Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KONVERSI MATA KULIAH

K3 DAN HUKUM PERTAMBANGAN

DISUSUN OLEH :

REVA VANIA LOVINA 1031911024

RAHMIDA EKA PUTRI 1031911023

UHTY FITRIANANDA 1031911035

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tenaga kerja dan penduduk Indonesia secara umum akan bertambah
manusiawi apabila standar-standar yang berlaku di dunia dapat pula berlaku
pada setiap tempat kerja di Indonesia. “Sehat dan selamat bukanlah
segalanya, tetapi tanpa sehat dan selamat segalanya tidak ada artinya”,
demikian semboyan yang dikumandangkan oleh International Labour
Organization (ILO) bersama World Health Organization (WHO) dalam
rangka promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada setiap tempat
kerja di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Riset yang dilakukan badan dunia ILO menghasilkan kesimpulan,
setiap hari rata-rata 6.000 orang meninggal, setara dengan satu orang setiap
15 detik, atau 2,2 juta orang pertahun akibat sakit atau kecelakaan yang
berkaitan dengan pekerjaan mereka. Jumlah pria yang meninggal dua kali
lebih banyak dibanding wanita, karena mereka lebih mungkin melakukan
pekerjaan berbahaya. Secara keseluruhan, kecelakaan di tempat kerja telah
menewaskan 350.000 orang. Sisanya meninggal karena sakit yang diderita
dalam pekerjaan seperti membongkar zat kimia beracun. Untuk menjamin
tempat kerja tetap menjaga keselamatan karyawan yang bekerja, pemerintah
telah memberlakukan undang-undang keselamatan kerja yaitu undang-
undang nomor 1 tahun 1970, dan untuk mengatur prinsip-prinsip kesehatan
karyawan di tempat kerja telah termuat dalam undang-undang nomor 23
tahun 1992. Jelas dikatakan pada undang-undang nomor 1 tahun 1970
bahwa keselamatan kerja merupakan suatu upaya pemberian perlindungan
kepada tenaga kerja dan orang lain dari potensi yang dapat menimbulkan
bahaya yang berasal dari mesin-mesin, pesawat, alat kerja, dan bahan, serta
energi.
Masalah K3 pada industri pertambangan akhir-akhir ini terus
berkembang seiring dengan teknologi dalam bidang industri pertambangan.
Kemajuan tersebut telah mengakibatkan munculnya berbagai macam
persoalan. Selain itu dampak industri pertambangan yang semakin kompleks
juga telah menjadi perhatian banyak orang. Hal ini terbukti dari banyaknya
tekanan yang dating dari masyarakat luas terhadap pengelolaan dan
kehadiran pertambangan di tengah-tengah kehidupan mereka. Munculnya
persaingan yang ketat antar industri pertambangan, sering dikaitkan dengan
berbagai isu masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang dapat
digunakan sebagai alat dalam memasuki pasar dunia. Dengan semakin maju
dan berkembangnya kegiatan pertambangan yang diiringi dengan kemajuan
teknologi serta semakin intensifnya penggunaan tenaga kerja tambang,
maka semakin besar risiko. Maka dapatlah dipahami, bahwa perlu adanya
pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan yang
maju dan tepat karena masalah K3 yang merupakan salah satu unsur yang
harus diperhitungkan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah untuk laporan ini dalam mata kuliah K3
dan Hukum Pertambangan ialah sebagai berikut:
a. Bagaimana pengenalan K3 yang ada di perusahaan?
b. Bagaimana faktor keselamatan kerja yang ada di perusahaan?
c. Bagaimana potensi dan atau bahaya yang menggangu Keselamatan
dan Kesehatan pekerja saat melaksanakan pekerjaan?
d. Bagaimana Standard Operation Procedure (SOP) yang ada di
perusahaan terkait Keselamatan dan Kesehatan pekerja dalam
melaksanakan pekerjaannya?
e. Bagaimana upaya yang telah dilakukan perusahaan dalam
menyelesaikan terjadinya kecelakaan kerja?

1.3 Tujuan Kegiatan


Adapun tujuan dari laporan ini dalam mata kuliah K3 dan Hukum
Pertambangan adalah sebagai berikut:
a. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengenalan K3 yang ada di
perusahaan.
b. Agar mahasiswa dapat memahami faktor apa saja keselamatan kerja
yang ada di perusahaan.
c. Agar mahasiswa dapat mengetahui potensi dan atau bahaya yang
menggangu Keselamatan dan Kesehatan pekerja saat melaksanakan
pekerjaan.
d. Agar mahasiswa dapat mengetahui Standard Operation Procedure
(SOP) yang ada di perusahaan terkait Keselamatan dan Kesehatan
pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.
e. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami upaya yang telah
dilakukan perusahaan dalam menyelesaikan terjadinya kecelakaan
kerja.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengenalan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)


