Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

PENGERTIAN UMUM K3
( KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA)

KELOMPOK 1 :
1. TITANIA PONDAAG
2. CHRISTYVENA RAU
3. RANGGA SUDIRMAN
4. RENALDI SIAHAAN
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang tidak akan
terlepas dari sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan
dan kesehatan kerja tidak hanya sangat penting bagi pekerja namun
keselamatan dan kesehatan kerja menentukan produktivitas suatu pekerjaan.

Keselamatan dan kesehatan kerja yang berdampak positif terhadap


pekerjaan. Maka dari itu, keselamatan dan kesehatan kerja bukan hanya
suatu kewajiban yang harus di perhatikan oleh para pekerja, akan tetapi
suatu kebutuhan yang harus di penuhi oleh sistem pekerjaannya. Dengan
kata lain keselamatan dan kesehatan kerja bukan suatu kewajiban melainkan
suatu kebutuhan bagi para pekerja dan bagi bentuk kegiatan pekerjaan.

Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja


(K3) yang diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja. Berbagai
faktor yang menyebabkan kecelakan di tempat kerja diantaranya: kurangnya
perawatan terhadap perlengkapan kerja, peralatan kerja dan perlengkapan
kerja yang tidak tersedia ataupun tak layak pakai (Buntarto, 2015).

Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO) 2,78 juta


tenaga kerja meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan terkena
penyakit akibat kerja. Sekitar 86,3% dari kematian ini diakibatkan oleh
penyakit akibat kerja dan 13, 7% di akibatkan oleh kecelakaan kerja
(Hämäläinen, P. ., Takala, J. ., & Boon Kiat, 2017). Data dari BPJS
ketenagakerjaan pada tahun 2017jumlah angka kecelakaan kerja di tempat
kerja sebanyak 123.041 kasus, dan pada tahun 2018 mencapai 173.105
kasus. Angka ini menunjukan peningkatan kecelakaan di tempat kerja (BPJS
Ketenagakerjaan, 2019).

Sektor manufaktur merupakan salah satu sektor dengan proporsi


kecelakaan kerja yang tinggi. Sektor manufaktur mencakup beberapa
industri seperti industri tekstil, industri elektrik, industri konsumsi dan
industri kimia. Industri – industri tersebut menimbulkan berbagai bahaya
keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja selama melakukan kegiatan
atau proses pekerjaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2. Jelaskan tentang Ruang Lingkup K3
3. Jelaskan tentang Budaya Kerja Sehat
4. Jelaskan tentang Lingkungan Hidup dalam K3

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3)
2. Untuk mengetahui tentang Ruang Lingkup K3
3. Untuk mengetahui tentang Budaya Kerja Sehat
4. Untuk mengetahui Lingkungan Hidup dalam K3

1.4 Manfaat
1. Seluruh lapisan masyarakat terutama generasi muda dapat mengetahui
Keselamatan dan Kesehatan dalam dunia Kerja.
2. Pembaca dapat mengetahui luasnya Ruang Lingkup K3
3. Dapat mendorong masyarakat dalam membudayakan Kerja Sehat
4. Agar masyarakat dapat mengetahui tentang Lingkungan Hidup dalam K3
2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Menurut WHO pengertian K3 adalah upaya yang bertujuan untuk
meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang
setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap
gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan
bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan
kesehatan. (WHO, n.d.)
K3 adalah kegiatan yang menjamin terciptanya kondisi kerja yang aman,
terhindar dari gangguan fisik dan mental melalui pembinaan dan pelatihan,
pengarahan dan kontrol terhadap pelaksanaan tugas dari karyawan dan pemberian
bantuan sesuai dengan aturan yang berlaku, baik dari lembaga pemerintah maupun
perusahaan dimana mereka bekerja.(Adzim, Hebbie 2013)
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin
dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. (OHSAS 18001)
Dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja diatur
tentang: Keselamatan Kerja yang di dalamnya antara lain memuat tentang istilah-
istilah, ruang lingkup, syarat-syarat keselamatan kerja, pengawasan, pembinaan,
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja; kecelakaan; kewajiban dan
hak tenaga kerja; kewajiban bila memasuki tempat kerja; dan kewajiban pengurus.
Dalam Undang-Undang ini diadakan perubahan prinsipil untuk diarahkan menjadi
pada sifat preventif. Peraturan baru ini dibandingkan dengan yang lama, banyak
mendapatkan perubahan-perubahan yang penting, baik dalam isi, maupun bentuk
dan sistimatikanya. Pembaruan dan perluasannya adalah mengenai:
1. Perluasan Ruang Lingkup
2. Perubahan pengawasan represif menjadi preventif
3. Perumusan teknis yang lebih tegas
4. Penyesuaian Tata Usaha sebagaimana diperlukan bagi pelaksanaan
pengawasan.
5. Tambahan pengaturan pembinaan keselamatan kerja bagi manajemen dan
tenaga kerja.
6. Tambahan pengaturan mendirikan panitia pembina keselamatan kerja dan
kesehatan kerja
7. Tambahan pengaturan pengumutan retribusi tahunan.

