Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Dan Praktek Manajemen Program/Proyek
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
2022
1. Pengertian K3
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya
dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan
makmur.
K3 Menurut Keilmuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua Ilmu dan Penerapannya
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK), kebakaran,
peledakan dan pencemaran lingkungan.
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Adalah Sebuah Ilmu Untuk Antisipasi,
Rekoginis, Evaluasi Dan Pengendalian Bahaya Yang Muncul Di Tempat Kerja Yang
Dapat Berdampak Pada Kesehatan Dan Kesejahteraan Pekerja, Serta Dampak Yang
Mungkin Bisa Dirasakan Oleh Komunitas Sekitar Dan Lingkungan Umum.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah semua kondisi dan faktor yang
dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja maupun orang lain
(kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) di tempat kerja.
Sementara tata cara penunjukan Ahli K3 umum ini diatur melalui Peraturan menteri
tenaga kerja Republik Indonesia No. 04 Tahun 1987, yang berisi tata cara Penunjukan
dan Kewajiban Wewenang Ahli K3. Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu
pengusaha atau pengurus wajib membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (P2K3).
Selain Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) No 4 Tahun 1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) dan Penerapan K3 dalam Undang-
Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, terdapat juga Peraturan Menteri
Tenaga Kerja (Permenaker) No 5 Tahun 1996 yang juga membahas tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Rangkuman dasar-dasar hukum tersebut.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen K3 adalah
bahwa setiap perusahaan dengan 100 tenaga kerja atau lebih, dan atau yang mengandung
potensi bahaya melalui karakteristik proses atau bahan produksi yang dapat menimbulkan
kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran lingkungan dan penyakit
akibat kerja.
2. Tujuan, Manfaat dan Pelaksanaan
A. Tujuan
Penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) memiliki 3 (tiga) tujuan dalam
pelaksanaannya berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja. 3 (tiga) tujuan utama penerapan K3 berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun
1970 tersebut antara lain :
1) Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di tempat
kerja.
2) Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
3) Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.
B. Manfaat
Manfaat k3 untuk berbagai macam pihak
a) Pekerja mamahami bahaya dan risiko dari pekerjaannya
b) Pekerja memahami tindakan pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan
c) Pekerja memahami hak dan kewajibannya khususnya dalam peraturan terkait dengan
Keselamatan dan kesehatan kerja
d) Pekerja mengetahui bagaimana bertindak dalam keadaan darurat seperti kebakaran,
gempa, kecelakaan, dan sebagainya
e) Perusahaan dapat melindungi pekerjanya dan fasilitas produksi dari kecelakaan kerja
ataupun penyakit akibat kerja
f) Perusahaan dapat mengurangi loss time yang terjadi karena kecelakaan kerja
g) Perusahaan dapat mengurangi dari tingginya biaya atau tagihan asuransi
h) Perusahaan dapat patuh terhadap regulasi terkait dengan keselamatan dan kesehatan
kerja
i) Perusahaan mendapatkan citra positif karena penerapan Keselamatan dan kesehatan
kerja baik dari pekerja, keluarga pekerja, masyarakat, dan juga negaraPekerja
mamahami bahaya dan risiko dari pekerjaannya
j) Pekerja memahami tindakan pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan
k) Pekerja memahami hak dan kewajibannya khususnya dalam peraturan terkait dengan
Keselamatan dan kesehatan kerja
l) Pekerja mengetahui bagaimana bertindak dalam keadaan darurat seperti kebakaran,
gempa, kecelakaan, dan sebagainya
m) Perusahaan dapat melindungi pekerjanya dan fasilitas produksi dari kecelakaan kerja
ataupun penyakit akibat kerja
n) Perusahaan dapat mengurangi loss time yang terjadi karena kecelakaan kerja