Menurut ILO/WHO (1980) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
adalah promosi dan pemeliharaan terhadap faktor fisik, mental dan sosial
pada semua pekerja yang terdapat di semua tempat kerja, mencegah
gangguan kesehatan yang disebabkan kondisi kerja, melindungi pekerja dan
semua orang dari hasil risiko dan dari faktor yang dapat mengganggu
kesehatan, menempatkan dan menjaga pekerja pada lingkungan kerja yang
adaptif terhadap fisiologis dan psikologis dan dapat menyesuaikan antara
pekerjaan dengan manusia dan manusia lain sesuai jenis pekerjaannya
(Kondarus, 2006).
Untuk itu ILO (1980) dalam resolusinya menyatakan ada tiga prinsip
dasar tentang keselamatan dan kesehatan kerja:
a. Pekerjaan harus terdapat pada lingkungan kerja yang aman, sehat
dan selamat.
b. Kondisi pekerjaan harus sesuai dengan pekerja.
c. Pekerjaan haruslah sesuatu yang nyata sebagai prestasi individu,
pemenuhan kebutuhan secara pribadi dan untuk pelayanan
masyarakat umum.
Definisi lain diungkapkan oleh OSHA, K3 merupakan aplikasi dan
prinsip-prinsip keilmuan dalam pengertian dasarnya adalah risiko terhadap
94 keselamatan pada masyarakat umum dan properti baik yang ada dalam
lingkungan industri maupun di luar lingkungan industri (Suardi, 2005).
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-
05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) menyatakan bahwa SMK3 adalah bagian dari system
manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan prosedur. Proses dan sumber
daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.
Peraturan yang mengatur tentang keselamatan kerja ini adalah
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja,
menjelaskan bahwa keselamatan kerja adalah mencegah dan mengurangi
kecelakaan kerja, memadamkan bahaya kebakaran, dan mengurangi bahaya-
bahaya peledakan. Tujuan daripada UU Keselamatan Kerja adalah:
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam
tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
2. Agar sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
3. Agar proses produksi dapat berjalan tanpa hambatan apapun.
Keselamatan kerja wajib di perhatikan oleh perusahaan untuk
mencegah kecelakaan kerja baik untuk pekerja maupun orang lain yang
berada dalam kawasan perusahaan. Pelaksanaan kegiatan keselamatan kerja
pada suatu perusahaan, bertujuan untuk perlindungan terhadap
karyawan/pekerja dan orang lain ditempat kerja, kepatuharan terhadap
peraturan perundang- undangan, meminimalisir biaya, meningkatkan
performance perusahaan. Sedangkan kesehatan kerja juga merupakan suatu
hal penting dan perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha. Kesehatan kerja
adalah upaya preventif, memelihara dan meningkatkan kinerja pekerja. Hal
ini dimulai dari sejak diterima kerja, hingga berhenti/pensiun dari pekerjaan
tersebut. Karena dengan adanya kesehatan yang baik maka akan
menguntungkan pekerja dan pengusaha, karena pekerja akan lebih jarang
absen dan bekerja dalam lingkungan yang menyenangkan, sehingga secara
keseluruhan pekerja akan mampu bekerja lebih lama.

2.2 Dasar Hukum K3


Berikut ini ialah dasar hukum mendasar sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diantanya sebagai berikut:
a. Undang- Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) yang menyebutkan
bahwa “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan”. Pengertiannya adalah bahwa yang
dimaksud dengan pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat
manusiawi dan memungkinkan tenaga kerja tetap sehat dan selamat
sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia. Untuk
itu diperlukan situasi kerja yang aman, sehat dan selamat dengan
menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor:
555.K/26/M.PE/1995. Ditetapkan tanggal 22 Mei 1995 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum. Pasal 23
sampai pasal 25 bagian kesehatan dan keselamatan kerja
pertambangan.
c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012
tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1973 tentang pengaturan dan
pengawasan keselamatan kerja di bidang pertambangan.
e. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 mengatur keselamatan kerja
secara umum termasuk bidang pertambangan yang menjadi tugas
dan tanggung-jawab Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan
Koperasi.
f. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, Bab XII
tentang Kesehatan Kerja yang terdiri dari 3 pasal yaitu pasal , antara
lain menetapkan pengelola tempat kerja wajib menaati standar
kesehatan kerja dan menjamin lingkungan kerja yang sehat,
bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja, wajib
melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga
kerja.

