Anda di halaman 1dari 11

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KAJIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN


KERJA (K3) BAGI ASN DI PEMERINTAH KOTA
PEMATANGSIANTAR

2018
KERANGKA ACUAN KERJA
KAJIAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) BAGI ASN
DI PEMERINTAH KOTA PEMATANGSIANTAR

A. LATAR BELAKANG
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah
(Tenaga Kontrak). Pegawai ASN terdiri dari Pegawai Negeri Sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya
dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pegawai Negeri Sipil merupakan ujung tombak pemerintah yang bertugas
memberikan pelayanan kepada masyarakat, maka dituntut untuk memiliki pengetahuan
yang luas, keterampilan yang memadai dan mempunyai perilaku yang baik didalam
menjalankan tugasnya. Hal ini selaras dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 101 tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil
menegaskan bahwa sesuai tuntutan nasional dan tantangan global untuk mewujudkan
kepemerintahan yang baik (Good Governance), diperlukan sumberdaya aparatur yang
memiliki kompetensi dalam menyelenggarakan negara dan pembangunan, untuk
menciptakan sumber daya manusia aparatur yang memiliki kompetensi tersebut
diperlukan peningkatan mutu profesionalisme, sikap pengadia, kesetiaan pada bangsa
dan negara, semangat kesatuan dan persatuan serta pengembangan wawasan pegawai
negeri sipil maka dibutuhkan pendidikan dan pelatihan. Dalam rangka menjalankan
kelancaran tugasnya diperlukan juga pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan
kerja sehingga mampu menjaga keselamatan dan kesehatan kerja serta mengantisipasi /
mencegah kecelakaan dan penyakit yang ditimbukan akibat kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmani maupun rohani tenaga kerja khususnya
dan manusia pada umumnya serta hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan
makmur. Dalam penerapannya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara mendasar
diperlukan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja (PAK),
kebakaran, peledakan dan pencemaran lingkungan.
Penyakit Akibat Kerja adalah penyakit yang ditimbulkan akibat dari bekerja yang
disebabkan antara lain : Beban kerja, faktor-faktor lingkungan kerja seperti faktor fisik,
kimia, biologi, psikologis. Di lembaga pendidikan dan pelatihan juga mempunyai potensi
bahaya yang mengancam keselamatan dan kesehatan, sehingga penting sekali aspek
keselamatan dan kesehatan Kerja dalam lembaga diklat. Penerapan K3 di dalam lembaga
diklat merupakan kebijakan yang harus diambil oleh pimpinan lembaga, sehingga setelah
kebijakan penerapan K3 diambil maka setiap pegawai yang bekerja di lembaga diklat
harus mempunyai rasa tanggung jawab yang penuh akan K3 tersebut.
Kesehatan dan keselamatan kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan
finansial. Semua organisasi memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan
orang lain yang terlibat tetap berada dalam kondisi aman sepanjang waktu. Praktik K3
(keselamatan kesehatan kerja) meliputi pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi,
juga penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan menyediakan perawatan
kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait dengan ilmu kesehatan kerja, teknik keselamatan,
teknik industri, kimia, fisika kesehatan, psikologi organisasi dan industri, ergonomika,
dan psikologi kesehatan kerja.
Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari
penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja.Penggunaan alat kerja harus benar-
benar di perhatikan oleh setiap perusahaan. Alat keselamatan kerja juga harus memenuhi
standar kesehatan dan keselamatan kerja nasional seperti penggunaan helm safety, jacket
safety dan juga sepatu safety.
Kinerja karyawan atau dapat diartikan prestasi kerja adalah hasil kerja secara
kuantitas dan kualitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Definisi lain, Kinerja
karyawan adalah hasil dari proses pekerjaan tertentu secara terencana pada waktu dan
tempat dari karyawan serta organisasi yang bersangkutan. Ukuran kinerja karyawan
dapat dilihat dari sisi jumlah dan mutu tertentu, sesuai standar organisasi dan perusahaan.

Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di lembaga diklat juga


mempunyai potensi bahaya yang dapat menimbulkan dampak terhadap keselamatan dan
kesehatan serta menimbulkan penyakit akibat penyelenggaraan diklat tersebut. Oleh
sebab itu penerapan K3 di dalam lembaga diklat merupakan kebijakan yang harus
diambil oleh pimpinan lembaga diklat, dengan harapan dapat melindungi personil baik
pegawai dan peserta diklat, peralatan, bahan-bahan dan lingkungan. Setelah kebijakan
penerapan K3 diambil maka setiap pegawai yang bekerja di lembaga diklat harus
mempunyai rasa tanggung jawab yang penuh akan K3 tersebut. Dalam mewujudkan
keadaan tersebut maka perlu ditetapkan peraturan dan prosedur standar yang harus ditaati
oleh semua pihak.

Ukuran kinerja dapat didefinisikan ke dalam indikator berikut:


1. Kuantitas kerja, yaitu jumlah yang dihasilkan dalam kurun waktu yang telah
ditentukan.
2. Kualitas kerja, yaitu mutu pekerjaan sebagai output yang harus diselesaikan.
3. Ketepatan atau kesesuaian waktu, yaitu menyangkut keseseuaian waktu penyelesaian
pekerjaan dengan alokasi waktu yang direncanakan untuk mengerjakan suatu
pekerjaan.

Tujuan K3, yaitu :


1. Untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja.
2. Untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan dan PAK
yang pada akhirnya dapat meningkatkan sistem dan produktifitas kerja.
3. Turut melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga
mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja.

Peranan dan Fungsi K3, yaitu:


1. Setiap Tenaga Kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktifitas nasional.
2. Setiap orang yang berbeda ditempat kerja perlu terjamin keselamatannya
3. Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien.
4. Untuk mengurangi biaya perusahaan jika terjadi kecelakaan kerja dan penyakit
akibat hubungan kerja karena sebelumnya sudah ada tindakan antisipasi dari
perusahaan.

Norma yang harus dipahami dalam K3, yaitu:


1. Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehtan kerja.
2. Di terapkan untuk melindungi tenaga kerja.
3. Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Dasar Hukum mengenai Penentuan K3 berdasarkan pada Undang-Undang dan Peraturan


Menteri Tenaga Kerja :
1. UU No.1 tahun 1970
2. UU No.21 tahun 2003
3. UU No.13 tahun 2003
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER-5/MEN/1996

Konsep kesehatan kerja sekarang ini semakin berkembang, bukan sekedar


kesehatan pada sektor industri saja namun juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk
semua orang dalam melakukan pekerjaannya (total health of all at work). Hal ini sesuai
dengan yang dinyatakan dalam Undang undang No.36 tahun 2009 Bab XII tentang
Upaya Kesehatan Kerja, Pasal 164:
1. Upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindung pekerja agar hidup sehat dan
terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh
pekerjaan.
2. Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pekerja di
sektor formal dan informal
3. Upaya kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi setiap
orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja

Perlindungan tenaga kerja dari bahaya/ kecelakaan dan penyakit akibat kerja
maupun lingkungan kerja dapat mengacu padaUndang Undang No. 13 tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan khususnya alinea 5 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
pasal 86 dan pasal 87. Pasal 86 ayat 1 disebutkan bahwa Setiap Pekerja/Buruh
mempunyai Hak untuk memperoleh perlindungan atas Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Pasal 86 ayat 2 menyebutkanbahwa untuk melindungi keselamatan Pekerja guna
mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan Upaya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Kerja (UKK) merupakan strategi
pengembangan kesehatan kerja sektor informal di Indonesia yang meliputi pelayanan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
UKK merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat di kelompok pekerja informal
untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta
pengaruh buruk yang diakibatkan pekerjaan (Kemenkes, 2012). Pemberdayaan
masyarakat berarti upaya meningkatkan kemampuan suatu kelompok dalam mengambil
tindakan tepat atas berbagai permasalahan kesehatan yang dialami. Pemberdayaan
kesehatan (health empowerment), kesadaran kesehatan (health literacy) dan promosi
kesehatan (health promotion) merupakan kerangka pendekatan yang komprehensif.
Pemberdayaan dilakukan dengan peningkatan kemampuan menolong diri sendiri dan
rasa percaya diri (self efficacy) untuk menggunakan kemampuannya melalui
pendayagunaan potensi lingkungan.
Health literacy adalah kondisi tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat
tentang kesehatan (termasuk kesehatan kerja). World Health Organization
mendefinisikan Health literacysebagai keterampilan kognitif dan sosial yang
menimbulkan motivasi dan kemampuan individual atau masyarakat untuk selalu akses
terhadap informasi kesehatan dan bukan hanya sekedar dapat membaca pamlet atau
berhasil membuat perjanjian tetapi mereka mengerti menggunakan informasi kesehatan
tersebut sesuai dengan kapasitas mereka dalam pemeliharaan kesehatan yang baik dan
efektif. Informasi kesehatan dan perkembangan kesehatan kerja sektor informal relatif
kurang mendapat perhatian, sehingga perlu diantisipasi dan diberikan solusi bagi
berbagai hambatan dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sektor
informal di daerah, dengan tujuan dapat meningkatnya akses pemerataan dan kualitas
upaya kesehatan kerja informal dalam mewujudkan pekerja yang sehat, mandiri dan
berkeadilan (Kemenkes RI, 2012).
Pelaksanaan K3 tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah, tetapi juga
merupakan tanggung jawab semua pihak.Tujuan dalam penerapan K3 itu sendiri
sebenarnya adalah meningkatkan kesadaran dan ketaatan pemenuhan terhadap norma
K3, meningkatkan partisipasi semua pihak untuk optimalisasi pelaksanaan budaya K3
disetiap kegiatan usaha dan terwujudnya budaya K3 atau budaya keselamatan. Budaya
keselamatan ini penting karena banyak kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh
kurangnya kepedulian terhadap keselamatan. Adanya kesadaran terhadap pentingnya
keselamatan akan berpengaruh terhadap keselamatan pekerja, masyarakat dan
lingkungan.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah masalah dunia karena bekerja dimanapun
di dunia ini selalu ada risiko terkena penyakit akibat kerja (PAK). PAK tidak hanya
terjadi di Negara berkembang tetapi juga di Negara maju, sebagai contoh penelitian di
Eropa menemukan kasus baru Pneumokoniosis masih bermunculan pada pekerja setelah
pensiun seperti di Inggris, Belgia dan Perancis. Masalah kesehatan dan keselamatan kerja
di Negara sedang berkembang lebih banyak lagi dan tidak terkecuali pada sector apapun.
Kesadaran dan kepedulian terhadap K3 tidak terlalu tinggi dan kesadaran untuk
mengimplementasikan K3 pada level manajemen, juga belum memuaskan. Tim
Kewaspadaan K3 tidak beranggotakan personal yang berkompeten dan khusus bekerja di
bidang K3. Keberadaan fasilitas medis juga tidak memuaskan dan di kalangan pekerja
sendiri tidak ada kesadaran tentang pelaksanaan K3. Tidak pernah ada pembicaraan yang
bermakna tentang K3 antara para pekerja dengan para pengambil keputusan.
Angka kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia terus meningkat setiap tahun.
Penyebab kecelakaan kerja salah satunya berasal dari lingkungan kerja itu sendiri. Hal
ini disebabkan karena kurangnya pengetahuantentang metode kerja, lingkungan kerja
yang memenuhi standar kesehatan dan keamanan bekerja.
Sebagian besar dari angka kecelakaan kerja tersebut tergolong kasus pelanggaran
K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Berdasarkan teori penyebab kecelakaan kerja,
88% dari semua kecelakaan disebabkan oleh perilaku yang tidak aman (unsafe acts),
10% oleh tindakan tak aman (unsafe conditions) dan 2% dari act of god. Kecelakaan
kerja terdiri atas lima faktor yang saling berhubungan yaitu kondisi kerja, kelalaian
manusia, tindakan tidak aman, kecelakaan dan cedera. Kelima faktor tersebut tersusun
layaknya kartu domino yang diberdirikan. Jika salah satu kartu jatuh, maka kartu ini akan
menimpa kartu lain hingga kelimanya akan roboh secara bersama.
Faktor pekerja menjadi hal utama yang harus diperhatikan dalam hal kecelakaan
kerja ini. Tindakan tidak aman salah satunya disebabkan oleh kemampuan konsentrasi
yang menurun selamamelakukan pekerjaan. Faktor konsentrasi pada bidang industri,
harus selalu dipertahankan untuk menjaga keselamatan kerja. Konsentrasi optimal dapat
tercapai jika lingkungan kerja sesuai dengan situasi kondisi fisik pekerja. Kondisi kerja
dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain beban kerja, suhu lingkungan kerja dan lama
pekerjaan tersebut dilakukan. Manakala seorang pekerja sektor informal maupun formal
bekerja, kesehatan dan keselamatan kinerjanya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya:
1. Beban pekerjaan, baik berupa beban fisik, mental dan sosial, termasuk juga
penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannyadan lain-lain.
2. Kapasitas pekerja, banyak tergantung pada tingkat pendidikan, tingkat keterampilan,
kebugaran jasmani, standar fisik, asupan gizi dan sebagainya.
3. Lingkungan kerja seperti faktor cuaca, listrik, radiasi, kimia, biologi maupun faktor
psiko-sosial seperti interaksi antar pekerja, atasan dan bawahan, pekerja dengan
masyarakat dan lain-lain.