o) Perusahaan dapat mengurangi dari tingginya biaya atau tagihan asuransi
p) Perusahaan dapat patuh terhadap regulasi terkait dengan keselamatan dan kesehatan
kerja
q) Perusahaan mendapatkan citra positif karena penerapan Keselamatan dan kesehatan
kerja baik dari pekerja, keluarga pekerja, masyarakat, dan juga negarapihak
r) Pekerja mamahami bahaya dan risiko dari pekerjaannya
s) Pekerja memahami tindakan pencegahan agar tidak terjadi kecelakaan
t) Pekerja memahami hak dan kewajibannya khususnya dalam peraturan terkait dengan
Keselamatan dan kesehatan kerja
u) Pekerja mengetahui bagaimana bertindak dalam keadaan darurat seperti kebakaran,
gempa, kecelakaan, dan sebagainya
v) Perusahaan dapat melindungi pekerjanya dan fasilitas produksi dari kecelakaan kerja
ataupun penyakit akibat kerja
w) Perusahaan dapat mengurangi loss time yang terjadi karena kecelakaan kerja
x) Perusahaan dapat mengurangi dari tingginya biaya atau tagihan asuransi
y) Perusahaan dapat patuh terhadap regulasi terkait dengan keselamatan dan kesehatan
kerja
z) Perusahaan mendapatkan citra positif karena penerapan Keselamatan dan kesehatan
kerja baik dari pekerja, keluarga pekerja, masyarakat, dan juga negara
C. Pelaksanaan
1. Penyediaan Sumber Daya Manusia
a. Prosedur Pengadaan Sumber Daya Manusia
Dalam penyediaan sumber daya manusia, perusahaan harus membuat prosedur
pengadaan secara efektif, meliputi:
1) Pengadaan sumber daya manusia sesuai kebutuhan dan memiliki kompetensi
kerja serta kewenangan dibidang K3 yang dibuktikan melalui:
a) Sertifikat K3 yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang
b) Surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukan dari instansi yang
berwenang.
2) Pengidentifikasian kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap tingkatan
manajemen perusahaan dan menyelenggarakan setiap pelatihan yang
dibutuhkan
3) Pembuatan ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi K3 secara efektif;
4) Pembuatan peraturan untuk memperoleh pendapat dan saran para ahli; dan
5) Pembuatan peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan
pekerja/buruh secara aktif.
b. Konsultasi, Motivasi dan Kesadaran
Dalam menunjukkan komitmennya terhadap K3, pengusaha dan/atau
pengurus harus melakukan konsultasi, motivasi dan kesadaran dengan melibatkan
pekerja/buruh maupun pihak lain yang terkait di dalam penerapan,
pengembangan dan pemeliharaan SMK3, sehingga semua pihak merasa ikut
memiliki dan merasakan hasilnya.
Dalam melakukan konsultasi, motivasi dan kesadaran SMK3, pengusaha
dan/atau pengurus harus memberi pemahaman kepada tenaga kerja atau
pekerja/buruh tentang bahaya fisik, kimia, ergonomi, radiasi, biologi, dan
psikologi yang mungkin dapat menciderai dan melukai pada saat bekerja, serta
pemahaman sumber bahaya tersebut. Pemahaman tersebut bertujuan untuk
mengenali dan mencegah tindakan yang mengarah terjadinya insiden.
c. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
Bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan K3, harus
dilakukan oleh perusahaan dengan cara:
1) Menunjuk, mendokumentasikan dan mengkomunikasikan tanggung jawab
dan tanggung gugat di bidang K3
2) Menunjuk sumber daya manusia yang berwenang untuk bertindak dan
menjelaskan kepada semua tingkatan manajemen, pekerja/buruh, kontraktor,
subkontraktor, dan pengunjung meliputi:
Pimpinan yang ditunjuk untuk bertanggung jawab harus memastikan
bahwa SMK3 telah diterapkan dan hasilnya sesuai dengan yang
diharapkan oleh setiap lokasi dan jenis kegiatan dalam perusahaan
Pengurus harus mengenali kemampuan tenaga kerja sebagai sumber daya
yang berharga dan dapat ditunjuk untuk menerima pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab dalam menerapkan dan mengembangkan
SMK3
b) Anggaran
Perusahaan harus mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan K3 secara
menyeluruh antara lain untuk:
1) keberlangsungan organisasi K3
2) pelatihan SDM dalam mewujudkan kompetensi kerja
1) Prosedur operasi/kerja harus disediakan pada setiap jenis pekerjaan dan dibuat
melalui analisa pekerjaan berwawasan K3 (Job Safety Analysis) oleh personil
yang kompeten.
