosedur untuk memantau dan mengkomunikasikan setiap


perubahan tanggung jawab dan tanggung gugat yang berpengaruh terhadap
sistem dan program K3;

4) Memberikan reaksi secara cepat dan tepat terhadap kondisi yang


menyimpang atas kejadian-kejadian lainnya.

d. Pelatihan dan Kompetensi Kerja


Pelatihan dan kompetensi Kerja, dilakukan dengan melakukan
pengidentifikasian dan pendokumentasian standar kompetensi kerja K3.
Standar kompetensi kerja K3 dapat diidentifikasi dan dikembangkan sesuai
kebutuhan dengan:
1) menggunakan standar kompetensi kerja yang ada

2) memeriksa uraian tugas dan jabatan

3) menganalisis tugas kerja

4) menganalisis hasil inspeksi dan audit

5) meninjau ulang laporan insiden.


Hasil identifikasi kompetensi kerja digunakan sebagai dasar penentuan
program pelatihan yang harus dilakukan, dan menjadi dasar pertimbangan dalam
penerimaan, seleksi dan penilaian kinerja.

2. Menyediakan Prasarana dan Sarana Yang Memadai


Prasarana dan sarana yang disediakan meliputi:

a) Organisasi/Unit yang bertanggung jawab di bidang K3 Perusahaan wajib


membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya
disingkat P2K3 yang bertanggung jawab di bidang K3. P2K3 adalah badan
pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha
dan tenaga kerja atau pekerja/buruh untuk mengembangkan kerjasama saling
pengertian dan partisipasi efektif dalam penerapan keselamatan dan kesehatan
kerja. Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga kerja atau
pekerja/buruh yang susunannya terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Anggota.
Keanggotaan P2K3 mempunyai tugas memberikan saran dan pertimbangan baik
diminta maupun tidak kepada pengusaha atau pengurus mengenai masalah
keselamatan dan kesehatan kerja.

b) Anggaran
Perusahaan harus mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan K3 secara
menyeluruh antara lain untuk:
1) keberlangsungan organisasi K3
2) pelatihan SDM dalam mewujudkan kompetensi kerja

3) pengadaan prasarana dan sarana K3 termasuk alat evakuasi, peralatan


pengendalian, peralatan pelindung diri.

C) Prosedur operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian

1) Prosedur operasi/kerja harus disediakan pada setiap jenis pekerjaan dan dibuat
melalui analisa pekerjaan berwawasan K3 (Job Safety Analysis) oleh personil
yang kompeten.
2) Prosedur informasi K3 harus menjamin pemenuhan kebutuhan untuk:
a) mengkomunikasikan hail dari sistem manajemen, temuan audit dan
tinjauan ulang manajemen dikomunikasikan pada semua pihak dalam
perusahaan yang bertanggung jawab dan memiliki andil dalam kinerja
perusahaan
b) melakukan identifikasi dan menerima informasi K3 dari luar perusahaan
c) menjamin bahwa informasi K3 yang terkait dikomunikasikan kepada
orang-orang di luar perusahaan yang membutuhkan.
Informasi yang perlu dikomunikasikan meliputi:
a) persyaratan eksternal/peraturan perundangan- undangan dan
internal/indikator kinerja K3
b) izin kerja

c) hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian risiko serta sumber bahaya


yang meliputi keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat kerja,
peralatan lainnya, bahan-bahan, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara
kerja, dan proses produksi;

d) kegiatan pelatihan K3

e) kegiatan inspeksi, kalibrasi dan pemeliharaan

f) pemantauan data

g) hasil pengkajian kecelakaan, insiden, keluhan dan tindak lanjut

h) identifikasi produk termasuk komposisinya

i) informasi mengenai pemasok dan kontraktor

j) audit dan peninjauan langsung SMK3.


