Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 2
A.       Latar Belakang..................................................................................... 2
B.       Tujuan................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
A.    Pengertian.............................................................................................. 3
B.     Alat Pelindung Diri................................................................................ 7

PENUTUP................................................................................................... 11
A.    Kesimpulan............................................................................................ 11
B.     Saran...................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 12

1
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
(K3)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (k3) perusahaan di Indonesia secara umum
di perkirakan termasuk rendah,Pada tahun 2005 Indonesia menempati posisi yang buruk jauh
di bawah Singapura,Malaysia,Filipina,
Dan Thailand.Kondisi tersebut mencerminkan kesiapan daya saing perusahaan
Indonesia di dunia Internasional masih sangat rendah.Indonesia akan sulit menghadapi pasar
global karena mengalami ketidakefesienan pemanfaatan tenaga kerja.Padahal kemajuan
perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya.Karena itu disamping perhatian
perusahaan,pemerintah jg perlu memfasilitasi dengan peraturan atau aturan perlindungan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.Nuansanya harus bersifat manusiawi atau bermartabat.
Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan bisnis sejak
lama.Faktor Keselamatan Kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan kinerja
karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan.Semakin tersedianya fasilitas
keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.
Di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020
mendatang,kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan
dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar Negara yang harus dipenuhi
oleh seluruh negara anggota,termasuk bangsa Indonesia.Untuk mengantisipasi hal tersebut
serta mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia.

2
B.     Tujuan
Untuk mengurangi atau mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit yang
disebabkan oleh pekerja dilingkungan kerja.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah kemungkinan
terjadinya    kecelakaan dan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja.

Menurut America Society of safety and Engineering (ASSE) K3 diartikan sebagai


bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya
dengan lingkungan dan situasi kerja.

Secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai ilmu dan penerapannya yang
berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan
tempat kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan pekerjaan guna menjamin
keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar terhindar dari kecelakaan dan kerugian
lainnya. Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan APD, perawatan mesin dan pengaturan
jam kerja yang manusiawi.

Dalam K3 juga dikenal istilah Kesehatan Kerja, yaitu : suatu ilmu yang penerapannya
untuk meningkatkan kulitas hidup tenaga kerja melalui peningkatan kesehatan, pencegahan
Penyakit Akibat Kerja meliputi pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan pemberian makan
dan minum bergizi.

Istilah lainnya adalah Ergonomy yang merupakan keilmuan dan aplikasinya dalam hal
sistem dan desain kerja, keserasian manusia dan pekerjaannya, pencegahan kelelahan guna
tercapainya pelakasanaan pekerjaan secara baik.

3
Dalam pelaksanaannya K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat
kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi
dan atau bebas dari kecelakaan dan PAK yang pada akhirnya dapat meningkatkan sistem dan
produktifitas kerja.

Secara teoritis istilah-istilah bahaya yang sering ditemui dalam lingkungan kerja
meliputi beberapa hal sebagai berikut :

       HAZARD (Sumber Bahaya), Suatu keadaan yang memungkinkan / dapat menimbulkan
kecelakaan, penyakit, kerusakan atau menghambat kemampuan pekerja yang ada.

         DANGER (Tingkat Bahaya), Peluang bahaya sudah tampak (kondisi bahaya sudah ada
tetapi dapat dicegah dengan berbagai tindakan prventif.

         RISK, prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus tertentu.

         INCIDENT, Munculnya kejadian yang bahaya (kejadian yang tidak diinginkan, yang
dapat/telah mengadakan kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas
badan/struktur.

         ACCIDENT, Kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan atau kerugian
(manusia/benda).

Dalam K3 ada tiga norma yang selalu harus dipahami, yaitu :

 Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehtan kerja.


 Di terapkan untuk melindungi tenaga kerja.
 Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Sasaran dari K3 adalah :

 Menjamin keselamatan operator dan orang lain.


 Menjamin penggunaan peralatan aman dioperasikan.
 Menjamin proses produksi aman dan lancer.