2.2 Faktor Keselamatan Kerja


Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terus dilakukan
namun, kecelakaan kerja masih tetap terjadi. Kecelakaan adalah suatu
kejadian yang tidak direncanakan, tidak terkendali dan tidak dikehendaki
yang disebabkan langsung oleh tindakan tidak aman (unsafe act) dan
kondisi tidak aman (unsafe condition) sehingga menyebabkan terhentinya
suatu kegiatan baik terhadap manusia maupun terhadap alat. Kecelakaan
akibat kerja adalah kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan kerja
pada perusahaan. Hubungan kerja disini dapat berarti bahwa kecelakaan
terjadi di sebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan
(Kurniawatri, 2018).
Secara umum, terjadinya kecelakaan di sebabkan oleh faktor fisik
dan manusia. Faktor fisik, misalnya kondisi-kondisi lingkungan pekerjaan
yang tidak aman, lantai licin, pencahayaan, kurang, silau, dan sebagainya.
Sedangkan faktor manusia misalnya perilaku pekerja yang tidak memenuhi
keselamatan, karena kelelahan, rasa ngantuk, dan sebagainya.
Penyebab yang paling utama adalah disebabkan oleh:
1. Tindakan tidak aman yaitu tindakan tidak aman yang berhubungan
dengan tingkah laku para pekerja dalam melaksanakan pekerjaan
pertambangan.
2. Kondisi tidak aman yaitu kondisi tidak aman yang berhubungan
dengan kondisi tempat kerja atau peralatan yang digunakan dalam
pekerjaan pertambangan.
Dalam kaitannya dengan manajemen keselamatan dan kesehatan
kerja, sebab kecelakaan dapat bersumber dari empat kelompok besar, yaitu:
a. Faktor lingkung
Faktor ini berkaitan dengan kondisi di tempat kerja seperti kondisi
proses produksi dan kondisi lingkungan kerja
b. Faktor alat kerja
Di mana bahaya yang ada dapat bersumber dari peralatan dan
bangunan tempat kerja yang salah dirancang atau salah pada saat
pembuatan serta terjadinya kerusakan-kerusakan yang diakibatkan
oleh seorang perancang. Selain itu, kecelakaan juga bisa disebabkan
oleh bahan baku produksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan, kesalahan dalam penyimpanan, pengangkutan dan
penggunaan.
c. Faktor manusia
Faktor ini berkaitan dengan perilaku tindakan manusia di dalam
melakukan pekerjaan, meliputi kurang pengetahuan dan
keterampilan dalam bidang pekerjaannya maupun dalam bidang
keselamatan kerja, kurang mampu secara fisik dan mental, kurang
motivasi kerja dan kurang kesadaran akan keselamatan kerja, tidak
memahami dan menaati prosedur kerja secara aman. Bahaya yang
ada bersumber dari faktor manusianya sendiri dan sebagian besar
disebabkan tidak menaati prosedur kerja.
d. Kelemahan sistem manajemen
Faktor ini berkaitan dengan kurang adanya kesadaran dan
pengetahuan dari pucuk pimpinan untuk menyadari peran pentingnya
masalah keselamatan dan kesehatan kerja, yang meliputi sikap
manajemen yang tidak memperhatikan keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerja, tidak adanya standar atau kode keselamatan
dan kesehatan kerja yang dapat diandalkan, organisasi yang buruk
dan tidak adanya pembagian tanggungjawab dan perlimpahan
wewenang bidang keselamatan dan kesehatan kerja secara jelas,
sitem dan prosedur kerja yang lunak atau penerapannya tidak tegas,
prosedur pencatatan dan pelaporan kecelakaan atau kejadian yang
kurang baik dan tidak adanya monitoring terhadap sistem produksi.