3) Prosedur pelaporan informasi yang terkait harus ditetapkan untuk menjamin
bahwa pelaporan yang tepat waktu dan memantau pelaksanaan SMK3
sehingga kinerjanya dapat ditingkatkan. Prosedur pelaporan terdiri atas:
a) Prosedur pelaporan internal yang harus ditetapkan untuk menangani:
 pelaporan terjadinya insiden
 pelaporanketidaksesuaian

 pelaporan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja

 pelaporan identifikasi sumber bahaya.

b) Prosedur pelaporan eksternal yang harus ditetapkan untuk menangani:

 pelaporan yang dipersyaratkan peraturan perundang-undangan

 pelaporan kepada pemegang saham atau pihak lain yang terkait.


Laporan harus disampaikan kepada pihak manajemen dan/atau
pemerintah.

4) Pendokumentasian kegiatan K3 digunakan untuk :


a) menyatukan secara sistematik kebijakan, tujuan dan sasaran K3
b) menguraikan sarana pencapaian tujuan dan sasaran K3
c) mendokumentasikan peranan, tanggung jawab dan prosedur
d) memberikan arahan mengenai dokumen yang terkait dan menguraikan
unsur-unsur lain dari sistem manajemen perusahaan
e) menunjuk bahwa unsur-unsur SMK3 yang sesuai untuk perusahaan telah
diterapkan.
Dalam pendokumentasian kegiatan K3, perusahaan harus menjamin bahwa:
 dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan tanggung
jawab di perusahaan
 dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika diperlukan dapat direvisi
 dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh personil
yang berwenang
 dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap perlu
 semua dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan
 dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami.

D) Instruksi kerja
Instruksi kerja merupakan perintah tertulis atau tidak tertulis untuk melaksanakan
pekerjaan dengan tujuan untuk memastikan bahwa setiap pekerjaan dilakukan
sesuai persyaratan K3 yang telah ditetapkan.
1) Kegiatan dalam pelaksanaan rencana K3 paling sedikit meliputi:
Tindakan Pengendalian
Tindakan pengendalian harus diselenggarakan ole setiap perusahaan
terhadap kegiatan kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan
risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tindakan pengendalian dilakukan
dengan mendokumentasikan dan melaksanakan kebijakan:
a) standar bagi tempat kerja
b) perancangan pabrik dan bahan
c) prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan
produk barang dan jasa.
Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan melalui:
a) Identifikasi potensi bahaya dengan mempertimbangkan :
 Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya
 jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat
terjadi.
b) Penilaian risiko untuk menetapkan besar kecilnya suatu risiko yang
telah diidentifikasi sehingga digunakan untuk menentukan prioritas
pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat
kerja.
c) Tindakan pengendalian diiakukan melalui :
- pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi,
isolasi, ventilasi higienitas dan sanitasi
- pendidikan dan pelatihan
- insentif, penghargaan dan motivasi diri
- evaluasi melalui internal audit, penyelidikan inside dan etiologi
- penegakan hukum.

2) Perancangan dan Rekayasa


Tahap perancangan dan rekayasa meliputi
a) pengembangan
b) verifikasi
c) tinjauan ulang
d) validasi
e) penyesuaian.

Dalam pelaksanaan perancangan dan rekayasa harus memperhatikan unsur-


unsur:
a) identifikasi potensi bahaya
b) prosedur penilaian dan pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat
kerja
c) personil yang memiliki kompetensi kerja harus ditentukan dan diberi
wewenang dan tanggung jawab yang jelas untuk melakukan verifikasi
persyaratan SMK3.
3) Prosedur dan Instruksi Kerja
Prosedur dan instruksi kerja harus dilaksanakan dan ditinjau ulang secara
berkala terutama jika terjadi perubahan peralatan, proses atau bahan baku
yang digunakan oleh personal dengan melibatkan para pelaksana yang
memiliki kompetensi kerja dalam menggunakan prosedur.
4) Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan
Perusahaan yang akan menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan
kepada perusahaan lain harus menjamin bahwa perusahaan lain tersebut
memenuhi persyaratan K3. Verifikasi terhadap persyaratan K3 tersebut
dilakukan ole personal yang kompeten dan berwenang serta mempunyai
tanggung jawab yang jelas.
5) Pembelian/Pengadaan Barang dan Jasa
Sistem pembelian/pengadaan barang dan jasa harus:
a) terintegrasi dalam strategi penanganan pencegahan kecelakaan dan
penyakit akibat kerja
b) menjamin agar produk barang dan jasa seta mitra kerja perusahaan
memenuhi persyaratan K3
c) pada saat barang dan jasa diterima di tempat kerja, perusahaan harus
menjelaskan kepada semua pihak yang akan menggunakan barang dan
jasa tersebut mengenai identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

6) Produk akhir berupa barang atau jasa harus dapat dijamin keselamatannya
dalam pengemasan, penyimpanan, pendistribusian, dan penggunaan seta
pemusnahannya.