Upaya keseimbangan antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar
pekerja dapat bekerja dengan sehat tanpa membahayakan dirinya dan orang yang ada
disekelilingnya sehingga diperoleh produktivitas kerja yang optimal merupakan upaya
kesehatan kerja.
Pada dasarnya materi keselamatan dan kesehatan kerja sangat penting untuk
diketahui oleh semua orang dimanapun bekerja, oleh sebab itu keselamatan dan
kesehatan kerja ini selayaknya dapat dijadikan sebagai materi penunjang pada setiap
mata diklat yang diselenggarakan oleh lembaga diklat pemerintah sehingga pengetahuan
dan wawasan tentang K3 dapat dimiliki oleh setiap pegawai negeri sipil.
Keberhasilan dalam upaya peningkatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
pada suatu instansi yang dalam hal ini adalah Instansi Pemerintahan Kota
Pematangsiantar tidak terlepas dari kesadaran individual terhadap permasalahan itu
sendiri, pemantauan secara langsung oleh Pemerintah juga diperlukandalam mengontrol
peranan K3. Langkah awal yang harus dilakukan untuk pengupayaan persoalan
dimaksud adalah dengan mengkaji fasilitas dan jaminan K3 serta mencari informasi
secara langsung terhadap para Aparatur Sipil Negara yang terdapat di wilayah Kota
Pematangsiantar untuk kemudian menganalisis kelayakan bidang tersebut sesuai undang-
undang kesehatan.
Dalam rangka upaya proses pemenuhan standar fasilitas dan jaminan kesehatan
dan keselamatan kerjapara Aparatur Sipil Negara di Kota Pematangsiantar yang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, maka langkah awal yang perlu dilakukan adalah
pendataan secara menyeluruh yang diwujudkan pada kegiatan program Tahun 2018
melalui kegiatan Kajian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Bagi ASN di
Pemerintah Kota Pematangsiantar.

B. MAKSUD DAN TUJUAN STUDI


Maksud kegiatan ini adalah melakukan pengkajian terhadap pengetahuan dan kesiapan
para Aparatur Sipil Negara di Kota Pematangsiantar mengenai fasilitas dan jaminan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) agar memenuhi standar sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang tersebut. Sedangkan tujuan pekerjaan adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mendapat gambaran atas pengetahuan Aparatur Sipil Negara (ASN)
mengenai fasilitas serta jaminan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Kota
Pematangsiantar;
2. Tersusunnya kajian dimaksud berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
3. Membuat suatu strategi penyuluhan mengenai pengetahuan terhadap K3.