2.2.1 Jenis – Jenis Kecelakaan Kerja


Pengertian kecelakaan kerja menurut Sahab (1997), kecelakaan kerja
adalah yang berhubungan dengan kegiatan pada perusahaan, yang berarti
bahwa kecelakaan yang terjadi di kerenakan oleh pekerjaan dan pada waktu
melakukan pekerjaan, serta kecelakaan yang terjadi pada saat perjalanan
dari tempat kerja. terdapat tiga jenis kecelakaan kerja yaitu:
1. Accident, yaitu kejadian yang tidak di inginkan yang menimbulkan
kerugian baik bagi manusia maupun terhadap harta benda.
2. Incident, yaitu kejadian yang tidak di inginkan yang belum
menimbulkan kerugian.
3. Near Miss yaitu kejadian hampir celaka dengan kata lain kejadian ini
hampir menimbulkan kata kejadian insiden maupun accident.
Menurut KEPMEN ESDM No 1827K 30 MEM 2018, cidera akibat
kecelakaan kerja pada tambang dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Cidera ringan yaitu cidera akibat kecelakaan tambang yang
menyebabkan pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas
semula lebih dari 1 (satu) hari dan kurang dari 3 (tiga) minggu,
termasuk hari minggu dan hari libur.
2. Cidera berat yaitu cidera akibat kecelakaan tambang yang
menyebabkan pekerja tambang tidak mampu melakukan tugas
semula selama sama dengan atau lebih dari 3 (tiga) minggu termasuk
hari minggu dan hari libur, cidera akibat kecelakaan tambang yang
menyebabkan pekerja tambang cacat tetap (invalid) dan cidera akibat
kecelakaan tambang tidak tergantung dari lamanya pekerja tambang
tidak mampu melakukan tugas semula, tetapi mengalami seperti
salah satu di bawah ini:
a. keretakan tengkorak, tulang punggung, pinggul, lengan bawah
sampai ruas jari, lengan atas, paha sampai ruas jari kaki, dan
lepasnya tengkorak bagian wajah
b. pendarahan di dalam atau pingsan disebabkan kekurangan
oksigen
c. luka berat atau luka terbuka/terkoyak dapat mengakibatkan
ketidak mampuan tetap
d. persendian yang lepas dimana sebelumnya tidak pernah terjadi.
3. Mati, kecelakaan tambang yang mengakibatkan pekerja tambang
mati akibat kan pekerja tambang mati (meninggal) akibat kecelakan
tersebut.
2.3 Potensi Bahaya
Bahaya merupakan suatu keadaan yang memungkinkan atau
berpotensi terhadap terjadinya kejjadian kecelakaan berupa cidera, penyakit,
kematian, kerusakan atau ketidakmampuan melaksanakan fungsi
operasional yang telah di tetapkan. Bahaya pekerjaan adalah faktor-faktor
dalam hubungan pekerjaan yang dapat mendatangkan kecelakaan. Bahaya
tersebut disebut potensial, jika faktor-faktor tersebut belum mendatangkan
kecelakaan (Aminuddin, 2011).
Bahaya adalah keadaan/sifat dari suatu bahan, cara kerja suatu alat,
cara berkerja, dan atau lingkungan kerja yang dapat menimbulkan potensi
kecelakaan, kerusakan asset/harta benda, Penyakit Akibat Kerja (PAK) atau
bahkan hilangnya suatu nyawa manusia (Santoso Gempur, 2004).
Identifikasi bahaya merupkan tahap awal dalam mengembangkan
manajemen risiko K3. Dengan melakukan identifikasi bahaya kita dapat
melakukan pengelolaan risiko. Pengamatan merupakan cara sederhana
dalam melakukan identifikasi bahaya. Tanpa mengenal bahaya, maka risiko
tidak dapat ditentukan sehingga upaya pencegahan dan pengendalian risiko
tidak dapat dijalankan (Ramli, 2010).
Dasar bahaya di bagi menjadi tiga (3) kelompok utama yaitu, bahaya
lingkungan, bahaya kesehatan, dan bahaya kemanan. Sumber potensi
bahaya merupakan faktor penyebab kerja yang dapat ditentukan dan
dikendalikan. Sumber-sumber bahaya berasal dari:
1. Manusia
Termasuk pekerja dan manajemen. Kesalahan utama sebagian besar
kecelakaan, kerugian dan kerusakan terletak pada karyawan yang kurang
bergairah, trampil, kurang tepat, emosinya unstabil, yang pada umumnya
menyebabkan kecelakaan.
2. Peralatan
Peralatan yang dimaksud dalam suatu proses dapat menimbulkan
bahaya jika digunakan sesuai fungsinya tidak ada latihan tentang
penggunaan alat tersebut, dan tidak dilengkapi APD dan serta tidak ada
perawatan atau pemeriksaan.
3. Bahan
Menurut Sahab (1997) dalam Aminuddin (2011), bahaya dari bahan
meliputi berbagai resiko sesuai dengan sifat bahan, antara lain:
a. Mudah terbakar
b. Mudah meledak
c. Menimbulkan energy
d. Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh
e. Menyebabkan kangker
4. Proses
Bahaya yang timbul dari faktor proses tergantung dari teknologi