7) Upaya Menghadapi Keadaan Darurat Kecelakaan dan Bencana Industri


Perusahaan harus memiliki prosedur sebagai upaya menghadapi keadaan
darurat kecelakaan dan bencana industri, yang meliputi:
 penyediaan personil dan fasilitas P3K dengan jumlah yang cukup dan
sesuai sampai mendapatkan pertolongan medik
 proses perawatan lanjutan. Prosedur menghadapi keadaan darurat harus
diuji secara berkala oleh personil yang memiliki kompetensi kerja, dan
untuk instalasi yang mempunyai bahaya besar harus dikoordinasikan
dengan instansi terkait yang berwenang untuk mengetahui kehandalan
pada saat kejadian yang sebenarnya.
8) Rencana dan Pemulihan Keadaan Darurat
Dalam melaksanakan rencana dan pemulihan keadaan darurat setiap
perusahaan harus memilikiprosedur rencana pemulihan keadaan darurat secara
cepat untuk mengembalikan pada kondisi yang normal dan membantu
pemulihan tenaga kerja yang mengalami trauma.
3. Aspek-aspek yang Harus Diperhatikan Oleh Instansi/Perusahaan dalam
Menerapkan K3

1. Aspek Hukum

Instansi atau perusahaan harus mengetahui, memahami dan menerapkan semua


peraturan perundang-undangan atau kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Dalam
PP Nomor 50 Tahun 2012 Pasal 5 ayat 1 dan 4 disebutkan bahwa :

(1) "Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya".

(4) "Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada Peraturan Pemerintah
ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta dapat memperhatikan konvensi
atau standar internasional."

Dan pada Pasal 7 ayat 2 dijelaskan bahwa :

(2) " Dalam menyusun kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengusaha paling
sedikit harus:

A. Melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi:

1. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko

2. Perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih baik

3. Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan

4. Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan


dengan keselamatan

5. Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.

B. Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus-menerus; dan

C. Memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh".

Selain membuat kebijakan, perusahaan/instansi juga harus menjamin perlindungan


hukum bagi pekerjanya jika ada kecelakaan kerja dengan memenuhi hak bagi pekerjanya.

1. Aspek Administrasi

- Pendaftaran proyek ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat

- Pendaftaran dan pembayaran asuransi tenaga kerja


- Keterangan laik pakai untuk alat berat/ringan memerlukan rekomendasi dari
Depnaker atau instansi berwenang

- Pemberitahuan kepada pemerintah/lingkungan setempat

- Izin dari kantor Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Republik


Indonesia tentang penggunaan jalan/jembatan yang menuju lokasi untuk lalu
lintas berat.

2. Aspek Keselamatan

1) Perencanaan ( Menyusun Safety Plan )

- Perancangan desain atau gambaran proyek, risiko kecelakaan dan pencegahan,


upaya penanganan keadaan darurat, prosedur dan instruksi kerja, tata cara
pengoperasian peralatan dan tata letak mesin/alat kerja dan bahan-bahan kimia
atau bahan-bahan yang mudah terbakar.

2) Kegiatan K3 :

- Pelatihan program K3

- Melakukan koordinasi dengan instansi terkait K3

- Pengawasan pelaksanaan K3

- Melakukan monitoring, evaluasi dan membuat prosedur pelaporan K3

- Mendokumentasikan seluruh kegiatan.

3) Alat Kelengkapan Penunjang K3

- Pemasangan bendera dan sign board dan rambu-rambu peringatan K3

- Helm proyek, safety boot, sarung tangan, masker, kacamata las, pelindung
telinga

- Tabung pemadam kebakaran, pagar pengaman dan tali warna kuning sebagai
pembatas, jaringan pengaman bagi bangunan tinggi, pemeliharaan jalan kerja.