2) Prosedur informasi K3 harus menjamin pemenuhan kebutuhan untuk:
a) mengkomunikasikan hail dari sistem manajemen, temuan audit dan
tinjauan ulang manajemen dikomunikasikan pada semua pihak dalam
perusahaan yang bertanggung jawab dan memiliki andil dalam kinerja
perusahaan
b) melakukan identifikasi dan menerima informasi K3 dari luar perusahaan
c) menjamin bahwa informasi K3 yang terkait dikomunikasikan kepada
orang-orang di luar perusahaan yang membutuhkan.
Informasi yang perlu dikomunikasikan meliputi:
a) persyaratan eksternal/peraturan perundangan- undangan dan
internal/indikator kinerja K3
b) izin kerja
d) kegiatan pelatihan K3
f) pemantauan data
D) Instruksi kerja
Instruksi kerja merupakan perintah tertulis atau tidak tertulis untuk melaksanakan
pekerjaan dengan tujuan untuk memastikan bahwa setiap pekerjaan dilakukan
sesuai persyaratan K3 yang telah ditetapkan.
1) Kegiatan dalam pelaksanaan rencana K3 paling sedikit meliputi:
Tindakan Pengendalian
Tindakan pengendalian harus diselenggarakan ole setiap perusahaan
terhadap kegiatan kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan
risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tindakan pengendalian dilakukan
dengan mendokumentasikan dan melaksanakan kebijakan:
a) standar bagi tempat kerja
b) perancangan pabrik dan bahan
c) prosedur dan instruksi kerja untuk mengatur dan mengendalikan kegiatan
produk barang dan jasa.
Pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan melalui:
a) Identifikasi potensi bahaya dengan mempertimbangkan :
Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya
jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat
terjadi.
b) Penilaian risiko untuk menetapkan besar kecilnya suatu risiko yang
telah diidentifikasi sehingga digunakan untuk menentukan prioritas
pengendalian terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat
kerja.
c) Tindakan pengendalian diiakukan melalui :
- pengendalian teknis/rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi,
isolasi, ventilasi higienitas dan sanitasi
- pendidikan dan pelatihan
- insentif, penghargaan dan motivasi diri
- evaluasi melalui internal audit, penyelidikan inside dan etiologi
- penegakan hukum.
6) Produk akhir berupa barang atau jasa harus dapat dijamin keselamatannya
dalam pengemasan, penyimpanan, pendistribusian, dan penggunaan seta
pemusnahannya.
1. Aspek Hukum
(4) "Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada Peraturan Pemerintah
ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta dapat memperhatikan konvensi
atau standar internasional."
(2) " Dalam menyusun kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengusaha paling
sedikit harus:
2. Perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sektor lain yang lebih baik
1. Aspek Administrasi
2. Aspek Keselamatan
2) Kegiatan K3 :
- Pelatihan program K3
- Pengawasan pelaksanaan K3
- Helm proyek, safety boot, sarung tangan, masker, kacamata las, pelindung
telinga
- Tabung pemadam kebakaran, pagar pengaman dan tali warna kuning sebagai
pembatas, jaringan pengaman bagi bangunan tinggi, pemeliharaan jalan kerja.