yang dipakai. Dari proses produksi terkadang timbul debu, asap, panas
bising, dan bahaya mekanis seperti tangan terepit, terpotong, memar dan
tertimpa bahan.
5. Cara kerja
Cara kerja mempunyai efek bahaya baik terhadap karyawan sendiri
atau orang yang berada di sekitar. Cara kerja yang dimaksud anatara lain:
a. Cara mengankat dan mengangkut, apabila terjadi kesalahan akan
mengakibatkan cidera (uumnya cidera tulang belakang)
b. Cara kerja yang salah dapar menyebabkan hamburan partikel
(debu serbuk logam), percikan api serta tumpahan bahan kimia.
c. Memakai alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara
pemakaian yang salah.
6. Lingkungan kerja
a. Fisik terdiri dari beberapa penyebab yakni tempratur, kebisingan,
penerangan dan getaran.
b. Radiasi terdiri dari beberapa penyebap yakni kimia, biologis,
fisiologis dan psikologis.
Potensi bahaya yang sudah teridentifikasi, dilakukan penilaian risiko
guna melakukan pembobotan risiko yang teridentifikasi. Analisa risiko perlu
dilakukan untuk menentukan tingkat suatu risiko dengan mengacu pada
kemungkinan terjadinya, besar akibat ditimbulkan, dan paparan bahaya yang
diterima oleh pekerja. Jika risiko tidak dapat diterima maka perlu dilakukan
pengendalian yang tepat. Berikut parameter yang digunakan dalam penilaian
dan evaluasi risiko ialah sebagai berikut:
1. Likelihood atau kemungkinan, untuk menghitung kemungkinan
tersebut dilakukan dengan mengetahui atau menyoroti jenis kegiatan
yang dilakukan saat kerja serta menentukan atau memprediksi risiko
yang dapat terjadi pada pekerja maupun alat yang di gunakan saat
berkerja. Likelihood memiliki tingkatan/nilai rating yang mewakili
setiap kemungkinan bahaya dan risiko yang di terima.
2. Paparan adalah tingkat keseringan (frekuensi) interaksi antara
sumber risiko yang ada pada wilayah kerja dengan pekerja dan
menggambarkan kemungkinan terjadinya dan kesempatan sumber
risiko menjadi kecelakaan bila di ikuti dengan kemungkinan dan
konsekuensi yang akan timbul.
Pengendalian bahaya menurut Pedoman Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Berdasarkan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
555.K/26/M.PE/1995 Pasal 24 ialah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data dan mencatat rincian dari setiap kecelakaan
atau kejadian yang berbahaya, kejadian sebelum terjadinya
kecelakaan, menganalisis kecelakaan dan pencegahan kecelakaan.
2. Menumpulkan data mengenai daerah-daerah dan kegiatan-kegiatan
yang memerlukan pengawasan yang lebih ketat dengan maksud
untuk memberi saran kepada Kepala Teknik Tambang tentang cara
penambangan atau tata cara kerja, alat-alat penambangan dan
penggunaan alat-alat deteksi serta alatalat pelindung diri.
3. Memberikan penerangan dan petunjuk-petunjuk mengenai
keselamatan dan kesehatan kerja kepada semua pekerja tambang
dengan jalan mengadakan pertemuan-pertemuan, ceramah-ceramah,
diskusi-diskusi, pemutaran film, publikasi dan lain sebagainya.
4. Apabila diperlukan, membentuk dan melatih anggota-anggota tim
penyelamat tambang.
5. Menyusun statistik kecelakaan.
6. Melakukan evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja.
Berdasarkan Pasal 32, kewajiban pekerja tambang yaitu:
a. Pekerja tambang harus mematuhi peraturan keselamatan dan
kesehatan kerja.
b. Pekerja tambang wajib melakukan pekerjaan sesuai dengan tata cara
kerja yang aman.
c. Pekerja tambang selama bekerja wajib untuk:
 Memperhatikan atau menjaga keselamatan dirinya serta orang lain
yang mungkin terkena dampak perbuatannya.
 Segera mengambil tindakan atau melaporkan kepada pengawas
tentang keadaan yang menurut pertimbangannya akan dapat
menimbulkan bahaya.
 Pekerja tambang yang melihat atau mendengar adanya
penyimpangan pelaksanaan pekerjaan wajib dengan segera
melaporkan kepada pengawas yang bertugas.
 Pekerja tambang wajib menggunakan dan merawat alat-alat
pelindung diri dalam melaksanakan tugasnya.
 Memberikan keterangan yang benar apabila dimintai keterangan
oleh pelaksana Inspeksi Tambang atau Kepala Teknik tambang.
 Pekerja tambang berhak menyatakan keberatan kerja kepada
atasannya apabila persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja
tidak dipenuhi.
BAB III
HASIL KEGIATAN