3. Aspek Pelayanan Kesehatan

- Kebersihan lingkungan

- Penyediaan air minum

- Penyediaan poliklinik atau rumah sakit


- Bimbingan untuk hidup sehat

4. Aspek Kerjasama

Aspek kerjasama merupakan hal penting untuk diperhatikan oleh


instansi/perusahaan karena dalam hal ini aspek kerjasama sendiri memberikan potensi
bahaya apa saja yang akan menjadi pertimbangan bagi instansi/perusahaan bagi para
unit pekerja selama bekerja di lingkungan kerja. Aspek kerjasama yang dimaksud
ialah dengan memahami kondisi apa yang dilakukan oleh pihak instansi/perusahaan
dengan unit pekerja seperti halnya apakah pekerjaan yang dilakukan menimbulkan
bahaya fisik, bahaya ergonomi, bahaya kimia, bahaya biologi, bahaya psikososial,
dan bahaya keselamatan lainnya.

5. Aspek Tanggungjawab

Aspek tanggungjawab ini perlu diperhatikan dalam menerapkan K3 oleh


instansi/perusahaan terkait gunanya ialah untuk memahami hal yang menjadi
tanggunan bagi instansi/perusahaan ataupun unit kerja yang ada, sehingga dalam hal
ini dapat memberikan keuntungan yang sama dan adil seperti pekerja mendapatkan
haknya untuk mendapati perlindungan K3 karena menjalankan pekerjaan yang telah
disesuaikan dan ditentukan oleh instansi/perusahaan terkait begitupula instansi yang
berkewajiban memenuhi hak pekerja karena pekerja telah menjalankan pekerjaan
dengan yang telah ditentukan.

6. Aspek Sistem Manajemen

Aspek sistem manajemen perlu juga diperhatikan oleh intansi/perusahaan untuk


memberikan pemahaman dalam mengelola proses keselamatan dan kesehatan kerja di
setiap agenda pekerjaan yang telah ditentukan dengan memperhatikan pula unsur
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat memberikan
potensi kecelakaan kerja untuk para pekerja, dengan hal ini pula instansi/perusahaan
dapat memahami apa tindakan yang seharusnya dilakukan apabila terjadi kecelakaan
kerja dan juga memberikan pemahaman akan pencegahan apa yang seharusnya
dilakukan untuk mengurangi hal tersebut terjadi.
4. Sanksi Apabila Suatu Proyek Tidak Menerapkan K3

Sanksi untuk proyek yang tidak menerapkan K3 diatur dalam Undang-Undang


Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 15 yang berisi ancaman pidana
atas pelanggaran peraturan dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan
atau denda paling besar Rp. 100.000,-

Selain itu juga, sanksi untuk pelanggaran K3 diatur dalam pasal 190 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dimana sanksi yang diberikan
yaitu sanksi administrasi bertahap berupa teguran; b. peringatan tertulis; c. pembatasan
kegiatan usaha; d. pembekuan kegiatan usaha; e. pembatalan persetujuan; f. pembatalan
pendaftaran; g. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi; h. pencabutan
ijin

Kemnakertrans mengarahkan pendekatan tidak berbasis pidana, tetapi berbasis


administratif untuk pemberlakukan aturan K3 karena sanksi yang tercantum dalam
Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 1970 Pasal 15 dianggap sudah tidak relevan
diterapkan, mengingat sanksinya sangat rendah.

Sanksi lainnya juga diatur dalam pasal 163 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun
2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi
yang berisi Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota mengenakan sanksi peringatan
tertulis kepada Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa yang tidak memenuhi Standar
Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan, yang apabila dalam jangka
waktu 30 hari kalender sejak pengenaan sanksi tertulis, Penyedia Jasa dan/atau Pengguna
Jasa yang tidak memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan
Keberlanjutan dikenai denda administrasi dengan besaran sebesar 5% dari nilai pekerjaan
yang tidak sesuai dengan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan
Keberlanjutan. Sanksi dapat dicabut apabila dalam jangka waktu 30 hari kalender sejak
pengenaan sanksi penghentian sementara kegiatan konstruksi penyedia jasa telah
melakukan tindakan perbaikan untuk memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan dan Keberlanjutan. Apabila dalam jangka waktu tersebut penyedia jasa tetap
tidak memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan dan
tidak membayar denda administratif maka dikenakan sanksi pencantuman dalam daftar
hitam. Apabila dalam jangka waktu 30 hari kalender sejak pengenaan sanksi
pencantuman dalam daftar hitam penyedia jasa masih tidak memenuhi ketentuan maka
akan dkenakan sanksi pembekuan perizinan berusaha, dan apabila dalam jangka waktu 30
hari kalender sejak pengenaan sanksi tersebut penyedia jasa mulai untuk melakukan
perbaikan pemenuhan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan
maka sanksi pembekuan perizinan berusaha dicabut. Sebaliknya, apabila dalam jangka
waktu 30 hari kalender sejak pengenaan sanksi pembekuan perizinan berusaha bidang
jasa konstruksi, penyedia jasa tetap tidak memenuhi ketentuan maka dikenakan sanksi
pencabutan perizinan berusaha.

5. Contoh kasus pelanggaran K3

Proyek Pembangunan Rehab Total SDN 02 Banjarsari

Salah satu contoh kasus pelanggaran K3 adalah pada pekerjaan proyek Dinas Cipta Karya
Tata Ruang Kabupaten Bekasi yang sedang dilaksanakan di SDN 02 Banjarsari yang
terletak di Desa Banjarsari, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Bekasi yang dalam
pengerjaannya pekerja proyek tidak menggunakan K3. Proyek yang dikerjakan oleh PT
Jiwa Muda Konstruksi ini diduga melanggar UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) serta UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, hal
tersebut dikarenakan proyek pembangunan yang menelan dana yang begitu besar yang
berjumlah Rp. 1.278.564.000.00 yang bersumber dari dana APBD Tahun 2022 tampak
dilokasinya para pekerja tidak menggunakan kelengkapan alat pelindung diri (APD) saat
bekerja hanya memakai sandal dan topi saja. Selain itu juga dari pihak konsultan tidak
ada dilokasi sehingga tidak ada himbauan kepada para pekerja untuk memakai K3
padahal seharusnya harus ada yang mengawasi dan menyampaikan agar para pekerja
dapat memakai K3 demi keselamatan kerja. Berdasarkan keterangan dari salah satu
tukang yang ada dilokasi dari perusahan tidak ada memfasilitasi safety dalam bekerja
seperti helm, masker, maupun sarung tangan. Atas kelalaian perusahaan yang tidak
mengindahkan keselamatan para pekerjanya Disnaker Kabupaten Bekasi memberikan
sanksi administratif sesuai dengan Pasal 190 UU No. 13 Tentang Ketenagakerjaan yaitu
dengan memberikan sanksi administratif berupa teguran dan peringatan tertulis kepada
PT Jiwa Muda Konstruksi.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya, Gerry. 2020. Kementrian Ketenagakerjaan Republik Indonesia. Pengertian (Definisi)


K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Diakses melalui
https://temank3.id/page/detail_news/5/62e5d2b779e51361bec18520e075af19

PP No. 50 Tahun 2012 tentang SMK3

Disnakertrans Provinsi Banten. 2020. Pengertian dan Pentingnya Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja. Diakses melalui
https://disnakertrans.bantenprov.go.id/Berita/topic/288#:~:text=Pengertian%20K3%20Menurut
%20OHSAS%2018001,dan%20tamu)%20di%20tempat%20kerja.

Tami. 2020. Mutu Institute. Ini Dasar Hukum Penerapan K3 yang Penting Diketahui. Diakses
melalui https://mutuinstitute.com/post/ini-dasar-hukum-penerapan-k3-yang-penting-diketahui/
Website
https://www.academia.edu/23329719/ASPEK_KESELAMATAN_SAFETY_PEKERJAAN

Website https://www.scribd.com/document/336429281/Aspek-Aspek-Dalam-K3

Anda mungkin juga menyukai