2.2 Pengertian Ruang Lingkup


Ruang lingkup K3 mencakup berbagai aspek yang bertujuan untuk
menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat. Didalamnya termasuk:
1. Identifikasi dan Evaluasi Risiko
Ruang lingkup ini mencakup proses identifikasi, evaluasi, dan pengendalian
risiko yang ada di lingkungan kerja. Ini mencakup penilaian bahaya fisik,
kimia, biologis, ergonomis, dan psikososial.
2. Pencegahan Kecelakaan
K3 melibatkan upaya pencegahan kecelakaan kerja, yang melibatkan
pelatihan karyawan, pemeliharaan peralatan, dan penggunaan peralatan
pelindung diri (PPE) yang sesuai.
3. Manajemen Bahan Berbahaya
Ini termasuk pengelolaan dan pemrosesan bahan berbahaya seperti zat kimia
beracun, bahan bakar, atau bahan biologis yang bisa membahayakan pekerja.
4. Kesehatan Mental dan Emosional
K3 juga memperhatikan kesejahteraan mental dan emosional karyawan
dengan mengidentifikasi dan mengatasi stres di tempat kerja serta
mempromosikan keseimbangan kerja-hidup.
5. Kualitas Udara dalam Ruangan
Pemantauan dan pengendalian kualitas udara dalam ruangan, termasuk
pengendalian paparan debu, gas, dan partikel berbahaya.
Ergonomi: Ini mengacu pada perancangan tempat kerja yang sesuai agar
mengurangi risiko cedera dan ketidaknyamanan fisik yang terkait dengan
pekerjaan.
6. Manajemen Lalu Lintas dan Keselamatan Transportasi
Keselamatan dalam penggunaan kendaraan di tempat kerja, termasuk
peraturan keselamatan saat mengemudi.

7. Perencanaan Tanggap Darurat


Persiapan dan perencanaan tanggap darurat untuk menghadapi keadaan
darurat seperti kebakaran, kecelakaan besar, atau bencana lainnya.
8. Pelatihan Karyawan
K3 melibatkan pelatihan karyawan untuk memahami risiko dan tindakan
yang harus diambil dalam situasi darurat atau saat bekerja dengan bahan
berbahaya.
9. Kepatuhan Hukum
Memastikan perusahaan mematuhi semua peraturan dan perundang-
undangan terkait keselamatan dan kesehatan kerja.
10.Manajemen Luka dan Pengobatan
Menangani cedera dan penyakit yang terkait dengan pekerjaan, serta
memberikan perawatan medis yang sesuai.
11.Pengukuran dan Pelaporan
Pengukuran dan pelaporan insiden keselamatan serta analisis untuk
mencegah terjadinya insiden serupa di masa depan.
12.Promosi Budaya K3
Mempromosikan budaya keselamatan di tempat kerja agar semua karyawan
memahami pentingnya K3 dan berkontribusi dalam menciptakan lingkungan
kerja yang aman dan sehat.