3.1 Metode Kegiatan


Pada kegiatan MBKM Program Magang, mahasiswa melakukan
magang di PT Menara Cipta Mulia yang dimana selama kegiatan magang
kami melakukan observasi lapangan, membaca studi literatur dan
wawancara dengan pembimbing lapangan dari pihak perusahaan yang
menyesuaikan dengan kompetensi mata kuliah K3 dan Hukum
Pertambangan.

3.2 Hasil Kegiatan


3.2.1 Pengenalan K3 pada PT Menara Cipta Mulia
PT Menara Cipta Mulia mendukung sepenuhnya segala usaha-usaha
yang menjadi komitmen untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat
dan aman serta mecapai dan mempertahankan target “zero accident”, hal ini
tercermin dari kebijakan manajemen untuk mengutamakan keselamatan
kerja (safety first) dan melakukan semua tindakan yang bisa dilakukan
untuk memastikan bahwa standar-standar tertinggi Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) dijaga untuk seluruh karyawan.

Gambar 4.1 Dokumentasi Spanduk K3 di PT Menara Cipta Mulia


Gambar 4.2 Plang Kebijakan PT Menara Cipta Mulia

Kebijakan sistem manajemen terintegritas PT Menara Cipta Mulia


bahwa perusahaan akan senantiasa berkomitmen untuk:
1. Mengutamakan kepuasan pelanggan dengan memberikan produk
yang berkualitas sesuai persyaratan pelanggan dan peraturan yang
berlaku.
2. Meningkatkan pertumbuhan perusahaan.
3. Mematuhi peraturan pemerintah dan aturan yang terkait mutu, K3
dan lingkungan.
4. Memperkuat kinerja perusahaan melalui peningkatan kompetensi
karyawan.
5. Menumbuhkembangkan budaya K3L di lingkungan kerja melalui:
• Pencegahan pencemaran lingkungan dengan pengelolaan
lingkungan yang bersih dan sehat sesuai peraturan lingkungan;
• Pencegahan kecelakaan kerja melalui penerapan manajemen K3
yang baik;
• Pencegahan penyakit akibat kerja melalui pengelolaan kesehatan
pekerja dan lingkungan kerja perusahaan sesuai peraturan yang
berlaku;
• Menjamin hak pekerja dan stakeholder dalam kegiatan
operasional perusahaan dengan memberikan wewenang untuk
menghentikan pekerjaan yag berpotensi bahaya sesuai prosedur
kerja yang berlaku secara bertanggung jawab, serta
melaporkannya kepada atasan.
• Melakukan upaya peningkatan berkelanjutan sistem manajemen
terintegrasi secara terus-menerus.
Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pertambangan
(SMKP) yang digunakan PT Menara Cipta Mulia mengacu kepada
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
Nomor 1827 K/30/MEM/2018 pada Lampiran IV tentang Pedoman
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan
Batubara dan Kepdirjen Minerba No.185.K/37.04/DJB/2019 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan dan Pelaksanaan,
Penilaian, dan Pelaporan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
Mineral dan Batubara.
Pengenalan K3 di PT Menara Cipta Mulia dengan melakukan
sosialisasi ke lapangan, sign tambang dan inspeksi lapangan.
1. Safety Talk
Materi Safety Talk adalah suatu pembahasan yang disiapkan untuk
disampaikan kepada pekerja atau karyawan untuk mengingatkan aspek
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan untuk meningkatkan tingkat
kesadaran para pekerja agar dalam melakukan suatu pekerjaan tetap
memprioritaskan keamanan dirinya supaya mereka berangkat kerja dengan
sehat dan pulang dengan selamat. Safety talk ini biasanya dilakukan
sebelum memulai pekerjaan. Pelaksanaan safety talk itu sendiri sudah di
atur dalam undang-undang nomor 1 tahun 1970 mengenai pengurus
diwajibkan menyelenggarakan pembinaan terkait keselamatan kerja, oleh
sebab itu perusahaan hendaknya melakukan safety talk ini dengan komitmen
dan rutin agar tingkat kesadaran karyawan selalu mengedepankan aspek K3.
Di PT Menara Cipta Mulia safety talk ini tidak rutin dilakukan.
Pembahasan safety talk di perusahaan ini berisikan:
 Memastikan pekerja mengikuti instruksi kerja yang diberikan.
 Mengingatkan pentingnya menggunakan APD.
 Mengingatkan 80% kecelakaan kerja disebabkan human error,
jadi setiap pekerja harus bekerja dengan fokus dan bertanggung
jawab.
 Mengingatkan kondisi bahaya yang ada di lapangan atau arena
kerja yang menjadi tanggung jawab.

Gambar 4.3 Kegiatan Safety Talk di PT Menara Cipta Mulia

2. Sosialisasi ke Lapangan
Kegiatan sosialisasi kepada penambang di PT Menara Cipta Mulia
dilakukan secara rutin 3 bulan sekali. Salah satu kegiatan sosialisasi yang
dilakukan yaitu pada tanggal 26 Oktober 2021 hari Selasa pada jam 10.00
WIB hingga 12.00 WIB di Blok Mayang dan pada jam 13.00 WIB hingga
15.00 WIB di Blok Lacat dan Bidadari. Berikut ini merupakan isi kegiatan
sosialisasi:
 Menginformasikan bahaya bekerja apabila kondisi buruk, jumlah
air yang banyak dan adanya potensi petir.
 Menginformasikan untuk memperhatikan adanya kondisi tidak
aman di lokasi seperti potensi tanah longsor.
 Menginformasikan larangan bekerja di Area IUP-OP PT Menara
Cipta Mulia bagi yang tidak memiliki izin (tambang ilegal).

Gambar 4.4 Dokumentasi Kegiatan Sosialisasi kepada Penambang

3. Sign Tambang
Sign tambang atau safety sign adalah rambu-rambu keselamatan
yang berfungsi untuk membantu melindungi kesehatan serta keselamatan
baik para pekerja maupun pengunjung yang ada di suatu lokasi. Terdapat
beberapa jenis safety sign yang dapat dijumpai, yaitu safety sign dengan
simbol, safety sign yang berwujud pesan tertulis, serta safety sign dengan
gabungan tulisan dan simbol.
Tulisan pada safety sign tidak bisa diletakkan bersama gambar
sekaligus, tapi harus ditambahkan di luar gambar, misalnya di bagian
samping atau bawah gambar. Tulisan pada safety sign ini juga harus sesuai
dengan gambar rambu tersebut. Selain itu, terdapat pula warna-warna
khusus yang digunakan pada safety sign, seperti biru, merah, kuning, dan
hijau. Berikut ini adalah beberapa safety sign yang ada di PT Menara Cipta
Mulia sebagai berikut:
Gambar 4.5 Beberapa Safety Sign PT Menara Cipta Mulia

4. Inspeksi Lapangan
Kegiatan inspeksi lapangan iru seperti mengamati keadaan atau
situasi kantor tambang, apakah bersih atau kotor, apakah ada dipasang peta-
peta tambang, perizinan dan lain-lain. Biasa ketika dilakukan inspeksi
tambang itu sambil mengamati keadaan jalan seperti kemiringin, lebar,
kondisi tumbuhan sekitar jalan, penirisan jalan dan lain-lain, mengamati
front tambangseperti melihat cara-cara kerja peralatan untuk mengetahui
efisiensi kerja alat, pemboran, peledakan, dan lain-lain. Di PT Menara Cipta
Mulia inspeksi lapangan sering dilakukan. Tabel berikut ini merupakan
salah satu berita acara inspeksi lapangan PT Menara Cipta Mulia pada
tanggal 31 Mei 2022.
Tabel 4.1 Inspeksi Lapangan PT Menara Cipta Mulia
LOKASI TEMUAN REKOMENDASI
Geometri lereng optimal berdasarkan
Area front kerja diapit kajian geotek, bench tunggal 60°
lereng curam. dengan tinggi 10 m dan 50°
keseluruhan dengan tinggi 20 m.
Geometri lereng optimal berdasarkan
Terdapat timbunan
kajian geotek, bench tunggal 60°
OB (tanah galian),
dengan tinggi 10 m dan 50°
Lacet disekitar front kerja.
keseluruhan dengan tinggi 20 m.
Geometri lereng optimal berdasarkan
Belum terdapat kajian geotek, bench tunggal 60°
pemantauan lereng. dengan tinggi 10 m dan 50°
keseluruhan dengan tinggi 20 m.
Hanya ada satu jalur
Penambahan akses masuk front kerja.
masuk front kerja.