- Kebersihan lingkungan
4. Aspek Kerjasama
5. Aspek Tanggungjawab
Selain itu juga, sanksi untuk pelanggaran K3 diatur dalam pasal 190 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dimana sanksi yang diberikan
yaitu sanksi administrasi bertahap berupa teguran; b. peringatan tertulis; c. pembatasan
kegiatan usaha; d. pembekuan kegiatan usaha; e. pembatalan persetujuan; f. pembatalan
pendaftaran; g. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi; h. pencabutan
ijin
Sanksi lainnya juga diatur dalam pasal 163 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun
2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2020 Tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi
yang berisi Menteri, gubernur, atau bupati/wali kota mengenakan sanksi peringatan
tertulis kepada Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa yang tidak memenuhi Standar
Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan, yang apabila dalam jangka
waktu 30 hari kalender sejak pengenaan sanksi tertulis, Penyedia Jasa dan/atau Pengguna
Jasa yang tidak memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan
Keberlanjutan dikenai denda administrasi dengan besaran sebesar 5% dari nilai pekerjaan
yang tidak sesuai dengan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan
Keberlanjutan. Sanksi dapat dicabut apabila dalam jangka waktu 30 hari kalender sejak
pengenaan sanksi penghentian sementara kegiatan konstruksi penyedia jasa telah
melakukan tindakan perbaikan untuk memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan dan Keberlanjutan. Apabila dalam jangka waktu tersebut penyedia jasa tetap
tidak memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan dan
tidak membayar denda administratif maka dikenakan sanksi pencantuman dalam daftar
hitam. Apabila dalam jangka waktu 30 hari kalender sejak pengenaan sanksi
pencantuman dalam daftar hitam penyedia jasa masih tidak memenuhi ketentuan maka
akan dkenakan sanksi pembekuan perizinan berusaha, dan apabila dalam jangka waktu 30
hari kalender sejak pengenaan sanksi tersebut penyedia jasa mulai untuk melakukan
perbaikan pemenuhan Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan
maka sanksi pembekuan perizinan berusaha dicabut. Sebaliknya, apabila dalam jangka
waktu 30 hari kalender sejak pengenaan sanksi pembekuan perizinan berusaha bidang
jasa konstruksi, penyedia jasa tetap tidak memenuhi ketentuan maka dikenakan sanksi
pencabutan perizinan berusaha.
Salah satu contoh kasus pelanggaran K3 adalah pada pekerjaan proyek Dinas Cipta Karya
Tata Ruang Kabupaten Bekasi yang sedang dilaksanakan di SDN 02 Banjarsari yang
terletak di Desa Banjarsari, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Bekasi yang dalam
pengerjaannya pekerja proyek tidak menggunakan K3. Proyek yang dikerjakan oleh PT
Jiwa Muda Konstruksi ini diduga melanggar UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) serta UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, hal
tersebut dikarenakan proyek pembangunan yang menelan dana yang begitu besar yang
berjumlah Rp. 1.278.564.000.00 yang bersumber dari dana APBD Tahun 2022 tampak
dilokasinya para pekerja tidak menggunakan kelengkapan alat pelindung diri (APD) saat
bekerja hanya memakai sandal dan topi saja. Selain itu juga dari pihak konsultan tidak
ada dilokasi sehingga tidak ada himbauan kepada para pekerja untuk memakai K3
padahal seharusnya harus ada yang mengawasi dan menyampaikan agar para pekerja
dapat memakai K3 demi keselamatan kerja. Berdasarkan keterangan dari salah satu
tukang yang ada dilokasi dari perusahan tidak ada memfasilitasi safety dalam bekerja
seperti helm, masker, maupun sarung tangan. Atas kelalaian perusahaan yang tidak
mengindahkan keselamatan para pekerjanya Disnaker Kabupaten Bekasi memberikan
sanksi administratif sesuai dengan Pasal 190 UU No. 13 Tentang Ketenagakerjaan yaitu
dengan memberikan sanksi administratif berupa teguran dan peringatan tertulis kepada
PT Jiwa Muda Konstruksi.
DAFTAR PUSTAKA
Disnakertrans Provinsi Banten. 2020. Pengertian dan Pentingnya Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja. Diakses melalui
https://disnakertrans.bantenprov.go.id/Berita/topic/288#:~:text=Pengertian%20K3%20Menurut
%20OHSAS%2018001,dan%20tamu)%20di%20tempat%20kerja.
Tami. 2020. Mutu Institute. Ini Dasar Hukum Penerapan K3 yang Penting Diketahui. Diakses
melalui https://mutuinstitute.com/post/ini-dasar-hukum-penerapan-k3-yang-penting-diketahui/
Website
https://www.academia.edu/23329719/ASPEK_KESELAMATAN_SAFETY_PEKERJAAN
Website https://www.scribd.com/document/336429281/Aspek-Aspek-Dalam-K3