C. MANFAAT PEKERJAAN
1. Sebagai gambaran kondisi jaminan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi
Aparatus Sipil Negara yang terdapat di Kota Pematangsiantar;
2. Sebagai dasar dan langkah awal dalam stategi penyuluhanmengenai permasalahan
yang dikaji;
3. Bahan dasar penyusunan program peningkatan standar dan kualitasfasilitas serta
jaminan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Kota Pematangsiantar dimasa
yang akan datang;

D. LANDASAN HUKUM

Dasar Hukum mengenai Penentuan K3 berdasarkan pada Undang-Undang dan Peraturan


Menteri Tenaga Kerja :
1. UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. UU No.21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention No. 81 mengenai
Pengawasan Keternagakerjaan
3. UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. PER-5/MEN/1996 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

E. LINGKUP PEKERJAAN
1. Lingkup Wilayah Kegiatan
Ruang lingkup wilayah kegiatan untuk pekerjaan ini adalahAparatur Sipil Negara
(ASN) dilingkungan Pemerintahan Kota Pematangsiantar.
2. Lingkup Kegiatan Pekerjaan
- Identifikasi faktor penyebab kegagalan dalam K3
- Pengkajian solusi dari permasalahan K3 yang terjadi.
- Penyuluhan mengenai pengetahuan terhadap K3
- Penerapan K3 disemua tempat kerja yang didalamnya melibatkan aspek
manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang dikerjakan.
- Penetapan standar fasilitas dan jaminan K3 di lingkungan kerja ASN.
- Kesimpulan dan rekomendasi upaya awal proses pengentasan kegagalan dalam
proses edukasi standar fasilitas dan jaminan K3 di lingkungan kerja ASN di
Kota Pematangsiantar.

F. KELUARAN-KELUARAN
Keluaran dari seluruh rangkaian kegiatan ini adalah tersusunnya suatu
dokumenmengenai Kajian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Bagi ASN di
Pemerintah Kota Pematangsiantar.

G. TENAGA AHLI YANG DIBUTUHKAN

Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan, diperlukan beberapa tenaga ahli,
yaitu sebagai berikut:
1. Team Leader/Ahli K3,dengan kualifikasi Pendidikan Minimal S1 serta
berpengalamanminimal 5 tahun dan memiliki SKA.
2. Tenaga Ahli Bidang Kesehatan, dengan kualifikasi Pendidikan minimal S1,
berpengalaman kerja minimal 3 tahun
3. Tenaga Ahli Bidang Sarana Prasarana, dengan kualifikasi Pendidikanminimal S1,
berpengalaman 3 tahun.

Selain itu, tenaga pendukung yang dibutuhkan sebagai berikut :


a. Surveyor (4 orang)
b. Administarsi Keuangan (1 orang)
c. Operator Komputer (1 orang)

H. SISTEMATIKA PELAPORAN
Sistem PelaporanLaporan yang diberikan oleh Penyedia jasa Konsultansi dalam rangka
pelaksanaan pekerjaa Kajian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Bagi ASN di
Pemerintah Kota Pematangsiantarini adalah:
1. Laporan Pendahuluan sebanyak 10 eksemplar diserahkan paling lambat 14 hari
setelah penandatanganan Kontrak
2. Laporan Akhir sebanyak 15 eksemplar diserahkan paling akhir pada hari jatuh
tempo;
3. CD dari soft copy hasil pekerjaan sebanyak 10 keping diserahkan juga bersamaan
dengan penyerahan laporan akhir
4. Data Digital (Flashdisk 64 GB) dari soft copy hasil pekerjaan sebanyak 1 buah
diserahkan juga bersamaan dengan penyerahan laporan akhir

I. SUMBER PENDANAAN
Biaya Kegiatan ini adalah sebesar Rp 148.013.371,- (Seratus empat puluh delapan juta
tiga belas ribu tiga ratus tujuh puluh satu rupiah) bersumber dari Dana Alokasi Umum
(DAU)Kota Pematang Siantar tahun 2018.

J. JADWAL KEGIATAN
Jangka waktu pelaksanaan untuk penyelesaian kegiatan ini maksimal 90 (seratusdua
puluh) hari kalender, terhitung sejak dikeluarkannya Surat Keputusan oleh Pemberi
Tugas.

K. PENUTUP

Demikian Kerangka Acuan Kerja ini dibuat, untuk dapat dipergunakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan pekerjaaan ini yang merupakan syarat pelengkap Dokumen
Administrasi dan Teknis dalam proses seleksi padaBadan Perencanaan Penelitian dan
Pengembangan Daerah Kota Pematang Siantar.

Anda mungkin juga menyukai