Berdasarkan hasil temuan tersebut terdapat poin-poin untuk langkah-


langkah perbaikan yang diharapkan dapat dilakukan untuk keselamatann
pertambangan, demikian hasil inspeksi ini dibuat agar dapat digunakan
sebagaimana mestinya.

3.2.2 Faktor Keselamatan Kerja


Faktor keselamatan kerja merupakan hal yang sangat penting untuk
pekerjaan di pertambangan yang berisiko tinggi. Faktor yang mempengaruhi
keselamatan kerja di PT Menara Cipta Mulia seperti kondisi di site yang
tidak aman contohnya area-area rawan longsor, hujan, petir, area jalan yang
licin, dan tindakan yang tidak aman seperti bekerja pada saat kondisi cuaca
buruk, bekerja tidak menggunakan APD, bekerja tidak mengikuti instruksi
kerja dengan baik, alat terjebak di area berlumpur, adanya pekerja di area
alat berat, pekerja merokok ditempat yang rawan terjadi kebakaran.
Tindakan penerapan atau pelaksanaan yang dilakukan untuk
mempertahankan dan meningkatkan keselamatan kerja di PT Menara Cipta
Mulia adalah sebagai berikut:
1. Instruksi kerja menggunakan pengeras suara.
2. Pembuatan patok/tanda lokasi pekerjaan.
3. Pembuatan rambu-rambu atau safety sign pada lokasi-lokasi yang
dibutuhkan.
4. Pembersihan rutin area jalan.
5. Operator alat berat dan pekerja menggunakan alat pelindung diri.
6. Stop aktivitas apabila cuaca buruk.

3.2.3 Potensi Bahaya


PT Menara Cipta Mulia merupakan perusahaan pertambangan yang
tak luput dari potensi bahaya yang menggangu keselamatan dan kesehatan
pekerja saat melaksanakan pekerjaan. Potensi utama seperti cuaca buruk
(longsor, banjir, petir) dan potensi-potensi lainnya seperti area berlumpur,
kebakaran, terpeleset, sesak napas, suara bising, area tercemar, dan masih
banyak lagi.
PT Menara Cipta Mulia telah melakukan hal-hal berikut ini dalam
menangani potensi dan atau bahaya terhadap K3 pekerja yaitu sebagai
berikut:
1. Pembuatan SOP kerja.
2. Pembuatan Job Safety Analysis.
3. Mengidentifikasi masalah dan penilaian risiko.
4. Menganalisis teknis pekerjaan.
5. Melengkapi pekerja dengan APD.
6. Menambahkan alat support penanggulangan bahaya seperti cuaca
petir bisa dibuat penangkal petir dan longsor dibuat crack meter.

3.2.4 SOP K3
Sistem pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja dimulai
dengan melaksanakan identifikasi bahaya untuk mengetahui faktor dan
potensi bahaya yang ada yang hasilnya nanti sebagai bahan untuk dianalisa,
pelaksanaan identifikasi bahaya dimulai dengan membuat Standart
Operational Procedure (SOP).
SOP K3 atau standar yang diperlukan guna memberikan suatu
informasi tentang bagaimana cara bekerja yang aman dan sesuai kaidah K3
di lingkungan kerja. Perusahaan apapun sangat membutuhkan SOP K3
dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya, termasuk perusahaan
pertambangan. Oleh sebab itu dengan adanya SOP K3 bagi perusahaan
tambang, maka kegiatan operasionalnya akan lebih aman dan sesuai
peraturan yang diberlakukan sehingga terjadinya kecelakaan akibat kerja
dapat diminimalisir. SOP K3 di perusahaan tambang diperlukan untuk
mengantisipasi beberapa hal berikut ini:
1. Mengantisipasi penyakit yang timbul akibat kecelakaan kerja di
lingkungan tambang.
2. Mengantisipasi resiko cedera pekerja tambang.
3. Meminimalisir cedera selama dan sesudah kegiatan pertambangan
berlangsung.
4. Mengatur jam kerja pertambangan.
5. Mengatur wilayah pertambangan.
SOP di PT Menara Cipta Mulia ada yang terkait keselamatan pekerja
dan terkait kesehatan pekerja. SOP terkait keselamatan pekerja dalam
melaksanakan pekerjaannya di PT Menara Cipta Mulia dengan menetapkan
SOP disetiap pekerjaan alur proses produksi seperti SOP penambangan dan
SOP pengolahan.
SOP penambangan tujuannya sebagai panduan untuk memastikan
proses kegiatan penambangan berjalan aman, efektif, dan efisien, serta
memenuhi kaidah pertambangan yang baik dan benar. Prosedur ini
mencakup tugas dan tanggung jawab lini pekerjaan yang ada di Divisi
Tambang, meliputi Mine Engineer, Operator, Mekanik, dan Crew dalam
proses yang terkait dengan penambangan timah dan prosedur ini hanya
belaku di lingkungan PT. Menara Cipta Mulia.
Sedangkan SOP pengolahan tujuannya sebagai panduan untuk
memastikan proses kegiatan pengolahan berjalan aman, efektif, dan efisien,
serta memenuhi kaidah pertambangan yang baik dan benar.
SOP terkait kesehatan pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya di
PT Menara Cipta Mulia dengan melakukan medical check up secara rutin
untuk para pekerja.