4
Tapi dalam pelaksaannya banyak ditemui habatan dalam penerapan K3 dalam dunia
pekerja, hal ini terjadi karena beberapa faktor yaitu :

Dari sisi masyarakat pekerja

         Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar (upah dan tunjangan
kesehatan/kesejahtraan).
         K3 belum menjadi tuntutan pekerja

Dari sisi pengusaha

Pengusaha lebih menekankan penghematan biaya produksi dan meningkatkan efisiensi


untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dan K3 dipandang sebagai beban dalam hal
biaya operasional tambahan.

1. Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3)


Didefinisikan sebagai: suatu upaya perlindungan dari kecelakaan agar tenaga kerja
selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan di tempat kerja serta
bagi orang lain yang memasuki tempat kerja maupun sumber sehingga proses produksi dapat
secara aman dan efisien dalam pemakaiannya.
Menindaklanjuti pentingnya keselamatan di dalam bekerja, maka Pemerintah
Indonesia di dalam hal ini mengeluarkan Undang-Undang yang menjamin
diberlakukannya keselamatan di dalam bekerja oleh setiap perusahaan. Undang-Undang
pokok Keselamatan dan Kesehatan Kerja No. 1 tahun 1970 dikeluarkan dengan tujuan :
         Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan
sehat dan selamat.
         Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
         Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan.

5
2. Kesehatan Kerja
Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya
sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal
khusus di bidang otomotif (UU Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23).

3. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja


Kesehatan Kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan
lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/metode kerja,proses kerja dan
kondisi dibidang otomotif yang bertujuan untuk :
1) Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua
lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupunkesejahteraan sosialnya.
2) Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh
keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.

4. Kapasitas Kerja, Beban Kerja dan Lingkungan Kerja


Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen
utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen
tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal di bidang otomotif.
Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baikserta
kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya
dengan baik.
Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai (modal) awal seseorang untuk
melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi awal seseorang untuk bekerja
dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja dan lain-lain. Kondisi lingkungan
kerja (misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia dan lain-lain) dapat merupakan beban
tambahan terhadap pekerja.

6
Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat
menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja. Kendaraan dan Bengkel merupakan
tempat kerja yang sering digunakan oleh pekerja dalam mengkais rejeki dan memperbaiki
kendaraan. Penyakit akibat kerja dan atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan
oleh pemajanan dilingkungan kerja tersebut.. Dewasa ini terdapat kesenjangan antara
pengetahuan ilmiah tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan dan usaha-usaha
untuk mencegahnya.
Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu
berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja
menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. Gangguan kesehatan pada pekerja dapat
disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan
dengan pekerjaan.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja


dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan ditempat kerja dan lingkungan kerja tetapi
juga oleh factor-faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja serta faktor lainnya.

5. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Bidang Otomotif


Keselamatan dan kesehatan kerja otomotif , merupakan satu kesatuan yang menjadi isu
penting didalam percaturan dunia modern, didalam terkandung dua disiplin ilmu yang saling
melengkapi yaitu ilmu teknik dan kedokteran. Tanpa teknologi dan perilaku pekerja yang
baik dan benar serta dapat menyebabkan kecelakaan yang dahsyat bahkan menimbulkan
kematian.

B.     Alat Pelindung Diri

         Safety Helmet


Safety helmet didesain untuk melindungi kepala dari special resisting penetration seperti
terantuk dengan pipa, atap dan kemungkinan jatuhnya benda dari atas. Pemakaian safety
helmet secara tepat dan benar dapat mengurangi konsekwensi yang mungkin timbul pada saat
terjadinya hal-hal yang disebutkan di atas. Cara pemakaian safety helmet yang benar akan
memberikan proteksi maksimal bagi kepala. Daerah kerja seperti di kilang minyak, pabrik

7
pupuk, petro kimia, proyek pembangunan gedung dan lainnya biasanya menetapkan safety
helmet sebagai alat pelindung diri yang mandatory. Karena potensi hazard yang berasal dari
atas kepala manusia banyak terdapat di lingkungan kerja seperti itu. Dalam menggunakan
safety helmet, ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya,

         Sebelum digunakan, yakinkan bahwa helmet tersebut dapat digunakan, pas dan
nyaman di kepala anda (tidak longgar dan tidak terlalu sempit), tidak rusak dan cacat.