Ruang lingkup Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) mencakup berbagai aspek
yang bertujuan melindungi karyawan, mengurangi risiko kerja, dan memastikan
kesejahteraan di lingkungan kerja. Ini termasuk identifikasi risiko, pencegahan
kecelakaan, manajemen bahan berbahaya, kesehatan mental dan fisik,
pengendalian kualitas udara dalam ruangan, ergonomi, manajemen lalu lintas,
perencanaan tanggap darurat, pelatihan karyawan, kepatuhan hukum, manajemen
luka, pengukuran dan pelaporan, serta promosi budaya K3. Tujuan utama adalah
menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan mematuhi peraturan
K3 yang berlaku.
2.3 Budaya Kerja Sehat
Budaya kerja sehat adalah lingkungan kerja di mana kesejahteraan karyawan
diprioritaskan dan diberdayakan. Budaya ini bertujuan untuk menciptakan tempat
kerja yang mendukung kesehatan fisik, mental, dan emosional karyawan, serta
mengurangi risiko kecelakaan kerja dan penyakit terkait pekerjaan. Budaya kerja
sehat menciptakan norma-norma dan nilai-nilai yang mendorong perilaku yang
baik terkait dengan kesehatan dan keselamatan di tempat kerja. Berikut beberapa
aspek penting dari budaya kerja sehat:
1. Kesadaran Keselamatan dan Kesehatan
Budaya kerja sehat didasarkan pada kesadaran tinggi akan keselamatan dan
kesehatan. Karyawan dan manajemen memiliki pemahaman yang kuat
tentang pentingnya melindungi diri dan orang lain di tempat kerja.
2. Komitmen Manajemen
Manajemen perusahaan memainkan peran kunci dalam menciptakan budaya
kerja sehat. Mereka harus berkomitmen untuk memprioritaskan
kesejahteraan karyawan dan memberikan sumber daya yang diperlukan
untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Pelatihan dan Pendidikan
Budaya kerja sehat mempromosikan pelatihan dan pendidikan mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja. Ini mencakup pelatihan dalam penggunaan
peralatan keselamatan, penilaian risiko, dan pemahaman mengenai bahaya
potensial.
4. Pencegahan Kecelakaan
Budaya ini mendorong pencegahan kecelakaan sebagai prioritas. Upaya
proaktif dilakukan untuk mengidentifikasi, mengurangi, dan menghilangkan
bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
5. Komunikasi Terbuka
Komunikasi terbuka dan transparan adalah unsur penting dalam budaya
kerja sehat. Karyawan merasa nyaman melaporkan kondisi atau insiden yang
tidak aman tanpa takut mendapat hukuman.
6. Budaya Penghargaan
Karyawan yang berpartisipasi aktif dalam upaya keselamatan dan kesehatan
kerja diberikan penghargaan dan pengakuan. Ini mendorong mereka untuk
terlibat lebih aktif dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan
sehat.