3.2.5 Kecelakaan Kerja


Faktor yang merupakan penyebab terjadinya kecelakaan pada
umumnya dapat diakibatkan oleh empat faktor penyebab utama yaitu faktor
manusia, faktor alat, faktor material dan faktor sumber bahaya. Kecelakaan
kerja sering terjadi pada kegiatan penambangan dan pengolahan yang
mengakibatkan cidera, cacat fisik bahkan meninggal dunia, untuk itu perlu
dilakukan upaya pengendalian dan antisipasi kecelakaan kerja serta analisis
potensi penyebab kecelakaan kerja dan potensi penyebab yang paling
dominan menimbulkan kecelakaan akibat dari pekerjaan terhadap aktifitas
penambangan.
Kecelakaan kerja juga tentu pernah di alami oleh pekerja PT Menara
Cipta Mulia. Adapun upaya yang dilakukan oleh PT Menara Cipta Mulia
dalam menyelesaikan terjadinya kecelakaan kerja dengan melakukan tindak
evakuasi, setelah itu mengidentifikasi jenis kecelakaan kerjanya, kemudian
mengumpulkan data-data lapangan seperti foto, sketsa, dan lain-lain, lalu
memintai keterangan saksi langsung dan saksi tidak langsung, dan terakhir
mengevaluasi kejadian dan proses pekerjaan agar kecelakaan tersebut tidak
terulang kembali.
BAB IV
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari laporan ini adalah sebagai
berikut:
1. PT Menara Cipta Mulia mendukung sepenuhnya segala usaha-usaha
yang menjadi komitmen untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat
dan aman serta mecapai dan mempertahankan target “zero accident”.
2. Faktor yang mempengaruhi keselamatan kerja di PT Menara Cipta
Mulia seperti kondisi di site yang tidak aman contohnya cuaca buruk
dan tindakan yang tidak aman seperti bekerja pada saat kondisi cuaca
buruk.
3. PT Menara Cipta Mulia merupakan perusahaan pertambangan yang tak
luput dari potensi bahaya yang menggangu keselamatan dan kesehatan
pekerja saat melaksanakan pekerjaan contohnya cuaca buruk (longsor,
banjir, petir) dan potensi-potensi lainnya.
4. SOP di PT Menara Cipta Mulia ada yang terkait keselamatan pekerja
dan terkait kesehatan pekerja.
5. Upaya yang dilakukan oleh PT Menara Cipta Mulia dalam
menyelesaikan terjadinya kecelakaan kerja dengan melakukan evakuasi,
mengidentifikasi jenis kecelakaan, mengumpulkan data-data lapangan
memintai keterangan saksi dan mengevaluasi kejadian dan proses
pekerjaan agar kecelakaan tersebut tidak terulang kembali.
DAFTAR PUSTAKA

Budiono, A.M. Sugeng. Bunga Rampai Hiperkes dan KK (Higiene Perusahaan,


Ergonomi, Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja). Semarang: Badan
Penebit Universitas Diponegoro, 2003.

Dasar-Dasar K3. Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral Direktorat Dasar-


dasar Pengolahan Emas. Bogor. Jakarta. PT. Antam Tbk, Unit Bisnis
Pertambangan Emas, 2002.

ILO. Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT. Gramedia, 1980

Kondarus Danggur. Keselamatan Kesehatan Kerja ”Membangun SDM Pekerja


Yang Sehat, Produktif, dan Kompetitif”. Jakarta: Litbang Danggur &
Partners, 2006.

Kontur Ronny. Manajemen Risiko”Pemahaman Risiko, Pentingnya Pengelolaan


Risiko, Identifikasi, Pengukuran, Penanganan Risiko, dan Penerapan
Manajemen Risiko”. Jakarta: Abdi Tandur, 2006.

Pasiak Royke, Ir. Keselamatan Kerja Pertambangan. Bogor: Tim Pelatihan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Unit Pertambangan Emas. 1999.

Sahab, Syukri. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:


PT. Bina Sumber Daya Manusia, 1997.

Suardi Rudi. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja ”Panduan


Penerapan Berdasarkan OHSAS 18001 & Permenaker 05/1996”. Jakarta:
Penerbit PPM, 2005.

Suma’mur. Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: PT. Gunung


Agung, 1996.

Yusuf Muchamad. Himpunan Peraturan Perundangan Kesehatan Kerja. Jakarta:


PT.Citratama Bangun Mandiri, 2002.

Anda mungkin juga menyukai