         Pasang dikepala dengan benar (tidak miring, terlalu mendongak, menunduk sehingga
menutupi pandangan, atau terbalik.

         Jika berada pada tempat yang tinggi dan kondisi ber-angin, chain strip harus
digunakan untuk menghindari safety helmet yang dikenakan terbang karena tiupan angin
kencang.

Dalam penggunaannya, safety helmet sering terjadi insiden seperti benturan atau tertimpa
benda yang jatuh. Setelah terjadi insiden, biasanya safety helmet mengalami kerusakan.
Sekecil apapun kerusakan yang terjadi, safety helmet harus didiganti dengan yang baru.
Jangan menggunakan safety helmet yang sudah mengalami cacat atau kerusakan. Contoh
kerusakan pada helmet yang perlu segera diganti.
Selain penggunaan helmet yang cacat yang tidak diperbolehkan, penggunaan helmet yang
baikpun ada batasannya. Rata-rata umur pakai sebuah safety helmet adalah 5 tahun, namun
ini sangat tergantung kepada bahan pembuatnya. Setiap manufacturer akan mencantumkan
batas maksimum pemakaian safety helmet produksinya pada setiap helmet. Periksalah
dengan teliti. Perlu juga menjadi perhatian kita adalah bersihkan safety helmet setelah
digunakan. Hal ini dilakukan untuk menghindari rusaknya material akibat kotoran yang
menempel. Karena bisa saja kotoran tersebut adalah bahan kimia, minyak atau solvent yang
bisa memicu rusaknya bahan pembuat safety helmet tersebut.

         Sabuk Keselamatan (safety belt)

8
Berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain
yang serupa (mobil,pesawat, alat berat, dan lain-lain).

         Sepatu Karet (sepatu boot)


Berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur.
Kebanyakan di lapisi dengan metal untuk melindungi kaki dari benda tajam atau berat, benda
panas, cairan kimia, dsb.

         Sepatu pelindung (safety shoes)

Seperti sepatu biasa, tapi dari bahan kulit dilapisi metal dengan sol dari karet tebal dan kuat.
Berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam
atau berat, benda panas, cairan kimia, dsb.

         Sarung Tangan


Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat
mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi
masing-masing pekerjaan 

 Tali Pengaman (Safety Harness)


         

Berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. Diwajibkan menggunakan alat ini di
ketinggian lebih dari 1,8 meter.

        Penutup Telinga (Ear Plug / Ear Muff)

Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising

         Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)


Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misalnya mengelas).        

9
             Masker (Respirator)
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara
buruk (misal berdebu, beracun, dsb).

         Pelindung wajah (Face Shield)

Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan
menggerinda)

         Jas Hujan (Rain Coat)

Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada waktu hujan atau
sedang mencuci alat).

10
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Sebagai suatu system program yang dibuat


pekerja maupun pengusaha,kesehatan dan keselamatan kerja atau k3 diharapankan dapat
menjadi upaya preventif terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan
kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang
yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan
tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dibuatnya ini adalah untuk mengurangi
biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.

Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja adalah melalui
pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaaan kesehatan pekerja yang meliputi
pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala, dan pemeriksaan khusus. Untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan sakit pada tempat kerja dapat dilakukan dengan penyuluhan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja.

B.     Saran

Kesehatan dan keselamatan sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan
kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi suatu perusahaan atau negara oleh
karena itu kesehatan dan keselamatan kerja haru dikelola secara maksimal bukan saja oleh
tenaga kesehatan seluruh masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Poerwanto, Helena dan Syaifulah, Hukum perburuan Bidang Kesehatan dan keselamatan
kerja. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
Indonesia,Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Silalahi, Bennett N.B. (dan) Silalahi, Rumondang, 1991.Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.[s.I.]: Pustaka Binaman Pressindo.

12

Anda mungkin juga menyukai