7. Pengendalian Stres
Budaya kerja sehat menciptakan lingkungan yang mendukung pengendalian
stres. Karyawan diberikan dukungan untuk mengatasi stres pekerjaan dan
menjaga kesehatan mental mereka.
8. Keseimbangan Kerja-Hidup
Budaya ini menghargai keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan
pribadi. Karyawan diberikan fleksibilitas yang memadai untuk mengatasi
tuntutan pekerjaan dan kehidupan pribadi.
9. Pengembangan Keterampilan
Budaya kerja sehat mendukung pengembangan keterampilan yang berkaitan
dengan kesehatan dan keselamatan. Ini mencakup pelatihan dan pendidikan
mengenai perubahan teknologi dan peraturan keselamatan kerja.
10.Pengukuran dan Evaluasi
Budaya ini mendorong pengukuran kinerja dan evaluasi secara teratur untuk
memastikan bahwa standar keselamatan dan kesehatan di tempat kerja terus
ditingkatkan.
11.Budaya kerja sehat memberikan banyak manfaat, termasuk mengurangi
risiko kecelakaan, mengurangi cedera, meningkatkan produktivitas,
mempertahankan karyawan yang lebih bahagia, dan membangun reputasi
positif bagi perusahaan. Ini menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik
untuk semua orang dan mendukung kesejahteraan karyawan
dalam jangka panjang.
2.4 Lingkungan Hidup dalam K3
Lingkungan hidup dalam Konteks K3 (Kesehatan, Keselamatan, dan
Keamanan Kerja) merujuk pada segala aspek lingkungan fisik di tempat kerja yang
dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan karyawan. Ini mencakup berbagai
elemen seperti kondisi fisik tempat kerja, penggunaan bahan berbahaya, kontrol
terhadap polusi udara atau air di tempat kerja, dan dampak lingkungan yang bisa
membahayakan kesehatan pekerja. Berikut beberapa poin penting dalam
menjelaskan lingkungan hidup dalam Konteks K3:
1. Kondisi Fisik Tempat Kerja
Ini mencakup aspek-aspek seperti kebersihan, pencahayaan, suhu,
kebisingan, ventilasi, dan fasilitas sanitasi di tempat kerja. Kondisi ini dapat
memengaruhi kenyamanan, produktivitas, dan kesehatan aryawan.
2. Bahan Kimia dan Bahan Berbahaya
Penggunaan bahan kimia berbahaya atau bahan beracun di tempat kerja
merupakan bagian penting dari lingkungan hidup dalam K3. Penting untuk
mengelola dan menyimpan bahan-bahan ini dengan aman, memberikan
pelatihan kepada karyawan dalam penggunaan yang benar, dan
mengidentifikasi bahaya potensial yang terkait dengan paparan.
3. Pengendalian Polusi
Kontrol terhadap polusi udara, air, atau tanah di tempat kerja adalah faktor
penting dalam lingkungan hidup dalam K3. Ini termasuk pencegahan polusi
yang bisa berdampak negatif pada kesehatan karyawan.
4. Dampak Lingkungan pada Kesehatan Karyawan
Lingkungan hidup dalam K3 juga mencakup dampak lingkungan yang bisa
berbahaya bagi kesehatan karyawan. Ini bisa berupa paparan zat beracun,
radiasi, atau bahaya lainnya yang terkait dengan jenis pekerjaan tertentu.
5. Pengelolaan Limbah Berbahaya
Tempat kerja seringkali menghasilkan limbah berbahaya, dan pengelolaan
yang benar dari limbah ini adalah bagian penting dari lingkungan hidup
dalam K3.
6. Kepatuhan dengan Peraturan Lingkungan
Perusahaan harus mematuhi peraturan dan regulasi lingkungan yang berlaku.
Ini mencakup mengikuti peraturan tentang penggunaan bahan berbahaya,
pembuangan limbah, dan pengendalian polusi.
7. Pencegahan Kontaminasi
Pencegahan kontaminasi adalah bagian penting dari lingkungan hidup dalam
K3. Ini mencakup tindakan untuk mencegah kontaminasi bahan, produk,
atau area kerja yang dapat membahayakan kesehatan karyawan.
8. Evaluasi Risiko Lingkungan
Perusahaan harus melakukan evaluasi risiko lingkungan secara teratur untuk
mengidentifikasi dan mengatasi potensi bahaya dan risiko terkait dengan
lingkungan kerja.
9. Penting untuk memahami bahwa K3 tidak hanya berfokus pada kesehatan
dan keselamatan individu di tempat kerja tetapi juga mempertimbangkan
dampak lingkungan secara lebih luas. Memastikan lingkungan kerja yang
sehat dan aman tidak hanya melindungi karyawan tetapi juga berkontribusi
pada perlindungan lingkungan dan masyarakat secara keseluruhan.
PENUTUP
1. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai